Disclaimer: I don't own Kuroshitsuji, Yana-sensei own it :3
Warning: AU, OOC, Lebay.
Prologue
Di sebuah pulau terpencil di dekat Inggris dan terletak di Lautan Atlantik, kira-kira berjarak seperti dari Jakarta ke Bali, terlihat sebuah bangunan yang dengan megahnya beridiri di tengah pulau tersebut. Bangunan tersebut memiliki style seperti model bangunan jaman dahulu. Bangunan ini hampir menutupi seluruh daratan pulau ini.
Ya, bangunan itu adalah sebuah asrama. Asrama yang sangat besar. Asrama ini bernama Phantomhive Dormitory atau di singkat PD. PD ini disebut-sebut sebagai asrama yang paling bagus kualitasnya di seluruh dunia sehingga semua orang berlomba lomba untuk dapat di terima di asrama ini. Tetapi anehnya, asrama yang hampir sebesar pulaunya tersebut hanya menerima orang 4 tahun sekali. Masih wajar kalau 4 tahun sekali menerima orang yang jumlahnya 100+ sedangkan PD hanya menerima 40 orang saja!
Tahun ini, 28 Februari 1892. Aku, Alois Trancy di umurku yang 14 tahun ini, harus masuk ke Asrama PD! Gak mau tau pokoknya harus masuk! Nanti tanggal 29 Februari aku harus ikut tes dan harus masuk! Itu HARUS! Aku sudah menunggu 4 tahun untuk ini! Sudah ku siapkan matang-matang pembelajaran dan sudah ku pelajari semua mata pelajaran selama 4 tahun ini untuk masuk ke asrama tersebut! 1 hari lagi, apakah 1 hari lagi aku bisa masuk ke asrama impian semua orang itu? Apakah aku dapat lolos dari beratus-ratus orang yang juga mempunyai impian sama sepertiku?
Hari yang ku tunggu telah tiba! Oh tidak bagaimana ini? Aku gugup sekali, bagaimana bisa aku berkonsentrasi kalau seperti ini? Oh Tuhan! Bantulah aku untuk menghadapi soal ujian masuk asrama yang telah lama ku idamkan! Setelah mandi, aku segera mengambil roti dan mengoles selai strawberry kesukaanku. Setelah selesai makan, aku langsung berlari keluar rumah dan mengunci pintunya. Aku kemudian memberikan salam perpisahan pada rumah tercintaku dan langsung menggotong koperku sekuat tenaga berlari ke balai kota untuk mengikuti tesnya. Ya, untuk ke balai kota pun aku harus naik kereta. Setelah sampai, aku langsung berlari dan masuk ke pintu ruang ujian. Wah! Ramainya bukan main! Beh, kalo aja aku bisa beli tempat penampungan pun mungkin butuh berpuluh-puluh tenda! Aku langsung mencari tempat duduk.
Seorang anak yang duduk di sampingku kemudian menyapaku. Ia bernama Lau. Lau, entah mengapa saat ku tatap dia sepertinya sangat santai.
"Hei? Kamu gak apa-apa kan?" Tanyanya yang kemudian membuat pikiranku tentang dia buyar.
"Eh? Uh, Iya gak apa-apa kok!" Kataku sambil tersenyum. Ia kemudian membalas senyumanku dan kemudian aku melihat seorang panitia masuk ke dalam ruangan.
"Semuanya dengar! Dari antara kalian semua ini, hanya akan ada 40 orang yang akan dapat masuk ke dalam Asrama PD ini, jadi saya mohon kerja samanya dan ketenangan saat mengerjakan soal-soal yang akan saya bagikan! PAHAM?"
"Paham Pak!" Seru semua orang yang berada di kelas ini termasuk aku dan Lau. Panitia ini hebat sekali ya? Padahal Cuma seorang diri di depan kelas yang gede kayak gini kok suaranya bisa sampe 1 gedung balai kota kedengeran? Pakai speaker kah? Ah gak mungkin orang dia cuma pake kacamata perak. Udah ah gak penting! Pokoknya aku harus bisa masuk! SEMANGAT ALOIS!
2 jam telah berlalu. Aku, Lau, dan peserta lainnya pun sudah mengumpulkan lembar jawaban ke para panitia yang siap siaga berdiri di depan pintu keluar. Dengan entah bagaimana cepatnya sebelum kami semua akan keluar dari ruangan, panitia yang berkacamata perak tadi berteriak!
"RONALD KNOX, BEAST, JOKER, DAN DAGGER, KALIAN DIDISKUALIFIKASI KARENA TELAH BEKERJA SAMA SAAT UJIAN BERLANGSUNG!" Teriak sang panitia yang bener-bener dari tadi menarik perhatianku. Kok bisa? Dari sekian banyak peserta yang ikut ujian ini kok nih panitia bisa tau yang mana yang nyontek? Perasaan ada 200+ orang deh ada disini, kok dia bisa tau namanya juga? Padahal kan cuma tertempel nomor peserta di baju kami? Beh, sumpah penasaran aku! Kalo sampe aku mati penasaran gara-gara nih orang bakal aku hantuin nih panitia satu!
Lalu kami keluar dari ruang ujian dan menunggu di depan gedung balai kota tersebut. Aku dan Lau duduk duduk di bangku taman. Pohonnya besar dan rindang disini.
"Umm… Alois, kok kamu udah bawa koper sih? Yakin banget bisa lulus?" Tanya Lau tiba-tiba.
"Ah? Oh iya dong! Aku yakin akan lulus dan AKAN lulus! Aku yakin itu!" Jawabku dengan terlalu percaya diri, padahal dalem ati, AH GIMANA NIH KALO AKU GAK LULUS GIMANA?
"Oh gitu toh, semoga berhasil ya, Alois!" Kata Lau sembari tersenyum lagi padaku. Senyumnya benar-benar membuatku kaku dan hanya bisa membuang muka untuk menyembunyikan blushing yang entah dari mana datangnya ke wajahku ini.
Sudah berjam-jam kami semua menunggu, akhirnya tepat pukul 8 malam, kami semua di panggil dan masuk ke dalam ruang di balai kota, tepatnya tempat dimana kami mengikuti ujian tadi. What the? Ruang ujian kok jadi ruang makan begini? Ya gak penting, yang penting tuh hasil gimana aku lulus apa gak nih!
Lau dan aku duduk bersebelahan. Meja ruang makan ini besar sekali. Panitia berkacamata perak tiba-tiba datang dan memasuki ruangan. Ia membawa lembaran-lembaran yang sudah tidak diragukan lagi adalah hasil lulus atau tidaknya para peserta! OH MY GOD GIMANA NIH? KALO AKU GAK LULUS BISA MATI MUDA NIH! Untuk menutupi kegelisahanku, aku hanya tersenyum gugup, tidak lebih.
"Semuanya, hasil akan di sampaikan pada kalian setelah makan malam." Kata panitia terserbut. Ini semakin membuatku gelisah! Dia ini bisa baca pikiran atau apa sih kok suka betul bikin aku gelisah sampe sarap gini? Ya udalah, makan-makan aja dulu dah lumayan makan gratis. Makan apa ya kira-kira? Hmm, biasanya juga aku makan roti selai strawberry, maklum, orang sederhana. Ya, ayah dan ibuku sudah meninggal. Jadi aku hidup sendirian selama 4 tahun ini. Mungkin ini motivasiku untuk masuk asrama ini. Asrama PD.
OMG, Kenyang~~ Makan malamnya ayam panggang! Enaknya! Eh eh tunggu! GIMANA INI LULUS GAK YAH? AAA GILA AKU! Lau juga terlihat semakin gelisah. Kemudian Sang Panitia yang entah namanya siapa ini kembali berbicara,
"Yang ingin tahu lulus atau tidak, silahkan menuju ruang tengah." Katanya dengan tenang. Tenang matamu picek? AKU INI GELISAH KOK DIA MALAH TENANG? TADI AKU TENANG DIA MALAH BIKIN AKU MAKIN GELISAH! SIALAN TUH PANITIA! Tapi ya sudahlah lebih penting ke ruang tengah!
Alois, Alois, Alois, lho kok gak ada sih? Mana nih? Waaah gawat! Mana nih kok namaku gak ada?
"Yang namanya tidak tercantum, artinya tidak diterima." Jelas sang panitia seperti bisa membaca pikiranku.
Namaku mana ya? Eh tunggu nama- APA? NAMAKU TIDAK TERCANTUM?
