Yoha~ Bertemu denganku disini~ Kalau dapat dikatakan, ini adalah fic pertamaku di pair ini.. Tapi sebenarnya, kalau mengenai cerita ini, ini adalah kisah kelanjutan dari SasuSaku setelah cerita NaruHina yang berjudul "My Baby Blue : Second Life" tamat. Kalau pembaca sekalian bingung dengan beberapa kejadian, itu karena kejadian sebelumnya antara SasuSaku ada di fic yang kusebutkan di atas. Jadi kalau penasaran, silahkan dibaca juga fic-ku di atas ya. Silahkan melihat di my stories-ku~

Oh iya, salam kenal untuk pembaca penghuni pairing ini~ Selama ini diriku lebih sering main di pair NaruHina, tapi diriku ingin mencoba pair lain. Karena dengan mencoba pair lain, diriku menjadi tertantang untuk mempertahankan karakter dari masing-masing tokoh. Tapi jika ada OOC, maafkan diriku ya.

Baiklah, cukup sekian kalimat permulaan dariku. Kita jumpa lagi di bawah~ Selamat membaca~ Sekali lagi, ini adalah kisah setelah "My Baby Blue : Second Life" tamat.

::

::

::

V

Setelah dia mengingatku kembali, rasanya sangat menyenangkan. Aku yang merasa dia melupakanku, ternyata memang benar. Tapi setelah itu, ia kembali mengingatku sebagai teman kecilnya. Sungguh, walaupun terlupakan, aku merasa senang karena ia kembali mengingatku.

Aku yang selalu mendukung kisah cinta sahabatku, kini akan berjuang membuat orang yang kusukai menyukaiku. Kejadian masa kecil antara aku dengannya, tidak akan kulupakan. Bahkan disaat dia pergi meninggalkanku saat itu, perasaanku padanya tidak akan pernah pudar.

"Rasanya seperti mengalami kembali kejadian menyenangkan saat kita bersama dulu."

Dari kata-katamu itu, boleh 'kan aku berharap untuk mengembangkan kuncup kecil yang ada dihatimu? Boleh 'kan aku berpikir, aku akan membuatmu menyukaiku melebih infomasi yang selalu kau cari dan dapat kau dapatkan dengan mudahnya?

Cintaku pun akan kuusahakan, dan tentu tidak akan kalah dari informasi yang sangat kau sukai itu..

۞ Love Me More than Information ۞

Disclaimer : Naruto © Masashi Kishimoto-sensei

Love Me More than Information © Haruta

Genre : Romance

Pairing : Sasuke Uchiha & Haruno Sakura

Rated : Teen

Warning : Full Sakura P.O.V

::

::

"Hei, sebentar lagi festival budaya nih. Kira-kira kelas kita mau bikin acara apa?" aku yang sedang asyik berbincang dengan Ino pun menatap sang ketua kelas kami.

Naruto Uzumaki, beserta dengan kekasihnya Hinata Hyuuga, sahabatku yang sempat terkena kecelakaan beberapa bulan lalu saat kami melakukan kegiatan kelas. Untung saja Hinata sadar setelah empat bulan dia tidak sadarkan diri dan berkat kejadian itu hubungan mereka berdua benar-benar sudah maju. Tapi diriku, aku dengan Sasuke belum maju selangkah pun.

"Sudahlah~ Biarkan pasangan baru beberapa bulan saja yang menentukan. Kami mah ikut saja~ Ya tidak?" salah satu anak kelas yang menjadi provokator pun membuat anak-anak menjadi ricuh dan menggoda Naruto beserta dengan Hinata. Dasar kekanakan. Seharusnya mereka berdua jadian itu adalah hal membanggakan yang tidak perlu dijadikan bahan candaan seperti itu.

"Apaan sih! Serius! Mau bikin apa kita?" melihat Naruto yang sudah kesal, aku pun sedikit tertawa. Hinata juga sepertinya sangat malu sehingga wajahnya merona dan menundukkan kepalanya. Memang dari dulu Hinata anaknya pemalu seperti itu, apalagi kalau berada di depan banyak orang. Tapi saat malam natal tahun lalu aku terkejut karena dia bisa berani mengikuti lomba duet karaoke. Tapi bukan itu sih masalahnya..

"Tanya pak Kaku saja." mendengar suara itu, aku pun langsung menengokkan kepalaku. "Dia pasti punya saran bagus sama seperti saat acara kelas yang lalu. Yah.. Walau ada kejadian tak terduga." teman masa kecilku, Sasuke. Ia memang suka sekali dengan guru baru itu, maksudnya guru yang sekarang menjadi wali kelas ini.

Memang sih kelakuan mereka untuk mendapatkan uang sedikit mirip. Keinginan untuk mengumpulkan uang dan menabung untuk masa depan membuat keduanya cocok. Bahkan Sasuke yang jarang dekat dengan guru jadi tertarik dan menyukai pak Kakuzu. Hal lain yang kuperhatikan, Sasuke sering sekali ke ruang guru untuk berkonsultasi dengannya.

"Um.. Benar juga kau teme! Oke, aku kesana sekarang!" menerima usulan dari Sasuke, akhirnya Naruto berniat menuju ruang guru. "Ayo Hinata!" dan kemudian, Naruto pun menggenggam tangan Hinata ikut bersamanya. Hah~ Manis sekali kisah mereka.

Aku yang melihat hal itu cukup merasa kesepian juga sih. Habisnya sahabat yang selalu bersama denganku selama hampir satu tahun ini sudah memiliki kekasih. Lain ceritanya dengan Ino karena aku memang selalu bersama dengannya, dan jika Ino tidak ada pun, bukan hal aneh karena Ino sering menghilang dan bepergian sendiri semenjak ia berjanji akan memperjuangkan cintanya.

Tapi untuk sekarang, sepertinya ia lebih memilih untuk berbicara denganku dibandingkan ke kelas sebelah untuk bertemu dengan pujaan hatinya. Yah aku juga jadi tidak merasa kesepian. Tapi walaupun begitu, hubunganku dengan Sasuke akan jadi seperti apa ya..

Dikala berpikir seperti itu, aku dikejutkan oleh Ino yang menepuk pundakku. "Hoi." serunya sehingga aku tersadar dari lamunanku yang cukup panjang.

"Kenapa? Mikir apa?" menatap Ino, aku menggelengkan kepalaku. Masa aku bercerita ingin hubungan yang lebih dengan Sasuke, tidak hanya sebagai seorang teman saja. Aku yang bercerita seperti itu, sangat tidak keren. Apalagi jika melihat sifat Ino, jika ia mengetahui keinginanku, pasti aku akan diolok-olok olehnya.

"Masa? Beneran? Tapi kelihatan banget lho kalau kau sedang memikirkan sesuatu." menatap kearahku dengan perasaan ingin tahu, aku pun hanya menghela napas.

"Benar kok." seruku pelan. Aku pun secara perlahan menatap Sasuke, aku tidak ingin ada yang tahu bahwa aku sedang menatapnya. Tanpa sadar pun, aku kembali menghela napas. Kenapa ya, sejak aku semakin sering berpikir menginginkan hubungan yang lebih dengannya, aku menjadi lebih sering menghela napas?

"Hoo.." mendengar Ino mengucapkan hal itu, aku pun menatapnya. Ada apa sehingga ia mengucapkan kata-kata yang sepertinya ia telah mengerti akan suatu hal? "Sedang tidak enak perasaan karena hubunganmu dengan Sasuke segitu-gitu aja ya?" mendengar kata-katanya, aku langsung terkejut. Bagaimana dia bisa tahu?

"Tidak!" dengan segera aku membalas pernyataannya. Tidak mungkin aku mengatakan hal seperti itu secara blak-blakan. Walaupun dulu aku pernah berkata, menjadi teman saja sudah cukup, dan aku akan berjuang, tapi karena perasaan ini sudah berkembang, aku tidak bisa hanya sekedar menjadi teman masa kecil saja.

"Begitu.. Ya sudah kalau kamu memang tidak mau mengakuinya. Tapi apa kamu tidak berpikir, kita mau buat apa di festival nanti?" tanya Ino kemudian. Kalau ditanya seperti itu, sudah jelas pasti aku berpikir. Karena aku tidak ingin kelas ini melakukan hal biasa, makanya aku juga harus berpikir.

"Aku tertarik sama rumah hantu, dilakukan berkali-kalipun tidak bosan. Tapi pasti banyak yang mau membuat rumah hantu juga." aku pun menghela napas. Dikala kepalaku berpikir seperti itu, ada yang mengetok kepalaku.

"Hei!" seruku kesal. Aku tidak melakukan apapun, masa kepalaku dipukul? Melihat siapa yang menggetokku, aku pun terkejut.

"Kamu," serunya.

"Suke-chan? Kenapa?" tanyaku. Walaupun kami sudah kembali mengenal, tapi sama seperti biasa waktuku untuk berbicara dengannya tidak banyak.

"Saat aku bercerita mengenaimu kepada kakakku, dia ingin sekali melihatmu. Jadi, hari ini mau main ke rumahku?" Hah? Yang benar? Apa aku tidak bermimpi? Bukankah ini kesempatan yang sangat bagus? Pasti akan jadi kenangan yang menyenangkan setelah sekian lama aku tidak bertemu dengan Ita-nii. Apa aneh ya kalau aku masih memanggilnya begitu?

"Mau!" dengan segera, aku pun menjawabnya. Ini adalah langkah awalku, langkah awalku untuk membuat Sasuke lebih menyukaiku dibandingkan dengan informasi-informasi.

"Kalau begitu, pulang sekolah kutunggu di depan kelas." serunya dan kembali menuju tempat duduknya.

Aku pun tersenyum. "Kau dengar yang tadi Ino? Aku tidak bermimpi 'kan?" seruku sekali lagi. Aku harus memastikan, bisa saja aku sedang bermimpi!

"Tidak! Ini bagus Sakura! Selamat berjuang!"

"Iya!"

Aku jadi tidak sabar, kira-kira hari ini akan jadi hari yang seperti apa ya..

::

::

"Kalau misalkan hari ini gerhana matahari, ini adalah kali ketiga aku melihatnya." menatap Naruto dan Hinata yang sedang asyik berbicara, aku menjadi tidak mengerti.

"Kali ketiga? Tapi, menurut informasi, gerhana matahari terakhir itu beberapa ratus tahun lalu. Masa Naruto-kun sudah melihatnya dua kali?" nah, itulah yang tidak kumengerti. Gerhana matahari 'kan sudah lama tidak terjadi, bahkan di umur segini pun, aku sama sekali tidak pernah melihat gerhana matahari. Terkadang aku merasa Naruto itu aneh.

"Um.. Aku merasa jiwaku mengarungi waktu dan melihat gerhana matahari." bodoh, mana mungkin hal itu terjadi. Aku tahu kau berusaha membuat Hinata tersenyum Naruto, tapi caramu itu apakah tidak sedikit bodoh?

"Aku tidak mengerti." ya tentu saja Hinata tidak mengerti, bahkan aku pun tidak mengerti.

Aku sedikit iri melihat keakraban mereka, tapi aku tidak boleh mengganggu mereka. "Ya, kau ini bodoh Naruto!" seruan Ino membuatku kaget. Dasar bodoh! Kenapa dia mengganggu sepasang kekasih yang sedang bercengkrama sih? Yah aku jadi tidak bisa untuk tidak ikutan 'kan..

"Ya, caramu itu benar-benar bodoh Naruto." seruku kemudian.

"Apa yang kalian katakan?" melihat kekesalannya, itu sudah biasa bagiku. Orang sepertinya, tidak mungkin akan melukai gadis hanya karena diberikan ejekan sedikit.

"Oh ya, kata pak Kaku apa?" tanyaku kemudian. Bukankah mereka ke ruang guru untuk menanyakan apa yang akan mereka buat? Tapi disaat kembali, kenapa mereka tidak mengumumkannya pada anak-anak yang lain? Padahal festival tersisa dua minggu lagi.

"Katanya pak Kaku akan ke sini dan memberitahukannya." seru Naruto dan aku pun mengangguk.

"Eh Hinata, kalau menurutmu, enaknya bikin apa sih?" tanya Ino. Setelah menanyakan padaku, kini Ino menanyakannya pada Hinata. Mungkin memang tidak cukup kalau hanya bertanya pada satu orang saja.

"Aku.. Aku suka stand ramalan." jawab Hinata malu-malu. Kalau dikatakan seperti itu, memangnya di kelas ini ada yang bisa meramal ya?

"Stand ramalan, sepertinya seru. Kalau tidak salah teme punya sedikit kemampuan seperti itu deh." Sasuke? Sasuke memiliki kemampuan meramal? Sejak kapan? Masa hanya karena selalu mencari informasi, Sasuke sampai memiliki kemampuan seperti itu?

"Kalau Sakura bilang, dia mau bikin rumah hantu." aku terkejut. Kenapa Ino mengatakan apa yang ingin kubuat? Padahal kalau tidak dikatakan pun tidak masalah, karena membuat yang seperti itu sudah mainstream.

"Ah.." melihat Hinata, sepertinya Hinata mendapatkan sebuah ide. "Kalau misalkan membuat rumah hantu terus sebelum pintu keluar pengunjung diramal bagaimana?" seruan Hinata membuatku mengerti. Jadi selain menantang keberanian, di akhir pun mereka akan mendapatkan informasi ya?

"Setuju! Sepertinya anak-anak juga akan senang. Kuberitahu pak Kaku dulu ya. Kalau menunggunya kesini akan lama." dengan segera Naruto pun berlari meninggalkan kami. Tumben sekali dia tidak mengajak Hinata. Tapi baguslah, kami bisa merasakan waktu dimana kami bersama lagi.

"Hinata, bagaimana sih kejadian pernyataan cinta Naruto padamu?" pertanyaan Ino membuatku penasaran. Benar juga ya, kami tidak pernah menanyakan bagaimana kejadian bersejarah bagi mereka.

"Um.. Ya.. Begitulah." jujur saja, jawaban Hinata sedikit membuatku kecewa. Kalau seperti itu, itu berarti Hinata tidak ingin menceritakannya atau lebih tepatnya malu untuk mengatakannya.

"Tapi kalau dipikir-pikir, kita memutuskan untuk membuat stand ramal hantu. Tapi yang bersangkutan, memangnya mau menjadi peramalnya?" kata-kata Ino membuatku menyadari hal itu. Benar juga ya. Kami seenaknya memutuskan hal itu, tapi bisa saja Sasuke tidak menyukai hal itu. Apabila itu terjadi, sama saja harus mencari ide lain 'kan?

"Tenang saja." sepintas aku mendapatkan ide. "Akan kubujuk nanti saat main ke rumahnya! Mungkin aku bisa sedikit meminta bantuan kakaknya." akupun tersenyum puas. Panggilan kakak Sasuke, akan kugunakan untuk membujuk Sasuke supaya dia mau meramal untuk kelas kami.

"Bagus Sakura! Kalau begitu bujuk dia sampai mau ya!" akupun menganggukkan kepalaku. Untuk melakukan hal itu, pasti aku harus benar-benar membujuknya. Tapi, Ita-nii yang sekarang itu seperti apa ya..?

::

::

"Wah!" aku terkagum-kagum. Ini benar-benar Ita-nii? "Keren! Dewasa sekali!" seruku menatap kagum Ita-nii. Saat pertama kali melihatnya, aku langsung merasa berdebar. Jika dibandingkan dengan dulu, yang sekarang jauh terlihat kekerenannya.

"Haha Sakura, kau tidak berubah ya." memegang kepalaku dengan tangan besarnya, rasanya aku merasa nyaman. Sepertinya Ita-nii sosok kakak yang selama ini ingin kujadikan kakak. Benar-benar sangat menyenangkan sekali bertemu kembali dengan Ita-nii.

"Ita-nii sekarang keren ya." seruku lagi. Aku benar-benar tidak percaya. Tinggi, keren, dewasa, baik, ini benar-benar sosok laki-laki ideal!

"Haha, bisa saja. Sakura juga manis kok." ah! Rasanya seperti mau meleleh dikatai seperti itu oleh Ita-nii. Benar-benar membuat malu tapi juga menyenangkan!

"Sudah-sudah!" menarik tanganku, Sasuke membuatku menatapnya. "Ada apa Suke-chan?" tanyaku. Kenapa Sasuke menarikku seperti itu? Dan, kenapa Sasuke terlihat kesal seperti itu? Apa jangan-jangan.. Karena aku terlalu asyik dengan Ita-nii, dia jadi cem.. Ah, tidak mungkin.

"Ke kamarku dan kita bicara sebentar." seruan Sasuke membuatku terkejut. Aku, akan ke kamar Sasuke? Apakah ini bukan mimpi? Langkah yang kuambil sepertinya terlalu cepat! "Kak, Sakura-nya kupinjam. Satu jam lagi, kakak boleh masuk ke kamarku." seruan Sasuke membuatku melongo. Satu jam? Bersama dengan Sasuke? Berdua saja? Tapi bukankah Ita-nii yang memanggilku kesini?

"Satu jam ya.." melihat Ita-nii, sepertinya dia tidak mengherankan sifat Sasuke. "Oke, tapi lama juga ya." Ita-nii menatapku, tentu saja aku malu. "Sasuke sekarang sudah dewasa lho Sakura." seru Ita-nii tersenyum padaku. Apa maksud senyuman dari Ita-nii? Dengan mengatakan Sasuke sudah dewasa, aku tahu hal itu kok..

"Ayo." Sasuke pun menarikku menuju kamarnya. Mungkinkah ini waktu yang tepat untuk mengatakan mengenai festival nanti? Baiklah.

"Ano.. Suke-chan.." panggilku pada Sasuke yang sedang sibuk merapihkan barang-barangnya.

"Apa?" kata-kata darinya pun membuatku yakin, ini adalah waktu yang tepat untuk membahas masalah festival budaya.

"Aku tidak tahu lho kalau Suke-chan punya kemampuan meramal." seruku pelan.

"Hah? Tahu dari siapa?" menatap Sasuke, sepertinya dia terkejut. Memangnya kemampuannya yang seperti itu tidak boleh diketahui oleh orang lain ya?

"Naruto." seruku lagi.

"Hah.. Anak itu." memegang kepalanya, sepertinya Sasuke sedikit bingung. "Aku tidak terlalu bisa, hanya sedikit saja aku bisa." seruan Sasuke membuatku menganggukkan kepalaku. Jadi, kalau begini stand yang sudah ditentukan oleh kami, benar-benar bisa dilakukan dong?

"Kenapa kamu menanyakan hal ini?" menatapku, sepertinya Sasuke mengetahui kalau aku memiliki maksud tertentu dengan menanyakan hal tersebut.

"Untuk festival, kelas kita akan membuat rumah hantu." seruku pada Sasuke.

"Lalu, apa hubungannya dengan ramalan?" benar juga ya, kalau dihubungkan secara logika, tidak ada hubungan diantara keduanya.

"Bagi yang berhasil sampai titik tertentu, akan diramal." seruku lagi. Tapi, mungkin aku memiliki sedikit ide. Jangan diujung pintu keluar, tapi di titik tertentu tempat ramalnya. Jadi yang beruntung menemukan tempat ramal, dirinya akan diramal. Oke, akan kukatakan besok pada yang lainnya.

"Jadi maksudmu, kau memintaku untuk menjadi peramalnya?" dengan pelan, aku pun menganggukkan kepalaku. Kini tinggal menunggu jawaban dari Sasuke. Kalau dia mengangguk, berarti oke-oke saja. Tapi, kalau dia menggeleng, sepertinya aku harus mencari jalan lain.

Jadi, dengan segenap perasaanku, aku menatap Sasuke. Menunggu jawabannya.. "Tidak akan pernah!" dan aku langsung kaku di tempat karena kata-kata Sasuke. Benar-benar penolakan yang sangat tegas. Kalau seperti ini, pasti akan sulit dibujuk seperti apapun. Bagaimana ini..

"Ta.. Tapi Suke-chan.." berusaha membujuk, semoga saja Sasuke mau mengerti sedikit.

"Tidak akan!" menyilangkan tangannya, dia mengalihkan pandangannya dariku. Apakah memang tidak bisa..?

"Wah-wah Sasuke.. Jangan menolak permintaan Sakura dong." menatap pintu masuk, tiba-tiba saja Ita-nii datang menghampiri kami. Melalui kata-katanya, berarti Ita-nii mendengar apa yang kami bicarakan dong?

"Sudah kukatakan datang satu jam setelahnya!" melihat Sasuke yang kesal, aku sedikit tertawa. Sasuke imut juga jika sedang kesal seperti itu, jadi ingat saat masih kecil dulu deh.

"Mana bisa kubiarkan dua anak muda yang sedang kasmaran berdua saja di kamar."

"Siapa yang kasmaran!" mendengar Sasuke sedikit membentak, aku malah kembali tersenyum. Parah ya, bukannya aku khawatir, tapi malah ingin tertawa seperti ini. Habis, dilihat saat zaman dulu, mereka mau bertengkar seperti apapun pasti akan selalu berbaikan.

"Hei-hei Sasuke, sudahlah terima saja permintaannya. Ini juga untuk kelasmu 'kan." benar! Terus desak Sasuke supaya dia mau Ita-nii! Jadi aku tidak perlu mengeluarkan banyak pikiran untuk membuatnya setuju.

"Lagipula, sudah lama tidak bertemu Sakura, masa satu permintaannya tidak kamu kabulkan?" seruan Ita-nii membuatku terkejut. Kalau dibilang seperti itu, malah aku yang terkesan seperti memaksa Sasuke untuk melakukan hal yang tidak disukai olehnya. Aku jadi merasa sedikit tidak enak, apalagi sampai dibantu oleh Ita-nii segala.

"Nikmatilah masa mudamu." menepuk jidat Sasuke, Ita-nii pun langsung keluar dari kamar. Apakah Ita-nii memasuki kamar Sasuke hanya untuk mengatakan hal itu? Ita-nii benar-benar mengagumkan.. Aku menatap kepergian Ita-nii, benar-benar sosok laki-laki yang ideal.

"Hei, jangan menatap pintu terus!" mendengar suara Sasuke, aku pun meminta maaf. Sepertinya aku terlalu terkagum-kagum dengan perubahan Ita-nii sampai-sampai terlarut akan pikiranku sendiri.

"Aa.. Suke-chan, soal tadi.." kembali kutanyakan, aku harus memastikan apakah Sasuke benar-benar ingin melakukannya atau tidak. Tapi kalau sudah diceramahi oleh Ita-nii dan keputusan Sasuke tetap tidak berubah, Sasuke ini benar-benar bebal ya.

"Baiklah, akan kulakukan." seruan Sasuke membuatku bersemangat. Asyik! Aku berhasil membujuk Sasuke! Yah walaupun tidak semuanya kulakukan karena yang paling berperan dalam membujuk Sasuke adalah kakaknya.

"Terima kasih Suke-chan." seruku. Kalau seperti ini, aku jadi tidak sabar bertemu dengan kawan-kawan untuk mengatakan bahwa Sasuke setuju.

"Jadi Sakura, mau disini lebih lama atau pulang?" pertanyaan Sasuke membuatku berpikir. Jadi, aku sudah disuruh pulang oleh Sasuke?

Menatap Sasuke, aku sedikit menunjukkan ekspresi sedih. "Jadi, aku harus pulang sekarang?" tanyaku pada Sasuke. Aku tidak menyangka bahwa Sasuke mengusirku dengan cara sangat halus seperti itu. Walaupun tidak dikatakan, tapi perkataannya sama saja seperti menyuruhku untuk pulang segera.

"Memangnya siapa yang bilang kau harus pulang?" menatap Sasuke, aku sedikit tersenyum. "Kalau mau lebih lama disini, boleh kok." kata-kata Sasuke membuatku semakin percaya diri. Mungkinkah.. Sasuke tertarik padaku?

::

::

"Jadi sudah oke nih ya!" kembali rapat kelas, Naruto menjelaskan apa saja yang dibutuhkan untuk festival nanti. Dan sepertinya, anak-anak yang lain juga setuju. Tapi menurutku, sepertinya anak-anak malas memikirkan untuk stand lainnya sehingga mereka menyetujui apapun itu keputusannya.

"Jadi yang berperan penting teme ya!" seru Naruto lagi dan menunjuk Sasuke dengan penuh semangat. Tapi sepertinya yang ditunjuk hanya menanggapi dengan tenang dan terlihat tidak tertarik seperti itu.

"Jadi di ujung pintu keluar rumah hantu, para pengunjung akan diramal ya." seruan Naruto membuatku kembali teringat. Bukankah aku memiliki ide supaya tidak semua pengunjung diramal ya?

"Tunggu Naruto!" seruku mengangkat tangan. "Aku ada ide lainnya!" seruku kemudian. Ya semoga saja yang lainnya juga setuju dengan apa yang kukatakan nanti sih.

"Apa idenya?" tanya Naruto kemudian. Baiklah, akan kukatakan semua mengenai ide serta apapun itu yang ada dipikiranku.

"Kalau setiap pengunjung diramal semua 'kan repot. Bagaimana kalau Sasuke kita letakan di tempat tertentu. Jadi bagi yang beruntung, dirinya bisa dapat bonus ramalan?" seruku kemudian. Kalau semuanya diramal, 'kan kasihan Sasukenya juga. Pasti dia akan menjadi orang yang paling lelah karena harus bercengkrama dengan banyak orang.

"Benar juga ya.. Jadi seperti rumah hantu biasa tapi yang beruntung akan mendapat kesempatan untuk diramal." melihat Naruto meletakan tangannya di dagu seakan berpikir, sepertinya Naruto akan menyetujui apa ideku.

"Oke! Tapi bagaimana cara pengunjung supaya mereka menyadari keberadaan Sasuke? Di dalam 'kan sudah pasti gelap, bisa saja 'kan terlewat begitu saja?" pertanyaan Naruto membuatku menyadari hal itu. Benar juga ya, di tempat gelap peramal dengan pakaian serba hitam, siapa yang akan menyadarinya coba?

"Kalau soal itu, aku tak terpikirkan. Maaf." seruku tertawa renyah. Boleh sih aku punya ide seperti itu, tapi aku juga harus memikirkan berbagai macam hal lainnya.

"Kalau itu, kenapa tidak menggunakan cara mudah saja?" seru Ino bangkit dari duduknya. Ino pun menjadi pusat perhatian kelas, apa dia memiliki ide untuk itu? "Sasuke duduk dan sisa meramal, terus, satu orang menemani untuk memanggil pengunjung yang lewat disana." seru Ino. Sepertinya aku tahu maksud dari kata-kata Ino, soalnya 'kan Sasuke..

"Tidak mungkin Sasuke mau berkata sambil berteriak 'Hei kau yang beruntung! Mau coba diramal?' Ya 'kan? Pasti Sasuke tidak mau deh." Ino menyilangkan tangannya dan menatap Sasuke. Sedangkan Sasuke, ia hanya mendengus kesal dan memalingkan wajahnya. Benar-benar ketahuan ya kalau Sasuke memang tidak mau melakukannya.

"Benar juga ya. Tapi.. Siapa yang akan jadi asistennya Sasuke?" tanya Naruto kemudian. Kalau ditanya seperti itu, benar juga ya. Pasti anak-anak perempuan di kelas ini pada berebut. Soalnya, itu adalah kesempatan yang bagus untuk mendekati Sasuke.

"Gampang saja! Sakura!"

"Eh?" aku langsung berteriak dikala Ino menyebut namaku. Tidak mungkin 'kan keputusan dapat diambil semudah itu? Yang lain pasti tidak akan suka kalau diputuskan dengan seenaknya.

"Hm.. Benar juga ya." seru Naruto meng'iya'kan kata-kata dari Ino. Tapi masa aku sih? Yang lain pasti tidak akan setuju.

"Eh tidak adil dong!"

"Iya, masa langsung ditentukan sih!"

"Yang adil dong!"

Dan itulah berbagai komentar yang diberikan oleh berbagai anak perempuan di kelas. Anak laki-laki di kelas pun sampai takut karena amarah-amarah dari perempuan di kelasnya begitu mengerikan.

"Sudah berhenti!" teriakan Naruto pun membuat anak perempuan di kelas berhenti mengeluh. "Dari pada mengeluh terus, tanyakan sendiri pada teme!" menggertak meja guru, Naruto menatap Sasuke. Sepertinya Naruto mulai kesal akan keributan di kelasnya.

"Bagaimana teme? Kalau orangnya Sakura, tidak masalah 'kan?" kata-kata Naruto membuatku malu. Makna dari kata-kata Naruto benar-benar sungguh memalukan! Seakan kalau Sasuke bersama denganku, Sasuke bisa melakukan hal apapun.

"Hn.." dan kata-kata singkat Sasuke pun telah membuat keputusan.

"Baiklah! Jangan ada yang mengeluh! Sudah ditetapkan yang menjadi asisten Sakura. Untuk peran hantu, ditentukan lain kali!" dengan begini, keputusan rapat pun telah berakhir.

Menatap Sasuke, aku jadi bingung harus berkomentar seperti apa. Sepertinya.. Festival budaya tahun terakhir ini akan menjadi festival yang tidak terduga.

To Be Continue

(Ch. 1, end)

Ketemu lagi denganku disini~ Terima kasih karena sudah membaca sampai akhir. Untuk chapter ini, mungkin adegan SasuSaku masih sedikit, tapi kupastikan di chapter mendatang akan semakin banyak.

Baiklah, cukup sekian dariku. Sampai jumpa di chapter berikutnya..

::

Haruta Hajime

Love Me More Than Information

Jumat, 12 Juni 2015