IN TIED BLOOD
Johnny
Jaehyun
Doyoung
Hanya mengingatkan bahwa cerita ini mengandung unsur brothercomplex or incest
So, untuk kalian yang tidak suka tema tersebut bisa menyingkir hahaha
and this is JohnJae as main pair so, for those who don't like them you can go away
Happy Reading
Langkah kaki kecil dituntun oleh tangan besar pria dewasa. Memasuki ruangan didominasi warna putih dan bau khas yang sedikit menyengat. Senyum wanita cantik menyambut bocah tersebut. Dituntun oleh pria yang berada disampingnya untuk mendekati seseorang yang berbaring disana. Dengan ragu anak itu mendekati sang wanita yang ditangannya mendekap makhluk kecil, terbungkus oleh kain hangat nan lembut.
"Kemari Johnny" suara lembut wanita tersebut menyambut pendengaran bocah kecil yang bernama Johnny tersebut "Lihat ini adikmu"
Pria yang tadi menuntunnya kini mengangkat tubuh kecilnya. Terlihat jelas makhluk mungil yang berada di dekapan sang wanita. Masih merah kulitnya. Dengan hati-hati Johnny mengulurkan tangannya, Ia penasaran dan ingin menyentuhnya. Tangan kecilnya dengan perlahan menyentuh jari-jari yang jauh lebih kecil dari miliknya. Johnny tertegun saat tangan kecil itu dengan perlahan menyambutnya dan menggenggam jari telunjuknya. Ia tidak bisa menahan senyumnya lagi, ada perasaan luar biasa didalam dadanya, membuat matanya berbinar.
"Namanya Jaehyun"
Sang Ibu berkata pada Johnny. Mengatakan bahwa makhluk kecil yang berada di dekapannya ini bernama Jaehyun. Dan mulai saat ini Johnny tidak akan bermain sendiri lagi. Ia punya teman yang akan menemaninya. Ia sudah tidak iri lagi dengan teman-temannya yang memiliki seorang adik, karena mulai sekarang Ia juga memiliki seorang adik yang akan menjadi temannya, Jaehyun namanya.
.
.
.
Punya adik itu menyebalkan. Adik itu menyusahkanmu, membuatmu harus selalu mengalah. Dia akan menyalahkanmu jika dia melakukan kesalahan dan pada akhirnya orangtuamu akan memarahimu. Dia menyita waktumu, kau akan dibuat kesal olehnya setiap hari. Itu kesan dari teman-teman Johnny saat mereka menceritakan tentang adik mereka. Banyak teman Johnny yang mengeluh kalau adik mereka sangat menyebalkan. Johnny tidak mengerti dari segi mana memiliki adik itu menyebalkan.
Adiknya tidak seperti itu. Jaehyun adiknya sangat menggemaskan. Manja, dan selalu saja nempel dengannya saat dirumah. Jaehyun adiknya tidak pernah membuatnya kesal. Apa yang dilakukan Jaehyun selalu membuat Johnny gemas. Jika Jaehyun menangis pun Johnny akan menjadi orang yang selalu menenangkannya. Johnny sangat suka dengan adiknya. Hari harinya menyenangkan bersama adiknya. Tidak seperti apa yang teman-temannya ceritakan. Jaehyun adiknya jauh lebih baik dibandingkan adik teman-temannya. Dan Johnny bersyukur akan itu.
Johnny sungguh belum pernah merasakan pengalaman buruk dalam memiliki seorang adik. Yang ada dia malah merasa senang ikut merasakan pertumbuhan adiknya. Bagaimana pertama kali adiknya bisa merangkak, berjalan, sampai bisa berlari. Bagaimana pertama kali Jaehyun adiknya bisa berbicara, Itu adalah salah satu yang paling mengesankan menurut Johnny. Karena Jaehyun yang sedang belajar berbicara itu sangatlah lucu. Bagaimana pertama kali Jaehyun akhirnya bisa mengucapkan kata Hyung untuk memanggilnya. Betapa senangnya Johnny saat Jaehyun bisa memanggilnya dengan sebutan Hyung, Jaehyun adalah orang pertama di dunia yang memanggilnya dengan sebutan itu. Dan Johnny benar-benar sangat senang.
Tentu saja segala sesuatu hal tidak selalu menyenangkan. Ada saat dimana Johnny sedih melihat adiknya yang sakit. Jaehyun punya kebiasaan buruk. Ia tidak bisa menelan obat, bukan karena tidak ingin tetapi memang karena tidak bisa. Maka dari itu jika Jaehyun sakit adalah sebuah bencana. Sangat sulit bagi orang tuanya untuk memberinya obat agar Ia sembuh, jika dipaksa Ia akan memuntahkan kembali obat tersebut. Pernah suatu hari ibunya memaksanya menelan obat, sedikit kejam sampai mendekap mulut Jaehyun agar obat itu ditelan dan tidak dimuntahkan kembali. Sampai menangis meronta Jaehyun mencoba membebaskan diri dari dekapan ibunya. Tidak tega Johnny melihat adiknya yang sedang sakit seperti itu.
"Jaehyun ayo cepat sembuh, nanti akan kupinjamkan mainan untukmu" selalu menjadi kata andalan bagi Johnny untuk memberikan semangat kepada Jaehyun agar adik kecilnya itu cepat sembuh.
Lalu bagaimana sikap Jaehyun kepada Johnny? Jaehyun ini jauh lebih manja kepada Johnny dibandingkan kepada kedua orang tuanya. Hyung nya kadang suka cubit-cubit pipinya. Tapi Jaehyun tidak pernah marah akan itu. Jaehyun suka saat Hyung nya mau meluangkan waktunya untuk bermain bersamanya dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Jaehyun ingin Hyung nya ada selalu didekatnya. Jaehyun pernah menangis ditinggal oleh Johnny kala Johnny mulai memasuki sekolah dasar. Sampai Hyung nya pulang baru tersenyum lagi dia.
Bukan hanya Johnny saja yang sedih melihat Jaehyun sakit. Jaehyun juga begitu. Jaehyun tidak kunjung meninggalkan Johnny yang berbaring lemah di kasurnya. Sambil berkata.
"Hyung, cepat sembuh. Jaehyun tidak ada teman main"
Orang tua mereka tentu saja senang melihat bagaimana akurnya kedua anak mereka. Tidak seperti tetangga sebelah yang anak-anaknya selalu saja bertengkar setiap harinya. Johnny dan Jaehyun berbeda. Mereka seperti melengkapi satu sama lain. Johnny selalu mengalah kepada adiknya. Jika mainannya direbut adiknya dia akan biarkan saja, berujung dengan mereka yang akhirnya saling berbagi. Jaehyun suka usil pada Hyung nya tapi justru itulah yang membuat Johnny selalu gemas dengan adiknya itu. Kapan orang tua mereka mendengar mereka menangis karena bertengkar? Sepertinya hampir tidak pernah.
Dibandingkan menangis karena bertengkar. Mereka lebih sering menangis karena hal yang lain. Dan Jaehyun adalah yang paling sering menangis. Saat Hyung nya pertama kali memasuki sekolah dasar, Ia menangis tidak ingin ditinggal oleh Hyung nya berangkat ke sekolah. Dan pada saat Johnny belajar menaiki sepeda. Kala itu Jaehyun hanya duduk sambil menyedot susu pisang memperhatikan Hyung nya yang sedang belajar mengendarai sepeda roda dua bersama ayahnya. Sang ayah menuntun Johnny, mengajarkan kepada anaknya untuk menjaga keseimbangan agar bisa mengendarai sepeda tersebut. Saat sang ayah merasa Johnny bisa menjaga keseimbangannya Ia melepaskan tangannya dari sepeda tersebut, dibiarkannya Johnny mengayuh sepeda itu sendiri. Namun hanya beberapa kayuhan Johnny tidak bisa mengendalikan sepedanya, membuatnya terjatuh seketika. Sang ayah langsung dengan sigap menghampiri anaknya yang terjatuh. Begitu pula dengan Jaehyun yang sedaritadi duduk memperhatikan. Ia menjatuhkan begitu saja botol susu pisangnya yang sudah setengah diminumnya. Kaki kecilnya berlari menghampiri Johnny.
"Johnny, kau tidak apa kan?" ayahnya membantu Johnny untuk bangkit, berlutut memeriksa keadaan anaknya. Ia menemukan sikut dan lutut anak tersebut terluka. Salahnya yang tidak memakaikan pelindung jadi terluka begitu anaknya.
"Apa sakit?" tanya sang ayah khawatir. Johnny hanya menggeleng menjawab pertanyaan ayahnya.
"Hyung"
Johnny menoleh dan menemukan adiknya dengan wajah hampir menangis. Ia tersenyum dan mencubit gemas pipi chubby Jaehyun.
"Hyung berdarah" Jaehyun menunjuk luka di lutut Johnny. Matanya sudah berkaca-kaca dengan bibir bawahnya yang ditekuk. Johnny melirik sekilas luka dilututnya yang ditunjuk oleh Jaehyun namun Ia malah tersenyum mencoba menyampaikan kepada adiknya bahwa Ia baik-baik saja.
"Aku tidak apa Jaehyun"
"Hiks...pasti sakit. Appa, Johnny Hyung terluka"
"Dia tidak apa Jaehyun. Lihat, Hyung mu baik-baik saja, dia tidak menangis. Kenapa malah Jaehyun yang menangis?" ayahnya menghapus air mata anak bungsunya dan terkekeh pelan. Hal yang dilakukan ayahnya tersebut tidak membuat Jaehyun berhenti menangis, malah semakin menjadi tangisannya.
"Hiks..ta..tapi Johnny Hyung terluka. Hiks...Appa jangan mengajarinya sepeda lagi"
"Aku tidak apa-apa Jaehyun. sshh...jangan menangis" Johnny menghapus air mata yang mengalir deras di kedua pipi Jaehyun dan memeluk adiknya. Sambil mengelus pelan punggung adiknya itu. Sang ayah yang masih berlutut menyaksikan keduanya itu hanya bisa menutup wajahnya dengan tangannya dan menggeleng pelan sambil menahan kekehannya melihat tingkah anaknya ini. Ya tuhan, Ia sungguh beruntung diberikan anak yang menggemaskan seperti Jaehyun.
"Sudah-sudah Jaehyun jangan menangis. Ayo kita masuk kedalam, kita obati luka Hyung mu yah" ayahnya kini mengusak lembut rambut Jaehyun dan menariknya kedalam gendongannya. Sebelah tangannya lagi Ia gunakan untuk menggandeng tangan Johnny. Mereka masuk kedalam rumah untuk mengobati luka Johnny. Jaehyun masih sedikit terisak didalam gendongan ayahnya sambil memperhatikan Hyung nya. Mungkin Ia akan menangis lagi jika melihat sedikit darah yang mengalir dari lutut dan sikut Hyung nya itu.
Itu adalah salah satu dari kenangan masa kecil kedua kakak-beradik tersebut. Usia Johnny dan Jaehyun terpaut tiga tahun. Kini Johnny berusia dua belas tahun dan Jaehyun berusia sembilan tahun. Mereka berdua punya kamar masing-masing, tetapi terkadang Jaehyun lebih suka tidur di kamar Johnny.
"Aku lebih nyaman tidur dikamar Hyung. Disini lebih hangat"
Begitu katanya. Johnny tentu saja tidak keberatan. Dia malah sangat senang Jaehyun tidur dikamarnya.
"Hyung, kenapa tidak elus rambutku? Aku tidak bisa tidur" Jaehyun menarik tangan Johnny yang berbaring di sampingnya kearah kepalanya. Alasan kenapa Jaehyun lebih suka tidur dikamar Hyung nya adalah ini. Hyung nya suka mengelus rambutnya dengan sayang sampai dia jatuh tertidur.
Johnny tersenyum dengan tingkah adiknya ini. Dengan perlahan dia mengelus dengan lembut rambut tebal nan halus adiknya. Jaehyun terlihat sangat menikmatinya, semakin lama matanya terasa semakin berat, dan akhirnya dia terpejam. Jaehyun tertidur dan jatuh kealam mimpinya. Sangat mudah jatuh tertidur jika dia sudah tidur di dekat Hyung nya. Johnny hyungnya sungguh memberikan Jaehyun rasa nyaman. Tak jauh beberapa saat Johnny ikut jatuh tertidur. Sang ibu dengan perlahan membuka pintu kamar Johnny dan melihat kedua anaknya yang sudah pulas tertidur. Ia membenarkan posisi selimut dan mematikan lampu kamar kemudian menyalakan lampu tidur.
"Good night babies" gumamnya pelan dan dengan perlahan keluar dan menutup kembali pintu kamar Johnny dengan perlahan agar tidak membangunkan keduanya. Terutama Jaehyun yang sedikit sensitif.
.
.
.
Suara hujan dan gemuruh petir menggelegar diluar sana. Ramalan cuaca yang mengatakan bahwa malam ini akan terjadi badai ternyata tidak meleset. Jaehyun yang berada di kamarnya siap untuk tidur langsung bangkit dan berjalan kearah kamar Johnny. Ia membuka pintunya perlahan, dan menyumbulkan sedikit kepalanya untuk melihat keadaan didalam.
"Hyung" panggilnya pelan, Ia ingin memastikan Hyung nya sudah tidur atau belum.
Seseorang yang dipanggil, yang sudah berbaring dengan nyaman dikasurnya menoleh kearah pintu, dan menemukan Jaehyun yang masih berdiri disana.
"Hyung, aku tidur disini yah, boleh tidak?"
Johnny dengan senang hati menggeser tubuhnya dan menepuk nepuk kasur yang lengang disebelahnya mengisyaratkan Jaehyun untuk menghampirinya dan berbaring disampingnya. Johnny sebenarnya sudah tau, disaat seperti ini Jaehyun pasti akan tidur dikamarnya. Jaehyun langsung menghampiri Johnny dan berbaring disampingnya, menarik selimut, dan memposisikan bantalnya dengan nyaman.
"Diluar hujan dan petir Hyung aku takut tidur sendiri"
"Kau bahkan lebih sering tidur disini daripada tidur dikamarmu Jae" Johnny terkekeh pelan dan mulai mengelus pelan rambut Jaehyun yang hanya tersenyum menampilkan dimple nya yang manis. Jaehyun mulai mencoba menutup matanya, tak lama kemudian Jaehyun sudah pulas dalam tidurnya.
Di malam-malam berikutnya. Kali ini bukan suara hujan dan petir yang terdengar. Melainkan suara teriakan, cacian, suara penuh emosi yang terdengar ditelinga Johnny dan Jaehyun. Ini bukan kali pertama. Sudah beberapa kali mereka mendengar hal seperti ini. Kedua kakak beradik itu akhir-akhir ini sering mendengar kedua orang tua mereka yang bertengkar di malam hari. Mungkin kedua orang tua mereka tidak sadar jika anak-anaknya mendengar.
Dan malam ini itu terjadi lagi. Bukan hanya suara caci maki yang terdengar. Johnny di kamarnya mendengar suara pecahan diluar sana. Suara vas dibantingkah? Atau piring? Atau entah lah yang jelas itu adalah suara pecah belah yang sangat nyaring. Johnny bergegas ke kamar adiknya. Ia menemukan adiknya yang masih terjaga, sepertinya karena mendengar suara orang tua mereka di lantai bawah sana.
"Jaehyun tidur dikamar Hyung lagi yah malam ini"
Jaehyun tersenyum dan mengangguk menyetujui Hyung nya. Johnny langsung menarik Jaehyun ke kamarnya dan membiarkannya berbaring disampingnya.
"Kau tau, teman-temanku disekolah mengatakan jika mendengarkan musik sebelum tidur akan sangat menyenangkan" Johnny dangan perlahan memasangkan earphone dikedua telinga Jaehyun dan memutar sebuah lagu yang menenangkan untuk membuat Jaehyun tertidur. Tidak lupa dengan tangannya yang dengan telaten mengelus lembut rambut adiknya.
Alasan lain kenapa Johnny memasangkan earphone ketelinga adiknya ini adalah karena Ia tidak ingin adiknya mendengar keributan diluar sana, apalagi melihatnya. Tidak, jangan sampai Jaehyun melihatnya. Mereka berdua memang masih terlalu muda untuk mengerti apa yang terjadi diantara kedua orang tua mereka. Tetapi mendengar orang tua mereka seperti itu setidaknya mereka berdua tau bahwa itu bukanlah suatu keadaan yang baik. Johnny tidak mengerti apa yang membuat orang tua mereka seperti itu, bertengkar hampir setiap hari dan Johnny harap mereka akan baik-baik saja.
Johnny melihat adiknya yang sudah tertidur. Dengan perlahan melepas earphone ditelinganya, dan membenarkan selimut untuk menyelimuti adiknya. Suara keributan diluar sana juga sudah tidak terdengar lagi. Apakah orang tua mereka sudah selesai? Johnny dengan perlahan bangkit dari kasurnya. Ia haus dan butuh air untuk minum.
"Kita berpisah saja"
Johnny mematung ditempatnya. Ia ingin menuju dapur untuk mengambil air minum. Baru saja Ia ingin melewati ruang tengah, ternyata orang tuanya masih ada disana. Johnny terdiam ditempatnya. Sedikit bersembunyi agar kedua orang tuanya tidak melihatnya. Menguping memang tidak baik, tetapi Johnny sudah berada disituasi ini jadi Ia tidak peduli.
"Baik, jika itu memang mau mu. Sepertinya kita memang sudah tidak bisa bertahan lagi. biarkan aku membawa Jaehyun bersamaku"
"Tidak bisa!" seorang pria berucap tegas kepada wanita yang sebentar lagi akan menjadi mantan istrinya ini. "Kenapa kau harus membawa Jaehyun?"
"Kau bersama Johnny dan aku akan membawa Jaehyun. Itu cukup adil"
Pria tersebut menghembuskan napasnya berat. Ini lah salah satu resiko perceraian, anak adalah korbannya. Kedua orang dewasa ini sudah tau pasti jika kedua anak mereka lah yang justru akan menjadi korban dalam perceraian ini tetapi mereka tidak bisa menghentikannya juga.
"Baik. Tapi kau jangan melarangku untuk bertemu Jaehyun"
"Kau juga tidak boleh melarangku bertemu dengan Johnny"
Dan anak berusia dua belas tahun yang sedaritadi mendengar percakapan kedua orang tua langsung terdiam membeku. Johnny sampai menahan napasnya saat kedua orang tuanya secara tidak langsung mengatakan bahwa mereka akan berpisah, begitu pula dirinya dengan adiknya. Johnny mungkin baru berusia dua belas tahun, tapi fakta bahwa kedua orang tua mereka akan berpisah Johnny cukup mengerti itu. Salah satu teman sekolahnya ada yang bernasib seperti itu. Johnny cukup sedih bahwa Ia akan merasakannya juga. Tetapi dibandingkan dengan perpisahan kedua orang tua mereka yang membuat Johnny lebih takut adalah dirinya yang juga akan berpisah dengan adiknya. Bagaimana bisa Ia berpisah dengan adiknya yang bahkan sehari saja Ia tidak bisa jika tidak bersama dengannya. Tidak ingatkah jika Jaehyun pernah menangis seharian saat ditinggal oleh Johnny saat pertama kali memasuki sekolah dasar. Bisa dibayangkan bagaimana jika mereka berdua berpisah, itu sangatlah buruk.
Johnny langsung kembali ke kamarnya niatan untuk memenuhi rasa dahaganya hilang seketika, Ia melihat adiknya masih pulas tertidur diatas kasurnya. Johnny dengan perlahan menghampiri adiknya dan ikut berbaring disampingnya. Dengan perlahan pula memeluk adiknya ini. Jaehyun awalnya sedikit menunjukkan pergerakan tidak nyaman karena ulah Johnny namun itu tidak membuatnya terbangun. Jaehyun malah semakin nyaman didalam dekapan Hyung nya. Dan Johnny yang mendekap Jaehyun dengan erat. Rasa takut dan sedih menyelimuti dirinya, Ia hampir menangis.
"Bagaimana kalau nanti kita berpisah Jae? Aku tidak mau" gumamnya pelan.
Johnny tidak ingin membayangkan harinya tanpa kehadiran adiknya ini. Bagaimana nanti Ia bisa bertahan jika tidak melihat senyum adiknya yang menggemaskan dengan dimple manisnya. Bagaimana jailnya Jaehyun, suara tawa Jaehyun dan bahkan tangisannya. Johnny tidak ingin melewatkan itu semua sehari saja. Jika memang orang tua mereka akan berpisah dan memisahkan mereka berdua juga maka itu sangatlah buruk. Johnny sempat berpikir, biarkan saja orang tua mereka yang berpisah asal jangan dia dengan adiknya. Johnny tidak mau itu terjadi.
.
.
.
Keputusan sudah ditentukan. Tidak dapat diubah kembali. Kedua orang tua Johnny dan Jaehyun resmi bercerai. Dengan hak asuh sesuai dengan yang mereka sepakati. Johnny bersama ayahnya dan Jaehyun bersama ibunya. Dengan ketentuan mereka tetap harus saling menjaga komunikasi. Sang ibu tidak boleh melarang sang ayah untuk bertemu Jaehyun begitu pula sebaliknya. Dan kedua orang tua tidak boleh melarang kedua anaknya untuk bertemu.
Jaehyun menggenggam erat tangan Johnny. Dengan air mata yang bercucuran. Jaehyun tidak mengerti apa yang terjadi. Mengapa ibunya menyuruhnya pergi meninggalkan rumah ini bersama dengannya. Sementara Hyung nya tetap tinggal.
"Hiks..aku tidak mau pergi. Aku disini saja dengan Johnny Hyung" erat sekali Jaehyun menggenggam tangan sang kakak. Terus memberontak saat sang ibu terus menariknya. Johnny hanya bisa diam, Ia tidak menangis seperti Jaehyun namun genggaman tangannya juga kuat, melebihi Jaehyun. sungguh Ia juga tidak ingin berpisah dengan adiknya.
"Kau tetap bisa bertemu dengannya Jaehyunie. Sekarang kau harus ikut dengan Eomma" sang ibu terus berusaha menarik Jaehyun. sang ayah juga tidak hanya tinggal diam. Ia ikut menarik Johnny dan mencoba melepas genggaman kuat sang kakak beradik.
Terlepas. Genggaman tangan itu berhasil terlepas. Sang ibu dengan sigap menggendong Jaehyun. Anak berusia sembilan tahun tak peduli jika sudah tidak pantas digendong lagi. Jika tidak begini Jaehyun tak akan mau pergi.
"No..hiks..Hyung. Aku mau sama Hyung saja. Eomma...hiks...turunkan aku Eomma huaaa..." Jaehyun terus memberontak didalam gendongan sang ibu. Namun, tak ada guna, dia benar-benar dipaksa pergi. Berpisah dengan Hyung nya.
Mulai saat itu Johnny dan Jaehyun terpisah. Tak peduli walaupun terpisah mereka tetap saling berkunjung. Jaehyun suka mengunjungi Hyung nya di rumah ayahnya, begitu pula dengan Johnny yang mengunjungi Jaehyun di rumah ibunya. Hampir setiap hari. Pernah sampai menginap pula, tetapi tidak pernah diperbolehkan lebih atau sampai satu minggu.
Orang tua mereka yang berpisah tetapi mereka pula yang menjadi korbannya. Meskipun begitu itu tidak mengurangi Johnny untuk selalu tetap memperhatikan Jaehyun. tidak mengurangi Jaehyun untuk tetap bermanja pada kakaknya. Tak sedikit pun rasa kasih sayang mereka berdua berkurang. Mungkin orang tua mereka sudah tidak berstatus sebagai suami-istri namun sampai kapan pun status Johnny dan Jaehyun tetaplah kakak-adik.
Bertahun-tahun berlalu. Kini Johnny dan Jaehyun sudah bukan lagi dikatakan sebagai anak kecil. Mereka sudah remaja. Sudah menginjak kursi sekolah menengah. Walau tetap hidup terpisah. Mereka tidak berada di satu sekolah yang sama. Johnny duduk di bangku sekolah menengah atas sementara Jaehyun baru memasuki tahun pertama di sekolah menengah pertama. Johnny tetap menyempatkan diri untuk paling tidak menjemput adiknya pulang sekolah. Ia akan dengan setia menunggu didepan gerbang sekolah adiknya.
"Hyung" Jaehyun berlari menghampiri Johnny yang sudah menunggu didepan gerbang sekolahnya. "Menunggu lama?"
"Hmm..lumayan" mereka berjalan beriringan menuju halte bus terdekat.
"Eomma bilang kau harus kerumah Hyung. Dia memasak makanan kesukaanmu"
"Benarkah?"
Jaehyun mengangguk. Bus yang akan mereka tumpangi telah tiba, mereka berdua menaiki bus tesebut dan menempati kursi paling belakang yang kebetulan kosong. Jaehyun merogoh kantong seragam almamaternya dan mengeluarkan sebungkus coklat dari sana. Memberikannya kepada Johnny.
"Kau sering menungguku di depan gerbang. Banyak murid yang memperhatikanmu. Sejak mereka tau kalau aku adikmu mereka selalu mendekatiku dan berusaha menyampaikan sesuatu padamu"
Johnny mengangkat sebelah alisnya tidak mengerti dengan maksud Jaehyun.
"Jaehyun, jadi orang yang selalu menunggu mu di depan gerbang itu adalah Hyung mu? Kenapa kau tidak mengatakannya? Hyung mu sangat tampan" Jaehyun menirukan bagaimana teman-temannya yang selalu antusias saat mereka membicarakan tentang kakak nya itu. Sedikit jengkel juga Jaehyun mendengarnya. Tidak hanya sampai disitu. Banyak teman-temannya yang menitipkan barang-barang kepadanya untuk diberikan kepada Hyung nya ini. Memangnya Jaehyun ini kurir pengantar barang? Jika sudah begitu Jaehyun akan terima saja apa yang mereka berikan kepadanya untuk disampaikan kepada Hyung nya. Tetapi secara diam-diam Jaehyun memilihnya. Memilih mana barang yang pantas diberikan dan yang tidak, sisanya diam-diam Ia buang ke tempat sampah. Dan coklat yang baru saja diberikan kepada Hyung nya itu adalah salah satu yang lolos seleksi.
"Aku lupa coklat itu dari siapa. sebenarnya ada banyak sih hadiah untukmu, tetapi aku buang. Memangnya aku kurir pengantar barang" ucap Jaehyun kesal tanpa sadar Ia memajukan bibir bawahnya. Mengalihkan pandangannya, memandang keluar jendela. Johnny terkekeh pelan melihat tingkah adiknya itu.
"Jika yang lainnya kau buang, kenapa coklat ini tidak?"
Jaehyun kini kembali menoleh dan menatap Hyung nya dengan mata berbinar dan sedikit tersenyum. Sebenarnya ada alasan lain kenapa Jaehyun tidak membuang coklat ini. Dari sekian banyak barang yang diterima, entah itu surat-surat dengan isi yang menggelikan, barang-barang aneh seperti boneka atau bunga lah dan masih banyak lagi. Hanya coklat ini salah satu barang yang diterimanya yang bisa dimakan. Itulah sebabnya Jaehyun tidak membuangnya.
"Aku tau itu untukmu, tapi tidak salah kan kalau kita berbagi Hyung. Itu coklat dari Swiss sepertinya enak"
Johnny tertawa setelahnya. Sudah Ia duga alasan mengapa Ia tidak membuang coklat ini. Adiknya kalau sudah berurusan dengan makanan pasti selalu kalah. Jika Jaehyun sedang merajuk atau kesal jurus andalan Johnny untuk membuatnya membaik lagi tidak lain tidak bukan adalah makanan. Johnny sudah hapal benar itu. Ia membuka bungkus coklatnya, memotong kecil coklat tersebut dan menyuapinya kedalam mulut Jaehyun yang dengan senang hati menerimanya.
"Woah..sudah kuduga rasanya enak" Jaehyun langsung berbinar kala coklat itu meleleh didalam mulutnya.
"Untukmu saja kalau kau suka"
"Tapi kan orang itu memberikannya untukmu"
"Sekarang coklat ini milikku. Dan aku memberikannya untukmu" Johnny menyerahkan coklat tersebut ke tangan Jaehyun.
"Kau tetap harus mencobanya Hyung. Ini enak" Jaehyun memotong sebagian kecil coklat tersebut dan memberikannya kepada Hyung nya "Bagaimana? Enak kan Hyung?"
Johnny mengangguk sambil mengemut coklat yang ada di dalam mulutnya ini. Sisanya Jaehyun yang menghabiskan coklat tersebut. Kalau saja orang-orang yang memberikan hadiah kepada Hyung nya sesuatu yang bisa dimakan dan enak seperti ini dengan senang hati Jaehyun akan menerimanya, tidak akan berakhir ditempat sampah. Besok Jaehyun akan mengatakan kepada para penggemar Hyung nya itu untuk memberikan makanan saja daripada barang aneh yang menggelikan. Johnny tidak marah jika Jaehyun membuang hadiah-hadiah yang diberikan untuknya, Ia juga tidak ada niatan untuk menerimanya.
Johnny sedikit menutup jendela yang ada disamping adiknya karena anging yang kencang. Ia takut Jaehyun terserang flu. Udara akhir-akhir ini sangat dingin karena sebentar lagi akan memasuki musim dingin. Jika Jaehyun jatuh sakit itu adalah mimpi buruk, Johnny tidak mau membayangkan betapa tersiksanya Jaehyun hanya untuk menelan obat.
"Hyung kemarin malam aku begadang untuk mengarjakan tugas. Aku mengantuk, bangunkan aku jika sudah sampai yah" Jaehyun menyandarkan kepalanya di jendela dan mencoba menutup matanya.
"Nanti akan ku bangunkan. Tidurlah" Johnny menarik Jaehyun ke bahunya, bersandar di jendela pastilah tidak nyaman, jika terbentur nanti akan sakit. Jaehyun memposisikan dirinya senyaman mungkin lalu menutup kedua matanya. Jika sudah berada disamping Johnny dia sudah tidak perlu merasa khwatir lagi, sudah aman dan nyaman ada yang menjaganya. Dia pernah melewati halte bus tujuannya karena tertidur, tapi kali ini Ia tidak perlu mengkhawatirkan itu lagi, karena ada Hyung nya disampinya.
.
.
.
Waktu terus berjalan, musim dan tahun terus berganti. Begitu pula dengan Johnny dan Jaehyun. mereka berdua kini bukan lagi remaja yang duduk di sekolah menengah. Semakin dewasa semakin terbuka pula pikiran mereka. Johnny kini berusia dua puluh tiga tahun dan Jaehyun berusia dua puluh tahun. Keduanya masih hidup seperti dulu, terpisah sama seperti orang tua mereka. Biarpun begitu komunikasi mereka diantara kedua orang tua mereka tetap baik. Jaehyun masih berkomunikasi dengan baik dengan ayahnya, walaupun tidak tinggal bersama, ayahnya ini masih tau bagaimana tumbuh kembangnya Jaehyun anak bungsunya. Apa yang Jaehyun sukai, apa yang Jaehyun inginkan, ayahnya masih mengetahui segalanya selayaknya seorang ayah. Begitu pula sang ibu yang masih memantau bagaimana Johnny yang tinggal bersama ayahnya, bagaimana pergaulannya, apa yang menjadi perhatian besar Johnny saat ini, sang ibu tau semuanya. Perpisahaan kedua orang tua mereka tidak membuat kedua orang tua mereka mengurangi rasa perhatian mereka kepada kedua anaknya. Semuanya terasa sama, hanya saja mereka hidup terpisah di tempat mereka masing-masing.
Mereka berdua sudah memasuki usia dewasa, usia yang legal. Mereka kini bisa melakukan apapun yang mereka mau termasuk mengambil suatu keputusan. Johnny sudah menantikan ini, dimana adiknya sudah memasuki usia dua puluh tahun. Sudah sejak lama Ia memiliki keinginan dimana dirinya dapat tinggal bersama adiknya kembali, tidak dipisah-pisahkan lagi. Sekarang sudah tidak ada lagi halangan untuk mereka tinggal bersama lagi. Sudah tidak ada lagi alasan 'Kalian masih kecil, masih butuh pengawasan' karena sekarang mereka berdua sudah bukan lagi anak-anak.
Johnny mengatakan kepada orang tuanya bahwa Ia ingin tinggal bersama Jaehyun. Mereka berdua saja. Tentu saja hal itu ditentang oleh kedua orang tuanya. Terutama ibunya. Keputusan ini bukan hanya keputusan Johnny semata. Jaehyun juga sudah menyetujuinya. Tinggal bagaimana cara Johnny merayu kedua orang tuanya agar diberikan ijin.
"Memangnya kenapa jika kita tinggal bersama? Bukankah itu akan lebih baik? daripada seperti ini terus aku lelah" Johnny berusaha membujuk ibunya. Tantangan paling besar adalah membujuk seorang ibu, jika membujuk ayahnya nanti tidak akan sulit, jika ibunya mengijinkan pasti ayahnya akan mengijiinkan pula. Maka dari itu Johnny harus berusaha dengan baik membujuk sang ibu akan didapatkannya ijin.
"Ini bukan hanya keinginanku Eomma, Jaehyun juga sudah menyetujuinya. Aku sudah dua puluh tiga tahun, Jaehyun sudah dua puluh tahun kita bukan anak-anak lagi. Nanti aku akan menjaga Jaehyun aku janji"
Sang ibu kini melirik anak bungsunya yang duduk tak jauh dari Johnny. Jaehyun hanya mengangguk saja, tanda apa yang dikatakan oleh Hyung nya itu adalah benar adanya. Ia tidak mengatakan apapun, Ia serahkan semuanya pada Hyung nya.
"Tapi..."
"Eomma, kami sudah dewasa. Sudah bukan anak-anak lagi. kami bukan lagi jagoan kecil kalian seperti dulu. Dulu kami tidak bisa berbuat apa-apa kala kalian memisahkan kami. Tapi sekarang tidak lagi, kita sudah dewasa. Kalian berdua yang berpisah maka jangan pisahkan kami juga"
Dan terenyuhlah seorang wanita yang mendengarkan perkataan Johnny tadi. Jaehyun menyikut Johnny yang merasa bahwa perkataannya barusan sedikit keterlaluan karena Ia melihat ibunya yang memasang wajah hampir menangis. Johnny tidak peduli, selain alasan untuk membujuk sang ibu, kata-kata barusan juga sebuah kata-kata yang selama ini Ia ingin lontarkan kepada kedua orang tuanya. Sang ibu menghembuskan napasnya dan tersenyum. Ia baru menyadari bagaimana anaknya ini sudah tumbuh dewasa hingga bisa melontarkan kata-kata seperti itu, dulu hanya bisa menangis saja melihat nasib kedua orang tuanya yang berpisah. Sekarang Johnny sudah bisa mengeluarkan pendapat dan perasaannya terhadap perpisahan kedua orang tuanya.
"Baiklah" sang ibu mengangguk "Ku ijinkan jika memang itu mau kalian"
Johnny dan Jaehyun langsung tersenyum senang, kini mereka hanya tinggal mengatakan kepada ayahnya bahwa mereka sudah mendapatkan ijin dari sang ibu. Tak berapa lama, orang tua mereka benar-benar membiarkan apa yang kedua anaknya inginkan. Ayahnya memfasilitasi keduanya dengan sebuah Flat lengkap dengan isinya, cukup besar untuk ditinggali berdua, dengan dua kamar tidur lengkap dengan dapur, ruang tengah dan balkon pula. Kedua orang tuanya berpesan untuk tetap mengunjungi mereka.
"Hyung kau mau pilih kamar yang mana?" Jaehyun selesai melihat-lihat sekeliling tempat yang akan mereka tinggali ini. Dari mulai kamar, dapur, ruang tengahnya, kamar mandi, sampai balkon. Kini Ia bertanya kepada Hyung nya kamar mana yang ingin Ia tempati. Biar bagaimanapun Johnny adalah Hyung nya, Ia lebih memiliki prioritas disini jadi alangkah lebih baik jika Jaehyun bertanya terlebih dahulu sebelum memilih kamar mana yang Ia mau.
"Kau mau dimana?"
Jaehyun menunjuk salah satu kamar yang letaknya tidak jauh dari pintu balkon. Sebenarnya dua kamar disini sama besarnya, hanya saja kamar yang ditunjuk Jaehyun memiliki jendela yang menghadap langsung ke pemandangan luar. Dari awal melihat-lihat Jaehyun sudah suka dengan kamar yang itu.
"Yasudah aku akan pilih yang satu lagi" ucap Johnny singkat. Johnny tidak masalah kamar yang mana saja, menurutnya semuanya sama saja.
"Benar yah Hyung?" Jaehyun meyakinkan Hyung nya sekali lagi. Berharap Hyung nya tidak berubah pikiran.
"Hmm..." Johnny mengangguk sambil membuka kardus yang berisi buku-buku yang dibawanya untuk di letakkan di dalam rak dengan rapi.
"Yes!" Jaehyun langsung kesenangan. Diseretnya koper yang Ia bawa ke dalam kamar, Ia ingin segera membereskan barang-barang yang dibawanya. Johnny hanya tersenyum singkat melihat tingkah adiknya itu.
Keduanya sibuk membereskan barang-barang mereka. Jaehyun sempat membantu Johnny memasukan pakaian Johnny kedalam lemari. Mereka juga memasukkan bahan-bahan makanan yang diberikan oleh ibu mereka kedalam kulkas. Johnny sibuk menata barang-barang diruang tengah, menggeser sofa kesana-kemari, sampai Ia rasa posisi sofa, meja dan barang-barag lainnya yang ada diruang tengah pas. Sementara Jaehyun sibuk didapur. Meletakkan piring, mangkuk, gelas, sendok dan alat makan lainnya kedalam rak. Ia juga menyusun bumbu-bumbu dapur yang mungkin akan digunakan untuk memasak nanti ketempatnya secara rapi. Setelah dapur selesai, Ia ke kamar mandi untuk meletakan sabun, shampo, sikat gigi, pasta gigi dan kebutuhan mandi lainnya disana, ditata secara rapi.
Ting..tong..
Suara bell menginterupsi keduanya. Jaehyun bergegas keluar untuk menyambut tamu yang datang.
"Biar aku saja yang buka Hyung" ucapnya kepada Johnny yang juga baru saja ingin bangkit dari kesibukannya memasang kabel TV.
Jaehyun melirik sebentar ke layar interkom. Ia tersenyum singkat karena sudah bisa ditebak siapa yang akan datang. Selain kedua orang tua mereka, hanya orang ini yang tahu tempat tinggal baru mereka. Jaehyun membuka pintunya disambut dengan senyum ramah orang yang sudah dikenalnya ini.
"Guess, both of you are hungry right?" sapa orang tersebut kepada Jaehyun dengan menunjukan dua kantong plastik yang berisi makanan.
"Doyoung Hyung, ayo masuk" Jaehyun membiarkan tamu yang bernama Doyoung untuk masuk, membantunya membawa barang yang dibawa.
"Hyung, Doyoung hyung datang" Jaehyun memberitahukan kedatangan Doyoung kepada Johnny. Lalu Ia pergi ke dapur untuk menyajikan makanan yang baru saja dibawa oleh Doyoung.
"I know it must be him" Johnny langsung bangkit dari tempatnya. Urusannya memasang kabel sudah selsai. Kini Ia menghampiri Doyoung menyambutnya dengan senyum ramah dan memeluknya sebentar. Johnny meraih kantong plastik yang ada di tangan Doyoung dan menyusul Jaehyun ke dapur. Doyoung melihat-lihat sekeliling. Mengamati tempat tinggal baru kedua kakak-beradik ini.
"Aku kira aku akan disambut kardus-kardus menumpuk saat datang. Ternyata semuanya sudah rapi" ucapnya sambil menutup pintu kamar Johnny yang baru saja dilihatnya, dan kini Ia menyusul kedua kakak-beradik itu ke dapur dan bergabung bersama mereka duduk di meja makan yang sudah tersaji makanan yang dibawanya tadi.
"Jaehyun yang menyuruhku untuk merapikannya sekarang. Jika nanti-nanti tidak ada waktu lagi, Jaehyun kan kuliah, aku juga bekerja"
"Tadinya aku datang untuk membantu, karena sudah rapi semua ya sudah"
"Harusnya kau datang lebih awal jika ingin membantu Hyung"
Doyoung hanya terkekeh pelan dan meraih sumpit. Makanan yang dibawanya ini lebih dari cukup untuk dimakan oleh tiga orang. Ia memang sengaja memesan banyak karena Ia tahu kedua orang yang akan dikunjunginya ini pastilah sangat lapar. Terutama orang berkulit putih berdimple yang napsu makannya luar biasa itu, pasti dibutuhkan porsi double disaat-saat seperti ini, Dan apa yang Doyoung duga benar adanya, karena Jaehyun dengan lahap memakan makanan yang dibawanya, Ia benar-benar lapar.
"Tempat tinggal kalian cukup nyaman, aku rasa kalian akan betah disini"
"Tentu saja. Jika bersama Jaehyun tinggal digubuk pun aku betah"
Jaehyun tertawa mendengar ucapan Johnny. Hyung nya ini terkadang memang terlalu hiperbola. Sementara Doyoung hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Johnny.
"Aku menginap disini boleh tidak?"
"Boleh"
"Tidak"
Jaehyun dan Johnny memberikan jawaban yang berbeda. Jaehyun menatap Johnny heran dengan jawaban yang diberikan Hyung nya itu. Jaehyun sih tidak keberatan jika Doyoung mau menginap disini. Ia malah senang jadi suasana akan cukup ramai. Tapi kenapa pendapatnya berlawanan dengan Johnny?
"Hari ini aku ingin berdua dengan Jaehyun. Sudah lama sekali aku tidak merasakan bagaimana rasanya menghabiskan banyak waktu dengannya. Maka dari itu sebaiknya jangan hari ini" ucap Johnny lembut kepada Doyoung agar tidak menyinggung perasaan orang yang ada disampingnya ini, memberikan alasan kenapa Ia tidak menginginkan Doyoung untuk menginap hari ini. Mungkin dilain waktu tapi tidak hari ini.
"Cih..sudah kuduga. Kau tau, jika ada orang yang bertanya siapa yang..."
"...Yang membuatmu cemburu itu adalah Jaehyun" Johnny menyahuti apa yang akan dikatakan oleh Doyoung. Sudah hapal benar Johnny dengan kata-kata itu. Doyoung hanya memutar kedua bola matanya jengkel. Jaehyun yang memperhatikan hanya diam saja tidak berkata apapun. Dalam hati Ia merasa tidak enak kepada Doyoung.
"Tak kusangka aku cemburu dengan adik kekasihku sendiri" ucapnya dengan nada sakartis yang sudah tidak mengejutkan bagi Johnny maupun Jaehyun.
"Ku mohon mengertilah" Johnny mengelus pelan rambut Doyoung.
Suasana tidak enak sempat menyelimuti mereka bertiga. Dan salah satu yang berada di posisi paling tidak nyaman adalah Jaehyun. Karena tentu saja tidak nyaman jika berada di tengah-tengah suasana sedikit menegangkan karena pertengkaran kecil Hyung nya dengan kekasihnya apalagi alasan dibalik pertengkaran kecil itu adalah dirinya. Namun itu hanya sementara karena beberapa saat kemudian mereka kembali seperti semula. Selesai makan mereka menghabiskan waktu mereka bermalas-malasan di ruang tengah sambil menonton TV, atau lebih tepatnya hanya Jaehyun yang menonton TV karena dua orang tertua lainnya sedang asik dengan urusan mereka masing-masing. Doyoung duduk di sofa dengan Johnny yang tertidur dengan menggunakan paha nya sebagai bantalan kepalanya. Seharusnya jika posisi seperti ini maka tangan Doyoung mungkin akan mengelus lembut rambut Johnny. Tangan itu malah sibuk memainkan rambut coklat gelap orang yang lebih muda darinya. Yang duduk di karpet tebal empuk bersandar di sofa tidak jauh dari kaki Doyoung. Jujur Doyoung akui Jaehyun memiliki rambut yang tebal dan lembut dan sangat menyenangkan jika menyentuhnya. Doyoung asik membuat simpul kepang kecil di rambut Jaehyun.
"Doyoung Hyung jangan lakukan itu lagi, aku bukan wanita" Jaehyun menyingkirkan tangan Doyoung dari rambutnya yang sudah mulai usil membuat simpul kepang yang menurutnya aneh. Ini bukan kali pertama, sudah beberapa kali Doyoung melakukan hal ini kepadanya.
"Ish..diam, aku belum selesai" Ia menepis tangan Jaehyun yang mengganggu kegiatannya ini, tak peduli dengan protesan Jaehyun, Doyoung tetap melanjutkan aksinya mengepang rambut halus Jaehyun. Sambil terkekeh pelan. Dan Jaehyun hanya bisa pasrah saja menerimanya.
Ponsel Doyoung yang berada di meja bergetar menandakan ada panggilan masuk. Jaehyun yang berada tak jauh dari meja berinisiatif untuk meraih ponsel tersebut dan menyerahkannya kepada Doyoung. Dalam hati Ia senang karena dengan ini Doyoung tidak lagi bermain-main dengan rambutnya. Jaehyun merapikan rambutnya, yang dimata Doyoung adalah merusak kepangan yang sudah dibuatnya.
"Halo...iya Hyung...oh iya aku kesana" Doyoung mengakhiri panggilan teleponnya yang singkat. "Jaehyun sepertinya aku harus pergi. Hyung ku dirumah membutuhkan bantuan"
"Oh begitu. Yasudah" Jaehyun bangkit dari tempatnya, Ia melirik Johnny yang pulas di pangkuan Doyoung "Tunggu sebentar Hyung" Jaehyun berjalan kearah kamar untuk mengambil sebuah bantal. Setelahnya Ia membantu Doyoung untuk menyingkirkan Johnny dari pangkuannya yang masih tertidur ini. Dengan perlahan agar tidak membangunkan Johnny. Jaehyun meletakkan bantal sebagai pengganti paha Doyoung tadi ketika Doyoung berhasil berdiri.
"Sepertinya dia sangat lelah"
Jaehyun mengangguk. Johnny memang orang yang paling sibuk saat mereka akan pindah di tempat baru. Segala sesuatunya Johnny lah yang mengurus maka dari itu tidak heran jika Johnny kelelahan seperti ini.
"Ayo Hyung. Kuantar sampai depan"
"Tidak usah. Nanti jika Johnny bangun kau tidak ada bisa panik dia" Doyoung mengenakan denim jacketnya yang tadi sempat Ia lepas. Tak lupa memasukan kunci mobil serta ponselnya kedalam saku celananya. Jaehyun mengantarnya sampai depan pintu.
"Bilang pada Johnny aku pulang karena Hyung ku memanggilku" Jaehyun mengangguk pelan dan menggumam membalas perkataan Doyoung.
"Oh iya Hyung. 0402"
"Huh?" Doyoung menautkan alisnya tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Jaehyun.
"Passcode flat ini 0402. Nanti jika kau datang kesini langsung masuk saja tidak perlu menekan bell lagi Hyung"
Doyoung tersenyum dan mengangguk. Sudah berapa kali Doyoung katakan bahwa orang yang ada dihadapannya yang tersenyum ramah dengan lensung pipi menggemaskan ini adalah salah satu orang yang paling sering membuatnya cemburu. Katakan bahwa Doyoung bodoh, bagaimana bisa cemburu dengan adik kekasihnya sendiri. Tapi siapun yang ada di posisi Doyoung pasti akan mengerti mengapa Doyoung merasa cemburu dengan orang ini. Meski begitu, Doyoung tidak pernah membenci Jaehyun. Jaehyun sangat manis, jika Doyoung punya seorang adik Doyoung ingin yang seperti Jaehyun. Menggemaskan, manja dan sangat menyenangkan. Doyoung mengerti mengapa Johnny sangat menyayangi adiknya, jika adiknya seperti ini siapa yang tidak sayang.
"Sampai jumpa Hyung, hati-hati dijalan" Jaehyun tersenyum sambil melambaikan tangannya, tak lama kemudian Ia menutup pintu. Doyoung masih diam mematung di depan pintu yang baru saja tertutup dihadapnnya ini. Senyumnya seketika menghilang berubah menjadi ekspresi dingin dan sidikit tidak bersahabat. Ia berbalik berjalan menjauhi pintu tersebut. Disaat seperti ini Doyoung jadi mengingat hari itu. Dimana hubungannya dengan Johnny dimulai.
.
"Bagaimana? Kau mau tidak jadi kekasihku?"
Suasana ramai cafe disiang hari tidak mempengaruhi sunyinya suasana dua orang yang sedang duduk berhadapan disalah satu sudut cafe. Mereka berdua hanya terdiam saat sebuah kalimat muncul dari mulut salah satu dari mereka. Mata indah yang menyerupai bentuk mata kelinci itu tak pernah teralihkan dari sepasang mata indah yang seperti rubah berwarna coklat terang. Ia menunggu jawaban atas apa yang baru saja di katakannya. Mereka berdua bukan orang asing yang baru saling mengenal. Sudah paham betul sifat masing-masing, mulai dari apa yang disuka dan apa yang dibenci.
"Doyoung, kau tidak serius kan?"
"Aku serius" Doyoung menegaskan perkataannya "Aku serius dengan perkataanku tadi John, jadi jawab pertanyaanku"
Johnny sudah lama mengenal orang yang ada dihadapannya ini. Bisa dikatakan orang ini adalah salah satu teman yang paling baik yang dikenalnya. Sudah tiga tahun lamanya Ia mengenal Doyoung. Baik, pintar, dan yang paling melekat adalah bagaimana terkadang Ia selalu berkata dengan sakartis. Dan itulah Doyoung yang Ia kenal memang seperti itu. Namun apa yang baru saja Doyoung katakan padanya cukup membuatnya terkejut. Johnny tidak akan pernah menyangka bahwa Doyoung akan memintanya untuk menjadi kekasihnya. Selama ini mereka berteman tidak pernah sedikit pun Johnny merasakan hal lebih kepada Doyoung. Temannya yang lebih mirip dengan kelinci ini selalu dianggapnya sebagai sahabat terbaiknya.
"Aku tidak mengerti kenapa kau mengatakan itu Doyoung"
"Karena aku menyukai oh..bukan aku mencintaimu" Doyoung menunduk dan sedikit menggigit bibirnya. Sungguh Ia benar-benar malu mengatakan ini kepada Johnny. Ia juga takut dengan apa yang akan dikatakan Johnny nanti. Jika Johnny berkata Iya maka tentu saja Doyoung akan sangat senang, tapi jika Johnny berkata Tidak bagaimana? Sebenarnya tidak apa, hanya saja Doyoung takut Johnny akan menjauhinya dan tidak ingin berteman dengannya lagi.
"Sejak kapan?"
"Jangan tanya padaku, aku juga tidak tahu"
Tiga tahun bersama. Doyoung bahkan tidak sadar kapan perasaannya terhadap Johnny tumbuh. Ia hanya merasa nyaman berada di dekat temannya ini. Dan merasa kehilangan kala Johnny pergi berlibur untuk beberapa minggu bersama adiknya. Johnny selalu menjadi orang yang masuk kedalam pikirannya sebelum Ia jatuh tertidur dan mampir ke dalam mimpi-mimpinya. Doyoung juga tidak tahu mengapa. Doyoung awalnya mencoba menepis perasaannya bahwa hal itu dirasakan hanya karena betapa baiknya Johnny kepadanya dan pertemanan mereka yang bisa dikatakan bukan pertemanan yang singkat. Mereka berdua bahkan sudah mengenal satu sama lain dengan sangat baik. Doyoung bahkan sampai akrab dengan Jaehyun adiknya Johnny.
"Kau tinggal menjawab Iya atau Tidak. Aku mengungkapkan ini agar aku bisa tertidur dengan nyaman. Karena ini selalu mengganggu pikiranku dimalam hari"
Johnny tersenyum kepada Doyoung. Mencoba mengurangi rasa canggung diantara mereka berdua. Temannya ini cukup membuatnya terkejut dengan perkataannya. Biar begitu Johnny tetap harus memberikan tanggapan.
"Kau tahu kan, ini sangat mengejutkan"
"Hm aku bahkan sangat terkejut bisa mengatakan ini padamu"
"Kau sangat baik Doyoung. Siapa yang tidak mau jadi kekasihmu. Tetapi aku tidak bisa"
"Kenapa?"
"Aku tidak akan bisa menjadikanmu prioritasku, tidak akan bisa"
Doyoung terdiam. Sedikit merasakan sakit di dadanya. Doyoung tidak akan menyangka jika mendapat penolakkan akan seperti ini rasanya. Iya seperti ingin memutar waktu dan menarik kata-kata nya kembali. Ternyata lebih baik dihantui bayang-bayang perasaannya kepada Johnny dimalam hari daripada mendapatkan jawaban penolakkan seperti ini.
"Maafkan aku Doyoung"
"Memangnya siapa yang selalu jadi prioritas utamamu?" Doyoung hanya menunduk dan tidak menatap Johnny. Tangannya sibuk memutar-mutar sedotan di cup latte nya mengalihkan rasa gugup sekaligus sakit hatinya.
"Kau kenal betul siapa orangnya"
"Jaehyun?" Ia mengangkat kepalanya dan mendapatkan anggukan dari Johnny. "Dia adikmu, bukankah wajar jika dia memang prioritasmu?"
"Aku rasa kau tidak akan mengerti"
"Kita coba, jika hubungan kita tidak berjalan baik aku akan mengakhirinya"
"Tapi perasaanku padamu..."
"Aku harap perasaanmu bisa tumbuh ditengah hubungan kita nanti"
Johnny terdiam sebentar. Ia tampak bepikir sambil memandang temannya yang ada di hadapannya ini. Betapa seriusnya Doyoung sampai Johnny tidak menemukan celah di manik matanya. Ini hal yang serius dan sedikit sensitif, Johnny tidak boleh sembarang mengambil keputusan. Karena nantinya Ia akan melukai perasaan seseorang.
"hmm..baiklah"
Doyoung sedikit melebarkan matanya dengan jawaban Johnny. Binar matanya kembali lagi, jawaban Johnny tadi seakan mencerahkan hatinya yang sempat suram. Ia tersenyum senang, begitu pula dengan Johnny yang tersenyum lembut kepadanya.
"Aku akan berusaha untuk menjalani hubungan yang baik"
.
Begitulah awal mula hubungan mereka. Tidak romantis sekali sebenarnya. Mereka mengawalinya dengan alasan mencoba. Hebatnya hubungan mereka bertahan sampi detik ini. Doyoung merasakan bagaimana Johnny yang mencoba untuk menjadi kekasih yang baik untuknya, dan Doyoung hargai itu. Doyoung pikir Johnny akan bersikap tak peduli, atau bersikap seperti biasa, menganggapnya sebagai teman. Nyatanya Johnny benar-benar bersikap sebagai seorang kekasih. Menggandeng tangannya, memeluknya, menciumnya Johnny melakukan itu semua dan tidak ada kesan terpaksa dari semua aksinya.
Satu yang paling mengganggu Doyoung. Johnny benar-benar serius dengan kata-katanya bahwa dia tidak akan pernah bisa menjadi prioritas utama. Doyoung pikir hal yang wajar jika memang seorang kakak menaruh perhatian besar kepada sang adik. Doyoung juga memiliki seorang kakak dan Doyoung tau rasanya. Tapi berbeda dengan Johnny, Doyoung selalu berpikir jika rasa sayang kekasihnya kepada adiknya itu sangatlah melibihi batas wajar. Batal nya acara kencan mereka, kurangnya waktu mereka berdua untuk bersama, bahkan Johnny pernah pergi begitu saja ditengah mereka sedang berkencan semua itu tidak lain tidak bukan adalah karena Jaehyun.
Marah? Tidak, Doyoung tidak bisa marah akan hal itu. Johnny sudah memperingatinya dari awal jika Jaehyun adalah prioritasnya. Hanya saja Doyoung ingin merubahnya. Seandainya bisa, Doyoung ingin merubah bagaimana cara Johnny menatap Jaehyun, bagaimana Johnny memperlakukan Jaehyun, bagaimana Johnny sangat menyayangi Jaehyun. Doyoung ingin merubah itu semua, dia bukan ingin merusak hubungan kedua kakak-beradik itu, Doyoung hanya ingin Johnny bersikap sewajarnya seorang kakak kepada Jaehyun. Doyoung tidak bodoh, dia memperhatikan, dan Doyoung tau benar perasaan seperti apa yang dimiliki Johnny kepada adiknya. Gila memang jika Doyoung bayangkan. Dan itulah salah satu alasan mengapa sampai saat ini hubungannya dengan Johnny masih bertahan. Karena Doyoung ingin Johnny merubah perasaannya terhadap adik tercintanya.
.
.
.
END
eh salah maksudnya
TBC
HOLAAAAA
hahahaha, tolong diriku ini. malam-malam post ini fanfic.
satu yang perlu kalian tau, aku pos fanfic ini karena aku takut dikutuk oleh kak Sora atau kak Daun aka daunlontar. katanya klo gak di post malem ini aku akan dikutuk, dan dia bakal nunggu sampe subuh ahahaha ampun kak sora ini sudah ku post nih.
btw, cerita ini terinsiprasi dari diriku yang iseng2 nyari di mbah google tentang brothercomplex and...brooo brothercomplex is real, Star gak menyangka menemukan banyak cerita mereka-mereka yang menyukai kakak atau adiknya sendiri suka yang mengarah pada cinta. setelah itu Star berguru kepada kakak sora tercinta tentang perbedaan brothercomplex and incest. kak sora do you remember that? haha
hmm...jujur aja cerita ini lebih terstruktur dibandingkan dengan My Enemy? karena sudah terbayang kedepannya akan seperti apa. untuk My Enemy? itu jangan ditanya update kapan yah, blm ada mood untuk lanjut.
and yaah ini JohnJae and JohnDo
Doyoung nya request dari kak sora hahaha
dan hey Emerald Sunday, dirimu selalu penasaran kan tentang fic yang membusuk di file ku? and this is it. ini fic yang bikin kamu penasaran, sudah ku rombak total hahaha
dan fic ini adalah fic taruhan kita, Star post aja, gak tega Star buat chingu yang satu itu penasaran.
hiraukan rated dari fic ini karena kalau Star tidak sanggup akan Star turunkan lagi rate nya jadi T HAHAHAHAHA. dan jangan berharap bakal fast update, skripsi masih blm di acak acak tuh
mohon kritik saran dari kalian siapa tau aja jika kalian punya ide ini itu bisa menjadi bahan buat Star. dan kali aja review kalian membangun semangat Star untuk cepat melanjutkan fic ini.
sekian cuap cuap dari Star, maaf malah memposting ff baru dibandingkan dengan mengupdate ff sebelah. Tanganku gatel soalnya sama fic ini. semoga kalian suka. sampai ketemu lai di chapter depan. Bye..Bye..
-100BrightStars-
