MANHATTAN'S ELITE

I do not own the story, full copyrights belongs to raksaim in AFF

do not copy my translation, plagiarism is strictly prohibited.

im sorry if I made mistake in some parts because im still learning too. I demand your understanding.

Rated M because:

1. Umpatan

2. Pembicaraan mengenai seks

3. Adegan seks

enjoy the story


24 April 2015

Kalian mungkin berpikir hidup di kota New York sepanjang hidupku akan membuatku terbiasa dengan semua kekacauan lalu lintas dan penduduknya. Tapi kenyataannya, aku tak akan pernah terbiasa dengan hal itu. Padatnya lalu lintas terkadang membuatku tercekik, tapi aku akan berbohong pada kalian semua jika aku mengatakan bahwa aku membencinya.

Baiklah, kembali ke topik.

Sembari membaca komentar kalian pada postinganku sebelumnya, sepertinya kalian semua ingin mengenal sahabatku lebih jauh. Mengapa? Aku tak penah tahu. Rupanya kalian semua benar-benar tertarik pada kehidupan membosankan orang-orang elit Manhattan. Tidak seperti apa yang kalian lihat di Gossip Girl, kehidupan para orang kaya tidak sedramatik seperti yang mereka tayangkan. Tentu saja mereka juga punya masalah dan pergi minum tapi hanya hal itulah yang sama persis seperti di acara tersebut. Tapi karena beberapa dari kalian 'rela mati' untuk mengetahui apa yang terjadi disini, kurasa aku akan mencoba dan memuaskan keinginan kalian.

Seperti yang kalian tahu jika kalian menfollow twitternya, Baekhyun Byun (Seseorang yang biasa aku sebut sahabat) menciptakan sebuah lagu baru yang akan segera dirilis dan lagu itu benar-benar menakjubkan. Sungguhan. Aku harap aku bisa membocorkannya pada kalian semua namun hal itu tak akan adil bagi Baekkie, benar kan?

Dan juga ada seseorang yang sepertinya tertarik pada Baekhyun dan rela melakukan apapun untuk mendapatkannya. Kalian mungkin akan berpikir bahwa Baekhyun akan senang mengetahui kenyataan bahwa ada seseorang yang tengah merayunya, namun kalian salah. Baekhyun terlihat benar-benar tersinggung dengan hal ini. Aku tak tahu kenapa. Harus kuakui, penggemarnya ini tampak sedikit mengerikan namun ia tetap tampan dan ia juga belum melakukan sesuatu yang ekstrim.

Belum.

Bukan berarti ia tidak merencanakan apapun.

Ah, coba lihat jam berapa sekarang. Sepertinya aku hanya bisa memberitahu kalian sampai sejauh ini. Maafkan aku jika postingan ini terlalu pendek dan jelek, namun aku memiliki banyak hal lain untuk dikerjakan. Tapi aku akan meninggalkan berita menarik yang hampir mirip dengan apa yang Baekhyun alami.

Seseorang juga sedang tertarik padaku. Aku tak akan memberitahu siapa dia, tapi dia pernah menjadi model cover L'Officiel Hommes beberapa kali.

Dengan cinta,

D.O

Kyungsoo membaca ulang kemudian menyimpan postingan tersebut. Setelah itu, ia segera mengeposkannya ke halaman websitenya, jarinya bergerak menekan tombol-tombol keyboard dengan cepat. Setelah selesai, ia menutup alat tersebut dan kembali menyimpannya di tempatnya. Melihat sekeliling, ia menyadari kedai kopi tempatnya berada kini tampak lebih lengang dibanding saat ia pertama datang. Memanggil sang pelayan, dengan sopan ia memesan satu lagi cangkir café au laite dengan tambahan gula. Pelayan itu mengangguk kemudian berjalan meninggalkan Kyungsoo, datang kembali lima menit setelahnya dengan secangkir kopi di tangannya. Kyungsoo berterima kasih dan memintanya pergi.

Pintu kedai kecil tersebut terbuka, bel di atas pintu itu berbunyi menandakan datangnya pelanggan baru.

"Aku berani bertaruh itu cangkir kedua yang kau minum hari ini." Kyungsoo mendengar Baekhyun berbicara sebelum laki-laki itu menarik kursi di seberang Kyungsoo.

Kyungsoo meringis. "Sebenarnya ini cangkir ketigaku." Ya, Ya, Kyungsoo tahu terlalu banyak mengkonsumsi kopi tidak bagus untuk kesehatan, namun sejak kapan ia memperdulikannya?

"Jesus Soo, ini baru jam satu. Kopi bisa memperhambat pertumbuhanmu." Ucap Baekhyun dengan bodoh sebelum pelayan itu kembali menghampiri meja mereka dan Baekhyun memesan es teh hitam rendah kalori. Sekali lagi, ia pergi dan kembali lima menit kemudian dengan segelas teh di tangannya. Ia meletakkan gelas itu dengan hati-hati sembari tersenyum ketika Baekhyun berterima kasih padanya kemudian pergi meninggalkan mereka berdua lagi.

"Baekhyun, aku 25 tahun. Pertumbuhanku berhenti 8 tahun lalu. Lagipula, bukan berarti teh tidak mengandung kafein dan lihatlah dirimu! Kau juga sama pendeknya." Ejek pria yang lain. Baekhyun tertawa sembari menyesap tehnya melalui sedotan, jaket kulitnya bersinar dibawah cahaya lampu. "Dan sejak kapan kau memesan minuman rendah kalori?"

"Perusahan menyuruhku untuk mengurangi konsumsi gula dan mulai memakan makanan yang lebih sehat." Jawab Baekhyun enteng.

Kyungsoo terkekeh, suaranya bertubrukan dengan suara piano yang keluar melalui speaker di sudut ruangan. Ia menggenggam cangkir kopinya sampai ke atas wajahnya, sikunya bersandar pada meja. "Dan kau pikir memesan teh dengan gula buatan akan membantu?"

Baekhyun mengangguk, wajahnya terlihat bosan dengan semua pembicaraan tentang diet ini. "Sepertinya." Ia mengalihkan pandangannya ke arah tas laptop yang tergeletak di samping piring cawan. "Apakah kau sedang blogging sebelum aku kemari?" tanyanya. Baekhyun adalah salah satu orang yang mengetahui identitas Kyungsoo sebagai D.O, seorang blogger tanpa nama di samping identitasnya sebagai Kyungsoo, editor majalah New York Times.

"Yep."

"Apa kau menyebutkan namaku di postinganmu?"

"Yep."

"Kau tidak membocorkan lagu baruku kepada pembacamu, kan?"

"Tidak."

"Apalagi yang kau tulis?"

Kyungsoo mengerutkan alisnya. "Kalau kau penasaran, kenapa kau tidak membacanya sendiri saja? Aku baru saja mempostingnya."

Baekhyun mengangkat bahunya. "Lebih baik mendengarkannya langsung dari authornya." Ia meletakkan gelasnya kemudian menyandarkan dagunya pada jalinan jemari lentiknya.

Sembari memutar bola matanya, Kyungsoo meletakkan kembali cangkirnya di atas piring cawan. "Well," mulainya. "Aku menulis tentang padatnya lalu lintas New York, kemudian aku menyebutkan dirimu, lagu barumu, dan juga pengagummu."

Kini giliran Baekhyun yang memutar bola matanya. "Yang benar saja, dia itu, dari sekian banyak kehidupan sosial yang pernah aku temui, dia itu aneh."

Kyungsoo tertawa. Baekhyun menyipitkan matanya. "Well, lalu bagaimana denganmu dan tuan Jongin? Apa kau menyebutkan sesuatu tentangnya?"

"Tentu saja. Aku menulis dua kalimat tentangnya." Ucapnya. "Lagipula, aku harus menulis apa tentangnya?"

"Um, mungkin fakta bahwa kalian berdua saling tertarik satu sama lain namun kau tak memberinya kesempatan? Aku tak mengerti kenapa kau tak menyukainya. Ia tampan, lumayan lucu, uangnya juga banyak, dan dia baik.. dan ini adalah penilaianku berdasarkan pertemuan singkatku dengannya beberapa waktu lalu."

"Terserahlah." Kyungsoo mengubah topiknya. "Jadi, kau datang ke acara Zitao hari sabtu ini?"

"Tentu saja. Kudengar seseorang akan menjadi model untuk acara itu." Goda Baekhyun sembari menggerakkan alisnya naik turun.

Kyungsoo menyeringai kemudian menyerang balik. "dan aku berani bertaruh seseorang akan membuntutimu disana." Ucapnya, menirukan suara Baekhyun. Ia mengangkat café au laitnya kembali ke dagunya.

Kedua laki-laki itu bertatapan, muka datar dengan minuman masing-masing di tangan.

"Ugh." Bersut mereka bersamaan sembari menyesap minuman mereka, pejalan kaki menatap mereka heran dari kaca jendela kedai.


Bagi Kyungsoo, Jonginlah yang tertarik padanya terlebih dahulu.

Mereka bertemu di bar teman Kyungsoo, Minseok. Kyungsoo baru saja selesai mengedit sebuah artikel dan telah menyerahkannya tepat sebelum deadline, jadi ia putuskan untuk merayakannya sendiri dengan pergi ke East 75th Street untuk minum. Ia memesan sebuah Pina Colada (Yang menurutnya adalah minuman terbaik Minseok) dan ketika ia telah selesai minum, Kyungsoo baru saja ingin membayar saat sebuah tangan menahannya lembut dan memberikan Minseok sejumlah uang. "Biar aku yang bayar." Sebuah suara berat berbicara. Minseok hanya menatap orang asing ini dengan mulut menganga dan juga mengangkat salah satu alisnya.

Kyungsoo berbalik dan dipertemukan dengan seorang pria berkulit kecoklatan, rambut coklat, dan bibir tebal.

Dan begitulah, tuan dan nyonya sekalian, bagaimana Kyungsoo Do bertemu dengan Jongin Kim (walaupun Kyungsoo tak mengenalnya saat itu) yang terkenal, model serta dancer yang luar biasa.

Singkatnya, Kyungsoo pulang dengan Jongin malam itu dan mengadakan sebuah pesta tidur versi mereka sendiri. Kyungsoo pergi keesokan harinya sebelum Jongin terbangun, meninggalkan sebuah kertas kecil berisikan nomor teleponnya di atas kabinet sebagai rasa hormat dan Kyungsoo tak yakin jika Jongin akan menghubunginya.

Ia sama sekali tak menyangka Jongin akan menghubungi dan terus menghubunginya setelah Kyungsoo mengacuhkan panggilannya yang pertama untuk mengajaknya berkencan. Walaupun Kyungsoolah yang memberikannya nomor telepon. Laki-laki itu punya motif.

Tak sampai ia mencari nama 'Kim Jongin' di google dan menyadari bahwa ia baru saja bercinta dengan model terkenal.

Dan sekarang, disinilah dia, pada malam sabtu melihat Jongin berjalan di atas catwalk dengan berbalut bahan kulit hitam. Rasanya hal itulah yang menjadi pertunjukan utama acara tersebut. Warna hitam, tengkorak perak, bahan kulit, dan berbagai macam motif binatang.

Kyungsoo duduk di antara Baekhyun dan teman barunya, Yixing. Yixing adalah pelajar China yang tengah belajar tari, acting dan gitar di Julliard. Kedua orang tuanya adalah dokter, ayahnya merupakan ahli bedah dan ibunya adalah seorang bidan. Jadi, anak itu sangatlah kaya dan memiliki masa depan cerah.

"Laki-lakimu terlihat cukup seksi malam ini." Bisik Baekhyun sembari terkikih ketika Jongin berjalan mendekati ujung catwalk dan berpose, kemudian berbalik. Kyungsoo menahan napasnya ketika Jongin lewat didepannya dan tersenyum menyeringai ke arahnya sebelum hilang di balik panggung.

Bagaimana ia tahu aku ada disini?!

"Diamlah." Gerutu Kyungsoo.

Baekhyun hanya tertawa sebelum menjawab, "Kudengar Zitao menyuruh kekasihnya berjalan di acara ini."

Bertepatan dengan itu, ketiga laki-laki tersebut melihat Kris Wu berjalan mengitari catwalk. Kris adalah seorang model Internasional yang Zitao temui pada salah satu kunjungannya di China dan sesuai dugaan, mereka berdua saling jatuh cinta. Mereka adalah salah satu pasangan paling kuat di mata Kyungsoo. Dengan Zitao sebagai desainer terkenal dan Kris sebagai model editorial, tak ada yang bisa menghentikan mereka.

"Kurasa kau tak perlu memintanya melakukan hal-hal seperti ini." Ucap Yixing, suaranya nyaris tak dapat didengar karena dentuman musik yang begitu keras.

Kyungsoo mengerutkan bibirnya setuju sebelum memandang sekeliling. "Well, Baek, aku tak bisa melihat laki-lakimu dimana-mana." Ucapnya.

"Terima kasih Tuhan, aku tak aku harus berbuat apa jika— oh, sialan." Baekhyun terpaku. Matanya tak pernah lepas dari catwalk.

Kyungsoo dan Yixing mengikuti arah pandangan Baekhyun dan kejutan, pengagum Baekhyun tengah berjalan mengitari catwalk, berbalut setelan dari line "Pebisnis pria' Zitao. Rambut karamelnya disisir menyamping sehingga menutupi sebagian keningnya dan rambutnya dibuat sedikit keriting. Setelan itu tampak sangat pas di badannya serta membuatnya terlihat benar-benar bersinar dengan lampu yang menyorotinya sempurna. Intinya, laki-laki yang kini sedang berjalan di catwalk itu tidaklah tampak seperti laki-laki yang biasanya mengikuti Baekhyun kemana-mana.

"Ya ampun, Baekhyun." Mulai Yixing. "Kalau kau tak mau berpacaran dengannya biar aku saja!"

Ketiga laki-laki itu memperhatikan saat laki-laki yang mereka bicarakan berjalan melewati mereka, tak melirik sedikit pun sampai ia hilang di balik panggung.

"Aku sedikit menyesal pada diriku sendiri sekarang. Sialan." Ucapnya, keterkejutan masih tampak jelas di matanya ketika ia meletakkan tangannya di atas dada yang masih berdentum hebat.


Tak berapa lama setelah itu, acara berakhir dengan para model keluar bersamaan untuk akhir acaranya kemudian Zitao berjalan keluar dengan menggandeng lengan Kris sembari melambaikan tangannya, membungkuk, dan tersenyum bangga. Ia mengucapkan rasa terima kasihnya dan mengundang semua orang untuk datang ke after party acara tersebut.

After partynya berjalan seperti after party kebanyakan. Minuman dimana-mana dan music berdentum sangat keras. Orang-orang mengelokkan badanya kesana kemari dalam keramaian, berbicara dengan satu sama lain dan juga dengan Zitao dan beberapa model yang masih tinggal untuk menghadiri after partynya.

Kejutan bagi Kyungsoo, Minseok berperan sebagai bartender pada pesta itu.

"Hey, Minseok. Tidak berada di barmu sendiri malam ini?" tanya Kyungsoo dengan sebuah senyuman sembari mengepalkan tinjunya ke arah Minseok.

Minseok tertawa. "Aku menyuruh salah satu staffku bekerja malam ini. Tak mungkin melewatkan kesempatan untuk melayani tamu Zitao." Ucapnya yang dijawab oleh sebuah anggukan dari Kyungsoo. "Jadi, apa yang kau mau malam ini? Whiskeys on the rocks? Segelas brandy? Atau kau ingin sesuatu yang fruity?"

"Cukup segelas champagne saja."

"Wow, tumben kau memilih yang ringan malam ini." Komentar Minseok sembari mengeluarkan pembuka botol champagne dan sebotol Moët & Chandon dari rak di belakangnya. "Kenapa?"

Kyungsoo mengangkat bahunya. "Tak ada. Aku hanya ingin meminum sesuatu yang ringan karena aku akan begadang untuk mengedit beberapa artikel. Deadlinenya hari senin dan aku ingin segera menyelesaikannya."

"Oh, aku mengerti." Ucap Minseok, menuangkan champagne itu dan menyerahkannya pada Kyungsoo. "Itu menyebalkan." Ucapnya sembari meringis.

"Memang." Ucapnya sembari menyesap champagnenya. "Sebenarnya aku merasa ditempa malam ini." Candanya.

Minseok tertawa.

Ia menyandarkan punggungnya di bar, melihat sekeliling. Yixing telah meninggalkan mereka dan tengah bercumbu dengan seorang model. Kyungsoo mengenali beberapa orang yang hadir pada pesta tersebut. Jongdae, artis Broadway yang sedang berbicara dengan Zitao. Kemudian Joonmyeon, teman wirausaha Kyungsoo yang bekerja di bidang finansial. Ada juga Luhan, pendiri dan perancang brand fashion EXO Men. Ia membawa Sehun Oh bersamanya, lulusan Julliard jurusan akting yang kini merupakan pewaris salah satu perusahaan hukum terbesar, membuatnya menjadi seorang tokoh terkemuka. Kedua orang itu selalu bersama walaupun mereka membantah semua isu yang mengatakan kalau mereka berpacaran.

Namun semua orang itu adalah bagian dari kelompok pertemanan Kyungsoo yang kecil, namun kuat.

Kyungsoo terus menmandang sekeliling sampai ia mendapati Baekhyun tengah mendiskusikan sesuatu dengan pengagumnya, yang mana mengejutkan Kyungsoo. Jika Kyungsoo harus berkata jujur, laki-laki itu sebenarnya cukup tampan. Ia sangat tinggi dan kurus, setidaknya jauh lebih tinggi daripada Baekhyun. Kyungsoo tertawa pada dirinya sendiri memikirkan bahwa kedua orang itu memiliki perbedaan tinggi yang cocok sebagai pasangan.

Apapun yang mereka bicarakan pasti telah berakhir ketika pria yang lebih tinggi merogoh sakunya dan memberikan sesuatu pada Baekhyun sebelum mengatakan satu hal lagi dan pergi. Baekhyun membalikkan tubuhnya dan langsung membelalakkan matanya ketika ia mendapati Kyungsoo tengah memperhatikannya, sebuah seringai kecil menari-nari di sudut bibirnya ketika ia menyesap champagnenya. Baekhyun segera menghampirinya dengan kepala tertunduk.

"Minseok!" panggilnya. Minseok berbalik dengan cepat dari rak alkohol tempatnya menyusun botol-botol wine.

"Hey, Baekhyun. Apa yang bisa kuambilkan untukmu? Margarita, mojito, Daquiri strawberry biasa?"

"Scotch on the rocks dengan sebuah gulungan. Oh tuhan, apa yang baru saja aku setujui?" Baekhyun menggosok keningnya seolah-olah ia bisa memutar balik waktu hanya dengan menggosok kepalanya.

Minseok segera mengambilkan pesanan Baekhyun sembari bergumam, "Wow, kau ingin sesuatu yang berat malam ini" kepada dirinya sendiri. Setelah selesai, ia segera kembali dan menyerahkannya pada Baekhyun yang langsung menyesapnya lama sekali, mencoba menenangkan diri dari rasa panas alkohol yang membakar dirinya.

"Whoa, santailah. Kau tak ingin menyakiti dirimu sendiri." Ucap Kyungsoo, meletakkan tangannya ke lengan sahabatnya lembut. Baekhyun meletakkan minumannya di atas counter sembari menghirup napas dalam-dalam, memejamkan matanya.

"Oh tuhan, rasanya enak…" ucapnya pelan, lebih seperti bicara pada diri sendiri saat ia membuka matanya. Ia bicara pada Kyungsoo dengan tenang yang membuat Kyungsoo dapat memahami bahwa ia sedang menyangkal perasaannya. "Aku bilang ya."

"Apa?"

Baekhyun memutar bola matanya. "Aku menyetujui ajakan kencan Chanyeol minggu depan."

"Siapa lagi Chanyeol itu?"

"Pengagumku!" ucap Baekhyun kesal. "Namanya Chanyeol Park. Ia seorang pebisnis dan bekerja paruh waktu untuk Zitao! Ya tuhanku…" Baekhyun kembali menyesap minumannya.

"Holy shit, Baekhyun, kau mendapatkan seorang pria kaya tampan. Semua wanita tua di luar sana pasti akan sangat iri padamu." Minseok menyelamatinya.

"Aku tak tahu kenapa aku menyetujuinya! Aku terlihat sangat sederhana disampingnya. Ia punya uang, kekuasaan, dan juga tampang. Apa yang aku punya?!" Baekhyun mengangkat tangannya ke atas mengaku kalah.

Kyungsoo memberikannya tatapan, 'apa kau sedang main-main denganku' yang biasa ia tunjukkan. "Apa kau bercanda?" ia menyuarakan pikirannya. "Baekhyun kau adalah penyanyi berpenghasilan besar dan tinggal di daerah upper east dengan sebuah apartemen mewah. kedudukanmu sama dengannya, tak ada yang lebih tinggi."

"Menurutmu begitu?"

"Tepat sekali. Benar kan, Minseok?"

Minseok mengangguk antusias. "Aku setuju! Chanyeol punya selera yang bagus. Kau akan jadi sangat sukses, kau tampan, kau orang baik dan bodoh jika Chanyeol memikirkan berapa penghasilanmu dan dimana kau tinggal."

Kyungsoo merapatkan bibirnya sembari mengulurkan telunjuknya untuk menunjuk Minseok kemudian Baekhyun, mengangguk setuju dengan semua yang dikatakan Minseok. "Lihat? Sekarang, pergilah berkencan dan bersenang-senanglah. Kalau kau tak suka, kau tak perlu pergi berkencan dengannya lagi. Yang penting kau sudah mencoba."

Baekhyun meregangkan bahunya lalu membiarkan dirinya tersenyum sedikit. "Kurasa. Dia terlihat baik dan tak terlalu mengerikan dari dekat."

"Itu bagus. Aku jamin kalian akan bersenang-senang. Jadilah dirimu sen— oh, sial. Sembunyikan aku! Sembunyikan aku!" Kyungsoo berbalik dengan tangan menutupi wajahnya. Baekhyun menoleh ke kanan dengan bingung sampai ia melihat sosok Kim Jongin menghampirinya.

Moodnya berbalik 180 derajat.

"Well," ucapnya enteng sembari mengambil gelasnya. "aku akan mencoba menjauhkan Yixing dari model itu. Selamat bersenang-senang!"

"Tidak, Baekhyun! Jangan coba-coba!" namun terlambat. Laki-laki itu sudah pergi dengan berjalan layaknya seorang model sembari menyesap minumannya. "Minseok?!" tanyanya liar. Namun yang dipanggil telah pergi dengan sebuah kantong plastik penuh gelas kotor di dalamnya, menggumamkan sesuatu tentang bagaimana ia harus lebih sering mengambil gelas bersih.

Dan tak ada tempat lagi untuk lari, jadi Kyungsoo hanya bisa menahan napasnya dan mencoba untuk menurunkan emosinya. Hal yang paling mengganggu baginya adalah bagaimana ia tidak tahu kenapa Jongin suka sekali mengganggunya. Mungkin karena semua panggilan itu, atau mungkin wajahnya, atau mungkin—

"Hey Kyungsoo" sapanya, sebuah senyuman kecil yang terlihat malu-malu.

—itu.

Kyungsoo memaksakan sebuah senyuman palsu sembari membalas, "Hai."

"What's up?" tanya Jongin, menyandarkan badannya pada konter bar.

Kyungsoo mengerutkan bibirnya. "Langit." Jawabnya acuh tak acuh. Jongin pasti mendapati jawaban Kyungsoo benar-benar menghibur karena ia terkekeh pelan.

"Maksudku bukan itu." Ujar Jongin.

"Well, tak ada yang istimewa. Aku masih mengedit artikel Koran dan mewawancarai beberapa orang sementara kau masih berjalan kesana kemari menggunakan pakaian orang lain."

"Maaf, ini pekerjaanku." Jongin menyeringai yang mana membuat Kyungsoo meringis dan mengalihkan pandangannya.

Tuhan mungkin merasa bersalah padanya, jadi Kyungsoo merasa sangat lega ketika Minseok kembali, kantong plastik yang dibawanya kini penuh dengan gelas-gelas bersih. "Hey Jongin." Sapanya dengan suara ceria yang biasa. "Seperti biasa?"

Jongin menatap Kyungsoo kemudian gelas champagne yang terlupakan di hadapannya, minuman itu terlihat membosankan tanpa adanya gelembung dan suara desisnya. "Tidak. Aku ingin segelas Remy dengan campuran Red Bull."

"On the rocks?"

"Yeah."

"Hey, tunggu sebentar!" sela Kyungsoo. "Kalian saling mengenal?"

Minseok mengangguk sembari mengambil sebuah gelas dan mengisinya dengan beberapa kubik es batu. Ia membuka sebotol Remy Martin. "Jongin sudah menjadi pengunjung tetap bar." Ia menjelaskan sembari menuangkan cairan Remy itu ke dalam gelas lalu mengambil sekaleng Red Bull dari lemari es di belakang bar. Setelah membuka kalengnya, ia menuangkannya ke dalam gelas sampai cairannya benar-benar menyatu dan meletakkan sebuah sedotan hitam di dalamnya, kemudian ia menyerahkan gelas itu pada Jongin.

Jongin meringis. "Apa yang bisa kukatakan? Minseok membuat minuman terbaik, dan," ia mengangkat gelasnya sampai ke mulutnya. "Aku berharap bertemu denganmu lagi."

Laki-laki yang satunya menyadari bahwa ia belum mengunjungi bar beberapa waktu ini. Kyungsoo memperhatikan ketika Jongin meneguk minumannya, jakunnya bergerak naik turun seiring dengan cairan yang mengalir masuk ke kerongkongannya.

Ia mengerang dalam hati sebelum meminta Minseok untuk mengisi ulang gelasnya.

"Dan juga, aku ingin tahu mengapa kau selalu mengabaikan panggilanku." Ucap Jongin.

Kyungsoo menyesap minumannya tenang, gelembung cairan itu mendesis di lidahnya. "Aku ingin tahu kenapa kau selalu meneleponku." Tanyanya balik dengan nada sarkastik.

"Mungkin karena aku tertarik? Mungkin karena kau meninggalkan nomor teleponmu membuatku berpikir bahwa kau ingin berkencan denganku?"

"Aku meninggalkannya sebagai rasa hormat. Aku tak tahu kau akan menelepon"

"Well, aku meneleponmu. Beberapa kali." Jongin mengangkat sebelah alisnya yang sempurna. Di sudut penglihatannya, ia mendapati Minseok melirik mereka sembari menuangkan segelas minuman bagi pelanggan lain.

"Percayalah, aku tahu." Ujar Kyungsoo. "Riwayat panggilanku mengatakan segalanya. Putus asa ya?"

"Tidak juga. Tak biasanya ada seseorang yang menolakku begitu mudah. Tapi tetap saja, pada pertemuan pertama kita, kau jatuh di atas ranjangku tanpa ragu." Jongin bergerak mendekat seiring dengan setiap kata yang ia ucapkan, suaranya berubah jauh lebih rendah. Sekali lagi, ia tak mengalihkan pandangannya sedikitpun saat ia menyesap minumannya lagi, memperhatikan ketika sebuah rona merah mulai mencuat pada pipi Kyungsoo di bawah sinar lampu yang suram.

Minseok membuka mulutnya lebar ketika ia mendengar perkataan Jongin. "Holy Shit, Soo.." desisnya.

Kyungsoo hanya memejamkan matanya dan menarik napas dalam-dalam. "Kau tahu," ia mencoba membuat suaranya tetap datar. "Apa kau pernah berpikir bahwa mungkin, aku belum siap untuk sebuah hubungan dan hanya menginginkan seks yang menakjubkan?" hey, ia tidak benar-benar berbohong. Jauh di belakang, ia mendengar Minseok berdeham canggung.

Jongin menyeringai lebih lebar. "Jadi, kau mengatakan bahwa aku memberimu sebuah seks yang menakjubkan?"

Kyungsoo mengerang keras dan memutuskan untuk tidak menjawab. Jongin tertawa sembari merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah pulpen. Mengambil sebuah serbet dari gagangnya, ia menuliskan sesuatu dengan cepat sebelum melipat serbet tersebut dan meletakkannya di sebelah gelas champagne Kyungsoo. Ia meletakkan kembali pulpen itu pada tempatnya. "Sekarang giliranku untuk menunggu. Telepon aku jika kau ingin berkencan atau 'berhubungan seks'." Ia meneguk sisa campuran Remy dan Redbullnya, meletakkannya kembali di atas konter dan pergi menjauh setelah berterima kasih pada Minseok atas minumannya.

Kedua laki-laki itu memperhatikan ketika sang model berjalan menjauh dengan emosi campur aduk. Minseok melangkah mundur dengan mata masih terbelalak, ia tampak terkejut. Kyungsoo melihatnya berjalan menjauh sembari meringis sebelum berbalik menghadap ke arah serbet itu. Membuka lipatannya, ia mendapati sebuah nomor telepon tertulis di atasnya. Di bawahnya, terdapat tulisan, 'aku akan menunggu namun tidak dalam waktu lama' dengan sebuah gambar hati kecil di bawahnya. Ia mengisutkan benda tersebut dan memasukkannya ke dalam sakunya.

"Kyungsoo.." panggil Minseok. Laki-laki yang dipanggil itu menoleh, sebuah isyarat agar Minseok melanjutkan ucapannya. "Apa kau benar-benar berhubungan seks dengan Kim Jongin?"

Kyungsoo memijat keningnya, suara musik kini terdengar begitu keras dan semua minuman tak terlihat menarik lagi. "Sayangnya, ya" jawabnya. Ia mengangkat wajahnya sembari menghabiskan sisa champagnenya. "Aku harus pergi. Sampai jumpa lain kali, Minseok."

"Baiklah kalau begitu." Mereka berjabatan tangan dan tak lama setelah Kyungsoo keluar dari gedung, ia disambut oleh dinginnya udara malam. Perjalanan pulang dengan taxi yang ia naiki terasa sangat damai, berkebalikan dengan degup jantungnya. Suara musik yang mengalun mulai larut dalam pikirannya ketika ia membiarkan dirinya rileks sedikit. Mengeluarkan serbet kusut itu dari dalam sakunya, ia memperhatikan angka-angka tersebut seolah mereka sedang menghina dirinya. Ia tak akan bisa memberitahu seorang pun kenapa ia memaksa dirinya untuk menyimpan nomor itu dalam ponselnya karena ia sendiri tak tahu mengapa.


Hal pertama yang ia lakukan setelah menginjakkan kaki di apartemen adalah memeriksa mangkuk anjingnya kemudian melepaskan pakaiannya dan pergi mandi. Setelah itu, ia meletakkan segelas zinfandel putih di atas kabinetnya, merangkak naik ke ranjangnya, mengacaukan bed cover yang telah tertata rapi. Setelah menyalakan macbooknya, ia masuk ke dalam websitenya dan menulis sebuah postingan baru.

27 April 2015

Terkadang aku bertanya-tanya kenapa aku melakukan hal-hal tertentu dan kenapa aku melibatkan orang-orang tertentu.

Pikiran itu tiba-tiba muncul ketika aku menghabiskan sebagian malamku dengan seorang model kelaparan yang memakai pakaian teman designerku dan pergi minum champagne setelahnya.

Seperti yang kalian tahu, di postinganku sebelumnya, aku mengatakan bahwa aku aku memiliki seorang pengagum. Well, tampaknya kini ia lelah menungguku menjawab panggilannya. Hmm. Jadi sekarang, ia menyatakan bahwa kali ini adalah gilirannya untuk menunggu panggilan dariku. Aku merasa laki-laki ini cukup bodoh, berkatilah hatinya. Jika aku ingin memulai suatu hubungannya, aku tak akan mengabaikan panggilan pertamanya.

Namun kini aku berpikir kenapa aku tak menyukai laki-laki ini. Ia tak melakukan apapun yang menurutku salah. Ia juga seseorang yang sangat sukses, ia mampu menyeimbangkan karir menari serta modelingnya. Dan dia terlihat cukup gampang di mataku (yang aku maksud disini adalah ia terlihat sangat seksi namun aku tak akan pernah mengucapkannya langsung di hadapannya. Tak akan pernah.)

Mungkin aku masih belum siap untuk menjalin sebuah hubungan. Atau mungkin aku suka melihatnya mengejarku. Beberapa dari kalian mungkin sependapat denganku bahwa bersikap jual mahal itu mengasyikkan.

Atau mungkin aku bingung mengapa ia begitu menginginkanku.

Terserahlah. Sepertinya aku harus segera membuat keputusan.

Ia juga mengatakan bahwa ia akan menunggu namun tidak dalam waktu lama. Jesus… aku dalam masalah..

Dan setelah kupikirkan, ini semua terjadi karena kita pernah berhubungan seks. (tidak, aku tak takut untuk menceritakan hal ini pada kalian semua. Aku pernah memposting sesuatu yang lebih buruk dari ini saat aku mabuk.)

Berita lainnya, Baekhyun menyetujui ajakan kencan penguntit/pengagumnya. Tapi sepertinya ada sesuatu yang lain dari pria ini selain wajah tampan serta figur tingginya. Tidak, Baekhyun berhasil mendapatkan pria tampan dan kaya. Seperti kata seorang temanku, "Semua wanita tua di luar sana akan sangat iri kepadamu."

Aku tak akan menyebutkan namanya karena beberapa hal. Tapi jika kau sudah mendengar hal ini dari Baekhyun, kau akan segera mengetahui nama pria misterius ini sebentar lagi.

Tapi seperti biasa, aku harus pergi dan memikirkan kembali keputusanku sembari mengedit beberapa artikel.

Dan untuk beberapa orang yang menanyakan Max, ia baik-baik saja. Sekarang ia berumur lima tahun! Aku akan mengupload fotonya besok. Ia tumbuh dengan cepat!

Terima kasih sudah membaca kisah hidupku yang membosankan.

Dengan cinta,

D.O

Kyungsoo membaca ulang postingannya dan membenarkan segala kesalahan yang dibuatnya sebelum mempostingnya.

Terdengar suara rengekan dari bawah ranjang tempatnya meregangkan kaki. Sembari membenahi letak kacamatanya, ia merangkak ke ujung ranjang dan melihat ke bawah, mata hitamnya bertemu dengan sepasang mata anak anjing.

"Hey, Max!" ucap Kyungsoo, mengulurkan tangannya dan membiarkan seekor Weish corgie kecil memanjat naik ke pelukannya. Kyungsoo meletakkan anak anjing itu di atas selimut kusut dengan lembut. Anak anjing itu berenang-renang di atas selimut kemudian merangkak ke pangkuan Kyungsoo. Kyungsoo terkikih sebelum mengangkat anak anjing itu kembali dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Ia menatap anak anjing itu penuh maaf. "Maafkan aku kawan, aku ada pekerjaan." Ucapnya sembari mengumpulkan kertas-kertas di sampingnya dan kembali ke pekerjaannya, berhenti sebentar untuk menyesap winenya. Tak lama kemudian, Max tertidur di sebelahnya, tubuh hangatnya bersentuhan dengan paha Kyungsoo.

Ketika Kyungsoo selesai dengan pekerjaannya, waktu telah menunjukkan pukul tiga pagi. Max tidak bergerak dari tempatnya karena ia telah tertidur, nafasnya bergerak teratur.

Kyungsoo menghabiskan beberapa menit setelahnya untuk memperhatikan Max dan bertanya-tanya apakah anak anjing ini pernah merasa kesepian ketika Kyungsoo tak ada di rumah. Hal tersebut malah mengingatkannya dengan alasan mengapa ia mengadopsi Max, karena ia kesepian.

Apakah ini yang akan ia rasakan kalau ia menjalin sebuah hubungan? Bagaimana jika ia merasakannya kalau ia berpacaran dengan Jongin? Akankah hal itu memiliki efek yang bagus terhadap dirinya?

Jongin memiliki kemampuan untuk menjaga dirinya sendiri dan jika Kyungsoo tidak mengenalnya, ia pasti akan terkejut.

Dan ia harus mengakui bahwa Jongin sangat lihai di atas ranjang. Berdasarkan apa yang ia rasakan di malam pertama mereka, Jongin memang memberikannya sebuah seks yang menakjubkan. Bibir lembut serta lidahnya bekerja dengan sangat baik, tangannya benar-benar lembut dan tangan-tangan itu mencumbunya dengan lembut, dan juga p—

Kyungsoo mengerang. Hal itu sudah lama berlalu. Setelah beranjak dari ranjangnya, ia melepas kacamatanya dan meletakkan di samping gelas wine yang telah kosong sebelum berjingkat ke kamar mandi untuk mengurusi masalahnya.

Max terbangun karena suara yang dikeluarkan Kyungsoo, memperhatikan saat tuannya berjalan canggung. ia menggonggong ke arahnya namun tak ada niatan untuk beranjak dari ranjang.

"Tak apa Max, daddy hanya sedang mengalami masalah." Teriak Kyungsoo sembari mengunci dirinya sendiri di kamar mandi, membiarkan bayangan kulit kecoklatan dan bibir lembut mencumbuinya dan mengalihkan pikirannya selama beberapa menit.


Karena ada dua project, aku memutuskan untuk mengerjakannya keduanya bersamaan biar cepet selesai lol. this time is kaisoo.

dan karena ada dua project, berarti aku nggak bisa update kilat seperti biasanya, i have my own life guys. so sorry.

reviews are so much love.