Disclaimer: All characters belong to Tadatoshi Fujimaki. But this story purely mine. I don't take any profit from this work. It's just because I love it.
Warning: au, miss-typo(s), drabble, and other stuffs.
Note: absurd, sumpah. saya kangen aomomo yang damai :")
.
we have no time for love
.
Daiki sudah lama menaut yakin.
Pada binar magenta yang tak ada duanya, pada senyum manis yang mencipta rona-rona, pada suara tipikal yang berdengung berirama.
Ia tak perlu dua kali kedipan untuk mencipta renjana. Dan, sosok Satsuki selalu dan masih menjadi yang pertama. Yang ingin ia lihat sosoknya, di antara malam dan gumpalan selimut, dan tawa hangat, dan dekap-dekap lengan kokohnya. Atau, di antara selangkangannya.
Tapi, selalu ada pertentangan.
Di antara semuanya, bagi Daiki, ia hanya pengecut ulung. Ia bahkan tak berani mengucap hal-hal seperti bisakah kita lebih dari ini? Dan Satsuki terlalu naïf untuk mencerna. Bahwa dekap hangat dan peluk Daiki memang dilakukan untuk hal-hal yang lebih dari itu. Bahwa ada suatu malam, di mana Daiki menahan segalanya agar tak membawa bibirnya mengulum si merah muda. Dalam gairah buta dan panas-panas sementara. Bagi Daiki, itu tak masalah.
Tak masalah, asal Satsuki-nya tak apa-apa.
.
Tapi Daiki adalah Daiki dan ia hanya bisa terjebak dalam distorsi perasaannya sendiri. Di sini, dalam gelap dan merah muda. Desah-desah yang menggema. Hanya harum Satsuki, Satsuki, dan Satsuki. Tak ada yang lain dan tak akan pernah ada. Bahwa Daiki tak apa-apa walau ini kesempatan terakhirnya. Bahwa ia akan lari dan tak akan pernah kembali lagi setelah ini. Dan hidup bahagia bukanlah catatannya bersama Satsuki, bukan.
.
Maka Daiki hanya tersenyum dan melepaskan. Dengan jutaan penyesalan juga ribuan kata sialan.
"Aku akan bertahan kalau Dai-chan memintanya."
Dan Daiki tak pernah dan tak akan pernah meminta. Genggaman dilepas dan seluruhnya kembali dingin, gelap, sepi. Embus angin akan jadi teman barunya. Dan, abu-abu.
Karena tak ada lagi merah muda.
"Jangan pernah lupakan sahabatmu ini, Satsuki." Daiki mengujar dalam suara kering. "Berbahagialah dengannya."
Dalam hati Daiki mengumpat;
sahabat, sahabat.
It sucks.
.
.
(end.)
