Chapter 1: Curse from Failed Groom

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Rated: T

Warning: Gaje, garing, kepanjangan, lil bit sho-ai, tata bahasa yang hancur lebur! No flame please. ^_^

Genre: Friendship, little bit romance.

Summary: Ini bukan HarPot, tapi di dunia nyata, ada kutukan yang lebih menyeramkan dari Avada Kedavra. Mati? Tidak,tidak. Kau hanya akan dikutuk untuk mencintai semua orang yang mau om-om pedo, nenek-nenek peyot, atau tante-tante menor, semuanya akan kau cintai sepenuh hati! Ngeri? Pastinya. Apalagi jika kau seorang aktor terkenal macam yang dicintai banyak orang macam Naruto!

DON'T LIKE,DON'T READ!

.

.

.

Kita berbeda, Naruto. Kita tidak sama dengan orang-orang yang menyantap makan malam mereka di dekat perapian, atau dengan orang-orang yang berlalu lalang dengan memakai mantel bulu. Kita berbeda, kita minoritas, kita lemah.

Cinta tidak akan pernah datang kepada orang lemah. Kau tahu kenapa, Naruto?

Karena cinta akan membuat orang kuat menjadi lemah, dan orang lemah menjadi tak bernyawa.

.

.

.

10 tahun kemudian.

Sunagakure International Hall…

"KYAAA! NARUTO-SAMA! NARUTO-SAMA!"

"L-O-V-E N-A-R-U!"

"NARUTO-SAMA, SARANGHAE!"

Teriakan-teriakan histeris dari para gadis dan uke-uke jablay memenuhi ruangan luas itu. Mereka semua dengan antusias menggemakan nama sang bintang yang tengah beraksi diatas panggung raksasa. Disana, bermandikan cahaya dari lampu sorot bewarna-warni serta efek sound system yang menyerupai suara gemuruh, sesosok pria dengan tubuh tinggi nan tegap menari lincah dengan coolnya.

Sosok itu adalah Namikaze-Uzumaki Naruto, pemuda tampan dengan rambut pirang cerah, kulit berwarna tan, dan mata sebiru yang lebih indah daripada punya orang bule, adalah seorang aktor terkenal sekaligus penyanyi solo yang sedang naik daun. Bermodal tampang WOW dan talent segudang, dengan cepat dia menguasai dunia entertainment dunia.

Lagu-lagu ciptaannya selalu berada di TOP 10 Billboard dan acara maupun film yang dibintanginya selalu mendapatkan rating tertinggi. Buku biografinya termasuk best seller dan dia memiliki basis penggemar fanatik yang luas.

Dan disinilah ia, berada di Sunagakure International Hall dan menghibur jutaan penggemarnya.

"Terima kasih untuk kalian semua! Terima kasih telah datang ke konserku dan terima kasih karena telah menjadi bagian dari hidupku!" seru Naruto sembari melambai-lambaikan tangannya dan memasang senyum se-charming mungkin.

Dan senyuman itu langsung berubah menjadi seringai jahat saat ribuan gadis nosebleed seketika.

.

.

.

"Kakashi! Ambilkan minum untukku!" seru Naruto dengan nada bossy pada Kakashi, managernya. Saat ini dia berada di kamar super deluxe hotel bintang lima tempatnya menginap. Kamar sang bintang yang dijaga oleh dua bodyguard berbadan Ade R*I ini terlihat agak berantakan. Maklum saja, Naruto suka mengenyahkan seenaknya barang yang menganggu penglihatannya saat ia lelah.

Hatake Kakashi, sang manager bermasker itu tersenyum maklum. Disodorkannya segelas air mineral pada Naruto yang disambut dengan gerutuan kecil dari Si Blonde.

"Setelah ini aku harus melakukan apa lagi?"

Kakashi terdiam sejenak sebelum membuka catatannya. "Besok Anda ada jadwal pemotreran untuk Sabaku Magazine, talk show dengan stasiun televisi setempat, dan makan malam dengan produser Suna Production. Lusa Anda harus mengikuti peragaan busana di Otogakure dan iklan komersial untuk pariwisata disana. Lalu –"

"Ah, sudah cukup. Tak perlu kau lanjutkan lagi. Kepalaku jadi pusing." Cibir Naruto dengan muka tertekuk. Ah, Naru… mukamu mau dilipet atau nggak dilipet tetap keren kok…

Perlahan Naruto bangkit dan meregangkan badannya. Terdengar erangan puas dari mulutnya saat mendengar bunyi tulang yang kembali pada tempatnya. Kemudian tanpa basa-basi dia mengambil jaket hitam dan kacamatanya lalu berjalan ke arah pintu.

"Naruto-sama? Anda mau kemana?" tanya Kakashi heran.

"Cari angin sebentar."

"Bukankah konser baru saja selesai? Istirahatlah dulu, Anda pasti lelah." Bujuk Kakashi seraya menghampiri Naruto. Namun langkahnya langsung berhenti setelah menerima deathglare khas seme posesif kepada Kakashi.

BLAM!

"Yare-yare… anak itu, tetap sulit ditebak seperti biasa."

.

.

.

Naruto berjalan tenang di daerah perkotaan Suna dengan langkah lebar. Penampilannya yang tadinya berkesan high-class kini telah berganti menjadi penampilan khas pencopet. Jaket panjang hitam, kacamata hitam, sarung tangan hitam, headband hitam, dan kulit hit-err… kulit tan eksotis membuatnya tak bisa lagi dikenali sebagai Yang Mulia Sisinggamaraja Uzumaki Naruto-sama.

Aura yang tadinya berkilauan alias sparkling anywhere pun lenyap tanpa jejak bak uang pajak negara, dan kini berganti dengan aura-aura khas maling ayam.

"Ah, maaf."

Err… sepertinya dia benar-benar maling.

Naruto menunduk minta maaf pada orang yang baru saja ditabraknya sekilas, lalu melengos pergi dengan wajah tanpa dosa. Ditangannya terselip dompet kulit milik om-om yang sengaja ditabraknya, hasil copetan.

"Khukhukhu…" Naruto terkikik setan saat melihat lembaran-lembaran yen yang tersimpan di dompet kulit itu. Wajah khas superstar yang gentle bin cool miliknya terlempar jauh-jauh.

"Orang-orang disini terlalu ceroboh, ya…" bisiknya pada angin berpasir. Jangan harap ada angin sepoi-sepoi di Suna. Yang ada hanya badai pasir, air pasir, dan… pasir.

"Membosankan…" desahnya pelan sembari menyandarkan tubuhnya pada tiang listrik. Matanya menatap bulan yang tampak redup dari balik kacamata hitam yang dipakainya. Uang dan dompet hasil copetannya pun sudah dia tempel semua di sepanjang dinding pos polisi. Jadi kalau om-om tadi pergi ke pos polisi, tidakk perlu susah-susah buat laporan kehilangan barang.

Jangan tertipu oleh wajah gentle rupawan miliknya. Sedari kecil Naruto memang memiliki bakat 'mengambil barang tanpa izin' yang selalu diasahnya jika ada kesempatan. Bahkan bakat miliknya ini melebihi bakat menyanyinya.

Ogah-ogahan, Naruto mengeluarkan ponselnya. Memilih menu 'kontak' dan menatap satu-persatu nama yang tertera disana. Hm… dari total ribuan contact name miliknya, sekitar 20-an adalah pacarnya.

Menyeringai usil, Naruto memejamkan matanya sembari menekan-nekan tombol navigasi ponselnya secara acak. Dan…

Contact Name: Karin

"Gotcha." bisik Naruto riang setelah membuka matanya. Dengan cepat ditekannya tombol hijau bertanda gagang telepon.

"Moshi-moshi, Naruto-kun…" terdengar suara gadis yang dimanis-maniskan. Naruto yang sedari dalam buaian diwanti-wanti sama sang ibunda agar menjauhi diabetes refleks menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Jangan menggunakan nada aneh seperti itu, Karin." Kata Naruto dingin dengan tingkat kewaspadaan tinggi. Siapa tahu Karin memberikan ciuman jarak jauh dari ponselnya, menyatu bersama muatan-muatan elektron di udara, memantul dari satelit Palapa, dan menabraknya sampai mati.

"Eh, sumimasen, Naruto-kun." Suara semanis gula tadi langsung berubah menjadi suara berat nan macho khas jakun cowok.

"Ehem!" Naruto berdeham. "Karin…"

"Iya?"

"Kita putus. Ciao."

Klik

Saluran telepon pun diputus.

"Hahaha… selamat tinggal, Karin." Ucap Naruto setelah menghapus nomor Karin di ponselnya. Dengan wajah puas bak telah mengenyahkan seekor lalat, Naruto berjalan menyusuri jembatan pendek sembari merapatkan jaketnya.

Mendadak kaki seksinya berhenti melangkah. Lamat-lamat dia mendengar suara tangisan dari balik bangku tak jauh di depannya. Oh, oh… jangan katakan itu arwah Karin yang langsung bunuh diri karena diputuskan secara sepihak tanpa pembagian harta gono-gini darinya?

Smirk

Naruto menyeringai kejam. Sepertinya jiwa iblis playboynya keluar .

"Kenapa kau menangis?" dengan suara berat penuh wibawa Naruto bertanya pada sosok yang menarik perhatiannya itu.

"Eh?" sosok tersebut mengangkat kepalanya. Dan betapa kecewanya Naruto saat menyadari bahwa dia itu seorang cowok.

"Cowok sepertimu menangis?" lenyap sudah suara nirwana Naruto. Begitu menyadari bahwa sosok yang dihadapannya kini bukan gadis-manis-yang-menangis-gara-gara-patah-hati melainkan cowok-manis-yang-menangis-gara-gara-patah-hati, suaranya langsung berubah sinis.

"Tidak ada urusannya denganmu, orang asing." Jawabnya ketus. Alis Naruto sedikit terangkat mendengarnya. Baru kali ini ada yang berani berkata ketus pada orang yang berpenampilan serba hitam seperti ini. Biasanya kan langsung ngacir duluan.

"Ho…" desah Naruto, agak tertarik. Didekatkannya wajahnya pada sosok tersebut. Mata merah? Rambut jingga kemerahan?

Ugh, perpaduan warna yang membuat mata Naruto sakit. Atau lebih tepatnya, membuat hati Naruto sakit karena cowok itu ternyata sangat tampan.

"Kau ditinggal oleh pengantinmu, ya?" tebak Naruto asal. Dari tuksedo yang dipakainya sih… sepertinya dia seorang pengantin laki-laki.

Tubuh dihadapannya menegang sesaat, lalu sepasang mata merah menatapnya tajam.

"Itu bukan urusanmu." Desisnya disertai geraman, seperti seekor rubah liar. Dalam hati Naruto bersorak riang karena ternyata tebakannya benar.

"Oh, ternyata benar-benar ditinggal pengantin, ya? Kasihan sekali kau. Menangisi seorang wanita yang meninggalkanmu. Menyedihkan." Komentar Naruto pedas. Sudut bibirnya terangkat sedikit, tanda bahwa dia benar-benar menistakan si mata merah.

Pemuda itu mendelik marah, dan dalam sekejap dia menarik kerah jaket Naruto kasar agar mendekat kearahnya.

"Tidak mungkin aku menangis untuk seorang wanita, Brengsek." Balas sang pemuda dengan penekanan di setiap kata-katanya. "Dan enyahlah kau dari hadapanku!" bentaknya seraya menghempaskan tubuh Naruto hingga jatuh terduduk.

"Ho? Maksudmu harga dirimu terlalu tinggi untuk mengakuinya, begitu? Lalu kalau tidak, kenapa kau memakai tuksedo pernikahan seperti itu, hm?" tanya Naruto usil. Sambil bertopang dagu, Naruto menatap sosok dihadapannya penuh minat.

Wajah pemuda itu memerah, entah karena apa. Geraman bernada tinggi keluar dari kerongkongannya, membuat Naruto berpikir bahwa pemuda itu benar-benar mirip seekor rubah.

"Ah!" mendadak bohlam kekurangan watt menyala lemah di kepala Naruto. Berterima kasihlah pada Edison kelak, Naruto. "Jangan-jangan pengantinmu itu seorang pria?"

BRAK!

Pria itu langsung jatuh terduduk dengan tidak elitnya.

"A-APA?!" teriaknya dengan wajah merah padam. Matanya menyorot murka. "JA-JANGAN BERCANDA! TIDAK MUNGKIN PENGANTINKU ITU SEORANG PRIA! TERLEBIH LAGI DENGAN KERIPUT DI WAJAHNYA!" serunya penuh kemarahan. Ah, sepertinya dia hendak menghajar Naruto.

Naruto mengangkat sebelah alisnya. Wah, ternyata memang benar, pengantinnya seorang pria. Betapa beruntungnya dia menemukan seorang uke di tempat sepi begini.

"Kalau begitu begini saja…" Naruto bangkit dari posisi jongkoknya dan menghampiri sang pemuda. "Bagaimana kalau kau denganku saja?" bisik Naruto usil di telinga si mata merah. Sebenarnya sih, dia straight. Tapi sesekali seru juga bermain-main dengan uke yang ditinggalkan.

BUGH!

"Jangan bercanda kau, Monyet. Mana mungkin aku mau pergi bersama manusia hitam gosong sepertimu. Aku hanya mau bersama orang yang kucintai." Desisnya sedingin es. Tangannya yang baru saja digunakan untuk memukul perut Naruto terkepal erat.

Naruto yang masih merasakan nyeri diperutnya hanya menyeringai sinis. Huh? Cinta, katanya?

"Cinta itu tidak pernah ada, Bodoh." Bisik Naruto dingin. Ditatapnya mata merah yang menyala indah dalam kegelapan itu dengan pandangan tajam.

"Aku tahu."

Naruto mengedipkan matanya sekali.

"Karena itu aku akan menciptakan cintaku sendiri."

BUGH!

Ah, skor 2-0 untuk si mata merah.

"Uhuk!" Naruto terbatuk. Pukulan yang lebih menyakitkan mendarat di tempat yang sama.

"Kau!" Naruto mencengkram kerah sang pemuda. "Kau membuatku marah, kau tahu?! Kau memukulku 2 kali dan kau mengatakan kata-kata menjijikkan itu padaku. Cinta?! Hah, jangan bercanda! Cinta itu hanya omong kosong dan idiot sepertimu hanya akan jatuh dalam neraka!"

Pemuda itu terdiam.

Naruto mengatur napasnya yang ngos-ngosan. Heran, kenapa berteriak seperti ini bisa membuatnya lelah? Biasanya dia berkoar-koar diatas panggung dan tidak pernah merasa selelah ini. mungkin karena pakai emosi kali, ya?

"Heh…" suara dengusan membuat Naruto mendongak dan seketika buku kuduknya meremang.

Pemuda itu menyeringai padanya dengan seringai yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Seringai Hiruma dari fandom Eyeshield mah lewat. Lalu matanya itu… seperti menyala-nyala dalam kegelapan.

Membuat Naruto berpikir apakah mata itu bisa dijadikan alternatif pengganti elpiji atau tidak.

"Begitu, hm?" Oh, tidak… bahkan nada suaranya pun berubah. Sepertinya dia benar-benar marah pada Naruto. Lihatlah tampang psikopatnya itu, sampai membuat Naruto tanpa sadar mundur kebelakang.

Naruto, kali ini kau bermain dengan orang yang salah.

GREP!

Mendadak udara di sekitar Naruto menipis. Kakinya terangkat beberapa senti diatas tanah dan lehernya serasa mau patah. Pemuda itu mencekik lehernya dan mengangkat tubuhnya dengan sebelah tangan!

"Orang sepertimu harus diberi pelajaran, iya kan?"

.

.

.

Perlahan Naruto membuka matanya. Hal pertama yang dia tangkap adalah langit-langit bewarna putih dengan lampu Kristal mewah tergantung diatasnya. Setelah beberapa saat barulah dia sadar bahwa saat ini dia berada di kamar hotelnya.

"Naruto-sama? Anda sudah sadar?" suara Kakashi menyentakkan nalarnya. Dengan lemah dia menoleh kearah kiri, tepatnya ke arah Kakashi yang tengah menatapnya cemas.

"Anda tidak apa-apa?"

"Nghh…" Naruto mengerang lemah seraya memegangi kepalanya. Diraihnya segelas air yang disodorkan Kakashi dan meminumnya dalam sekali teguk.

"Aku…" sejenak pikiran Naruto blank. Tapi dia merasa ada sesuatu yang harus ia ingat sekarang juga.

"Ah, aku bermimpi buruk. Dalam mimpiku aku dibawa ke tengah lantai berbentuk hati, kemudian perlahan-lahan semua orang mulai mendekatiku… Aku tidak tahu mengapa, tapi setelah itu aku juga mendekati mereka…" bisik Naruto lirih. Kepalanya berdenyut-denyut sakit dan… lehernya terasa nyeri.

Eh?

"SI MATA MERAH ITU!" teriak Naruto histeris seraya menyibakkan selimutnya. Matanya menatap murka kearah Kakashi. "Dimana mata merah sialan itu?!"

"Mata merah? Apa dia orang yang menyerang Anda hingga pingsan di pinggir jalan tadi malam?"

Naruto mengangguk antusias. "Ya! Jadi dimana dia? Di penjara bagian mana?"

Kakashi tersenyum dibalik maskernya. "Ah, saya tidak tahu, Naruto-sama. Tadi malam saya hanya menemukan Anda tergeletak tak berdaya di pinggir jalan. Walau Anda memakai pakaian serba hitam, tapi saya bisa mengenali Anda. Dan tidak ada seorangpun disana."

Mata Naruto menyipit kesal. Jadi dia kabur, eh?

"Apa kita perlu melaporkannya ke polisi, Naruto-sama?" tanya Kakashi serius, walau dalam hati dia sudah tahu apa jawabannya. Kemungkinan besar orang yang mencari masalah pertama kali pasti Naruto, jadi jawabannya pasti…

"Tidak."

Tuh, kan?

"Siapkan saja keperluan untuk jadwalku hari ini. Ah, apa saja agendaku?"

"Sebelum berangkat ke Oto, Anda harus menjalani sesi pemotretan singkat di Suna Production, Naruto-sama." Jawab Kakashi sopan.

"Hn, kalau begitu cepat persiapkan semuanya."

"Wakarimashita."

.

.

.

Naruto turun dari limousine hitam miliknya dan berjalan ditemani oleh 4 bodyguardnya. Di sepanjang halaman menuju hall utama Suna Production, fans-fansnya sudah berjejer seperti ikan asin di setiap pinggir jalan.

"Ah, itu Naruto-sama!"

"NARUTO-SAMA!"

"LIHAT KESINI—KYAAA! DIA MELIHAT KE ARAHKU!"

"KYYAA~ TAMPAN SEKALI!"

Naruto hanya mendengus sinis dari balik kerah tinggi coat gelapnya. Tersenyum palsu, dia menoleh ke arah ribuan fans-fans nya yang berdiri bak orang mengantri BBM.

Deg

Deg

Deg

DEG!

Mendadak langkah Naruto terhenti. Matanya melebar saat menatap kerumunan fansnya yang semakin menggila. Jantungnya berdegup sangat cepat, dan darahnya berdesir kencang menggelitik seluruh tubuhnya. Wajahnya memanas, tangannya terasa gatal ingin menyentuh satu persatu wajah fans-fansnya yang entah kenapa menjadi sangat cantik dan tampan di matanya.

"Naruto-sama?" panggil salah seorang body guardnya.

"A-aku…" Naruto terbata-bata, matanya tidak bisa lepas dari jeratan para fansnya. Jantungnya memompa darah semakin cepat, sangat cepat hingga rasanya dia ingin menangis.

"Aku…"

Pesona itu… kilauan itu… segala kehangatan yang ada di hatinya saat dia melihat kerumunan orang-orang itu…

"A-aku…"

Rasa senang ini… kebahagiaan ini…

Cinta.

"Aishiteru, Minna-san!" teriak Naruto melengking.

Hening.

"KYYYAAA! KAMI JUGA!"

Dan otomatis kepolisian Suna terpaksa menambah satu batalyon pasukannya lagi untuk menjaga keselamatan hidup Namikaze-Uzumaki Naruto-sama.

.

.

.

Masih ingatkah kalian dengan Namikaze-Uzumaki Naruto? Superstar multi talenta dari menyanyi hingga mencopet yang terkenal seantero dunia? Sang pemilik wajah bak penghuni khayangan yang berpostur WOW dan bersuara seksi itu?

Coret semua penjelasan diatas. Karena sekarang dia adalah seorang Namikaze-Uzumaki Naruto yang menyedihkan, frustasi, dan gila.

"Bagaimana mungkin aku mengatakan 'cinta' pada mereka, Kakashi?! Aku bahkan tidak mengenal mereka!" seru Naruto stress sendiri. Dibenamkannya wajahnya pada lututnya sendiri, meratapi nasib.

"Sudahlah, Naruto-sama… Tidak apa-apa. Itu errr… normal?" ucap Kakashi ragu-ragu. Sepertinya dia tidak yakin sendiri apakah mengatakan cinta pada setiap orang yang dijumpai itu suatu hal yang normal untuk anak bermental sarap macam Naruto ataukah itu penyakit baru yang menyerang primata.

Naruto mendeathglare Kakashi. "No way in hell, you idiot!"

Flashback

"E-eh?" refleks Naruto menutup mulutnya. A-apa-apaan itu? Kenapa dia mengatakan kata-kata terlarang itu kepada fansnya? Kepada makhluk-makhluk yang bahkan tidak sudi dikenalnya?

"Naruto-sama! Keadaan semakin memburuk! Cepat Anda masuk kedalam!" seru salah satu bodyguardnya. Tanpa perlu diberitahu dua kali pun, jangankan masuk kedalam hall, masuk ke lubang buaya pun Naruto rela demi menghindari fansnya.

BRAK!

"Hosh… hosh…" tubuh Naruto perlahan-lahan merosot di pintu utama hall. Matanya melotot ngeri.

1…

2…

3…

"Argghhh!" teriak Naruto sekuat tenaga. Ada apa dengannya?! ADA APA DENGANNYA?

"Naruto, itu tadi kecelakaan. Ya, itu tadi kecelakaan… Kau terlalu kelelahan sehingga tanpa sadar kau mengucapkan kata itu. Lalu tubuhmu menjadi aneh karena kau sedang sakit. Ya, pasti itu…" ucap Naruto menenangkan dirinya sendiri. Tubuhnya menggigil hebat saat dia mengingat kembali kegilaannya tadi.

"Umm, Uzumaki-sama?"

Naruto mendongak kelewat keras, mungkin akibat refleks yang terlalu cepat. Di hadapannya berdiri seorang wanita tua yang dia kenal sebagai make up artist senior disini. Nenek Chiyo, begitu dia biasa dipanggil.

"Anda sudah ditunggu di ruang make up. Deidara akan mengurus Anda disana." Ucapnya sopan. Nenek itu berusaha bersikap wajar di depan sang Uzumaki, padahal di rumahnya poster Naruto terpampang di setiap sudut.

"Err… Namikaze-Uzumaki-sama?" ulangnya saat melihat Naruto tidak bereaksi. Pemuda tampan nan hot itu hanya menatapnya dengan wajah merona merah dan mata yang membola sempurna.

"Namikaze-Uzuma—"

"Nenek Chiyo…" bisik Naruto dengan suara seksinya, plus desahan merdu disana-sini. Lengannya mencengkram bahu nenek itu dan menatap matanya dalam-dalam. "Maafkan aku yang selama ini tak acuh padamu. Maafkan aku karena aku terlalu lemah dalam melawan perasaan ini. Aku tahu kebahagiaan yang kurasakan ini terlarang, dan ribuan maaf tak akan pernah cukup untuk mewakili rasa bersalah ini. Maaf, nek, maaf..."

Nenek Chiyo membeku.

"Maafkan diriku yang telah mencintaimu, Nek."

"…"

"…"

Naruto mengerjapkan matanya.

"APA-APAAN ITU TADI?!"

Pemuda itu sontak kabur kearah ruang teater dengan pikiran kacau balau. Hell… mana mungkin hal ini bisa terjadi? Tadi para fansnya, sekarang nenek Chiyo!

BLAM!

"Hosh… hosh…" Naruto kesulitan mengatur napasnya yang ngos-ngosan. I-ini tidak mungkin… ini pasti mimpi!

Tapi kenapa dia merasa hatinya sakit saat meninggalkan fansnya dan Nenek Chiyo?

"…"

"NO WAY!" teriak Naruto histeris. Dibenturkannya kepalanya sekeras mungkin ke dinding hingga dia merasa sesuatu bergeser di kepalanya.

"Sepertinya kita kedatangan tamu disini." Tiba-tiba terdengar suara dingin memecah keheningan. Dengan horror Naruto berbalik dan langsung menelan ludah.

"Ah, Uzumaki-senpai?"

"I-Inuzuka? Ice Prince?" ulang Naruto terbata-bata. Matanya membulat dalam syok. Ke-kenapa dari sekian miliar manusia di dunia ini, harus mereka yang ada disini?

Ice Prince adalah band yang terdiri dari 5 orang, yaitu Uchiha Sasuke sebagai lead vocal, Inuzuka Kiba sebagai drummer, Nara Shikamaru dan Shimura Sai sebagai gitaris, dan Sabaku no Gaara sebagai vocal. Boy band ini juga sedang naik daun, dan menjadi boy band yang paling terkenal saat ini. Dengan modal ketampanan dan talent luar biasa, band Ice Prince dan Uzumaki Naruto selalu bersaing dalam mencapai puncak popularitas. Dan walaupun selama ini Naruto selalu bisa menjadi yang teratas, tapi mereka tidak bisa diremehkan juga.

Sudah menjadi rahasia umum rumah produksi jika kedua bintang ini tidak pernah akur. Ice Prince yang selalu berusaha melampaui Naruto, dan Naruto yang bersikap meremehkan Ice Prince. Sebenarnya keadaan ini sudah berlangsung sejak mereka masih di Konoha High School, dimana saat itu kelima anggota Ice Prince merupakan murid kelas 1 dan Naruto adalah kakak kelas mereka disana, kelas 3 tepatnya.

Ice Prince yang menurut Naruto selalu sok keren, dan Ice Prince yang menganggap Naruto benalu.

Dan ketidakakuran selama bertahun-tahun menumbuhkan kebencian di hati masing-masing. :'(

"Hn… Uzumaki-senpai. Apa yang kau lakukan disini?" tanya Nara Shikamaru dengan wajah tidak pedulinya. Si rambut nanas itu menguap berkali-kali, seolah sengaja.

"Dia menganggu." Ucap Sabaku no Gaara datar, tapi menusuk. Matanya menatap dingin pada Naruto dan wajahnya yang diduga sedari lahir sudah datar itu menunjukkan raut tak suka.

"Dobe." Nah, ini pasti tahu siapa, kan?

Naruto tidak menjawab. Kepalanya tertunduk dan bahunya bergetar hebat.

"Ka-kalian…" desah Naruto dengan napas putus-putus. Perlahan ia menghampiri kelima pemuda tampan itu dengan langkah kaki bergetar. Mata birunya tersembunyi di balik poni dan giginya bergemerutuk hebat.

"Hn." Sahut Sasuke dan Sai bersamaan. Kedua Uchiha ini melirik Naruto dengan tajam. Aura-aura permusuhan yang dingin nan mencekam memenuhi ruangan.

Gaara dan Shikamaru yang berada paling dekat dengan Naruto melangkah mundur tanpa sadar. Mereka tahu kalau Naruto sangat membenci mereka, tapi reaksi ini baru pertama kali mereka lihat.

"Sabaku, Nara…" desah Naruto seksi luar biasa. Perlahan ia mengangkat kepalanya, menampakkan wajah merona hebat dan bibir yang bergetar imut.

Naruto meraih kerah baju Gaara dan Shikamaru dengan kedua tangannya, menarik dua pemuda mendekat ke arahnya hingga bahu mereka bersentuhan.

"Aku baru menyadari," bisiknya dalam. Jemarinya meraba lekuk mata Gaara dan hidung Shikamaru. "Kalian berdua sangat tampan. Keren dan pintar… Sampai kapan kalian mau menyiksaku dengan perasaan ini, hm?"

Shikamaru ternganga. Gaara membeku.

"He-hei…"

"Ah, dan kau Inuzuka…" Naruto beralih kepada Kiba yang terpaku dengan mata membulat syok. Tangannya mengelus helaian rambut cokelat Kiba dan memeluknya erat. "Imut sekali, membuatku ingin menjadi milikmu seutuhnya. Aku amat penasaran bagaimana wajah manis ini akan berubah saat kau…" Naruto menatap Kiba dalam-dalam. "Berdua saja denganku. Di tempat sepi dan gelap, hanya ada kau dan aku."

Suara seperti orang tercekik mengalihkan perhatian Naruto kepada kedua pemuda lainnya. Uchiha Sasuke dan Uchiha Sai menatap adegan manis Naruto-Kiba dengan pandangan dingin.

"Dan duo Uchiha…" seru Naruto girang, melepaskan Kiba dan beralih menghampiri Sasuke dan Sai.

"Jangan dekat-dekat, Dobe. Kau menjijikkan." Ucap Sasuke dengan ringisan jijik. Oniksnya berkilat tajam.

"Kau sakit, Senpai. Kau dan kegilaanmu membuatku mual." Timpal Sai sadis, tak lupa disertai senyum mematikan miliknya. Mendengar itu Naruto hanya tersenyum manis. Dengan gerakan bak menari, ia mendekati kedua pemuda emo itu dan meraih leher mereka.

"Kalian kejam…" bisik Naruto sensual. Jemarinya menyusuri lengan Sasuke dan Sai, menggenggam telapak tangan kokoh keduanya dan meletakkan tangan itu ke dadanya.

"Kalian dingin dan mengatakan hal yang buruk padaku. Tapi kenapa jantung ini tetap tidak pernah tenang saat memikirkan kalian? Tidak cukupkah kalian membuatku menderita dengan insomnia setiap malam, memanggil nama kalian untuk menemaniku sepanjang malam?"

Perlahan Naruto melangkah mundur. Kakinya melangkah ke pintu keluar, meninggalkan kesunyian yang menyakitkan di antara mereka.

"Burung cendrawasih makan durian…" Naruto berbalik, tersenyum kepada Ice Prince. "Kekasih, aku akan selalu mencintai kalian. Ciao, amore."

.

.

.

End Flashback.

"Bagaimana mungkin pemuda sehat sepertiku 'mencintai' nenek-nenek dan masih bisa kau bilang normal, Kakashi?!" teriak Naruto plus hujan lokalnya di depan wajah Kakashi. Untung dia pakai masker, ya?

"Err… mungkin Anda tidak benar-benar mencintainya. Bukankah Anda selama ini tidak percaya pada cinta?" sergah Kakashi berusaha menenangkan Naruto. Sebenarnya dia sangat syok dengan tingkah Naruto hari ini. Menyatakan cinta pada nenek-nenek… fansnya… bahkan pada anak kecil figuran yang kebetulan lewat!

"Jantungku berdetak kencang… wajahku memanas… darahku berdesir… dan aku merasa senang bertemu mereka. I-itu hanya sekedar 'suka' biasa kan, Kakashi?" tanya Naruto penuh harap. Ah, betapa beruntung dia mempunyai manager pengertian seperti Kakashi.

Mata sebelah Kakashi berkedip.

"Ka-kalau begitu sih…."

"…"

"…"

"…"

"INI TIDAK MUNGKIN!"

'Begitu, hm?'

DEG!

Sebuah suara mendadak menghantui kepala Naruto.

'Orang sepertimu harus diberi pelajaran, iya kan?'

Naruto membatu.

'Setelah kau bangun, kau akan mencintai semua orang yang mencintaimu. Semakin lama orang tersebut memendam rasa cinta padamu, maka semakin besar pula kau mencintainya. Semakin dalam orang tersebut mencintaimu, maka semakin cepat pula detak jantungmu padanya. Tidak peduli usia, gender, maupun objeknya. Kau bisa saja jatuh cinta pada seekor kucing atau kutu, jadi berhati-hatilah…'

"…"

"…"

"…"

"Lalu dari semua orang, kenapa jantungku paling menggila saat bersama kelima orang sialan itu?!"

.

.

.

TBC.

Hai, Rei balik nih… Sibuk banget jadi maba, ikut acara sana-sini. Trus ini fic di edit, publish ulang soalnya agak kurang sreg gitu. Jadi gimana menurut kalian? Silakan tuangkan di review! (^w^)