chapter 1

PAST

by balbaekyeolfan

main cast : byun baekhyun, park chanyeol

pairing : chanbaek / baekyeol and other

genre : romance, au, school life, drama, hurt/cumfort

warning ; yaoi, boy x boy, shounen-ai, boys love

note : ini ff pertama aku yang aku publisin di ffn, jadi mohon di mengerti kalau ceritanya ancur,alur kecepetan, sumarry ma isi kaga nyambung, typos dimana-mana.

please, no bashing no flame, no copas, no plagiat (karena kalian juga yang bakal rugi *haha), no re-publis yes to like and refiew

don't like don't read

hope you enjoy it ^-^

oke, chek this out...

Summary : Tatapan itu menyeretku kembali dalam puing memori yang berusaha ku hapus, mengumpulkan potongan-potongan pazel yang telah lama ku hilangkan, di sini ku memulai lagi. Awal dari semua penebusan atas masa lalu.

Namja manis itu terihat menghembuskan nafasnya perlahan, mengeratkan kembali lengan ransel yang melekat dI puggungnya, hazel coklat terangnya menyapu seluruh tempat yang dapat di tangkap bola indah itu dalam ruang tunggu bandara "hah… akhirnya aku pulang." Gumamamnya di sela senyum yang terus mengembang di bibir tipisnya. Mengabaikan lautan manusia yang berdesak-desakan untuk menuju pintu keluar bandara, namja manis itu lebih memutuskan untuk menikmati udara tempat kelahirannya ini sidikit lebih lama. 5 tahun ia meninggalkan seoul dan pindah ke jepang, mugkin lebih tepatnya melarikan diri ke jepang . senyum manis yang tadinya melekat dibibir merah mereka itu berganti dengan senyum nanar, terlihat kesedihan dan penyesalan di raut wajah manisnya. "aniya… kamu kembali kesini untuk awal yang baru, choi baekhyun. Fighting." Baekhyun menggelengkan kepalanya ringan dan membuang nafasnya berat memutuskan untuk menghentikan nostalgianya lalu Berjalan menenteng tas ransel yang melekat di punggungnya dan menarik koper yang terlihat sedikit besar untuk ukuran tubuh mungilnya menuju keluar bandara yang mulai sedikit lenggang.

Namja jangkung yang terlihat sedikit lelah memangkuh wajah tampannya menghadap keluar jendela, mengabaikan semua kegaduhan yang terjadi di ruangan kelasnya, berbagai macam sura sumbang yang memekikkan telinga tidak mampu menembus gendang telinga namja tampan itu, pikirannya menerawang jauh pada kejadian tadi malam, lagi-lagi, hal yang harusnya sudah dikuburnya dalam-dalam dari lima tahun silam dengan seenaknya datang mengganggu tidur nyenyaknya yang selalu berkhir dengan sakit yang menyerang dada kirinya, luka lama yang mulai tertutup dalam seminggu terakhir ini perlahan kembali terbuka, hembusan nafas yang putus-putus serta air mata dan seringai kebencian mengawali paginya dalam kurun waktu seminggu ini semenjak dia memimpikan hal yang seharusnya telah menghilang dan terabaikan. 'chhi, apa maksud dari semua ini, tak lelahkah takdir bodoh itu mempermainkanku..?' gumamnya di sela hembusan nafasnya yang teratur, . Harusnya takdir tak perlu merusak tidurnya dengan memimpikan hal-hal sensitive seperti itu sudah cukup merusak hidupnya dengan perkelahian antar geng sekolah yang terdengar tidak elit dilakukan oleh anak pemiik sekolah tempat nya bersekolah ini, tapi apa gunanya kekuasaan bila tak di maanfaatkan, bukan.? Mengingat perkelahian dengan sekolah lain, sudah cukup lama dia menjalani rutinitas sepulang sekolah nya itu, tak menyangka sudah hampir satu minggu dia tak membuat onar di sekolah ini, bahkan untuk membuli anak-anak tingkat bawah hanya untuk sekedar menunjukan kekuasaan senior dan hukum senioritas yang memang cukup terkenal di korea. Lagi pula dia anak tunggal pemilik sekolah terkenal ini, semua murid bahkan para seonsaengnimtakut padanya, bukan tanpa alasan mereka melakukannya sudah cuku bukti dengan di berhentikanya salah seorang seonsaengnim di akhir semester lalu karena menahan anak itu untuk mumbuat onar di saat ujian berlangsung, harusnya seonsaengnim itu mendapat hadia seperti gaji yang di tambahkan karena berhasil mencegah anak pemilik sekolah untuk berbuat onar disaat hari pelaksanaan ujian semester tetapi tepat dua hari setelah kejadian itu dia harus mendapat hadia surat pemberhentian dari piihak sekolah. Tenggelam dalam pikirannya pria jangkung itu mengabaikan teman sebangkunya yang dari tadi merajuk, dengan kesal namja yang tak kalah tampan darinya itu memukul kepalanya cukup keras sekedar untuk menariknya kembali kealam sadar dan memalingkan wajahnya dari kaca jendela transparan yang menurut teman sebangkunya itu tidak terlihat menarik sama sekali. "ya, kenapa kau memukulku bodoh" pekiknya sambil mengusap kasar kepalanya tempat buku sejarah tadi mendarat. Mungkin untuk siswa lain yang berani melakukan itu sudah bisa di pastikan kemana anak itu berakhir, tempat yang cukup familiar bagi anak-anak yag tidak sengaja sekedar menginjak kakinya atau menumpahkan minuman di seragam elegannya, seperti kejadian minggu lalu di kantin sekolah maka ruangan kesehatan sekolah adalah jawabanya lalu berakhir di rumah sakit. ya, dia di kenal dengan pangeran berdarah dingin, banyak yang membencinya karena kebengisan dan sikap keras kepalanya itu tapi tak sedikit yang menggilai ketampanan dan postur tubuh sempurnanya. "dari tadi aku berceloteh ria di sini dan kau asik memandang kaca jendela itu yang bahkan tak berbentuk sama sekali, demi tuhan park chanyeol apa kau membayangkan tubuh telanjang yoona di kaca jendela itu hah..?" namja yang bermarga park itu hanya memutar bola matanya malas, malas untuk berdebat dengan teman dan juga peserta peramai dalam rutinitasnya sepulang sekolah, ya..perkelahian antar geng itu, kemampuan berkelahi kai yang cukup mengesankan membuat chanyeol menambahkan pria bernama asli kim jongin itu di daftar temannya, walau pun daftar itu tadinya kosong, setidaknya sekarang ada nama kai di situ, terbukti di hari pertma mereka masuk sebagai murid sah di park high school ini kai mampu melumpuhkan sekaligus tiga murid senior yang menurutnya pantas untuk di permalukan di hadapan para murid baru, dan di hari itu juga chanyeol memutuskan kai sebagai teman pertama juga satu-satunya di sekolah milik keluarganya ini. Awalnya pria berkulit tan itu menolak tapi setelah melihat lebih dalam kepribadian chanyeol dia merasa chanyeol hanya kesepian dan berkelahi atau membuli lah tempat pelampiasan namja jangkung itu. Walaupun begitu ada satu hal di dalam diri park chayeol yang tersembunyi dan berusaha di tutupinya, terlihat jelas saat chanyeol selelu berusaha untuk mengalihan pembicaraan saat mereka membahas sedikit lebih dalam tentang masa lalunya, kai tahu chanyeol pernah terluka dan berusaha tegar, Nampak jelas di raut tampannya saat namja berkulit tan itu tak sengaja membahas masa lalu atau masa kanak-kanak mereka, namun apapun itu kai tetap percaya padanya toh Lambat laun semua rahasia itu akan terbongkar, mungkin hanya menunggu waktu yang tepat saja. "apa kau bertengkar dengan ayahmu lagi..?" akhirnya kai bersuara setelah melamun beberapa saat untuk mempelajari arti dari wajah sendu chanyeol saat ini. "tidak" gumamnya pelan masih dengan posisi wajah menghadap keluar kelas melalui jendela kaca memperhatikan beberapa siswa yang sedang bermain basket atau sekedar duduk sambil sesekali bercanda di lapangan basket terbuka yang berada di tanah lapang tengah-tengan gedung yang mengelilinginya. Satu tahun delapan bulan mereka bersahabat waktu yang sudah cukup untuk Kai mempelajari kepribadian chanyeol sehingga meyembunyikan masalah seperti ini bukan lah hal yang harusya di lakukan di depan pria berkuliit tan itu, ia pasti dengan mudah mengetahui bahwa sahabat satu-satunya itu sedang mempunyai masalah, tetapi ini bukan kali pertamanya chanyeol memendam masalahnya tak sekalipun pria jangkung itu membahas atau mengeluh tentang hal-hal yang berhubungan dengan perasaan atau kisah cintanya, mungkin itu yang melanda chanyeol saat ini, pikir kai. mendengarkan keluh kesah yang satu dan yang lainnya memberikan solusi Bukankah itu hal lumrah yang terjadi di antara ikatan sahabat Ya. terkecuali mendengarkan cerita chanyeol saat meniduri perempuan-perempuan bodoh hanya untuk menyaluran hasrat sexnya termasuk curhatan antara sahabat. Kai tersenyum tulus lalu menepuk halus punggung namja yang telah menjadi teman dekatnya itu semenjak ia masuk di sekolah elit ini, "kau akhir-akhir ini sedikit aneh, dimana park chanyeol yang selalu bringas di hadapan para siswa atau park chanyeol yang membuli siswa junior maupun senior yang tidak bersalah atau sedikit bersalah..?". chanyeol memutar wajahnya kembali menghadap pada namja bersurai hitam pekat itu sambil menatapnya datar "chi.! perkataanmu terdengar aku seperti namja brengsek bodoh" rutuknya kesal pada kai. "haha..bukankah kau memang namja berengsek..?" kai tertawa geli melihat ekspresi kesal chanyeol. "oke, untuk membuktikan perkataanku barusan, aku dengar para siswa penerima beasiswa itu akan masuk hari ini, dan aku sudah tidak sabar seberapa brengseknya seorang park chanyeol menyambut para murid beasiswa itu." Kai tersenyum mengejek sambil menaik-naikan aliis tebalnya untuk menggoda chanyeol. Namja yang di tatapnya itu hanya memasang ekspresi datar " jadi mereka akan masuk hari ini..?" gumamnya pelan. "ya begitulah, bahkan sonsenyim telah menyediakan dua kursi kosong di kelas ini untuk di tempati dua orang murid beasiswa yang beruntung itu." Kai memandang dua kursi kosong di samping tempat duduk mereka dengan seringai khas miliknya. "apa aku perlu bertindak juga..? bukankah seluruh murid di sekolah ini menolak dengan tegas pengadaan beasiswa itu.? tentu mereka semua bersemangat membuli semua murid beruntug itu." Gumam chanyeol malas lalu memilih membenamkan wajahnya di balik lipataan tangan yang di letakan di atas meja. "tapi mereka semua mengharapkan kau yang membuka penyambutan ini. Ada apa dengan mu biasanya kau yang paling bersemangat jika merencanakan pembuliaan" kai menatap tengkuk chanyeol dengan tatapan bingung, apa mungkin masalah keluarganya terlalu berat sehingga dia mengalami semacam gangguan otak dan menggeser kewarasannya yang akan membuat chanyeol insaf dan meninggalkan semua tingkah buruknya selama ini lalu menjadi jemaah tetap di gereja yang berjarak 2 blok dari tempat tinggal chanyeol yang biasa di kunjungi oleh ayah chanyeol di hari minggu pagi? kai menggeleng pelan menghilangkan pikiran bodoh yang menyeruak keluar dari otak ber IQ rendahnya, membayangkan sajah dia merasa mual apa lagi melihat secara langsung reka lamunannya itu mungkin kai bisa memuntahkan semua makanan yang selama 18 tahun hidupnya ini di cerna dalam perut sispacknya. oke ini mulai melantur kemana-mana. "baiklah, aku akan memulai penyambutan kecil-kecilan untuk mereka" chanyeol berdiri dari kursinya dan melangkah melewati kai, setelah pria berkulit tan itu tertegun untuk beberapa saat bingung dengan perubahan mendadak dari teman sebangkunya itu iya segera menyusul chanyeol menuju depan kelas dan membantu sahabat pembuat onarnya menyusun rencana meraka dan di sambut semangat seluruh siswa di ruangan itu.

20 menit setelah bel masuk berbunyi barulah seonsaengnim yang mengajar di kelas bertuliskan 2-3 di papan pintu masuknya melangkahkan kaki masuk keruangan itu, dia sedikit bingung dengan tingkah para siswanya yang biasa gaduh di setiap dirinya masuk atau sonsenyim lain masuk keruangan kelas yang di juluki kelas angker itu, tentu sajah alasannya jelas 'karena 2 setan penghuni sekolah ini bersemayam di kelas ini', setelah berdehem sesaat untuk menghilangkan rasa bingungnya seonsaengnim yang terlihat sudah cukup tua itu bersuara "maaf, seonsaengnim sedikit terlambat masuk kelas karena ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan tadi, baiklah anak-anak, sepeti yang kalian ketahui bahwa sekolah kita mengadakan penerimaan murid beasiswa dan di kelas ini akan di tempatkan dua dari delapan siswa beruntung itu." Hening, tak ada yang meberikan respon, kebanyakan dari murid di kelas itu malah sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing tak terkecuali chanyeol namja jangkung itu lebih memilih membenamkan wajahnya dalam lipatan tangannya yang di letakkan di atas meja, berusaha tidur adalah hal terbaik saat ini, dari pada harus mendengarkan basa-basi kim seonsaengnim yang terdengar memekakan telinga dan untuk murid beasiswa.? Agh, Masa bodoh dengan dua orang itu, toh dia sudah menyiapkan kejutan kecil untuk menyambut kedatangan mereka, kurang baik apa lagi coba?. Melihat tingkah laku muridnya yang tidak senonoh kim seonsaengnim hanya menatap datar mereka lalu mempersilahkan dua murid beasiswa yang dari tadi berdiri di ambang pintu memasuki ruang kelas yang akan mereka tempati untuk satu semester kedepan jika mereka bisa bertahan tentunya.

Kedua namja mungil itu terlihat gugup saat melangkah kan kaki mereka menuju depan kellas, respon yang di tunjukan murid-murid di kelas itu cukup memberikan alasan kegugupa mereka, terlebih lagi tatapan-tatapan tidak suka dari berbagai pasang mata yag melihat kearah dua namja manis itu. "baiklah nak, sekarang perkenalkan nama kalian" suara tenang kim seonsaengnim sedikit menghilangkan rasa gugup mereka.

"ah, i-iya, Annyeong haseyo do kyungsoo imnida bangapseumnida" ucap salah satu namja manis bermata bulat memperkenalkan diri dengan membungkuk dalam-dalam di hadapan para murid yang sedang menahan tawa mereka, diantara pasang mata dan cekikikan pelan dari mulut siwa di ruangan itu hanya kai yang terlihat tenang sambil menatap lekat pria dengan tinggi badan yang mungkin hanya sebahunya. ah, dan jangan lupakan chanyeol yang masih asik dengan wajah yang tenggelam dalam lipatan tangannya.

"Annyeong haseyo choi baekhyun imnida, bangapseumnida" kali ini giliran namja dengan ukuran tinggi yang beda tipis dengan namja teman sebiasiswannya yang bernama d.o itu mempernekalkan diri tak lupa membungkukkan badannya dalam-dalam. Senyum manis tak lepas dari bibir tipis merah merekahnya. Mendengar nama yang cukup familiar di teliganya, chanyeol mengangkat wajah dengan cepat dan hazel hitam bak obsidian bening itu menatap intens pada sosok mungil yang bediri di sebelah kanan namja bermata bulat yang menunduk canggung. "b-baekhyun, byun baekhyun.?" Gumamnya tidak percaya hingga bola matanya tepat bertemu dengan hazel coklat mudah milik baekhyun, tubuhnya menegang seketika seperti seluruh urat nadi dalam tubuh jangkung itu mendadak di tarik alat berat dan berusaha memutuskannya, mata chanyeol membulat sempurna dengan bola mata yang hampir keluar dari cangangnya. Dari arah berlawanan juga menunjukan keterkejutan yang amat-sangat-terkejut, mata sipit baekhyun kini membulat lebar badannya juga menegang seolah menahan dingin ekstrim yang meyapu kulitnya, di tengah kerekejutan itu bibir tipisnya melafalkan nama pemuda jangkung itu "c-chanyeol..?" gumamaman gagap yang keluar pelan dari bibirnya tak terdengar sama sekali hilang di udara sebelum mencapai gendang telinga seseorang bahkan d.o yang berdiri tepat di sebelah kirinya tak mendengarnya, kini mereka berdiri pada satu garis lurus ingatan-ingatan itu kembali menarik mereka berdua untuk bernostalgia kemasa lalu seakan semua orang di dalam ruangan itu menghilang menyisahkan dua namja yang mempunyai ukuran badan yang cuku kontras itu berhadapan dengan mata yang masih mengikat satu sama lain, bahkan detak jarum jam yang selalu megintrupsi setiap kesunyian tidak menampakkan buyinya sama sekali hanya tawa juga ceikikan yang terdengar di otak mereka, terdengar nyaring di ruangan 'kosong' ini, mungkin itu sepenggal kisah masa lalu.

Ekspresih terkejut chanyeol berubah menjadi tatapan tajam seolah mampu menembus apapun yang di tangkap oleh obsidian bening itu, seringai kebencian tercetak di bibirnya dan butuh bebereapa detik untuk di sadari bekhyun akan perubahan ekspresih chanyeol, iya lebih memeilih menekuk wajah manisnya untuk menghindari tatapan tajam itu, bola matanya bergerak gelisah berusaha mencari titik focus yang mampu menenangkannya marmer merah kecoklatan ujung sepatu nike hijaunya lalu kembali lagi ke lantai marmer kecoklatan yang tersebar memenuhi seluruh lantai ruangan, tampaknya marmer merah kecoklatan itu merupakan warna dasar lantai tempatnya berpijak ini, tapi pemandangan itu tak mampu memberikan sesuatu yang berarti untuk menenangkan bola matanya. Hingga suara salah seorang siswa menggema dirungan itu menarik kembali kesadaranya dari perjalanan menembus waktu yang di jelajahi secara paksa tadi. menunjukan bahwa di ruangan ini mereka tak hanya berdua sajah. "apa kalian saudara kembar atau semacamnya..? kenapa tubuh kalian sangat kecil dan terlihat seperti yeoja.? Agh, aku lupa kalian murid beasiswa tentu keuangan kalian tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kalian" suara cempreng milik chen berhasil membuat seluruh ruangan menjadi gaduh dengan gelak tawa seluruh murid di ruangan itu, terkecuali chanyeol yang masih menatap tajam baekhyun dan kai yang terlihat bingung melihat ekspresih teman sebangkunya itu. "ada apa denganmu..?" memalingkan wajahnya mengahadap tubuh chanyeol sambil menyikut pelan lengannya mengabaikan tawa murid-murid lain, alih-alih mendapatkan jawaban dari namja Jangkung itu bergeming pun tidak, kai semakin mengkerutkan kening hingga kedua alisnya hampir menyatu, lalu melihat kearah pandang chanyeol. tatapannya berhenti pada namja mungil yang sedari tadi menunduk takut, tampak terlihat jelas dari badannya yang menegang dan sesekali melirik kearah mereka, tidak lebih tepatnya kearah chanyeol. Kai semakin bingung melihat ekspresih chanyeol yang terlihat aneh, lama mereka bersahabat tapi tatapan yang di berikan pada baekhyun baru di lihatnya kali ini, di balik iris coklat itu seolah menjelaskan berbagai gambaran hati chanyeol, kekecewaan, amarah, dendam, rindu mungkin juga kesedihan. Tapi dendam dan hal-hal yang berhubungan dengan aura negative lebih mendominasi. Kebingungannya terhenti ketika deheman keras keluar dari mulut seonsaengnim mereka yang berhasil membuat isi kelas kembali tenang. "akham..! baiklah silahkan kalian menuju tempat duduk di bagian belakang sana" kim seonsaengnim menjulurkan tangannya menunjuk dua kursi kosong yang terdapat di ujung belakang deretan kursi barisan kedua dari sebelah kiri dinding kelas, lebih tepatnya di samping tempat duduk chanyeol dan kai. Kedua namja mungil itu kembali membungkuk hormat pada seonsaengnim mereka lalu berjalan menuju tempat duduk yang telah di tunujukan pria tua itu. Semua pasang mata mengiringi langkah mereka, tak terkecuali chanyeol, mungkin lebih tepatnya namja tampan itu mengunci pandangannya pada sosok baekhyun dengan seringai dan tatapan tajam yang masih bertengger di sana, baekhyun melangkah beriringan dengan d.o. Wajah manisnya masi di tekuk dalam, mengbaikan berbagai pasang mata yang melihat ke arahnya, pikirannya hanya terfokus pada chanyeol, memang saat pertama kali menapakkan kaki di tanah kelahirannya ini baekhyun menduga pasti akan bertemu dengan chanyeol tapi ini terlalu cepat, bahkan ia belum sempat mempersiapkan mentalnya sama sekali, setelah melewati beberapa deretan bangku siswa akhirnya mereka tiba di bangku kosong milik dua namja mungil itu d.o memilih duduk di sebelah kanan bersebelahan dengan kai yang hanya di pisahkan dengan lorong kecil yang terbentuk dari deretan meja siswa, dan baekhyun duduk di sebelah kiri d.o. bersukur stidaknya dia bisa duduk agak berjauhan dengan chanyeol. Setelah baekhyun mendudukan bokongnya pada kursi besi dengan bantalan karet itu iya Menghembuskan nafasnya berat sambil mengontrol detak jantungnya, berusaha mengabaikan memori-memori yag melintas di dalam pikirannya, tayangan yang sedari tadi memutar tanpa tahu bagaimana menghentikannya, namun sedetik kemuadian perasaannya mendadak berubah menjadi tidak nyaman. Tangan mungilnya di ulurkan untuk menyentuh bantalan karet yang tengah didudukinya saat ini, setelah merasakaan ada cairan lengket mengolesi tempat duduknya itu ia segera beranjak untuk berdiri namun kursi besi itu menepel erat di bokong mungilnya, baekhyun melotot kaget lalu memalingkan wajahnya menghadap d.o begitupun pria beramata bulat itu, untuk beberapa saat mereka terdiam berusaha mencerna situasi yang sedang terjadi saat ini hingga tanpa sadar keduanya berteriak

"LEM..?"

dan di sambut dengan tawa dari semua murid di ruangan itu. kim seonsaengnim yang tadinya sibuk menuliskan beberapa kalimat di papan tulis mendadak berbalik "ada apa..?" tanyanya bingung melihat seluruh siswa di ruangan itu tertawa. "t-tidak seonsaengnim" jawab baekhyun gugup dengan senyum yang di paksakan.

tbc or end.?

hwaaa... ini apa..? *nangis di pojokan

sebenarnya aku juga bingung ama isi kePalaku sendiri kok binga ngelahirin ff absturd kayak gini..? *author p.a

mohon reviewnya ya readernim semua, ff ini lanjut atau nggak tergantung kalian semua

kan jelek kalau aku tetap gelanjutin tapi nggak ada yang baca atau yang repiuw *nangis lagi -_-

oke, see you next chapter...