Naruto © Masashi Kishimoto
涙色 © Hanabi no Sakura Ft Reynaras
Romance, Hurt/Comfort
Rated M
Naruto - Tsunade
SUMMARY :
Namikaze Naruto, as a new Junior from Konoha High School, he finally get a chance to get closer to Tsunade, his very first crush. But little did he know, Tsunade has an evilest boyfriend in the entire school.
Bagi sebagian masyarakat, cinta adalah sebuah komplikasi perasaan yang sulit diungkapkan. Bagi sebagian lain, cinta tidak lebih dari sebuah perasaan tabu. Tapi kembali bagaimana masing-masing dari manusia menempati posisi dirinya. Apa sebenarnya definisi cinta bagi kalian? Apa benar sesuatu yang dinamakan cinta itu butuh alasan? Jika ya, apa kalian yakin "cinta" yang kalian rasakan itu adalah cinta yang tulus?
Jika kalian bertanya padaku, aku sendiri tidak tau bagaimana mendefiniskannya. Bagaimanapun juga, aku hanyalah seorang remaja berusia 16 tahun yang hidup dalam kemewahan. Tinggal dirumah mewah dengan berderet mobil mahal sudah menjadi keseharianku. Kedua orang tuaku mendapat berkat yang banyak dengan menjadi seorang CEO dari perusahaan Namikaze Corp, bersama dengan Ibuku yang kebetulan menjadi pewaris tunggal dai Uzumaki Corp. Kedua perusahana berakhir bekerja sama dan berujung menjadi perusahaan terbesar di Konoha City. Hidup dalam keluarga dengan serba berkebutuhan tidak juga membuatku mengerti dan memahami definisi cinta yang selalu menjadi pertanyaan semua orang.
Tak hanya dengan uang dan perusahaan, kembali orang tuaku diberkati dengan dua anak lelaki yang mungkin saja suatu saat akan menggantikan posisi mereka, yaitu aku dan kakak lelakiku, Namikaze Nagato.
Aku Namikaze Naruto, dan inilah kisahku.
Normal POV
Cuaca di Konoha City pagi ini cukup membuat para penghuni kota mewah itu menjadi enggan untuk sekedar menggerakan tubuh mereka. Hujan di pagi hari sudah menjadi judul yang buruk bagi semua orang yang akan memulai aktivias pagi mereka. Tingkat kemalasan manusia untuk beraktifitas pagi akan bertambah dua kali lipat ketika cuaca sudah tidak mendukung, dan kali ini hujan dengan intensitas yang cukup deras membuat lalu lintas di Konoha City terbilang lebih sepi yang biasanya. Baik tua maupun muda, sekolah maupun bekerja, tidak ada yang tidak kesulitan untuk memulai hari bersamaan dengan turunnya fenomena alam ini.
Tak terkecuali bagi seorang remaja dengan surai pirang yang sedang menggerutu di balik jendela rumahnya. Biasanya, tepat pukul lima pagi, lelaki ini sudah siap dengan perlengkapan olahraganya dan berdiri di depan rumah untuk memulai rutinitas paginya untu berlari. Namun, hingga waktu menujukan pukul lima lebih dua puluh menit di layar ponsel pintarnya, hujan belum juga menunjukan tanda-tanda akan berhenti.
"Kami-sama, bagaimana aku bisa bertemu dengannya dengan cuaca seperti ini," Entah sudah berapa kali lelaki ini mengacak surainya sembari mengeluarkan kata-kata kasar. Sudah menjadi sebuah kewajiban baginya untuk sekedar bertemu dengan sang pujaan hati saat ia lari pagi. Biasanya, gadis kesayangannya itu sudah bersiap di taman kota untuk berolaharga. Naruto tidak bisa bohong jika salah satu alasan untuknya berolahraga pagi adalah untuk bertemu atau hanya sekedar mengamati gadis itu dari kejauhan.
TOK TOK TOK
Seperti mengerti kebiasaan bangun paginya, seseorang sudah mengetuk pintu kamar Naruto di pagi buta. Tidak butuh waktu lama untuknya beranjak dari depan kusen jendela, menuju kedepan pintu kamarnya. Ia membuka pintu perlahan, takut menimbulkan suara bising bagi orang rumahnya yang masih terlelap di jam-jam ini. Ternyata, sang kakak sudah berdiri di depan pintu dengan seringai khas dirinya. Dengan pakaian rapi seakan siap untuk pergi ke suatu tempat, Nagato menyapa adik satu-satunya yang sudah kehilangan moodnya dipagi hari.
"Nii-san.."
"Ada apa dengan wajahmu yang sudah seperti dompet kering dipagi hari?" Tanyanya sembari menahan tawa. Sebenarnya ia tahu betul apa yang terjadi dengan adiknya, ia hanya senang menjahili dan melihat adiknya terlihat lebih kusut lagi.
"Kau tau sendiri, jadwal lari pagiku harus terganggu karena hujan sialan."
Sembari menepuk sebelah bahu adiknya, Nagato mengusulkan sesuatu yang lebih menarik untuk memulai hari tanpa gangguan dari hujan. "Daripada menggerutu, kenapa kau tidak ikut aku pergi?"
"Memangnya kau mau kemana?"
"Aku akan pergi ke villa Tou-san di selatan Konoha. Bagaimana, tertarik? Ku harap kau tidak ada acara lain."
Kerutan di dahi Naruto muncul saat itu juga, sebenarnya ia sangat ingin pergi mengunjungi taman kota dan bertemu dengan gadis pujaannya. Namun ia juga tidak yakin gadis itu akan ada disana, berhubung hujan deras tak kunjung berhenti dan matahari semakin dekat untuk menunjukan dirinya. Tidak ada salahnya melakukan sesuatu yang baru bersama kakaknya bukan? Setidaknya ia bisa melakukan banyak hal di hari liburan sebelum masuk ke jenjang pendidikan menengah atas.
"Baiklah. Tidak ada salahnya menghabikan waktu sebelum kembali sekolah."
Acungan jempol dari sang kakak muncul bersamaan dengan tawa kecilnya, "Bagus. Persiapakan dirimu. Aku akan menunggu di ruang tamu."
Nagato meninggalkan Naruto kembali sendiri di kamarnya. Bagi seorang remaja lelaki yang tidak suka repot seperti Naruto, tentu tidak butuh waktu lama baginya untuk menyiapkan perlengkapan untuk bepergian. Setelah menghabiskan waktu 10 hingga 15 menit untuk membersihkan diri, ia segera masuk menuju walk-in closet yang ada dikamar besarnya, untuk menyiapkan pakaian pergi. Cukup megambil beberapa pasang pakaian luar dan dalam dan parfum serta aksesoris yang biasa ia gunakan. Bagaimanapun juga, jiwa kelas atas sudah mengalir dalam nadinya, hingga apapun yang ia kenakan tentu akan dipandang orang hingga ia harus tetap mengenakan pakaian tebaik kemanapun ia pergi.
Bagi seorang penyuka musik sepertinya, gitar menjadi salah satu instrument yang tidak boleh terlewat saat bepergian. Kesukaannya terhadap gitar sejak masih duduk di bangku sekolah dasar membuatnya tidak bisa meninggalkan gitarnya barang satu hari saja, meskipun ia memiliki uang yang begitu banyak untuk membeli gitar baru.
"Naru.."
Dari ruang tengah, seru seorang perempuan yang tidak lain adalah ibunya sudah terdengar memanggil namanya. Matahari sudah mulai sedikit menampakan dirinya, dan sang Ibu sudah beranjak dari kamar untuk mempersiapkan sarapan seperti biasa. Panggilan sang ibu untuknya mengisyaratkan bahwa jamuan sarapan pagi sudah siap untuk disantap.
"Ya, Kaa-san. Aku segera kesana."
Dengan tangan kirinya menggengam ransel hitam dan tangan kanan siap dengan gitar kesayangannya, Naruto bangkit dari kasurnya dan segera menyusul ibunya keruang tengah. Rupanya Nagato juga yang sudah siap dengan barang bawaannya sudah hadir diruang tengah untuk menyantap sarapan pagi.
"Wah, anak-anak Kaa-san sudah tampan begini mau kemana?" Tidak biasanya bagi Kushina untuk melihat kedua anak lelakinya pergi keluar rumah sepagi ini. Walau Naruto terlihat sering berolahraga di pagi hari, namun lelaki itu akan segera kembali ke rumah begitu matahari terbit dan melanjutkan mimpinya hingga tengah hari. Berbeda dengan kakaknya yang sering pergi keluar malam hingga ia harus tidur setelah ayam jantan berkokok. Namun melihat keduanya sudah rapi pagi-pagi begini, tidak heran jika Kushina tidak bisa menahan diri untuk bertanya.
"Nii-san mengajakku untuk mengunjungi villa Tou-san di Selatan Konoha," Jawab Naruto sembari menyibukan diri dengan sarapannya.
"Eeh, jadi Naru juga ikut? Hey Nagato, bukankah itu acara liburan dengan teman-temanmu?"
"Iya,Kaa-san. Menurutku tidak ada salahnya mengajak Naruto. Ia mudah bergaul dengan orang baru, dan wajahnya yang tampan pasti akan membuat teman-temanku terpesona dengannya, terutama wanita-wanita."
Mendengar kata "teman wanita" kakaknya, iris sapphire Naruto sukses membulat hingga dirinya pun hampir tersedak rempahan roti yang sedang ia kunyah. Mungkin kalian belum mengerti, bahwa pujaan hati yang sedari tadi menjadi alasan utama bagi Naruto untuk bergerutu adalah teman dekat dari kakaknya. Bukankah kemungkinan untuk gadis itu ikut dalam acara liburan kakaknya lebih besar? Apa itu berarti Naruto berkesempatan untuk bertemu dengan gadis itu hari ini?
"Baiklah. Tapi jangan mengajarkan hal-hal buruk pada Naru. Kau yang akan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi," Omelan Kushina hanya ditanggapi dengan kekehan ringan dari sang kakak. Menurut Nagato, Kushina hanya sedikit posesif dengan Naruto, berhubung ia adalah anak paling kecil di keluarganya.
"Percayakan saja padaku."
Akhirnya tanpa interupsi lebih banyak, ketiganya menghabiskan sarapan bersama. Semua berjalan dengan tenang hingga akhirnya Nagato menyadari bahwa sang ayah tak kunjung turun dari kamarnya. Walaupun ayahnya memang memiliki kebiasaan untuk turun ke ruang makan lebih lama, Nagato merasa ayahnya memang tidak akan turut serta dalam sarapan hari ini.
"Dimana Tou-san?"
"Tou-san sedang ada pertemuan di Suna hingga harus berangkat lebih pagi sebelum kalian berdua bangun. Ah, benar juga. Tou-san menitipkan salam padamu untuk Kakashi setibanya kau di Villa nanti."
"Baiklah, tentu saja akan aku sampaikan."
Kembali dengan Naruto yang meratapi roti dan sosis gorengnya dengan pandangan tidak enak, pikirannya tidak bisa lepas dari kenyataan bahwa ia akan bertemu dengan gadis pujaannya di Villa nanti. Dalam hati ia sungguh senang untuk bertemu dengan gadis itu. Namun, apakah ia memiliki keberanian untuk bertindak lebih jauh? Seperti menyapa atau sekedar berbasa-basi dengannya?
Hingga akhirnya Naruto menyerah dengan pikirannya dan menghabiskan sarapan sekenanya, kedua kakak beradik itu beranjak dari ruang makan menuju parkiran mobil, tak lupa memberi salam pada Kushina, keduanya memberi kecupan hangat di pipi Kushina sebelum pergi meninggalkan rumah. Sebuah kebiasaan yang diajarkan sedari kecil oleh kedua orang tuanya.
"Kami pergi, Kaa-san."
"Itterasai, Naruto-kun. Nagato-kun."
Hari sesungguhnya baru akan dimulai bagi mereka, namun sepertinya raut wajah Naruto bekum menunjukan tanda-tanda semangat untuk memulai hari, tidak seperti kakaknya yang sudah tidak sabar untuk menyambut teman-temannya yang sudah ada di Villa. Naruto yang tidak begitu pandai menyembunyikan raut wajahnya ditegur oleh sang kakak, "Hey, kenapa kau tampak tidak senang?"
"Ti-tidak apa. Lupakan saja. Oiya, boleh aku menyetir?" Perkataan Naruto secara tiba-tiba membuat Nagato cukup terkejut. Tidak biasanya Naruto meminta sesuatu yang aneh-aneh seperti ini. Naruto memang sudah mahir mengendarai mobil, namun usianya masih belum cukup untuk mengendarai mobil di lalu lintas raya. Terlebih wajah ibunya yang langsung terlintas di pikiran Nagato cukup membuatnya enggan mencari masalah dengan ibunya.
"Sepertinya tidak bisa aku ijinkan. Ingat, perjanjian untuk menyetir di jalan raya adalah 18 tahun, Naruto. Kau tidak ingin aku dibunuh Tou-san dan Kaa-san kan?"
Sebenarnya Naruto sudah bisa menduga jawaban kakaknya, hingga ia hanya mendengus sembari memasukan barang-barangnya ke bagasi mobil, "Baiklah kalau begitu."
Butuh waktu setidaknya satu jam perjalanan dari rumah mereka menuju Villa Namikaze. Tempatnya yang berada di Selatan Konoha dan berada sedikit naik ke daerah perbukitan membuat daerah tersebut cukup jauh dari pusat kota. Wilayah Selatan Konoha lebih asri dan hijau, karena kebetulan dijaga dan dilestarikan betul oleh keluarga Nara, disamping pekarangan rusa milik sahabat Minato, yang tidak jauh dari Villa Namikaze.
Dalam perjalanan, kedua kakak adik itu rupanya tidak banyak bicara. Bukan karena keduanya tidak terlalu dekat atau memiliki hubungan yang buruk. Sedari dulu perbedaan sifat keduanya yang membuat suasana disekeliling mereka berdua kadang menjadi aneh. Naruto dan Nagato saling menyayangi dan menjaga, hanya saja terkadang cara mereka menunjukan afeksi satu sama lain berbeda, dan cenderung lebih sedikit untuk diperlihatkan. Maka dari itu, sebelum semuanya terasa lebih canggung, Naruto yang lebih cenderung pendiam dan tidak banyak bicara menghabiskan waktu dengan mendengarkan kumpulan musik yang ia suka dengan earphone yang terpasang dikedua telinganya. Sementara nagato sibuk dengan kemudi dan jalanan di depannya, tidak keberatan jika Naruto tidak bicara sedikitpun. Nagato memang lebih banyak mengambil gen sang Ibu dibanding Ayahnya.
Hujan perlahan berhenti, awan mendung sudah digantikan dengan sinar matahari yang perlahan mulai menyinari wilayah Selatan Konoha, tepat saat mobil yang dikendari Nagato memasuki wilayah hutan Nara. Beberapa menit kemudian, mobilnya berhasil masuk ke wilayah Villa yang terbilang sangat luas dibanding dengan Villa disamping-samping mereka, dengan tata design yang diadaptasi dari gaya eropa kuno, sang ayah rupanya menaruh perhatian pada susunan arsitektur gaya barat, sehingga Villa miliknya di design khusus dengan tampilan yang mewah.
"Selamat datang, Tuan muda Nagato dan Naruto. Teman-teman anda sudah berada di dalam," Kedua pewaris muda itu disambut hangat oleh salah satu orang kepercayaan Minato yang sudah lama membantu menjaga dan merawat Villa Namikaze.
"Hai! Kotetsu! Apa Kakashi ada di dalam bersama mereka?"
"Tidak, Tuan muda. Beliau sedang pergi keluar. Jika ada hal yang ingin disampaikan mohon beritahu pada saya."
"Suruh ia menemuiku ketika ia kembali, Arigatou."
Nagato memarkir mobilnya di halaman depan, dan turun bersama Naruto dengan barang bawaan yang ia ambil dari bagasi. Setelah ini, ia akan memberikan kunci mobil pada seorang pelayanan dan membiarkan mobil mereka di pindahkan ke garasi khsusus bersama dengan sederet mobil mewah lainnya.
Sejujurnya Naruto sedikit takjub dengan Villa ini, entah sudah berapa tahun ia tidak menginjakan kaki disini, namun ia merasa belum ada perubahan yang berarti di Villa ini. Mereka tetap sama, asri, hijau, hangat, dan menyenangkan. Namun kembali dengan rasa gugup yang semakin menjadi seiring ia melangkahkan kakinya ke ruang utama, raut wajah Naruto semakin tidak enak untuk dipandang.
"Aku harap kau bisa bersenang-senang dengan mereka, Naruto."
Kali ini, Nagato benar-benar serius berharap Naruto dapat berbaur dengan teman-temannya. Sifat dasar Naruto yang terbilang sangat pendiam dan mudah gugup membuatnya sedikit susah dalam memulai percakapan. Naruto yang sebentar lagi masuk ke sekolah baru tentu harus terbiasa dengan hal-hal baru bukan? Ada maksud tertentu dari kakaknya untuk mengajaknya kemari hari ini.
"Semoga saja mereka lebih menarik dari gitarku."
Keduanya diarahkan menuju ruang tengah, tempat dimana teman-teman Nagato sudah bekumpul sembari menikmati kudapan yang sudah spesial disiapkan oleh koki yang tinggal disana. Walaupun nuansa Villa Namikaze mengadaptasi design Eropa, tidak perlu khawatir jika ruang tengah mereka akan terdiri dari kayu dan perapian tua tanpa televisi dan sebagainya. Ruang tengah di Villa ini tetap mengambil nuansa modern yang dipadukan dengan gaya menengah Eropa.
"Oy, Minna! Maaf menunggu lama!" Berbeda dengan Nagato yang menyapa teman-temannya dengan senyum lebar, sang adik hanya bersembunyi dibalik punggung kakaknya, berusaha menghindari kontak mata dengan orang lain.
Namun rupanya, parasnya terlalu tampan untuk dilewatkan oleh teman-teman Nagato. Bahkan Nagato terkadang mengakui, jika adiknya jauh lebih tampan dari dirinya.
"Kau ingin membunuhku ya, Nii-san." Kali ini wajah Naruto hampir menyerupai warna rambut Nagato yang memiliki warna senada dengan Kushina.
"Sudah, kenalkan saja dirimu cepat!" Bayangkan seseorang yang memiliki kesulitan untuk bicara didepan umum dipaksa untuk berkenalan dengan sekumpulan orang asing yang entah dari mana asalnya. Kedua telapak tangan Naruto sudah deras dengan keringat dingin dan nafasnya sudah tidak terkontrol.
"Na-namaku, Namikaze Naruto. Yoroshiku onegai shimasu!" Sahutnya sembari membungkuk 90 derajat, ini adalah cara tradisional orang Jepang dalam berkenalan.
Semua mata tertuju pada lelaki lugu satu ini, siapapun yang melihatnya tidak akan sanggup untuk tidak tertawa, atau berteriak menanggapi tingakah Naruto yang menurut mereka sangat menggemaskan. Terutama teman-teman wanita Nagato yang memang terkesan genit dan suka menggoda lelaki yang lebih muda.
"Kyaaaaa! Naruto-kun, kawaaiii!" Terbukti dengan salah seorang teman Nagato yang sangat memberikan respon positif pada lelaki besurai pirang ini.
"Naruto-kun! Yoroshiku nee! Kau benar-benar tampan!"
"Naru-chan! Jadi pacarku, ne?"
"Sekarang aku benar-benar percaya jika adik Nagato itu tampan! Kawaiiii, Naruto-kun!"
Naruto tidak pernah menyangka jika respon seperti ini akan dihadapinya. Sesungguhnya ia tidak biasa dengan wanita-wanita agresif yang mengepung dan bersedia untuk menyantapnya seperti ini, namun apa boleh buat. Satu-satunya yang ia bisa lakukan hanyalah tersenyum garing menatap satu persatu teman-teman kakaknya. Terkadang ia tidak paham, dari mana kakaknya menemukan wanita-wanita aneh ini dan mengapa ia bisa berteman dengan orang-orang penyuka party semacam ini.
"Whoa, tenanglah teman-teman. Biarkan kami kembali kekamar lalu kalian boleh berlanjut berkenalan dengan adikku," Nagato yang tentu memahami situasi Naruto memberi isyarat pada Naruto untuk segera membawa barang-barangnya keatas menuju kamar pribadinya, sebelum teman-teman ganasnya menggangu Naruto lebih parah.
Ini seperti neraka..
Ada sedikit perasaan menyesal timbul dalam hati Naruto setelah bertemu dengan teman-teman kakaknya. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan sekumpulan wanita ganas yang seakan tidak pernah melihat lelaki. Sembari melangkahkan kakinya menuju kamar, Naruto sudah mulai berpikir untuk tidak keluar kamar setelah ini. Lagipula, kamar yang ia gunakan adalah kamar yang selalu ia gunakan ketika sedang menginap, kamar yang khusus disediakan untuk keluarga Namikaze.
Setibanya ia dikamar, Naruto langsung merapikan barang bawaan ke dalam lemari pakaian yang ada di sudut ruangan. Susunan kamar yang terdiri atas ruang televisi, kasur, dan kamar mandi dalam membuat kamar ini tidak kalah mewah dari hotel bintang lima di perkotaan.
"Bagaimana aku neghabiskan liburan bersama dengan sekumpulan orang gila seperti mereka?"
Pikirannya melayang pada kenyataan bahwa semua orang yang sedang berkumpul di ruang tengah kelak akan menjadi senpai-nya. Kenyataan itu membuat dirinya mau tidak mau harus bersikap baik, jika ia ingin hidup tenang si sekolah barunya kelak. Mungkin Naruto tidak masalah dengan para lelaki, hanya saja sambutan dari teman wanita Nagato cukup membuatnya bergidik geli. Bayangkan jika sebagian besar dari wanita di sekolah barunya nanti memiliki sifat yang sama dengan mereka.
Tak lama, sebuah ketukan pintu menghampiri kamar Naruto yang masih terbuka. Nagato rupanya menunjukan sedikit wajahnya untuk mengintip di balik daun pintu kamar Naruto. Ia mengerti, adiknya pasti syok melihat kelakuan teman-teman liarnya. Namun demi melatih adiknya untuk setidaknya lebih banyak berinteraksi dengan orang luar, Nagato nekat membawanya kemari. Hitung-hitung untuk melindungi adiknya dari kecaman kakak kelas saat masuk nanti, bagaimanapun senioritas itu ada bukan? Mengenalkan Naruto pada teman-temannya dapat setidaknya meminimalisir tensi saat mereka bertemu di hari pertama masuk sekolah.
"Oy, Naruto."
"Ya, Nii-san," Jawab Naruto masih dengan wajah yang lesu. Ia tidak menghadap ke arah kakaknya, namun sibuk memainkan ponsel sembari tidur-tiduran dikasur.
"Oy, Otouto. Jangan pasang wajah masam seperti itu. Ayolah kita akan bersenang-senang. Kami sudah menyusun serangkaian acara yang bisa kau ikuti. Siang dengan games, sore dengan renang, dan malam dengan pesta barbeque."
"Baiklah.."
Setelah berperang melawan rasa malas dan kantuknya, Naruto beranjak dari kamar dan menyusul kakaknya menuju ruang tengah. Dari atas tangga, ia mengamati beberapa teman Nagato yang terlihat baru saja datang. Ada beberapa teman yang sudah Naruto kenal, berhubung mereka sering bermain dengan Nagato dirumahnya, membuat Naruto dengan mudah mengenali suara bising dan tawa mereka. Salah satunya adalah Conan nee-san yang terlihat sangat menonjol dengan suara dan rambut biru khasnya.
Perlahan, sorot sapphire miliknya menangkap atensi dari seorang gadis yang duduk diantara para lelaki, dekat dengan rak buku koleksi Naruto yang dipasang di sudut ruangan. Dialah gadis yang sudah lama mencuri perhatian Naruto. Gadis yang setiap pagi akan muncul di taman kota untuk berolahraga, gadis dengan rambut pirang pucat yang selalu tertata rapi, dengan kulitnya yang putih bersih karena terawat, serta iris mata Hezel yang membuat siapapun lelaki waras akan terenyuh ketika melihatnya. Mungkin Naruto tidak sadar, namun siapapun yang melihatnya saat ini sudah pasti akan melihat semburat merah timbul di kedua pipi Naruto.
Rupanya, Conan menyadari keberadaan Naruto yang sedang melamun diatas anak tangga. Conan cukup paham dengan sifat Naruto yang cenderung pendiam dan malu jika berhadapan dengan orang baru, namun ia tidak mengerti apa yang sedang Naruto lakukan.
"Hey, Naruto-kun! Kenapa melamun disana? Dimana Nagato? Ayo, turun!" Serunya dari ruang tengah. Seingatnya Nagato tadi pamit untuk menjemput Naruto diatas, namun kenapa Naruto hanya kembali seorang diri?
"Aku pikir ia pergi kesini? Ia meninggalkanku lebih dulu tadi, Conan nee-san. Aku tidak tau dimana dia sekarang."
"Baiklah.. Aku masih punya perhitungan dengannya. Ia tidak menjemputku kemari tadi, menyebalkan!"
Conan lalu meninggalkan Naruto pergi untuk mencari sosok Nagato. Naruto kembali mencuri pandang ke arah gadis itu, tapi sayang gadis itu sudah pergi meninggalkan tempat nya. "Haah.. dia sudah pergi." Raut kecewa tersemat di wajah tampan nya, semakin membuat nya malas untuk pergi ke ruang tengah.
"Hey, Naruto-kun. Sedang apa melamun disini ayo kita ke taman depan!Aacara akan segera di mulai loh," Salah satu gadis dengan surai merah kecoklatan menyapa Naruto.
"Hmm, I-iya A-aku segera kesana." Balasnya dengan wajah yang agak tertunduk, ekspresi ini justru membuat gadis yang menyapa nya tadi bersemu merah karena ke lugu-an Naruto.
Lelaki pirang ini akhirnya menuruni anak tangga, dengan langkah pelan ia berjalan menyusuri ruang tengah mencari pintu belakang yang langsung terhubung dengan taman belakang villa yang luas dan menyegarkan. Iris sapphire nya memandang sekelompok remaja yang sedang berbaris layaknya anak sekolah dasar. Riuh ramai menggema di telinga nya, ada beberapa orang teman Nagato yang memang Naruto kenali, namun tetap saja semua tampak asing bagi Naruto.
"Kyaa! Apa benar itu adik Nagato ? Tampan sekali, uhhh aku ingin sekali dekat dengan nya." Teriak histeris salah satu wanita disana.
"Dia seperti pangeran Inggris saja! Lihat! Surai pirang dan iris biru nya! Hati ini bisa meledak jika dekat-dekat dengan nya," Kembali, suara teriakan terdengar dari teman wanita Nagato yang lain. Rupanya, tidak sedikit dari teman perempuan Nagato yang takjub dengan paras Naruto.
Lain dengan para wanita, pemandangan berbeda justru di tunjukan oleh sebagian lelaki yang juga ada di barisan sana. Pandangan tidak suka dan sinis menatap lelaki yang berusia lebih muda dari mereka semua. Mereka semua tampak iri dengan Naruto.
"Naruto-kun, sini. Jangan malu-malu begitu! Aku sudah dengar kau akan melanjutkan ke Konoha High School kan? Nah mereka akan jadi senpai-mu nanti."
"Iya, Conan Nee-san. Tapi, aku malu untuk bergabung. Aku ke kamar saja ya," Belum sempat Naruto membalikan badan, sebelah tangan kekar mengekangnya untuk pergi. Tangan sang kakak sudah menangkap Naruto tepat saat Naruto baru akan lari dari tempatnya.
"Oy, Ototou! Tetap disini! Kau sudah berjanji untuk ikut dalam permainan!" Dengan seringai yang super jahil, Nagato melarang Naruto untuk kembali ke kamar.
"Ck, Nii-san .."
Sempat terjadi adu pandangan antara kakak beradik ini, namun Naruto lebih memilih untuk mengalah dan melanjutkan permainan. Walaupun Naruto adalah seorang yang pemalu, namun ia tidak akan menarik kata-katanya. Dan akhirnya disini lah Naruto berbaris dengan sekumpulan orang asing, para wanita tiada henti melempar pandangan agresif kepadanya, wajahnya yang tampan pun hanya bisa tertunduk.
Permainan ini dipimpin oleh beberapa orang, termasuk sang kakak yang sudah ribut dengan pengeras suara di barisan paling depan. Terkadang ia tidak mengenali sosok kakaknya yang satu itu, sejak kapan Nagato jadi terlalu hyper seperti ini? Peraturan permainan yang ia dengar tekesan mudah, dengan kelompok yang terbentuk dari perkumpulan orang-orang ini.
"Permainan ini cukup mudah. Jika kalian bisa memanfaatkan kerja sama tim dengan baik maka kalian akan menang. Oke, akan aku umumkan kelompoknya." Semua orang termasuk Naruto, sudah berdiri dengan teratur bersamaan dengan kelompok masing-masing. Beruntung, Naruto satu kelompok dengan Yahiko dan Deidara, teman Nagato yang sering main ke rumah mereka.
Namun rupanya, keberuntungan Naruto tidak berlangsung lama ketika ia mendengar nama sang pujaan hati disebutkan dikelompoknya. Senyum Naruto yang baru saja ia lemparkan pada teman sekelompoknya hilang sudah bersamaan dengan langkah dan senyum gadis yang mulai masuk kedalam barisan kelompok mereka. Tentu saja, otak Naruto kini sudah penuh dengan berbagai argumen yang ia sendiri tidak tahan.
"Oy! Cool-men! Dalam sekejap kau mengambil semua atensi para wanita disini haha."
"Diam kau, maniak seni! Bilang saja kau iri dengan ketampanan Naruto-kun!" Lagi-lagi, Naruto terlibat dalam pertengkaran antar lelaki dan perempuan dalam satu kelompoknya. Entah bagaimana jadinya, jika permainan sudah benar-benar dimulai dan mereka masih fokus mendebatkan hal yang tidak perlu.
"Sudahlah! Lebih baik kita bicarakan strategi untuk games kita nanti, daripada kita berdebat buang-buang waktu saja," Akhirnya, seseorang yang Naruto tau memiliki panggilan nama Hidan berani menginterupsi perdebatan mereka.
Dalam kelompok ini, Hidan dan Yahiko terlihat paling aktif memberikan saran tentang apa yang harus mereka lakukan agar bisa memenangkan permainan. Deidara yang terlihat masih tidak mood hanya mengangguk sekenanya. Sementara Naruto? Dirinya sama sekali tidak bisa fokus setiap mendengar suara dari gadis pujaannya yang juga turut memberikan saran untuk kelompok.
"Naruto, ku harap kau tidak hanya tampan tapi otak mu juga dapat di andalkan," Kali ini Hidan berkomentar sarkas. Sepertinya Hidan menyadari perubahan tingkah Naruto selama berdiskusi. Gerak-geriknya sungguh menunjukan tanda-tanda orang linglung, bahkan sesekali ia tidak dengar panggilan Yahiko yang menanyakan pendapat.
"I-iya, Senpai. Aku akan berusaha."
"Bagus. Ini yang ku rencakan, tolong dengarkan baik-baik. Kita akan memulai perjalanan tepat di sini, lalu di pos pertama hutan Klan Nara akan di adakan sebuah tantangan yaitu estafet. Sekarang, siapa diantara kalian semua yang terbiasa lari?"
Diantara semua orang disitu Naruto mengacungkan tangannya, "A-aku senpai. Aku olahraga lari pagi secara rutin."
"Yosh, bagus. Untuk pos pertama, Naruto adalah pelari terakhir kita. Pastikan kalian semua mengeluarkan semua kemampuan kalian agar di akhir pertandingan Naruto mampu memenangkan nya. Yahiko kau pelari pertama, kemudian Tsunade, aku tahu kau sering melakukan aktifitas ini."
Sambil menyunggingkan senyum manisnya, Tsunade menyanggupi arahan Hidan.
"Untuk pos kedua tepat di belakang bangunan villa Namikaze, akan di adakan perlombaan renang di danau dekat sana. Aku akan mengambil alih permainan, aku perlu 1 lagi sukarelawan untuk melakukan renang, karena ini akan di lakukan oleh 2 orang."
"Biar aku saja yang melakukannya, Hidan," Akhirnya, Deidara yang sedari tadi melamun turut ikut serta mengambil posisi dalam permainan.
"Oke, aku percayakan padamu. Lalu di pos terakhir, Nagato no Baka membuat ide buruk yang menuntut kita untuk melakukan adegan romantisme. Karena aku tidak sudi melakukan ini, silahkan siapapun yang mau untuk menjadi perwakilan," Penjelasan Hidan untuk hal terakhir ini telah membuat semua mata terbelalak.
"Hey, bagaimana kalau Naruto saja yang jadi pemeran pria nya. Kita buktikan ketampanan yang ia miliki!" Kata-kata dari mulut Deidara keluar begitu saja seperti air keran yang bocor. Tidak ada sama sekali nada rasa salah dari mulut Deidara, yang membuat Naruto dalam hati ingin mencekik dirinya ini sampai mati, seandainya ia bukan senpai Naruto.
"A-ano Deidara-senpai, kenapa tidak Yahiko-senpai yang melakukanya?" Jawab Naruto dengan tawa garing dan garukan di kepalanya yang tidak gatal.
"Aku kesal dengan semua teriakan wanita di sini kalau kau tampan. Tidakkah para lelaki disini ingin membuktikan ketampananmu, Naruto-kun?" Ucap Deidara yang dilanjut dengan anggukan dari seluruh lelaki yang kini sudah berdiri di belakang Deidara. Entah ini bagian dari rencana Nagato atau bukan, namun Naruto sudah tidak mundur karena selain para lelaki, seluruh wanita yang ada disana juga mendukung keputusan Deidara.
"Jika Naruto-kun yang maju, kalau begitu aku saja yang mendampingi. Aku ingin sekali di rayu oleh Naruto-kun," Mei Terumi mengajukan saran untuk ikut dalam tantangan terakhir padahal di tantangan sebelumnya dia sama sekali terlihat tidak tertarik untuk ikut.
Dengan berat hati, Naruto menoleh kearah Nagato yang sedang berusaha setengah mati menahan tawanya. "Adegan seperti apa yang harus aku lakukan, Nii-san?"
Nagato merenungkan pertanyaan adiknya, sesungguhnya ia tidak bersungguh-sungguh, bahkan target utamanya adalah Conan dan Yahiko yang sedang jadi bahan gosip di angkatannya. Namun sejujurnya menjebak Naruto dalam permainan ini sepertinya menyenangkan.
"Bagaimana kalau, berdansa di taman halaman belakang?"
"D-dansa?"
"Ya. Dansa. Aku akan menulis semua nama wanita yang ada disini, dan ketika kalian mencapai garis finish, masing-masing kelompok akan mengambil satu nama wanita dan berdansa dengan mereka. Siapa diantara kelompok yang berdansa paling indah dan saling menghayati, adalah kelompok yang menang. Setuju?"
Tak perlu waktu lama bagi teman-teman Nagato untuk mengangguk setuju dengan tawarannya. Pasalnya, Konoha High School adalah sekolah elit yang memiliki kelas dansa sebagai kelas wajib untuk diambil para siswa dan siswinya, berhubung kebanyakan dari mereka adalah anak konglomerat yang masih memegang tradisi untuk mengadakan ball party setiap acara-acara tertentu.
"Baiklah. Kalau begitu sudah ditentukan."
Nagato mengambil salah satu kursi lipat yang ada di dekatnya, kemudian menaikkan kedua kakinya, memposisikan diri lebih tinggi dari teman-temannya yang lain.
"Dengan ini, kunyatakan bahwa games ini siap dimulai!"
Semua peserta menyiapkan barang-barang yang di perlukan, mulai dari sepatu olahraga sampai baju renang. Setelah semuanya benar-benar siap, riuh para peserta mulai hilang seiring dengan berlalu nya para peserta meninggalkan villa Namikaze menuju pos pertama.
Naruto PoV
Aku pun mulai berjalan mengikuti arahan Hidan-senpai, ini hanya terlihat seperti jalan santai bersama teman-teman, tapi lagi-lagi jantung ku tidak bisa di ajak berkompromi, Tsunade-senpai berjalan tepat di depan. Oh tidak kumohon jangan pingsan, ini kesempatan yang sangat langka.
Jalan menuju pos pertama, aku dan yang lainnya menyempatkan diri melihat penangkaran rusa milik paman Shikaku, banyak dari mereka yang ber selfie ria. Fokus ku tetap tidak hilang, bahkan diam-diam aku memotret tiap momen yang di kerjakan oleh Tsunade-senpai. Aku tersenyum dalam hati, merasa puas dengan hasil potretku.
Ku lihat semua orang dapat menikmati waktu disini, dan aku bersyukur mereka terhanyut oleh tempat Indah ini, dan tidak ada gangguan yang ku alami selama disini kecuali dari Mei-senpai.
Normal PoV
"Yosh! Teman-teman, sudah cukup dengan acara berfoto nya. Kita sudah sampai di garis start para peserta tolong bersiap-siap di posisi masing-masing," Suara Nagato menginterupsi acara para peserta, masing-masing perwakilan sudah bersiap dengan perlengkapan lari nya masing-masing.
Ada empat kelompok yang akan berlomba, para pelari sudah siap di posisi masing-masing, Yahiko, Kisame, Juugo, dan Sasori akan mengawali perlombaan berlari estafet ini.
"Bersedia!"
"Siap!"
"Mulai!"
Sesuai dugaan Hidan, Yahiko dan Juugo akan memimpin diposisi terdepan. Keduanya merupakan atlet basket di Konoha High School, dan sudah seharusnya sebagai atlet basket, keduanya berlari melebihi kecapatan rata-rata. Sementara Kisame yang sejujurnya memiliki kekuatan lebih di renang, tertinggal di belakang bersama dengan Sasori yang memang tidak ada niatan untuk ikut lomba sama sekali. Salahkan teman-teman kelompoknya yang memilih untuk menonton Naruto dibanding membantunya berlari.
"Tsunadee! Kuserahkan padamu!"
"Tsunaaa .. tunggu akuu. Aku tidak akan kalah dari mu!"
"Kejaar aku!, aku tidak akan mengalah untuk yang satu ini!"
TBC
Haiiii Hanabi balik lagi setelah kesibukan-kesibukan yang terjadi di dunia nyata yang penuh tipu daya (plakkk!) , kali ini Hana kolaborasi sama Reynaras .. oh iya Hana minta maaf banget karena fict "Mekarnya Sakura setelah 10 tahun kematianmu" belum bisa di lanjutkan, selain karna ide nya belum ketemu text dari Sakura-chan belum juga muncul di email ku maafkan Hana yaa readers. Hana harap kalian bisa suka dengan karya terbaru ini, mohon tinggalkan review nyaa.
Hanabi ^^
Reynaras
