CHAPTER 1
[Fanfiction Yaoi] [When The Rain Stopped] [XiuHan]
Author : littlenaa
Main Cast :
Kim Min Seok
Xi Luhan
Other Cast :
Do KyungSoo
Oh Sehun
Rate : T
Genre : Romance/Hurt/Comfort/School Life
Length : Chaptered
Warning : Boy x Boy, little OOC, typo bertebaran, cerita kurang menarik tapi di paksa untuk menarik.
Summary :
Ketika kau berada di sampingku dan menceritakan betapa cintanya dirimu kepada seseorang yang tak pernah aku ketahui hujan selalu turun saat aku menangis mengingat kalau dirimu benar-benar tak akan pernah mencintaiku, tapi kali ini kenapa hujan tidak turun mengiringi air mataku?
Minseok's PoV
Hari ini seperti biasa hari yang sangat melelahkan, dan seperti biasa juga untuk melepas lelahku, aku –Kim Min Seok dan sahabatku –Xi Luhan merebahkan diri di hamparan rumput hijau di sebuah taman yang luas. Taman ini selalu sepi karena tidak banyak orang yang mengetahui keberadaan taman ini. Selalu bersama orang yang kau sukai benar-benar menyenangkan bukan? Ya, aku mencintai Luhan. Sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Tapi aku tidak pernah menunjukan tanda-tanda bahwa aku mencintainya aku takut persahabatan ini hancur karenaku.
Aku memejamkan mata ketika hembusan angin membelai wajahku lembut. Rasanya sangat sejuk. Dengan di hujani cahaya matahari yang berwarna orange karena hari memang sudah sore.
Hampir saja aku terlelap kalau tidak ku rasakan sentuhan jari yang menusuk-nusuk pipi chubby-ku. Aku menyipitkan mataku melihat sahabatku sekaligus –cintaku kini tengah terduduk sambil memandangku dengan cengiran lebar terlukis di bibirnya. Melihat itu ku dudukan tubuhku menghadapnya.
GREB
Dengan cepat ia menggenggam tanganku erat masih dengan cengiran aneh di bibirnya, itu membuat rona merah menjalar di pipiku, aku tentu bisa merasakannya karena pipiku menghangat. Tapi kenapa firasatku merasa buruk?
"Baozi-ah?" katanya memandangku dengan mata berbinarnya. Aku hanya membalasnya dengan tatapan gugup. Baozi? Ya dia memanggilku Baozi yang katanya pipiku ini bulat seperti Baozi.
"Kau sahabatku kan?" tanyanya membuat aku bingung, kenapa harus dia menanyakan pertanyaan bodoh itu.
"T-Tentu saja iya. Kenapa kau bertanya seperti itu Lulu?"
"Aku ingin memberitahukan rahasiaku padamu, dan kali ini aku benar-benar sangat ingin kau tahu." Ucapnya menggebu-gebu. Bibirku sedikit terangkat walau sebenarnya aku benar-benar tidak ingin tersenyum. Aneh.
"Bukankah kau selalu menceritakan semua rahasiamu. Sepertinya kali ini menarik. Ayo katakan padaku."
"kau tau, aku sedang jatuh cinta…" Katanya dengan berbisik, tapi masih dengan wajah yang berseri-seri. Namun berbeda denganku, seketika senyumanku pudar rasanya lidahku kelu untuk merespon ucapannya. Dia bilang jatuh cinta?
"Dia namja yang amat manis, matanya yang indah, bibirnya yang begitu menggoda juga tubuh mungilnya benar-benar membuatku ingin memeluknya." Tambahnya lagi tanpa mempedulikan raut wajahku yang benar-benar sudah tak bisa ku buat-buat. Sebegitu sempurnanyakah orang kau cintai, Luhan?
"Minseok-ah? Kau mendengarku tidak?" Luhan mengibaskan tangannya didepan wajahku membuatku kembali tersadar dari lamunanku.
"A-Ah? Ohahaha~ iya iya, aku mendengarnya. Pasti dia namja yang sangat sempurna bukan?" Bohongku sambil tertawa hambar. Aku meliriknya yang tengah menatapku bingung. Tapi akhirnya dia mengangguk dengan semangat.
Drrtt~ Drrrttt~
Tiba-tiba terdengar ponsel Luhan bergetar, ia menatap layar ponselnya, kemudian menatapku. Aku membalas menatapnya –ada apa?
"Baozi, aku harus cepat pulang. Apa tidak apa aku meninggalkanmu sendirian?"
Aku mengangguk ragu dan tersenyum seadanya.
"Baiklah, kau pulanglah juga. Hati-hati di jalan ne? Bye Baby Baozi." Luhan pamit seraya merapikan tas dan bajunya yang kotor karena rerumputan, kemudian ia mulai berlari sambil menoleh padaku. Ia tersenyum lebar dan melambaikan tangannya.
Aku tersenyum tipis dan membalas lambaiannya. Larinya begitu cepat hingga kini Luhan sudah tidak tampak lagi di depan mataku. Apakah hatinya akan pergi secepat itu juga?
Tes!
Air mataku?
Tes!
Aku menengadah, menatap langit yang menggelap, ternyata hujan. Hujan, apa hujan tahu aku sedang ingin di temani? Apa dia tahu aku sangat ingin menangis?
"hiks… hiks…" Aku mulai terisak, dengan erat aku memeluk lututku dan menenggelamkan wajahku diantaranya. Air mataku semakin deras seiringan dengan hujan deras yang membasahi seluruh tubuhku.
"I-ini menyakitkan... hiks… A-apa aku harus merasakannya? Hiks… uhh…" Aku kembali menangis tanpa ada yang melihatnya. Hujan menutupi air mataku. Hujan terus memelukku. Tetes air hujan membuat Hatiku semakin perih.
Author PoV
Kicau burung menyertai cerahnya hari ini, tapi tidak untuk Namja berpipi bulat, Ya dia –Kim Min Seok dengan tatapan kosongnya ia berjalan di bawah pepohonan Maple menuju sekolahnya.
'Kau tahu, aku sedang jatuh cinta…'
Kalimat itu terus terngiang di kepalanya, seperti lebah-lebah yang mengusik pendengarannya.
"Minseok-ah?" panggil seseorang mampu membuat Minseok mengangkat wajahnya. Minseok menolehkan kepalanya ke belakang dan mendapati namja tinggi berlari menghampirinya. Minseok berhenti melangkah dan menunggu namja tersebut.
"Pagi Sehun-ya." Sapa Minseok lembut pada namja yang diketahui bernama Oh Sehun. Dia teman sebangku Minseok.
"Pagi, kau kenapa Minseok-ah?" Sehun menangkup kedua pipi Minseok. Membuat Minseok terpaksa menengadah pada Sehun yang lebih tinggi darinya.
"Aku? Memang aku kenapa hm?" bukannya menjawab, Minseok balas bertanya dengan wajah bingung. Mengerutkan kedua alisnya.
"Aish.. kau ini, kenapa malah bertanya lagi. Lihatlah wajahmu pucat sekali. Apa kau sakit?" Dengan perlahan Sehun menempelkan dahinya pada dahi Minseok. Tentu saja Minseok terkejut. Wajahnya tiba-tiba memerah, ia tidak berani melirik Sehun sedikitpun.
"Aigoo~ Suhu tubuhmu panas, wajahmu juga sekarang memerah. Ayo aku antar kau pulang lagi." Sehun menarik tangan Minseok dengan erat membawanya berbalik arah menuju rumah Minseok. Sehun mengetahui rumah Minseok karena pernah sekali ia kerja kelompok bersama disana.
"Yak! Sehun-ya! A-a-aku tidak apa-apa, ayo kembali kesekolah!" kata Minseok dengan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Sehun. Tiba-tiba Sehun berhenti dan menatap Minseok khawatir. Minseok yang melihatnya hanya menghela nafasnya pelan.
"Aku benar tidak apa-apa Sehun-ya, ayo berangkat!" Ucap Minseok semangat. Agar meyakinkan Sehun bahwa ia tidak apa-apa. Kemudia Minseok menarik tangan Sehun, Sehunpun pasrah dan ikut berjalan di samping Minseok. Sesekali Sehun melirik Minseok yang tengah tersenyum –palsu.
'Aku tidak apa-apa Sehun-ya. Tapi Hatiku rasanya sakit, aku harus bagaimana?'
"BAOZI! SEHUN!"
Kedua namja yang sedang sibuk makan bekal di dalam kelas itu menoleh pada namja cantik yang berjalan kearah mereka.
"Lulu?" Minseok melihat Luhan yang kini duduk di sampingnya. Pikirannya mulai tidak beres dengan mengingat semua ucapan menyakitkan yang Luhan keluarkan saat ia bercerita padanya. Minseok memalingkan wajahnya, menatap makanan di depannya tanpa ada lagi rasa selera untuk melahapnya.
"Wae Baozi? Kenapa kau tidak memakannya lagi?"
"Dia sedang sakit, wajar kalau dia tidak berselera makan." Mendengar bukan Minseok yang menjawab melainkan Sehun, Luhan menatap Sehun dengan deathglare andalannya seakan-akan berkata –Siapa kau?
Sehun yang mendapat deathglare-pun cuek saja dan melanjutkan acara makannya.
"Apa benar kau sakit Baozi-ah? Kenapa tidak memberitahuku?" Tanya Luhan khawatir dan memegang lembut dahi Minseok.
DEG
Minseok merasakan sakit didada kirinya saat Luhan menyentuh dahinya. Membuat Minseok menepis tangan Luhan. Luhan kaget akan sikap Minseok yang tidak biasanya itu menatapnya khawatir. Minseok yang menyadari sikapnya langsung menatap Luhan dan tersenyum lebar –palsu tentunya.
"Aku tidak apa-apa Lulu."
"Benarkah? Baiklah. Baozi, aku ingin cerita lagi padamu." Kata Luhan dengan manja, memasang wajah puppy nya. Sehun mendecak sebal melihat Luhan bermanja-manja pada Minseok.
"Tsk! Sok Imut!" umpat Sehun tapi masih bisa di dengar oleh Luhan.
BLETAK!
Dengan wajah -_- Luhan melempar Sumpit tepat mengenai kepala Sehun.
"Aww! Aish… appo! Dasar rusa jelek!" sehun meringis kesakitan sambil beberapa kali mengusap kepalanya yang terasa membesar(?)
"Namja Aneh! Pergi sana! Beraninya memanggilku Rusa Jelek!"
"Aish.. Sudahlah…" Minseok melerai kedua namja yang sedari tadi bertengkar di depannya. "Kau mau bercerita bukan?" tambahnya lagi sambil menggenggam tangan Luhan.
Luhan mengangguk semangat, wajahnya tampak sangat bahagia tapi tidak untuk Minseok, ia harus menyiapkan Hatinya tergores lagi.
"Kau tau orang yang kucintai? Dia ada di dekat kita. Aku sungguh ingin memeluknya dan menyatakan suka padanya." Jelas Luhan dengan bahagia. Nyut. Hati Minseok terasa sangat sakit. Menyatakan… Suka?
Minseok tersenyum tipis, sangat tipis dengan mata menahan butiran krystal yang siap meluncur. Kemudian ia tertawa, hambar. Seperti biasa.
"Lakukanlah… Siapapun pasti tidak akan menolak Rusa tampan sepertimu, hehe…"
"Rusa Tampan? Haha. Dia itu Rusa Jelek." Tiba-tiba Sehun membuka mulutnya dengan menatap Luhan –menjijikan.
"Diam kau aneh!" Luhan melempar sumpit –lagi tepat ke kepala Sehun –lagi dan berhasil membuat sehun meringis kesakitan lagi. "Benarkah? Haha. Aku akan mencobanya jika sudah ada waktu yang tepat…" Luhan kembali focus pada pembicaraannya.
Minseok tiba-tiba berdiri dengan menunduk dalam. Luhan dan Sehun melihat Minseok.
"A-aku.., mau ke toilet sebentar." Kata Minseok dan pergi berlalu. Luhan dan Sehun mengangguk kemudian kembali beradu mulut.
' Kau tau orang yang kucintai? Dia ada di dekat kita. Aku sungguh ingin memeluknya dan menyatakan suka padanya.'
'haruskah aku merasakan ini?'
- TBC -
