"Jika tugas ini dikerjakan secara sendiri-sendiri, itu tak akan ada bedanya dengan tugas individu, Brengsek!"
"Terserah apa katamu. Aku tetap tak akan sudi bekerja sama dengan bocah teledor sepertimu."
.
.
Sikap angkuh itu seolah tak tergoyahkan. Ego pun memuncak, tak peduli jika ia hanya menyisakan amarah dan kedengkian semata. Sang brunet berlalu tanpa sudi menyibakkan atensi pada rekannya. Ia berlalu dengan gelar sebagai orang yang tak memiliki perasaan.
Brengsek.
Hati sang rekan menjeritkan umpatan. Sang brunet tak akan pernah mau mengerti intuisinya. Ia hanya akan menjadi bara api yang terus menggerus harga diri.
Bersamaan dengan tertutupnya daun pintu...
Permusuhan itu tak akan pernah dapat... terpadamkan.
Guilty Gear + Blazblue © Arc System Works
Bullet Confrontation © Viero D. Eclipse
Pairing: Sol Badguy x Ragna the Bloodedge
Genre: Drama/Romance
Rated: T
Warning: Crossover AU with some canon trivia, Shounen-Ai, Cursing of doom! OOC (I hope not!)
Don't like? Don't read!
Yes, I've hurt your pride, and I know
What you've been through
You should give me a chance
This can't be the end... – (Scorpions - Still Loving You)
-Prologue-
Tidaklah salah jikalau Ragna selalu melewati hari-harinya dengan perasaan ketus dan juga muak. Pemuda berambut putih berserpih kelabu itu hanya dapat membanting tas ransel miliknya, tak acuh dengan segenap buku yang tercecer di lantainya, tak acuh dengan beberapa mahasiswa yang memandangnya. Hah! Apa untungnya menunjukkan impresi yang positif jika pada akhirnya semua itu hanyalah kepalsuan? Ragna sungguh tak peduli dengan persepsi dari segenap manusia yang menatapnya.
Inilah dia dan persetan dengan pandangan orang lain.
"Senior keparat! Bisa-bisanya ia menyerahkan semua tugas ini padaku? Ia pikir ia itu siapa, hah! Seenaknya saja memerintahku! " Dengan tarikan napas berat, pemuda itu lantas terduduk di sebuah bangku sembari menyangga hamparan dahinya. Sempat terlintas di benak Ragna untuk menghajar saja seluruh penghuni yang ada di dalam kelas agar amarahnya dapat mereda. Atau mungkin, ia bakar saja universitas tempat ia menempuh pendidikan kuliah itu hingga tak bersisa. Tapi tak mungkin. Ia tak mungkin memilih jalan keluar yang tak logis seperti itu.
Karena Itu akan sangat keterlaluan.
Sejatinya ia yang selalu berkutat dengan 'amarah', tak pernah tersulut emosi hingga sedalam ini. Semua distopia ini berawal pada hari dimana Ragna direkrut menjadi pengurus dalam sebuah organisasi di kampusnya.
Menjadi seorang 'Project Officer' dalam Sector Seven.
Sector Seven.
Sebuah organisasi yang bergerak dalam dunia ilmuwan dan berisikan para mahasiswa penggila sains di dalamnya. Entah, apa yang membuat Ragna—yang notabene adalah mahasiswa Cookery-Culinary—terpilih sebagai pengurus di dalam organisasi itu. Ia bahkan tak pernah mencalonkan diri sebagai pengurus. Mengikuti seleksinya saja tidak. Lagipula, apa korelasinya antara dunia masak-memasak yang Ragna tekuni saat ini dengan dunia sains?
"Sebagai pembimbing akademik dari kelas Cookery-Culinary, merupakan suatu kebanggaan jika koordinator dari Sector Seven meminta satu orang mahasiswa dari kelas kita ini untuk menjadi pengurus. Seorang pengurus yang turut membantu untuk mewujudkan visi dan misi dari Sector Seven itu sendiri. Ragna the Bloodedge! Kaulah yang akan menjadi project officer untuk Sector Seven!"
"A-APA? KENAPA AKU?"
Ah, kejadian itu...
Masih tergambar jelas dibenak Ragna tentang bagaimana proses ia bisa masuk ke dalam mimpi buruk itu. Litchi Faye-Ling sang pembimbing akademik kelas, telah mengumumkan kabar mengerikan itu dengan penuh percaya diri di podium ruangan. Dengan dasar nilai IPK Ragna yang menjadi bahan pertimbangan, apalagi dengan reputasi bahwa Ragna merupakan orang yang sangat cekatan dan juga cerdas, maka gelar Project Officer itupun lantas jatuh padanya.
Tak ada kesempatan untuk protes. Ataupun tak terima dengan keputusan itu.
Semua terjadi di luar kehendak Ragna. Semua persepsi orang seolah berbanding terbalik dengan jalan pemikirannya. Mereka selalu beranggapan bahwa Ragna adalah mahasiswa paling beruntung karena dapat direkrut ke dalam Sector Seven. Dan Ragna pun paham, mengapa banyak orang yang memiliki asumsi seperti itu.
Sector Seven merupakan sebuah organisasi elit dan paling bergengsi dalam universitas yang Ragna tempati. Bagaimana tidak? Hampir seluruh perlombaan organisasi yang ada di kampusnya, peringkat satu selalu saja diraih oleh Sector Seven. Organisasi dengan spesifikasi sains dan scientist itu juga memiliki reputasi yang gemilang dalam tingkatan internasional. Para anggotanya tercatat sebagai kumpulan jenius-jenius muda dengan berbagai talenta.
"Selamat bergabung dalam Sector Seven. Aku Ky Kiske, Presiden utama dari organisasi yang membanggakan ini." Dan Ragna pun seolah kehabisan kata di saat seorang pemuda berkebangsaan Perancis tengah menyambutnya dengan cukup ramah. Sang pimpinan dari Sector Seven itu sendiri telah mengajaknya masuk ke dalam ruang meeting. Dengan beberapa pengurus lain sebagai saksi mata yang menatap Ragna, pemuda bermata heterochromic itu sungguh tak mampu menebak persepsi apa yang mereka pendam terhadapnya.
Ambigu. Hening. Tanpa ekspresi.
Kontur yang mewarnai keadaan di kala itu membuat Ragna menelan ludahnya sendiri. Ditatapnya satu persatu segenap entitas yang menjadi pengurus di dalam organisasi. Empat perempuan. Empat pemuda termasuk dirinya. Mereka terus saja menghunus Ragna dengan tatapan tak terdefinisi.
"Perkenalkan, dia yang di sana adalah Chipp Zanuff. Jabatan sebagai wakil presiden Sector Seven. Lalu gadis pirang yang di sebelahnya adalah Rachel Alucard. Jabatan sekretaris satu. Aria Valentine, sekretaris dua. Noel Vermillion, bendahara satu. Carl Clover, bendahara dua. Dan Makoto Nanaya, public relation."
Meski tak terlalu ada antusiasme yang terlihat, Ragna hanya menganggukkan kepala sembari menundukkan diri simbolik affirmatif atas ritual perkenalan itu. Sambutan ramah diawali oleh Makoto, yang kemudian dilanjutkan oleh pelemparan senyum tipis oleh Noel. Carl juga tampak membungkukkan diri simbolik hormat—Ia merupakan mahasiswa paling muda dalam Sector Seven. Rachel mengangguk elegan. Chipp hanya menyilakan kedua tangan sembari menatap Ragna dengan penuh penegasan. Intinya hanya satu.
Mereka semua setuju untuk menerima eksistensi Ragna ke dalam Sector Seven.
"Jadi, pengurus Sector Seven hanya beranggotakan delapan orang saja?" Ragna bertanya, mencoba memastikan apa yang ia lihat. Ky tampak menggaruk belakang kepalanya dengan raut ragu.
"Ah, sebenarnya ada satu orang lagi yang tak bi—"
Kraaakk!
Interupsi terjadi.
Segenap atensi lantas mengarah pada sebuah daun pintu yang terbuka. Sesosok figur pemuda tampak masuk ke dalam ruang meeting dengan tegasnya. Waktu seolah terhenti. Untuk sesaat, Ragna pun terpaku tatkala atensinya hanya dibalaskan dengan tatapan tajam.
Sungguh berbeda.
Entitas itu bak mendekati sempurna. Tak pernah Ragna ketahui sebelumnya bahwa kedua mata cokelat berserpih merah yang kini berhantaman dengan kedua heterochromicnya, ternyata dapat memancarkan kilatan kuning yang begitu menghunus jiwa. Sejatinya kedua mata yang ia pandang itu begitu memakau. Sepasang mata bertahtakan tirani intimadasi yang seolah tak tertandingi.
Figur dengan paras setara dewa bermahkotakan sapuan rambut brunet itu...
Siapa gerangan dia?
"Cepat, segera selesaikan semua omong kosong ini. Aku tak punya banyak waktu."
"S-Sol? K-Kau di sini?—" sang presiden tampak terperangah. Figur yang tengah hadir hanya dapat bersandar di hamparan dinding sembari menyilakan kedua tangannya di dada. Kedua matanya masih tak gentar menaruh atensi pada Ragna yang kini hanya dapat diam terpaku, tanpa kata. Menatapnya.
"Jadi... Kokonoe memilih junior ini untuk menggantikan Anji Mito sebagai Project Officer? Hah! Ini konyol. Sebenarnya apa yang ada di otaknya?" sebuah statemen yang pedas. Ragna tahu bahwa pernyataan itu bersifat sarkas dan menyudutkan dirinya. Ia paham betul bahwa hanya ialah satu-satunya junior yang ada di dalam organisasi elit itu. Ia hanyalah seorang mahasiswa yang masih menginjak semester satu. Kontradiksi dengan para pengurus Sector Seven yang rata-rata sudah menginjak semester tujuh.
Sebuah perbedaan yang cukup jauh.
'Namun, ia tak bisa seenaknya merendahkanku 'kan?' nurani Ragna sedikit tak terima. Dikepalkan erat tangannya sembari mencoba menahan amarah. Sejatinya yang merasa tidak tenang saat ini adalah Ky. Sang presiden itu takut jikalau kedua pemuda itu akan berselisih nantinya.
Dan mungkin... firasatnya akan menjadi kenyataan.
Ia dapat melihat bahwa kedua watak anggotanya itu sama-sama sekeras arang.
"Ah, jangan pedulikan Sol, Bloodedge. Ia tak serius dengan ucapannya."
"Tch." Sang brunet hanya dapat mendecih angkuh. Ragna tetap berusaha meredam bara resistensinya. Ditatapnya Ky sembari menunggu sebuah penjelasan. Dan dengan helaan napas panjang, sang presiden pun mengguratkan fakta mengejutkan.
"Aku harap kalian berdua bisa bekerja sama dengan baik. Ia adalah pengurus Sector Seven yang terakhir. Sol Badguy. Jabatan... Project Manager."
"A-Apa? P-Project Manager?" Seolah ada guntur di siang bolong, Ragna pun tercekat dan tak mampu bertutur kata lebih jauh lagi. Ditatapnya Sol dengan raut syok. Ia memang tak pernah terlibat dalam organisasi apapun sebelum ini. Namun, itu bukan berarti ia tak tahu dengan struktur jabatan di dalam organisasi itu sendiri.
Jika ia menjabat sebagai Project Officer.
Itu artinya...
"Kau harus bisa bekerja sama dengan Sol, Bloodedge. Project Officer akan bekerja di bawah pengawasan Project Manager. Kau harus mengikuti semua instruksi Sol. Tapi tenang saja. Di dalam Sector Seven, semua bobot tugas pengurus sama rata. Kami tak akan pernah membiarkan ketidakadilan terjadi di sini. Kita semua adalah tim. Sebuah tim yang dibentuk untuk memajukan Sector Seven. Jika satu orang kesulitan, maka beban itu akan menjadi tanggungan bersama."
Sebuah diplomasi yang indah.
Selihai-lihainya Ky meyakinkan Ragna, namun pemuda heterochromic itu tetap tak mampu mengikis kegundahan yang meracuki benaknya. Ada simpulan senyum licik yang tergurat samar di paras Sol. Seolah mengisyaratkan bahwa Ragna hanyalah calon 'korban' baru dari banyaknya korban-korban Sol sebelumnya. Atau mungkin, Ragna hanya dipandang sebagai seberkas kotoran yang tak berarti dan hanya tinggal menunggu giliran untuk diabaikan saja. Tak ada yang lebih buruk selain harus menjalin kerja sama dengan seseorang ber-nickname 'Badguy'.
Ragna paham betul akan konsekuensi itu.
Ia memang percaya pada Ky. Ia percaya pada segenap pengurus yang lain. Ia percaya dengan Sector Seven.
Namun tidak dengan Sol Badguy.
Akan membutuhkan serpihan waktu bagi kedua pengurus project itu untuk saling percaya satu sama lain.
TBC
A/N: Nih chapter tergolong prologue. Jadinya pendek. Hehehe... kemungkinan nih fic bakal jadi threeshot-fiveshot. Entah, apakah bakalan ada orang yang baca nih fic ataukah enggak, saya gak terlalu mempersalahkan. Yang jelas, saya cuman pengen bikin fic SolRag aja. :)
Dan mohon maaf jika banyak redudansi dan kesalahan teknis lainnya. Jujur, saya masih semi WB untuk saat ini.
