Tanaka-kun wa itsumo kedaruge (c) nozomi uda


"Ohta, apa kau pernah berciuman?"

Di atas ranjang milik Ohta, Tanaka berbaring dengan sepasang tangan merentang, pandangan lesunya tertuju pada langit-langit kamar. Suasana kamar Ohta benar-benar berbeda dengan miliknya. Rak di samping meja belajar yang berisi koleksi manga sempat membuat Tanaka ingin membaca satu atau barang dua manga untuk mengusir rasa bosan. Tapi, mengingat dia harus turun dari ranjang besar dan nyaman, Tanaka mengurungkan niatnya.

Bersandar di tepi ranjang, jemari kokoh Ohta yang sejak tadi fokus memainkan game di ponsel mendadak berhenti. Pertanyaan Tanaka barusan membuat Ohta terdiam beberapa saat.

"Ne, Ohta. Apa kau pernah berciuman?" Tanaka mengulanginya pertanyaannya.

"K-kenapa kau bertanya seperti itu, Tanaka?"

Sebenarnya tak ada yang salah dengan pertanyaan yang meluncur dari bibir polos seorang Tanaka. Sahabatnya yang selalu lesu itu kerap melontarkan pertanyaan-pertanyaan sensitif dan sebagai orang yang bertanggung jawab atas tumbuh kembang(?) Tanaka, Ohta selalu siap sedia menjawab dan menjelaskan semampunya.

Namun, tidak untuk yang satu ini. Padahal, dia hanya tinggal menjawab sudah atau belum.

"Hmm.. aku hanya penasaran. Ohta, waktu SMP kau pernah pacaran kan? Apa saat kau pacaran dengan pacarmu, kalian.. pernah berciuman?"

Udara panas sepertinya membuat otak Tanaka memuai. Pertanyaan yang diajukan semakin lama semakin absurd. Ohta memandang sepasang mata Tanaka yang lesu. Ah, kalau diperhatikan warna iris Tanaka sangat gelap. Ohta bisa melihat pantulan dirinya dalam bola mata gelap itu. Bayangan sosok pemuda berambut pirang dan bermuka sangar.

"Belum pernah."

Akhirnya jawaban singkat keluar dari bibir Ohta dan entah kenapa ia bisa mendengar desahan kecewa Tanaka. Hei, apa maksudnya itu? Kenapa Tanaka tampak kecewa?

"Kenapa kau penasaran sekali, Tanaka? Tidak seperti dirimu yang biasanya."

"Memang seperti apa diriku yang biasanya, Ohta?"

Dan Ohta tak perlu menjawabnya.

Tanaka kini berguling-guling kecil, membuat sprei motif kotak-kotak di bawahnya nampak kusut. Gerakan itu terhenti saat maniknya menangkap sosok Ohta naik ke atas ranjang, mengunci kedua lengannya. Sesaat keduanya terpaku. Suara senpuki yang menyala sejak tadi siang menyamarkan bunyi detak jantung Tanaka yang berpacu cepat.

Panas, rasanya panas sekali. Ohta mengunci pergelangan tangannya dengan erat. Sebagian helaian pirangnya menghalangi separuh wajah yang tepat berada di atas wajah Tanaka.

Sebutir keringat lolos, jatuh membasahi leher Tanaka yang terbuka tanpa penghalang. Napas Ohta menerpa ujung hidungnya.

Suara gelembung soda yang mendesis dari balik kaca yang berembun, angin musim panas yang masuk lewat jendela kamar Ohta yang terbuka lebar, serta aroma tubuh Tanaka yang membuat Ohta sedikit terbuai.

"Dari majalah yang kubaca, ciuman itu rasanya..."

Ohta menundukkan wajahnya. Sedikit lagi. Beberapa centi lagi bibir keduanya akan bersentuhan.

Helaian rambut hitam Tanaka terasa halus di telapak tangan Ohta yang lebar. Aroma mint menerpa indera penciuman Tanaka.

Dunia serasa berhenti berputar saat Ohta menciumnya. Sesaat Tanaka lupa cara bernapas, kedua tangannya yang bebas kini bergerak-gerak gelisah. Suara korden yang berkibar dan wangi tubuh Ohta. Tanaka sejenak melupakan eksistensi dirinya, mencoba menikmati rasa hangat yang disalurkan pemuda di atasnya. Sedikit gigitan kecil di bibir bawahnya, kemudian lumatan pelan di bibir atasnya. Setelah itu, Ohta mengakhiri ciuman mereka. Keduanya saling pandang tanpa berkata.

"Rasanya manis bukan, Tanaka?"

.

.

End


a/n : sepertinya ini fanfict berbahasa indonesia pertama di fandom tanaka-kun ya /tebar semvak/. kenangan saat nonton tanaka-kun adalah mengapa hubungan ohta/tanaka sangat ambigay dan canon(?) :''