I Want to Hold Your Hand – The Beatles
Just something I got in mind that I thought I need to write. English version is on chapter 2. Enjoy!
Oh yeah I'll tell you something
I think you'll understand
When I'll say that something
I wanna hold your hand
Mereka berpegangan tangan. Lagi. Nampaknya mereka selalu melakukannya, dimana saja dan kapan saja. Saat keluar dari war balloon, saat makan pagi, makan siang dan makan malam, saat memberi makan Appa, saat tidur, setiap saat. Yah, setidaknya seingat Katara begitu. Kecuali jika mereka sedang berlatih tanding antar prajurit, jari-jari mereka tidak terikat satu sama lain. Namun begitu salah satu dari mereka mengalahkan yang lain, jari mereka kembali terjalin seakan tidak pernah terjadi pertarungan sebelumnya. Tentu saja setelah bertengkar siapa yang menurut mereka seharusnya memenangi putaran kali itu.
Katara tidak habis pikir, apa sih, hebatnya berpegangan tangan seperti itu? Tentu, mereka pasti telah melakukan hal yang lebih jauh, Katara tahu ketika melihat kakaknya berjalan jinjit, mengendap-endap keluar dari kamar kekasihnya saat subuh tiba. Pakaian dan rambutnya terlihat berantakan, ia mengira mereka baru saja kelar bertengkar namun senyum lebar yang mengembang di wajah Sokka menjelaskan hal yang terjadi sebenarnya. Tapi tetap saja, wajah mereka selalu nampak berseri-seri setiap kali tangan mereka menemukan pasangannya, terlihat sangat bahagia seperti belum pernah sebelumnya. Dan ketika mereka menatap mata satu sama lain, mereka seperti melihat sesuatu disana, membuat senyum mereka mengembang menghiasi wajah yang kian merona. Membuat Katara penasaran dan ingin mengalaminya.
I wanna hold your hand
I wanna hold your hand
Memang pernah ia berpegangan tangan dengan Sokka, tapi sepertinya tidak menghasilkan dampak seperti itu. Kakaknya tidak pernah tersenyum setulus itu kepadanya. Setiap kali memegang tangannya, wajah Sokka mengeras, matanya tidak tertuju ke arahnya tapi tajam ke arah Jet, para perompak, tentara-tentara Negara Api, dan laki-laki lain atau musuh yang ia kira mengancam. Katara merasa aman saat itu, hanya berada di dalam rangkulannya.
Oh please, say to me
You'll let me be your man
Tapi tidak juga ah, pikirnya. Ia pernah bertanya kepada Suki dan jawabannya cukup membuatnya bingung. "Aku merasa aman juga seperti kau. Tapi kau akan lebih tahu rasanya jika kau melakukannya dengan orang yang kau cintai."
And please, say to me
You'll let me hold your hand
Benaknya memunculkan wajah Aang. Ia memutar ulang kejadian-kejadian apa saja yang telah mereka lalui bersama. Mereka pernah berpegangan tangan sebelumnya, berpelukan, bahkan berbagi kecupan. Tapi nampaknya perasaan yang dideskripsikan Suki tidak pernah ia rasakan. Aman, tenang, bahagia. "Seperti segalanya sudah lengkap dalam hidupmu," begitu kata Pejuang Kyoshi itu.
Kini tangan mereka kembali menyatu. Sokka menarik gadis itu untuk ikut berkendara menggunakan Appa dengannya—dengan mereka; Katara, Aang, dan Toph—untuk lari dari runtuhan batu dan bangunan yang diakibatkan Azula. Ada sesuatu yang berbeda tersirat di wajahnya. Wajahnya menegang, alisnya mengkerut, jemarinya mencengkeram keras pergelangan tangan kekasihnya. Baru kali ini ia melihat kakaknya sekhawatir itu terhadap seorang gadis selain dirinya, seperti hidupnya akan hancur jika ia melepaskan pegangannya itu.
I wanna hold your hand
I wanna hold your hand
"Appa, yip yip!" Bison terbang itu segera menuruti perintah majikannya. Keenam kakinya menekuk, buntutnya dipukulkan ke tanah lalu sedetik kemudian mereka terbang di udara. Menggunakan earthbendingnya, Toph membuat perisai batu didepan wajah Appa untuk menahan serangan api dari Azula.
Rahang mereka jatuh terbuka, bola mata ikut membulat, terkesima melihat Zuko yang melemparkan pukulan-pukulan api, tengah melawan adiknya. Baru kali ini mereka mendapati pertarungan kakak beradik kerajaan itu. Jika satu tembakan api saja sudah cukup mengerikan sebagai serangan, pertandingan ini terkesan lebih menakutkan karena mereka berdua adalah firebender tingkat tinggi. Katara dan Sokka bertatap-tatapan dan berbagi telepati, berjanji dalam hati agar mereka tidak akan bertengkar seperti halnya Zuko dan Azula.
Zuko melompat dan menendangkan api ke arah Azula yang segera menangkisnya dan mengembalikan serangan dengan menembakkan api biru secara beruntun ke arahnya. Dengan cekatan, Zuko menangkis tembakan-tembakan tersebut sambil berlari mendekati Azula untuk mendapat target yang lebih dekat. Ketika jarak mereka tidak lebih dari satu meter, masing-masing mengepalkan tangannya dan meninjukan api ke satu sama lain. Seketika buku jari mereka bersentuhan, terjadi ledakan yang menghempaskan masing-masing ke sisi yang berbeda dan jatuh dari war balloon. Keduanya jatuh ke udara, pasrah akan apa yang akan terjadi selanjutnya jika mereka menabrak tanah yang masih jauh dibawah sana.
And when I touch you I feel happy inside
It's such a feeling that my love
I can't hide
Katara menemukan dirinya memandanginya lagi. Semenjak pagi tadi, sepertinya ia tidak bisa melepaskan matanya dari tangan itu. Kasar dan kuat, dua hal yang sangat ia ingat saat ia menyentuhnya. Alisnya mengkerut membayangkan kejadian tadi pagi. Tidak disangka ia akan bertindak secara spontan seperti itu untuk menyelamatkan mantan musuhnya. Tidak, ia belum bisa menyebut Zuko sebagai mantan musuhnya. Ia tidak boleh lengah, jangan sampai orang itu memainkan perasaannya dengan mengkhianatinya lagi.
I can't hide
I can't hide
Semua anggota duduk mengepung api unggun, tergelak mendengar lelucon yang baru saja diceletukkan Zuko. Katara mendecak. Tidak lucu, batinnya. Matanya masih tertuju pada tangan pucat diseberangnya, menatapinya dengan geram.
"Untuk Zuko. Siapa tahu setelah waktu-waktunya mencoba mengejar-ejar kita, hari ini ia membuktikan diri sebagai pahlawan," Sokka mengangkat gelasnya tinggi-tinggi, diikuti yang lain sambil bersorak.
"Aku tersentuh. Aku tidak pantas mendapatkan ini," ucap Zuko.
"Yang benar saja," Katara berujar. Ia beranjak dari tempat duduknya dan menghentakkan kakinya meninggalkan kerumunan, melangkah menuju lapangan rumput terbuka didekat dermaga. Sebuah batu besar menjadi tempat duduknya untuk berpikir.
Yeah you've got that something
I think you'll understand
Ya, berpikir. Katara harus menenangkan diri dari pikirannya yang mulai kacau dengan berpikir. Untunglah kali ini mereka mendarat di tempat yang bersebelahan dengan laut. Sebagai waterbender, berada didekat elemennya selalu membuatnya tenang dan nyaman karena ia tahu alam akan membantunya jika ia membutuhkannya.
When I'll say that something
I wanna hold your hand
Dengan perlahan, ia menghela nafas. Tangannya yang sedaritadi dikepalkan mulai melonggar sambil meringis memutar ulang kejadian tadi pagi.
I wanna hold your hand
I wanna hold your hand
Setega-teganya ia, Katara tidak bisa membenci seseorang sampai menginginkannya untuk mati. Tidak, itu adalah ide terburuk yang pernah ada, membiarkan orang mati tidak ada di daftar kehidupannya. Semua orang berhak menjalani hidup mereka dan jika mereka memang ditakdirkan untuk mati, ia bersumpah akan melakukan apa saja agar tidak menjadi sang pelaku dalam perenggutan nyawa.
Mungkin itu alasan mengapa nafasnya tertahan saat ledakan hebat itu mendorong Pangeran Api tersebut jatuh dari war balloon. Mungkin itu alasan mengapa jantungnya berdegup kencang dilanda panik ketika melihat firebender itu terjun bebas ke udara. Mungkin itu alasan mengapa ialah yang mengulurkan tangan untuk menangkap pria itu dan menyelamatkan nyawanya.
And when I touch you I feel happy inside
Ah, benar juga. Ia memandangi telapak tangannya yang terbuka. Tangan mereka bersentuhan. Katara masih bisa merasakan hangatnya tangan Zuko saat menggenggam sikunya. Bulu kuduknya meremang saat merasakan aliran darah yang menyetrumnya begitu kulit mereka bersentuhan. Rasa aman dan tenang segera membasuh dirinya. Perasaan yang membuatnya menagih, ingin mengalaminya lagi. Lagi dan lagi. Terlebih lagi ia merasa lega dan bahagia yang sebelumnya hatinya tertohok perasaan seperti hidupnya akan hancur jika Zuko tidak selamat.
It's such a feeling that my love
I can't hide
Seperti segalanya sudah lengkap dalam hidupmu, kalimat Suki berngiang di telinganya.
Tidak! Ia hanya boleh merasakan hal-hal seperti itu dengan Aang—orang yang dicintainya. Kecuali jika…
Katara menggeleng, mengusir jauh-jauh pikiran menakutkan itu. Ia tidak akan membiarkan dirinya mencintai seseorang seperti Zuko. Ia tidak akan membiarkan hatinya disakiti lagi seperti saat mereka di Crystal Catacombs tempo lalu. Ia benci perasaan itu, seakan perasaannya dimainkan lalu menamparnya dengan kesan pahit di lidah, membuat dirinya ingin memuntahkan gumpalan yang menyesakkan dadanya.
Tapi… bukankah kau hanya bisa sakit hati terhadap segala sesuatu yang kau sayangi? Jika kau tidak menyayangi mereka, tentu hal buruk apa pun yang mereka lakukan tidak akan mengganggumu.
I can't hide
I can't hide
Angin berhembus, membawa aroma tubuh hangat maskulin yang kian jelas tercium. Katara tidak perlu menoleh untuk mengetahui siapa yang mendatanginya. Ia hafal bau tersebut, semenjak orang itu mendorong dan mendekapnya untuk melindunginya dari runtuhan batu pagi tadi.
"Ini tidak adil. Yang lain nampaknya telah memercayaiku sekarang, ada apa denganmu?"
Yeah you've got that something
I think you'll understand
Katara beranjak dari tempat duduknya dan berbalik menghadap Zuko. Tenggorokannya tercekat saat menemukan sepasang bola mata emas milik firebender itu. Pandangan itu… memohon. Katara bersumpah, jika ia menatapnya lebih lama lagi, ia tidak akan sanggup menahan hatinya untuk bertindak yang tidak diharapkannya—memaafkan Zuko. Karena jika ia memaafkan orang itu, ia akan tidak akan merasa terancam lagi. Dan jika ia tidak merasa terancam lagi, ia akan merasa nyaman berada didekatnya. Dan jika ia berada didekatnya, ia akan ingin menggenggam tangan itu lagi. Dan jika ia menggenggam tangan itu lagi, hal yang tidak diduga bisa saja terjadi. Dan maksud dari hal yang tidak diduga adalah membenarkan kata hatinya untuk mencintai orang itu.
When I'll feel that something
I wanna hold your hand
Namun matanya tidak kunjung bergerak dari pria didepannya, menentang keinginannya. Ia tak bisa menipu dirinya sendiri, hatinya mulai luluh dan melunak. Maka ia memicingkan matanya, mengerutkan dahi, dan mengerucutkan bibir, menutupi perasaannya dengan amarah. Karena ia tahu, hal yang berikutnya terjadi adalah hal yang tidak diduganya.
I wanna hold your hand
I wanna hold your hand
