Doll House
.
© Litte Yagami Osanowa
.
'A little curiosity might end up in risk'—Annonymous
St. Jeverson No. 45
Larut tengah malam dimana terdengar suara-suara gemerisik di balik semak-semak belukar disertai nyanyian merdu dari Burung Hantu yang kerap hinggap di batang pohon mengincar mangsanya. Jalanan yang sudah sepenuhnya sepi ini jarang sekali dilewati oleh para pengendara karena berbagai alasan. Tepat di samping sebuah tugu jalan masuk terdapat sebuah rumah mungil yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya dan kini menjadi tempat yang terlantar. Cat putih yang luntur ditambah dinding-dinding rumah yang sudah sepenuhnya mengelupas itu tentunya membuat beberapa yang melihatnya sedikit merinding melihat rumah mungil tersebut. Tapi bukan hanya itu saja, berbagai isu mengenai rumah itu kerap terdengar dari beberapa mulut…
Entah benar ataupun tidak, mereka sama sekali tidak mengetahuinya…
'Kita main sama-sama yuk…'
On The Roads
Tampak sebuah Mobil Kijang berwarna silver kini tengah berjalan menerobos kabut pekat di malam hari, di dalamnya kita bisa melihat 4 orang mahasiswa tengah duduk sambil berbincang-bincang.
"Tris, Kapan sih kita sampai di Villa punya loe itu?" ucap Duke sambil memandangi Tristan yang kini tengah mengemudi dan membawa rombongan ke sebuah Villa yang kebetulan dimiliki oleh keluarganya
"Ya… Mungkin sebentar lagi sih…" sahut Tristan enteng
"Sebentar lagi sebentar lagi, kita tuh udah 5 jam tahu di Mobil loe ini—Mana lagi tuh Villa, loe yakin kita ngak kesasar atau something?" tanya Miho sambil menata rambutnya "Gue tahu loe buta arah Tris, Siapa tahu aja loe malah bawa kita muter-muter tanpa arah dan tujuan… Mana malem gini lagi, Ihh… Bikin merinding aja…" sahut Mio sambil menggelengkan kepalanya
"Yee… Masih bagus loe ditampung disini daripada gue tending loe keluar, Alay…" jawab Duke miris
"Siapa yang loe bilang Alay, hah!" bentak Miho
"Loe, dasar Poni nyusahin!" jawab Duke menantang
Anzu dilain pihak hanya berdeham sambil menatap tajam keduanya dan secara instant kedua makhluk tersebut langsung menghentikan pertengkaran mereka. "Loe yakin kita ada di jalan yang bener, Tris? Gue sih ngak ngeliat siapa-siapa di sekitar jalan ini daritadi…" ucap Anzu memandang keluar jendela
Tristan mengangguk "Yakin lah, lagian ini kan jalan pintas buat kita nyampe di Villa…" sahut Tristan
"Jalan pintas kok lama banget sih nyampenya, loe salah belok kali Tris!" sahut Miho
"Gue denger sih kalo milih jalan pintas ngak bener kayak gini nih terkadanga ada kesialan yang sering muncul…" sahut Duke dengan muka serem sambil ngeliatin jalan di luar "Kayak misalnya nih tempat kayak Kota Mati banget kan menurut kalian pada? Atau jangan-jangan ada hantu lagi yang keliaran di tempat ini—!"
Bugh!
"Jangan ngaco deh Duke, Loe mau nyumpahin kita kena sial gitu! Milih tempat yang bagus kek, kalo kita kena sial di tempat serem kayak gini kan gue jadi merinding mikirnya.." celoteh Miho sambil memandangi jalan yang sepi dari jendela dengan muka yang panic
"Hallah Mi, Loe percaya banget sih sama omongannya si Duke. Dia Cuma bisa ngomong doank a.k.a OMDO! Ngak usah dipercaya~" celoteh Anzu tenang "Lagian mana mungkin sih kayak begituan bakal terjadi di tempat gini…" tambahnya
"Hahaha~ Iya tuh bener—!" sahut Tristan sebelum kemudian Mobilnya berhenti secara tiba-tiba alias mogok di tengah jalan
"HA! Makan tuh OMDO! Omongan gue jadi kenyataan juga kan pada akhirnya" sahut Duke membalas
"Tris—Gimana sih, mobil loe kenapa? Masa mogok malah ditempat kayak begini lagi! Gue kan takut~" rengek Miho menggoncang bahu Tristan
Tristan menggeleng "Gue juga ngak tahu, seinget gue udah nge-cek nih mobil sebelum kita berangkat dan mesinnya masih fine-fine aja tuh…" sahutnya "Bentar deh gue cek dulu, Duke temenin gue…"
"Iyee…"
Duke dan Tristan-pun keluar dari Mobil dan mulai melakukan pengecekan dengan mesin mobil takut-takut terjadi sesuatu di dalem mesin Mobil yang bikin biang keladi mogoknya nih Mobil ditengah jalan, Sementara itu Miho dan Anzu masih menetap di dalam Mobil menunggu hasil kerja dari kedua cowok tersebut.
"Aneh, semuanya kondisinya bagus—Apa yang kurang sih?" gumam Tristan sambil memandangi Duke "Menurut loe gimana nih Duke?" tanyanya
"Gue juga mana tahu, Loe kira gue bisa bahasa mesin terus nanya ke Mobil lho kenapa mogok gitu?" sahutnya sebelum kemudian menambahkan dengan muka serem "Mungkin ada sesuatu di jalan ini yang bikin kita mogok Tris, Hantu penunggu jalan ini mungkin—!"
"Ah—Ngaco loe, Mana ada begituan di Zaman serba Metropolit begini sih.." elak Tristan sambil menggelengkan kepala
Anzu membuka jendela kaca mobilnya "Woy Guys, Jadi Gimana? Ketemu masalahnya apaan?" tanyanya
"Sayangnya kagak, ni Mobil aneh banget sumpah—Mesinnya masih bagus kenapa mesti Mogok…" komentar Tristan menjawab
Miho langsung menyerobot "Ini semua gara-gara loe sih Duke! Jadi kualat kan kita-kita semua gara-gara ucapan loe… Udah tinggalin aja Duke disini, pasti mobilnya lancar lagi deh…"
"Sembarangan ngomong loe Mika—Daripada gue mending loe aja yang disini sambil dikerubutin Tuyul yang diemin nih tempat biar tahu rasa loe…" ucap Duke menakut-nakuti
"T—tuyul… Anzu~ Miho takutt~" rengek Miho sambil meluk Anzu yang hanya bisa memutar bola mata
"Jadi solusi kita kayak gimana nih, ngak mungkin banget kita tidur di dalam mobil kan sampe nunggu pagi dateng?" ucap Anzu "Gimana kalo kita numpang di salah satu rumah para warga disini?" usulnya
"Hah—Numpang? Kita? Disini?" sontak Miho kaget sambil celingukan "Anzu~ Please deh, Loe ngak liat kita ada dimana? G—Gimana kalo Rumah yang kita tempatin itu pemiliknya orang yang ngak bener a.k.a Makhluk jadian gitu…"
"Hallah—Loe udah kemakan omongan si Duke, udah buruan turun dari mobil loe berdua—kita cari tempat yang cocok buat numpang. Untuk sementara nih Mobil kita tinggalin aja disini." ucap Tristan
Maka mau tidak mau Anzu dan Miho melangkahkan kakinya keluar dari mobil kemudian Tristanpun mengunci mobilnya dan memastikan kalau mobilnya akan aman-aman saja sementara ia tinggal disana selama 1 malam setelah itu Keempatnya kini tampat menelusuri perumahan di sekitar jalan yang terlihat sedikit menyeramkan karena lampu-lampu rumah mereka sama sekali tidak ada yang menyala.
"Guys, Cuma perasaan gue doank ato kayaknya di rumah ini kagak ada penghuninya sama sekali?" ucap Anzu memulai "Kalo kayak gini kayaknya kita ngak bisa minta stay dah buat semalam ato nyari bantuan buat benerin mobil…"
Duke mengangkat bahunya "Hallah—Paling semuanya tuh pada capek makanya mereka sekarang lagi tidur. Coba aja loe ketok pintunya pasti ada yang nyautin nantinya…" sahut Duke
Miho memeluk tangannya dengan erat sambil memandangi sekitar yang sunyi dan senyap sebelum kemudian matanya tertuju pada sebuah rumah yang lampunya masih menyala, sontak ia langsung menarik tangan Duke "Guys, yang satu ini lampunya masih nyala kok~" ucapnya girang sambil nunjuk rumah mungil itu
Anzu, Tristan dan Duke melihat kearah rumah yang ditunjukan Mio tersebut—memang benar Rumah tersebut masih menyala lampu depannya, tapi dengan sekeliling rumah yang terlihat menyeramkan kenapa sepertinya ada yang aneh ya dengan rumah yang satu ini?
"Err… Gimana yah? Kayaknya agak meyakinkan juga sih tuh Rumah…" sahut Tristan
"Kan—Kan, Miho gitu loh~" ucap Miho bangga "Ayo buruan kesana~ Mio udah capek nih!" sahut Miho menarik-narik Duke
"Buruan sih buruan tapi loe ngak usah narik tangan gue juga kali!" protes Duke yang diseret Mio menuju rumah tersebut sementara Anzu dan Tristan yang masih mengikuti di belakang mereka
Keempatnya hampir mendekati rumah itu tapi tiba-tiba seorang nenek aneh melintas di hadapan mereka mengenakan pakaian kebaya yang lusuh dan terlihat berjalan secara perlahan menggunakan tongkat.
"Kalian mau kemana,Nak?" tanya nenek itu dengan tatapan ramah
"Eh—Ya, kami mau cari tempat buat numpang semalam ini nek…" jawab Anzu sementara di sampingnya Miho dan Duke saling bisik-bisik dan yang dapat terdengar dari suara bisikan Duke adalah 'Buset, tuh Nenek nongol darimana sih' yang kemudian disusul dengan suara Mio 'Apaan sih, ngak usah sebegitunya kali'
Nenek itu mengangguk "Kebanyakan warga di sekitar sini pada tidak mau keluar malam—jadinya tempat ini sepi sekali kelihatannya.." ucapnya memulai sebelum kemudian "Kalian mau menginap di rumah sana itu?" tanyanya sambil melirik rumah mungil yang berada dekat disana
Tristan mengangguk "Ya, Nek—memangnya rumah itu punya siapa nek?" tanyanya
"Bukan punya Nenek—Tapi kalau kalian mau menginap disana itu keputusan kalian semua…" ucapnya pelan
Anzu dan Tristan memandangi Miho dan Duke "…Loe berdua yakin kita mau stay disana?" tanyanya
"Abisnya Cuma di rumah itu yang lampunya nyala…" jawab Miho "Miho kan takut gelap Tris…" tambahnya lagi
"Yah Gimana kalo kita nginep di rumah nenek tadi aja?" usul Anzu kemudian menoleh kedepan tidak melihat nenek itu kembali "K—Kemana tuh nenek barusan? Tadi masih ada di sini deh perasaan…" tambahnya
"J—Jangan-Jangan yang kita liat itu Hantu!" ucap Duke dengan muka pucat
"T—Tuh kan! Ngak baek disini terus—Ayo buruan masuk ke rumah aja deh… entar keburu ketemu yang lain lagi!" sahut Miho udah ketakutan
"D—Daripada gue ketemu sama Keluarga Hantu yang reunian mendingan kita cabut—!" ucap Tristan memulai
Keempat anak muda tersebut berlarian menuju rumah mungil tersebut, dan ketika mereka sampai di depan teras rumah tersebut berniat untuk mengetuk pintu—secara tiba-tiba pintu rumah tersebut terbuka memperlihatkan sedikit isi rumah yang kelihatan kosong dan tidap berpenghuni ini.
"…Kita coba masuk aja sama-sama…" ucap Tristan duluan yang kemudian memasuki rumah disusul dengan Anzu, Mio dan Duke mengekor dibelakangangnya layaknya kereta
"K—Kok rasanya lebih merinding yah di dalem sini…" komentar Anzu begitu melihat seisi rumah kini dipenuhi oleh boneka di berbagai sudut dan diatas meja juga di lemari
"Uh—Huh… K—Kayak diawasin gitu…" sambung Miho
"Kayaknya nih rumah sih punya kolektor boneka gitu…" sahut Duke memandangi semua koleksi boneka yang ada di rak besar itu "Saking cintanya dia ngebuat rumah ini terus narush semua koleksi dia disini…"tambahnya lagi
"Kalo dipikir bener juga sih yang Duke bilang, kayaknya nih rumah punya kolektor bonekaitu deh—agak serem emang tapi intinyakitangak sendirian juga kan di rumah kayak gini…" sahut Tristan
"Oh—Kalo gitu gue udah lega dengernya…" ucap Anzu menghela napas lega kemudian memandangi sekitar rumah
"G—Gue masih takut,nih—Kita keluar aja yuk…"sahut Miho masih memeluk tangan Anzu
"Yee—Ide siapajuga kita stay di Rumah ini, dasar penakut! Masih mending disini daripada loe diluar noh ketemu sama si Nene-Nenek tadi mau?"ucap Duke nakut-nakutin
Tristan menghela napas "Yaudah—Kita duduk aja bareng tuh di ruang tamu, adil kan? Ngak ada yang bakal ketakutan karena kita ramean di sana…" usulnya
Anzu mengangguk setuju begitu juga dengan Mio dan keempatnya dudukdi sofa lama ruang tamu berempat yang ternyata dipenuhi juga oleh boneka-boneka yang terletak di rantai dan juga atas meja. Di depan sofa tersebut terdapat sebuah televise usang yang kelihatannya ngak bisa digunakan lagi. Hening beberapa saat sebelum kemudian Mio beranjak berdiri dari tempat duduknya,
"M—Miho mau kebelakang dulu, udah kebelet banget nih…" ucapnya sambil menarik tangan Anzu "Anzu temenin Miho ya~ Ayoo-Ayooo" ucapnya
"Dasar anak cewek…" sahut Tristan menggelengkan kepalanya
"Nyusahin kan kalo bawa cewek…" tambah Duke menghela napas
Anzu dan Miho menelusuri ruangan di dalam rumah yang ternyata masih diselimuti oleh boneka-boneka yang bergeletakan disana-sini, bahkan di dapur juga tidak luput dengan boneka-boneka itu dan diperalatan masak juga ada boneka yang tersembunyi di dalamnya. Keduanya mencari ruang kamar mandi dan mendapatinya berada di ruangan lainnyadi samping Dapur. Miho pun memasuki kamar mandi tersebut dengan Anzu yang sebagai bodyguard menjaga di depan pintu.
Karena bosan menunggu, Anzu memutuskan untuk melihat-lihat sebentar toh Miho juga kalau sudah ada di dalam kamar mandi pasti akan membutuhkan waktu lama untuk keluar mengingat dia harus berdandan dulu di dalam sana. Ia memandangi boneka-boneka tersebut satu persatu, memang sangat menyeramkan tapi kalau dilihat sekalilagi kenyataannya semua boneka itu manis dan lucu. Sedang asyik melihat-lihat boneka-boneka yang ada sesosok bayangan melewati dirinya dari belakang membuat Anzu langsung terdiam karena mendadak ia merasakan sesuatu menoleh ke belakang dan tidak mendapati apapun kemudian memutuskan untuk melihat-lihat lagi.
Dilain pihak, Miho kini tengah sibuk dengan ritual kamar mandinya dengan mencuci mukanya menggunakan sabun perawatan kulit yang ia bawa selama perjalanan. Kulit itu memang harus dirawat setiap saat kan? Hmm… Mio baru saja memandangi cermin melihati wajahnya yang baru saja selesai di basuh itu dengan senyuman menghiasi wajahnya sebelum kemudian tatapannya menjadi terbelalak ketika melihat sosok lain di samping cermin bersamanya.
'…Kakak, kita main yuk…'
"GYAAAAA~!" seru Miho berteriak kencang dan langsung membuka pintu kamar mandi berlarian keluar memeluk Anzu "ANZUUU~!" teriaknya histeris
"Kenapa sih? Loe kayak orang gila aja teriak-teriak Miho—!" ucap Anzu yang hampir sesak napas karena Mio memeluknya dengan erat
"G—Gue barusan liat penampakan! S—serem banget!" ucapnya dengan mata berkaca-kaca
Anzu diam sejenak memandangi Mio dengan tatapan yang mengatakan ia tidak percaya atau apapun itu sebelum kemudian membuka mulutnya, "…Yang loe liat itu anak kecil, pake baju putih compang camping terus rambutnya nutupin wajahnya gitu?" ucap Anzu dengan napas tertahan
Miho mengerjapkan matanya "G—Gue ngak tahu juga sih kalo i—itu kayak begitu, T—Tapi kok loe bisa tahu sih?" tanyanya
"S—Soalnya…" ucap Anzu dengan mata terbelalak sambil mengangkat salah satu tangannya menunjuk sesuatu "A—Ada di belakang loe…" tambahnya
…
…
…
Miho menolehkan wajahnya mendapati sosok itu kini berada dekat beberapa inchi lagi dengan dirinya sebelum kemudian langsung cepat berbalik berusaha menghindari dari tatapan sosok tersebut memandangi Anzu yang udah gelagapan ngak karuan.
'…Kita main bareng yuk…'ucapnya dengan nada mistis
Dan tidak perlu dibilang dua kali untuk menjawab, "GYAAAAAAA! KABURR!" seru keduanya langsung berlarian meninggalkan sosok tersebut jauh dibelakang mereka
…
…
"Tuh cewek dua kenapa sih, Teriak-teriak mulu dari tadi…" ucap Tristan sedikit kesal karena mimpinya baru saja terganggu oleh teriakan kedua makhluk perempuan yang katanya pergi ke toilet itu "Cuma ke Toilet aja berisiknya minta ampun…" tambahnya menoleh kebelakang dengan Duke disampingnya
"K—Kayaknya bukan Cuma itu doank deh tuh dua makhluk teriak histeris kayak gitu…" ucap Duke menelan ludah
"Maksud loe apaan? Mereka jatuh gitu terus teriak-teriak gaje kayak tadi?" tanya Tristan
"S—Soalnya mungkin aja kan mereka liat anak kecil aneh yang sekarang lagi ngeliatin kita—S-Super horror gitu…" sahut Duke udah keringet dingin
"Hah? Anak kecil—disini mana ada yang kayak begituan… Loe jangan nipu lagi deh sama cerita konyol loe itu Duke, liat-liat situasi napa kita ada di mana…" omel Tristan udah males dengerin cerita Duke
Duke menatap Tristan dengan wajah ketakutan "S—Suer, y-yang ini bukan gue yang bikin… L—Loe liat aja ke depan layar sono…" ucapnya menunjuk ke belakang
Tristan dan Duke menoleh kebelakang memandangi layar televisi yang entah kenapa sudah menyala ngak ada listrik sekalipun menampilkan sosok seorang anak kecil yang melambaikan tangannya membawa sebuah boneka dengan menatap keduanya tajam.
GLEK!
"GAAAAAHHH!" keduanya langsung meloncati sofa dan berlarian ngak tentu arah sampai keduanya bertemu dengan Anzu dan Mio di tengah dapur yang terlihat sama ketakutannya dengan mereka
"L—Loe barusan liat ngak!" ucap Anzu ketakutan
"L—Liat sih L—Liat…" ucap Tristan terbata-bata
"Guys kita keluar aja deh mendingan! Tempat ini udah ngak aman lagi deh—balik aja ke mobil…" rengek Miho
"G—Gue setuju sama loe, alay… L—Lagian G-Gue juga ogah disini sama si tuh…" ucap Duke menunjuk sosok di depan mereka
Gadis itu ternyata sudah muncul dihadapan mereka lagi '…Kakak main bareng yuk…'
"LARIIII—!"seru semuanya kompak sambil berlarian keluar dari rumah tersebut layaknya orang gila kembali menyusuri jalanan yang sepi dan sebagainya dan buru-buru kembali kedalam mobil mereka, salah satu tempat yang aman untuk situasi seperti ini
Begitu Tristan membuka kunci mobil, semuanya langsung berhamburan memasuki ke dalam mobil dengan terengah-engah sambil buru-buru menutup pintu mobil dan menutup kaca jendela rapat-rapat.
"G—Gila! Ngak salah liat kan? Yang barusan itu kayak nyata banget!" komentar Tristan "Sebenarnya tuh tempat apaan sih!" ucapnya lagi dengan keringat dingin
"M—Mana gue tahu, Loe sih Miho—Haduh, kayaknya gue bakal mimpi buruk deh…" sahut Duke kewalahan
"Dih bukan salah Miho juga kali—Lagian tuh hantu aja yang datengnya tiba-tiba…" ucap Mio menyahut
"P—Pokoknya kita harus cepet keluar dari sini…" ucap Anzu
"Ngomong sih gampang, nih gue lagi nyoba nyalain mobil nih—!" ucap Tristan mencoba untuk menyalakan mobilnya yang tadinya mogok dan ogah untuk meyala
Brrmm! Brmm! Brmm!
Pada akhirnya justru disaat diperlukan mobil dengan ajaib menyala dan keempat orang itu akhirnya bisa bernapas lega karena kini mobil tengah sepenuhnya membawa mereka menjauh dari tempat yang menyeramkan itu.
"Lain kali udahan deh loe nyari jalan pintas lagi ke Villa loe itu…" ucap Anzu sedikit kesal "Adanya kita juga ketiban sial tadi…"
"Ya—Siapa juga yang ngak kapok kalo ternyata kita ketemu begituan…" sahut Tristan enteng
"Akhirnya jadi lega semuanya deh…" ucap Miho bersandar di kursinya
"Haah—pokoknya gue mau ti…" ucapan Duke tergantung ketika ia mencoba untuk menyandarkan tubuhnya di kursi sesuatu tampak mengganjal punggungnya, tangannya menarik sesuatu keluar yang tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah boneka cantik berambut pirang
"Imut banget~ Loe dapet dari mana tuh Boneka?" tanya Miho memandangi boneka tersebut
"Seinget gue—gue ngak pernah bawa boneka ke mobil ini…" ucap Duke memulai kemudian memandangi Anzu "Ni puny aloe kali Anz…" ucapnya
"E—Enak aja! Gue bukan anak kecil lagi kali—ngapain gue bawa boneka segala…" elak Anzu
"Miho juga ngak bawa boneka Miho…" sahut Miho polos
"Ya—terus itu boneka siapa donk…" ucap Tristan memulai
'Itu boneka saya…' ucap sebuah suara yang familiar membuat semuanya merinding dan juga tercengang mendengarnya apalagi Mio dan Anzu yang tiba-tiba mematung memandangi siapa yang kini tengah duduk di tengah-tengah mereka
"GAAAAAAHHHHH!" teriak keempatnya bersamaan
'Sekali kau memasuki tempat itu, kau tidak akan pernah terlepas dari dia… Dia akan selalu mengikutimu dibalik tatapan polos para boneka yang mengawasi gerak-gerikmu kemanapun kau berada…'
