NIGHTMARE
SINISTER
Dunia ini tidak hanya dihuni oleh para Manusia—tapi juga mereka para makhluk yang sama sekali tidak bisa terlihat dengan mata. Mereka hidup berdampingan dengan manusia tanpa mereka sadari, Mereka yang masih tidak mengakui bahwa diri mereka sudah lama tiada dan masih tetap berada di bumi. Menetap untuk menyelesaikan sesuatu yang masih belum bisa terselesaikan—Tapi siapa yang akan menolong mereka?
Aku terlahir bukan sebagai manusia biasa—akulah jembatan antara Dunia Nyata dengan Dunia dibalik kaca… aku bisa melihat roh misterius yang berada di sekitar dengan kekuatanku —sebut saja mungkin aku Gila atau Aneh tapi itulah kenyataannya… Aku membantu mereka yang tertimpa masalah mengenai beberapa kasus yang sama sekali aneh untuk diselesaikan, Akulah sang Spirit Detective. Butuh bantuanku mengatasi para makhluk itu?
Oh…
Maiden of the Light…
You're wishing in front of the Cathedral…
The glow of candles that lit in front of you…
You prayed for the lost love to come back…
Ryou saat itu berjalan di jalanan setapak yang terlihat cukup sepi karena jarang sekali para pejalan kaki memilih rute dimana ia berada saat ini, dengan menggunakan jaketnya ia tetap berjalan mengabaikan dinginnya udara musim gugur yang menerpanya.
'Tidak seperti jalan yang sebelumnya kita lewati barusan—kenapa disini sepi sekali?' tanya Rebecca seorang hantu penghuni Sekolah yang kini ikut menemani Ryou, meskipun saat tugasnya yang pertama Ryou mem-vessel roh hantu itu untuk membantunya entah kenapa setelah semuanya selesai Rebecca masih tetap mengikuti Ryou dengan alasan ia bosan tanpa sesuatu untuk dilakukan di kawasan lamanya.
Ryou membenarkan syar putih yang melingkar di sekitar lehernya memandangi sekitar jalan yang sangat sepi dan hanya dipenuhi oleh daun-daun yang berguguran diterpa oleh angin, "Entahlah—Kudengar memang jalanan ini sudah lama tidak dilalui pejalan kaki lainnya…" sahut Ryou
'Hii—seperti Kota Hantu saja…' ucap Rebecca sambil tertawa pelan melayang-layang mengitari Ryou 'Nee—Kali ini kau akan kemana lagi Ry?' tanyanya dengan antusias
"…Suatu Tempat" jawab Ryou singkat
Rebecca mengembungkan pipinya 'Aku tahu kita akan pergi ke suatu tempat—Tapi dimana? Memangnya kau mendapat tugas baru sebagai Detective Roh?' tanyanya
Ryou mengangkat bahu "Entahlah—Aku hanya mampir ke tempat seorang Pendeta yang baru-baru ini menghubungiku, mungkin saja dia perlu bantuan dengan urusan gereja atau mungkin urusan yang lainnya…" jelasnya
Ryou melangkah terus hingga ia berhenti di sebuah kawasan dimana ia dapat dengan jelas melihat sebuah rumah kecil di seberang jalan dikelilingi oleh pohon maple yang tinggi dan menjulang, sambil mencocokan alamat yang ada di tangannya dan meyakinkan bahwa rumah itu adalah tempat tujuannya Ryou segera berjalan menuju rumah tersebut.
"…Ah, kau pasti Ryou…" ucap seorang Pria tua dengan pakaian putih menghampiri Ryou dengan senyuman ramah "…Terima kasih sudah mau datang ke tempatku, Aku sangat menghargainya…" ucapnya
Ryou hanya mengangguk pelan, "Jadi, Bapak adalah Mr. Paul yang menghubungiku beberapa decade belakangan ini?" tanya Ryou
Pria itu mengangguk "Awalnya aku sempat takut kalau pesanku masih belum tersampaikan juga, tapi syukurlah ternyata pesanku sampai juga padamu…" jawabnya kemudian "Tidak baik berdiri disini sambil bicara, Ayo masuk…" ajaknya
Keduanya duduk di kursi yang terletak di teras rumah, Mr. Paul menyediakan the dan juga beberapa kue kecil sebagai kudapan kepada Ryou.
"…Dari berita yang bapak dengar, kau bisa mengusir roh jahat…" ucap Mr Pau memulai pada Ryou yang kini mulai menyeruput tehnya perlahan
Ryou sekilas meletakan cangkirnya diatas meja sebelum kemudian menjawab "Apa bapak memerlukan bantuanku membasmi roh?"
Mr Paul hanya menggeleng pelan sebelum kemudian "Bukan—Bukan membasminya, hanya saja bapak ingin kau membantunya…" ucapnya memulai "Bapak mungkin tidak mengerti untuk urusan seperti ini, tapi bapak tahu ia tidak melakukan apapun… dia hanya memerlukan bantuan seseorang untuk menyelesaikan masalahnya…" jawabnya lagi
"…" Ryou hanya diam sambil mengigit kue yang baru saja ia ambil
"…Bisakah kau melakukan itu? Untuk roh yang menderita itu?" tanyanya
"Aku tidak pernah berkata 'Tidak' pada setiap permintaan…" ucap Ryou "Dimana roh itu berada? Mungkin aku bisa melakukan sesuatu…" tanya Ryou
~Old Chruch~
Kali ini Ryou sudah berada di depan Gereja tua yang sudah lama tidak diurus, hawa dingin yang mencekam memenuhi sekeliling Gereja dan tentunya Gereja yang sudah tidak terurus dan terbengkalai ini terlihat begitu mengerikan walaupun kau hanya melihatnya dari jauh saja.
'Gereja Willinston, ya? Kenapa dari semua tempat seorang roh aneh menetap di tempat suci seperti Gereja?' ucap Rebecca
"Mungkin dia bukan Roh biasa, lagipula dari aura yang ada di sekeliling—bisa dikatakan ada sesuatu yang lain di dalam Gereja itu…" ucap Ryou "Dan… Gereja Wilinston juga sangat terkenal di Abad 19, entah kenapa sekarang Gereja yang terkenal berubah menjadi Gereja yang mencekam seperti ini…" tambah Ryou melangkahkan kakinya menuju pintu masuk Gereja yang kini sudah dikunci dengan gembok besar
'Hah… terkunci… Bagaimana kita bisa—'
Ryou merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kunci perak sambil tersenyum "…Mendapatkan kunci ini dari Mr Paul… Kau pikir aku mau menyusahkan diriku mendobrak pintu yang terbuat dari kayu oak yang keras ini…" ucap Ryou kemudian membuka pintu Gereja tersebut lalu mengantungi kunci itu kembali kedalam sakunya sebelum memasuki Ruangan Gereja yang dipenuhi oleh debu
Ryou berkeliling melihat sekeliling dimana yang ia temukan hanya sarang laba-laba dan kursi-kursi juga peralatan gereja yang sudah terabaikan kini ditutupi oleh debu penganggu, kaca-kaca yang kini sudah menghitam dan kotor serta lukisan yang sudah tidak jelas lagi gambarnya. Ryou melangkahkan kakinya perlahan di depan altar dimana ia mendapati beberapa serpihan kaca yang berada di karpet—Ryou mengambil sebongkah kecil serpihan kaca tersebut sebelum kemudian beranjak bangun kembali dan mengamati lokasi sekeliling.
'…Tidak ada hal yang aneh di dalam Gereja berdebu ini kecuali sarang laba-laba yang besar itu—iuuh, benar-benar tidak terawatt!' protes Rebecca 'Memangnya orang itu yakin ada roh di dalam Gereja kotor seperti ini?' ucapnya lagi meragukan
"…Aku tidak tahu, meskipun aku bisa merasakan auranya saat ada di luar Gereja tapi begitu berada di dalam sini semuanya menghilang dan bercampur dengan hal lainnya…" sahut Ryou kemudian menunjuk sebuah kaca yang terletak di pojok kiri ruangan yang sudah pecah "Kau lihat, beberapa Kaca di tempat ini pecah karena sesuatu hal dan yang paling parah dari retakan kaca itu ada di tengah tegah altar disini.." ucap Ryou menunjukan bongkahan besar kaca yang ada di bawah kakinya
'Yah—Well mungkin ada kelelawar yang masuk dan memecahkan kaca tanpa sengaja…' sahut Rebecca
"Aku ragu kelelawar ada di balik semua ini…" sahut Ryou sambil memperhatikan sebelum kemudian…
JGREK!
Hembusan angin yang kuat dan tidak biasa langsung menghempas pintu yang semula terbuka kini tertutup bersamaan dengan bunyi yang menandakan pintu tersebut dengan anehnya terkunci dan berarti Ryou terjebak di dalam Gereja lama ini. Bukan hanya itu saja, hawa yang semula biasa-biasa saja di dalam Gereja kini berubah drastic menjadi sangat panas, Ryou melangkahkan kakinya berusaha untuk melakukan sesuatu dengan pintu yang tiba-tiba saja menutup dan menahannya untuk keluar…
'Uh—Huh… Sekarang aku menarik kembali kata-kataku…' gumam Rebecca pelan
Ryou masih bergulat untuk membuat pintu itu kembali terbuka "Sudah terlambat untuk itu—Kita terkunci di dalam…" ucapnya
'Mungkin kita bisa keluar kalau kita memecahkan jendela—' ucapan Rebecca terputus
"Terlalu tinggi untuk bisa mencapainya—!"
Tring! Tring! Tring! Tring! Tring!
Terdengar suara sebuah piano melantunkan rentetan sebuah lagu dengan sendirinya dan kini suara alunan lagu tersebut menggema di seluruh ruangan Gereja tanpa terkecuali. Ryou berbalik dan memandangi sekitar—tidak ada siapapun disini dan tentunya bukan manusia yang bisa memainkan piano di dalam Gereja tua ini kan?
'…Aku tidak tahu kalau di abad 19 ada piano yang bisa bergerak secara otomatis…' ucap Rebecca mengawali
"Aku juga baru tahu sekarang…" gumam Ryou melangkahkan kakinya maju "Kurasa kita harus melihat darimana asal suara itu…" tambahnya
'Kau—GILA! Tempat ini sudah menyeramkan dan kau masih mau menyelidikinya, bahkan aku bisa merasakan hawanya sangat pekat sekalii Ryouu~' rengek Rebecca
Ryou hanya memutar bola mata—bukannya seharusnya ia yang merengek saat ini dan bukan Rebecca karena ia kan sudah menjadi Hantu "…Kita tidak punya pilihan lain…" sahut Ryou melangkahkan kakinya kembali
JDEG!
'….R—R—Ryou…' ucap Rebecca sedikit terbata-bata dengan mata yang melebar tampak memandangi Ryou yang kini sedang mematung
Ryou merasakan sesuatu yang aneh sehingga ia menghentikan langkahnya, perasaan yang begitu pekat dan juga memberikannya sedikit efek merinding hanya dengan merasakannya. Hawa yang semakin jelas terasa dengan lirikan mata yang mengawasinya, dengan instan Ryou langsung menoleh kesamping tidak mendapatkan apapun kecuali refleksinya semata di bayangan cermin.
Ryou menyipitkan matanya, seharusnya ia merasakan hawa itu disekitar sini beberapa saat yang lalu. Ia memandangi cermin tersebut berusaha mencari keanehan yang terselubung di dalamnya sebelum ia bisa menyadarinya
…
…
…
…
…
JGREK!
KYAAAAAAAAAAAAAAAAA
'KYAAAAAAAAAAAAA!' jerit Rebecca dengan instan
Bagaimana tidak, dengan cepat refleksi bayangan Ryou di dalam cermin berubah begitu saja menjadi penampakan sosok yang terbalut pakaian mewah berwarna putih dengan darah yang mengalir menuruni matanya yang hanya menunjukan lapisan putih dengan darah yang mengalir keluar begitu saja dari dalam cermin. Ryou hanya bisa terdiam sejenak ketika perlahan kaca tersebut mulai retak dengan suara lengkingan yang berasa dari sosok itu ditambah dengan suara menyebalkan yang keluar dari Partner-Hantunya yang sama sekali tidak berguna disaat seperti ini.
Trak! Trak! Trak!
Perlahan Kaca tersebut ulai retak disusul dengan sebuah tangan yang mencoba keluar dari dunia di balik cermin dengan tangan yang sudah berlumuran darah membuat ruangan kini dikelilingi oleh bau darah yang begitu memekakan hidung.
"…Sepertinya kita harus pergi…" ucap Ryou masih dengan suara tenangnya—entah kenapa disaat seperti ini ia tidak merasakan dirinya berteriak histeris seperti Rebecca
'KENAPA TIDAK BILANG DARI TADI—AYO CEPAT KELUARR~!' sahut Rebecca dengan suara naik beberapa oktaf
Tidak membuang waktu lebih banyak lagi, Ryou langsung berlari pergi meninggalkan cermin dan berusaha mencari jalan keluar sebelum kakinya mendadak terasa kaku untuk bergerak sehingga ia langsung terjatuh di lantai. Oh—sangat bagus sekali, selain suara alunan lagu yang mistis itu masih terdengar kini ia harus mempersiapkan dirinya untuk sesuatu yang jauh lebih mengerikan dibandingkan sebuah alunan lagu aneh yang memenuhi ruangan.
Oh…
The dims light finally faded away…
Take my wishes away from my prayer…
Take my whisper away in the sound of the wind…
Take all my hope for the living in the future…
Sosok itu perlahan mulai keluar dari dalam cermin yang kini sudah retak sepenuhnya, berlumuran darah dan berjalan dengan perlahan di tempat dimana Ryou berada—alunan music semakin kencang terdengar dengan tempo yang semakin lama semakin cepat. Darah yang mengalir membasahi lantai Gereja itu dengan sendirinya membentuk sesuatu mengelilingi Ryou yang tidak bisa bergerak melakukan apapun disaat seperti itu lantaran mata dan juga pikirannya masih terfokus pada sosok yang ada di hadapannya.
Tangan yang terbalut sarung putih sutra yang kini sudah dibaluri darah itu perlahan mulai terangkat dengan ujung jemarinya yang menunjuk kearah Ryou, wajahnya yang tersembunyi dibalik kain berwarna putih yang ternoda itu menampilkan sebuah gerakan yang sepertinya berasal dari mulutnya.
Sebelum Ryou dapat memastikan apa yang sedang dilakukan sosok itu, cahaya biru pekat kini menyelimutinya membuat semuanya terasa begitu menyilaukan dan pandangan mata Ryou kini berubah sepenuhnya menjadi putih.
'…Tolong…'
"Hah!" dengan seketika Ryou langsung membuka matanya setelah ia merasakan ia mendengar sebuah suara, Ia memandangi sekitarnya yang berupa jalanan sepi di malam hari dimana tidak ada seorang pun yang melewati jalan yang gelap tempatnya berada saat ini.
Bukankah seharusnya ia berada di dalam Gereja?
Ini dimana? Ryou tidak mengetahui apa-apa sebelum kemudian…
'RYOUU~ Syukurlah kau sudah sadaarrr~' ucap Rebecca muncul dihadapannya
Ryou mengerjapkan matanya "Dimana ini?.." tanya Ryou
Rebecca menggeleng 'Aku tidak tahu… begitu aku keluar kita sudah berada di jalan yang aneh ini… setelah cahaya biru aneh itu menyelimuti kita—mungkin dia yang membawa kita kesini…' sahut Rebecca 'Ditambah lagi sosok aneh tadi itu sepertinya juga yang sudah merencanakan menjebak kita di Gereja sejak awal…'
Ryou beranjak berdiri "…Mungkin saja dia ingin menunjukkan sesuatu untuk kita…" sahut Ryou kemudian memandangi sekitar "Rebecca, kau tidak merasa aneh dengan lingkungan di sekitar sini?—Kita harus mencari sesuatu… untuk mendapatkan informasi lebih jauh…"
'Aku rasa itu ide yang buruk—Tempat ini dipenuhi hawa kematian dan aku tidak suka berjalan-jalan ditempat dengan keadaan seperti ini…' sahut Rebecca
"…Kita tidak punya jalan lain, lagipula mungkin saja ini Kota kematian…" ucap Ryou "Sebuah dimensi dimana hanya dihuni oleh mereka yang sudah mati tetapi memiliki materialisasi seperti lingkungan ketika mereka masih hidup—tempat dimana para arwah yang masih belum bisa mendapat peristirahatan dengan tenang…" jelas Ryou
'—wow, kau tahu banyak juga ya Ryou…' sahut Rebecca
"…Bukannya seharusnya Hantu sepertimu lebih tahu banyak dibandingkan Manusia sepertiku? Anyway, lebih baik kita cepat bergerak…" sahut Ryou mulai melangkahkan kakinya "Pertama kita harus mencari dulu tempat apa ini…" ucap Ryou
'Yes… Madam~!'
Ryou memutarkan bola mata malas mendengar sahutan dari Rebecca kemudian disusul dengan suara cekikikan pelan dari Hantu perempuan yang satu itu. Menyusuri Kota Kematian dengan Hantu yang modelnya seperti ini mungkin opsi yang salah…
To Be Continued…
Author Notes: Nightmare Sinister bagian dari Nightmare Beginning yang di hapus dalam daftar FFn untuk diedit kembali. May the Creeps begin—insert evil laugh—!
