Naruto © Masashi Kishimoto

Pet or Date? © White Apple Clock

Rate: T

Genre: Romance, Parody

Main Pairing: NaruHina

Warning: AU, OoC, typo, gaje, dll.

DLDR!


Naruto's PoV

Alam terbuka menyapa. Semilir angin menyambut raga, menyejukkan jiwa. Semerbak bunga Mawar dan Melati melayani panca inderaku dengan lembut. Kini, berdua dengan dia, kami menikmati sore sembari menunggu Sang Surya kembali ke peraduan.

"Kau benar-benar tidak ingin berkencan denganku malam ini?" tanyaku padanya. Seorang gadis bersurai indigo panjang yang tengah membelai lembut hewan peliharaannya.

"Tidak." Dia menjawab tawaranku dengan singkat. Aku menghela napas mencoba untuk bersabar.

"Yakin?"

Ia mengagguk. "Beberapa kalipun kau menawarkannya kepadaku, jawabanku tetap tidak, Naruto-kun."

"Kencan kita takkan seburuk yang lalu-lalu, Hinata-hime," tuturku meyakinkan Sang Kekasih–Hyuuga Hinata. Berharap ia mengabulkan permintaanku yang sudah seminggu ia tolak. Semoga tatapan memelas ini mampu membuat pikirannya berubah.

Bola mata amethyst anggun miliknya menatapku penuh arti. Tangan putihnya berhenti membelai Leon–singa peliharaannya. Aku menangkap sedikit pancaran harapan di netranya yang elegan itu.

"Ya, kali ini kau boleh membawa Leon," ucapku dengan setengah hati. Sejujurnya, aku tak ingin diganggu dengan singa sialan itu. Tapi, mau gimana lagi? Hinata-hime lebih mencintai hewan buas itu daripada aku yang buas.

Okay, jangan sampai di geplak author dan rate mulai bergeser.

"Kau yakin? Bagaimana dengan orang-orang disekitar kita nanti?" Tampaknya, Hinata-hime nampaknya mulai ragu.

"Tak apa. Malah, aku ingin mengajak Kyuubi juga." Aku menyela. Disambut dengan tatapan horor dari Hinata-hime yang aku sendiri tidak tahu mengapa dia demikian.

"Kau gila, Naruto-kun? Mana ada pasangan yang berkencan dengan hewan peliharaan mereka yang buas?" sergah Hinata-hime. Emosinya mulai terbakar.

Aku menghela napas lagi. Memang wanita seperti itu. Apalagi si Hyuuga manis ini. Katanya kepengen ngajak Leon di tengah-tengah acara kencan kami, ujung-ujungnya malah tidak setuju karena memikirkan keselamatan orang-orang sekitar. Sepertinya Kami-sama mulai menguji kesabaranku kembali. Siapa suruh memelihara singa, sayangku?

Naruto, Naruto. Tidak sadar dengan dirimu sendiri, eh?

Seminggu yang lalu ia tak ingin berkencan denganku karena aku membuat peraturan untuk menitipkan hewan peliharaan kami di toko hewan. Mungkin, Hinata-hime belum menghilangkan traumanya.

Berawal dari kencan pertama kami–sebulan yang lalu. Buruknya, berakhir dengan Leon yang hampir kejang-kejang karena tidak tahu kenapa. Setelah di diagnosa, Leon terkena alergi makanan yang disediakan oleh pemilik toko hewan. Dan dari sana, sepupu si Neji ini–yang notabene adalah sahabatku–kapok menitipkan Leon alih-alih tak ingin kencan kami terganggu.

"Kita jangan kencan."

Aku terkejut batin. Apa katanya? Jangan kencan?

"Lebih baik kita jogging bareng lagi seperti beberapa hari yang lalu. Suasana di taman kota sudah mulai membaik. Kan lumayan ngajak Leon sama Kyuubi jalan pagi. Kasihan mereka nanti dikurung terus," titahnya. Ia kembali mengelus bulu pirang Leon yang mulai memudar seiring dimakan umur.

"Aku tidak mau," tolakku. Jelas saja, aku tak ingin orang-orang sekitar di kejar oleh Kyuubi–serigala yang sudah kupelihara sejak kecil. Aku tak ingin kejadian itu terulang lagi dan berakhir di kantor polisi dengan alasan mengganggu ketenangan masyarakat.

"Terserah."

Tuh kan, dia mulai ngambek. Serius, males banget kalau udah seperti ini situasinya.

Biasanya, kalau Hinata-hime merajuk, tandanya minta dibujuk. Yah, lagi-lagi aku harus memutar otak untuk mengembalikan suasana yang sudah membeku. Tak lama mencari, sebuah ide muncul di kepala pirang ini. Bak lampu yang menyala terang. Memikirkan itu, membuatku mengukir seringai tipis tanpa Hinata-hime sadari.

"Hei, Hinata-hime," panggilku.

Ia menatapku dengan tatapan polos. Tangannya masih betah membelai Leon. Oh ayolah, Hinata-hime, kapan kau memperlakukanku seperti itu, hm?

"Kau memelihara singa, aku memelihara serigala. Bagaimana–"

Aku menggantung kalimatku. Melihat ekspresi kebingungan Hinata-hime membuatku gemas sendiri. Ah, bahkan seringaian ini semakin melebar.

"–jika anak kita nanti kita beri harimau sebagai peliharaanya?"


THE END


Hahaha, gantung lagi ya? Sengaja sih, pengen readers berfantasi sendiri. Kalau di lanjutin, keburu rate begeser, hahaha/plak.

Review?