"… Wow, ada berita menarik! Malam ini sampai besok, kita dapat menyaksikan bintang jatuh di langit Seoul. Daebakk, ini akan menjadi pemandangan yang sangat indah, geure? …"
Luhan menatap radio kecilnya dengan semangat. "Bintang jatuh?" dia segera membuka tirai serta kaca jendela kamarnya. Sambil menatap langit dia menyatukan jari-jari tangannya di depan dada, dengan khyusuk berdoa, "Aku berharap, aku dapat mengungkapkan perasaanku pada Sehun-ssi."
Selesai mengatakan doanya, mata indah Luhan kembali terbuka. Dia masih menatap langit dan tampak tersenyum manis menikmati angin malam Seoul.
Luhan memegang surat cintanya dengan gemetaran. "Tenang, Luhan, tenang." Saat dia mengelus dadanya untuk menenangkan dirinya sendiri, dia dapat melihat seseorang yang ditunggunya daritadi muncul di gerbang sekolah. Dengan cepat Luhan melangkah tepat di depan pemuda itu. Si pemuda yang terkejut sontak menghentikan langkahnya karena dihadang oleh seorang gadis aneh, dengan wajah datar khasnya, pemuda itu menatap Luhan menuntut.
"Sehun-ssi, aku.. aku suka padamu." Luhan menunduk tak berani bertatapan langsung dengan Sehun dan menyodorkan surat cinta berwarna merah muda itu dengan kedua tangannya. Dia masih dalam posisi seperti itu saat Sehun dengan santai berlalu meninggalkannya sembari berkata:
"Aku tak mau."
Mata indah Luhan membulat sempurna. Surat cinta yang sudah tak erat lagi dipegangnya, terbang lepas dari tangannya karena tertiup angin. Surat cinta itupun jatuh di tanah dan tanpa sengaja diinjak oleh Sehun yang masih dengan santai melangkah meninggalkan gerbang sekolah tanpa mempedulikan gadis yang baru saja menyatakan perasaan padanya tadi.
.
Tittle: Mischievous Kiss: Love in Seoul
Author: Lee Hae Eun
Genre: Romance, School life, Fluff(?)
Rating: PG-15
Cast: Oh Sehun x Luhan
Lee's note: Annyeong! Lee hadir di hari libur ini membawa FF HunHan baruuu *yeyyy* Ini bukan hasil imajinasi Lee, jujur aja, karena ini adalah re-make dari dorama Jepang yang memiliki judul Itazura na Kiss: Love in Tokyo. Nah, karena karakter yang lucu-lucu, Lee coba untuk masukin ke HunHan. Yah, nanti reader-nim sendiri dong ya yg bisa memutuskan cast nya cocok ato la, monggo dibaca dulu.
Happy Reading~~
.
SMA Swasta Kwanghee langsung ribut membicarakan seorang gadis yang diketahui berada di kelas 3F berani menyatakan cinta pada Oh Sehun, pria idaman semua wanita. Kedua sahabat Luhan, Zhang Yixing dan Kim Minseok, yang mendengar berita itu langsung mendatangi Luhan yang sedang duduk nyaman di bangkunya.
"Ya! Luhan!"
Kelas 3F menoleh pada dua gadis yang berteriak nyaring di pintu kelas, tapi hanya sebentar karena selanjutnya mereka sibuk kembali dengan urusan masing-masing.
"Oi, sinii!" Luhan tersenyum melihat kedua sahabatnya dan dengan semangat melambaikan tangan, menyuruh dua gadis itu untuk segera duduk bersamanya.
"Hei, hei." Segera setelah mereka mengambil kursi dan duduk di depan meja Luhan, Minseok langsung heboh memulai pembicaraan. "Benarkah itu? Kau meyatakan cinta pada Oh Sehun, benarkah itu?!"
Luhan tersenyum kaku mendengarnya. Dengan ragu dia mengangguk mengiyakan.
Yixing dan Minseok berteriak nyaring. "Eiii~ Kenapa kau nekat sekali,eoh? Sudah tahu akan ditolak, tetap saja kau lakukan." Yixing memukul kepala Luhan pelan.
Gadis yang baru semalam ditolak mentah-mentah oleh sang pujaan hati mengerucutkan bibirnya, "Kan bisa saja.. Bisa saja dia suka padaku." Yixing dan Minseok serentak menggeleng dan menunjukan wajah 'Sangat tidak mungkin!' pada Luhan. Bibir Luhan pun tambah manyun melihatnya.
Minseok berusaha menyadarkan Luhan, "Kau tahu kan, kelas dibagi berdasarkan nilai keseluruhan semua pelajaran."
"Benar! Yang kita bicarakan sekarang adalah Oh Sehun!" tambah Yixing. "Anak paling pintar di kelas 3A, kelas yang berisi para calon ilmuwan di masa depan. Pada ujian nasional lalu, Sehun mendapatkan nilai paling tinggi se-Korea! SE-KOREA!" Minseok mengangguk semangat. "Menurut kabar burung, Sehun memiliki IQ 200. Dia sangat jenius, juga tampan. Puncaknya lagi, ayah Sehun adalah seorang Presdir perusahaan. Kemampuan atletik Sehun juga tak kalah mengagumkan. Dia sempurnaa!"
Luhan dengan bibir manyun mengangguk lemah. Sehun-ssi memang berada di dunia yang berbeda, batinnya sedih.
Tiba-tiba seorang pemuda membuka pintu kelas 3F dengan kasar. Pemuda itu mendatangi meja Luhan, diiringi oleh tatapan bingung ketiga gadis yang ada di sana.
"Huhuhu. Luhaaan!" Kim Jongin, atau yang lebih biasa dipanggil Kai oleh semua penduduk kelas 3F, mengguncang-guncang bahu Luhan dengan heboh, "Kau telah menyatakan cinta pada Oh Sehun, majja?! Kau juga ditolak olehnya kan?!"
Luhan bertambah sedih karena kejadian itu kembali diingatkan oleh Kai.
Dalam perjalanan pulang, Minseok dan Yixing tak tega terus melihat wajah muram Luhan. Yixing pun teringat sesuatu. "Eh, Luhan, bagaimana rumah barumu? Sudah selesai?" Minseok tampak baru mengingat hal itu juga ikut memandangi Luhan menunggu jawaban.
"Rumah baruku?" Luhan memainkan alisnya mencoba mengingat, "Papa bilang, minggu depan kami sudah bisa pindah ke sana."
"Jinjja? Wahh, kami boleh berkunjung kan?" tanya Minseok semangat.
"Tentu saja."
Yixing, Minseok, plus Kai dan dua orang anak buahnya, datang ke rumah baru Luhan untuk membantu kepindahan Luhan dan ayahnya. Ayah Luhan yang merasa senang dibantu pun mengajak mereka untuk masuk ke rumah.
"Aku akan masakkan kalian makanan enak. Tenang saja."
"Yeyy!" Teman-teman Luhan bersorak riang. Pasalnya, mereka akan dibuatkan makanan oleh ayah Luhan, yang kebetulan adalah pemilik sekaligus koki salah satu restoran Cina yang terkenal di Seoul.
Siiing
Saat mereka ada di depan pintu, bersiap untuk masuk rumah, Luhan merasakan sesuatu yang lain. Rasanya tadi dia seperti mendengar sesuatu.. Luhan melihat ke arah langit, ada kilatan di sana.
Bintang jatuh? Tapi, inikan masih siang..
Tiba-tiba mereka mendengar bunyi seperti ada batu yang jatuh ke atap rumah baru Luhan.
"Apa itu tadi?" ayah Luhan bertanya sendiri. "Hei, Kai, coba kau lihat."
Kai langsung melakukan yang diperintahkan. Akhirnya mereka semua tak jadi masuk dan mundur beberapa langkah untuk melihat atap rumah baru Luhan dan ayahnya.
Tapi tiba-tiba..
Brukk!
Rumah baru itu langsung rubuh begitu saja.
SMA Swasta Kwanghee kembali heboh karena berita yang kemarin disiarkan oleh salah satu Televisi Nasional, bahwa ada rumah yang roboh hanya karena terkena batu meteor (ukurannya lebih kecil dari kelereng) yang jatuh dari langit. Murid-murid juga riuh karena putri pemilik rumah itu ternyata adalah gadis yang sama dengan yang menyatakan cinta pada idola sekolah, Oh Sehun.
Luhan dengan lesu memasuki gerbang sekolah ditemani kedua sahabatnya.
"Lalu, kalian akan tinggal di mana sekarang?" tanya Yixing prihatin.
Luhan menggedikan bahunya. "Tapi Papa bilang, kami akan tinggal sementara di rumah sahabat Papa."
Baru saja dia melangkah masuk, dia dapat melihat Kai dan kedua anak buahnya berteriak-teriak menggunakan pengeras suara sambil membawa bendera aneh dan sebuah kotak yang terbuat dari kardus.
"Tolong sahabat kami! Luhan sangat membutuhkan pertolongan kalian!"
Luhan membulatkan matanya, dengan segera menghampiri ketiga pria itu. "Kai, geumanhe!"
Kai melihat Luhan, "Luhan di sini sekarang. Walaupun dia melewati hari yang buruk kemarin, dia di sini hari ini dengan senyumnya. Dia juga tetap imut seperti biasa. Kau membuatku menitikan air mata." Lanjutnya berlebihan masih menggunakan pengeras suara.
"Aish, geumanhe pabboya!" Luhan dengan gemas mengambil pengeras suara yang digunakan Kai.
"Waee? Aku melakukan ini untukmu!" seru Kai membela diri.
Luhan mengerti alasan Kai tapi dia tetap tak suka cara Kai melakukannya, "Aku tak mau orang-orang membicarakanku lagi." gerutunya.
Tanpa sadar, Sehun sudah ada di belakang Luhan yang ternyata menutupi jalan masuk sekolah. "Bisa kau minggir?" kata Sehun dingin.
Luhan yang terkejut mendengar suara Sehun pun dengan cepat berbalik dan kembali membulatkan matanya, kini serentak dengan mulutnya yang juga berbentuk bulat. "Sehun-ssi.."
Kai pun menyadari bahwa inilah pria yang telah menolak pernyataan cinta Luhan. "Hei! Bagaimana bisa kau sedingin itu pada kami?! Luhan sangat tersakiti, kau tahu kenapa?!" bentak Kai berapi-api.
"Karena meteor jatuh." Jawab Sehun tanpa ekspresi.
"Itu hal yang lain! Luhan tersakiti karena kau menolaknya dengan cara yang tidak baik. Setelah itu, hal buruk terus terjadi pada Luhan." seru Kai tak mau kalah.
"Karenaku?"
"Benar!"
Luhan segera menengahi, "Sudahlah, Kai. Tak berpengaruh apa-apa." Luhan segera menahan Kai yang tampaknya ingin beradu mulut lagi dengan Sehun.
"Baiklah kalau ternyata itu karena aku," Sehun mengeluarkan dompetnya. Dia mengambil selembar uang dan akan memasukan uang itu ke kotak kardus yang dipegang oleh seorang teman Kai. Tapi entah mengapa dia justru menyodorkan uang itu pada Luhan. "Kalau aku menyumbang, kalian tak akan memprotesku lagi, kan?"
Luhan menatap Sehun tak percaya. Dengan kasar dia tepis tangan Sehun, menyebabkan lembar uang tadi jatuh ke tanah. "Jangan perlakukan aku seperti ini!" marahnya.
"Aku tak percaya aku mengagumi orang sepertimu selama dua tahun!"
"Kau hebat." Puji Kai sambil menepuk bahu Luhan.
Sehun hanya tersenyum meremehkan dan berlalu meninggalkan enam murid kelas 3F itu. Luhan yang marah menggunakan pengeras suara yang dia ambil dari Kai untuk berteriak pada Sehun yang masih berjalan memasuki gedung sekolah, "Jangan menganggap rendah kami hanya karena kami tidak pintar!"
Tindakan Luhan itu jelas menjadi tontonan murid-murid SMA Swasta Kwanghee pagi ini.
"Luhan, kau jadi terkenal. Selamat ya." ucap Minseok bangga.
"Kau satu-satunya gadis yang mencoba bertengkar dengan Oh Sehun." Tambah Yixing.
Luhan tampak menyesali perbuatannya, tapi dia masih marah karena perlakuan Sehun.
Luhan dan ayahnya sedang berada di depan rumah mewah, yang dikatakan ayahnya merupakan rumah sahabat ayahnya, lengkap dengan koper-koper besar mereka. Di pintu rumah itu terdapat tulisan 'Oh's Family'. Tulisan itu sempat membuat Luhan terkejut.
Tak lama, seorang paman bertubuh gendut menyambut kedatangan mereka. Kemudian disusul oleh seorang bibi yang diyakini Luhan adalah istri paman tadi.
"Aku senang sekali dapat bertemu gadis cantik sepertimu." Puji bibi tadi. Membuat Luhan salah tingkah dan hanya bisa tersenyum malu-malu. "Kami hanya punya anak laki-laki." Lanjut bibi Oh.
"Anak laki-laki?" gumam Luhan tanpa sadar. Pikirannya langsung menuju pada seseorang, tapi kemudian dia menggeleng kuat. Tidak mungkin!
"Aku akan mengenalkanmu pada mereka nanti."
Sampai di dalam rumah, bibi Oh mengenalkan Luhan pada seorang anak kecil yang bernama Oh Sejun.
"Annyeong haseyo, Sejun-ah. Bangapta ne?" ujar Luhan dengan senyum mengembang. Tapi Sejun hanya melihat Luhan dingin. Luhan menatap anak kecil itu bingung, Dia mirip dengan seseorang.
Bibi Oh hanya tersenyum, "Dia pasti sedang badmood." Ujarnya menenangkan Luhan. "Mari duduk. Silahkan dinikmati tehnya."
Luhan menurut. Dia mencoba bersikap manis saat para orang tua mengobrol.
"Hyung!" semuanya saling bertatapan saat mendengar seruan Sejun di pintu masuk.
Seorang pria melangkah ke ruang tamu. Luhan sontak berteriak saat melihat wajah pria itu. Itu Oh Sehun!
"Maaf karena terlambat memperkenalkan diri. Aku anak pertama keluarga ini, Oh Sehun. Bangapseumida." Sehun memperkenalkan dirinya pada ayah Luhan, dan juga pada Luhan yang hanya bisa melongo terkejut melihat pria yang dihadapannya ini adalah Oh Sehun, pria yang disukainya.
"Aku dengar kalian satu sekolah." Bibi Oh memulai kembali perbincangan yang tadi sempat terhenti.
"Ah, aku tidak tahu itu. Senang berkenalan denganmu juga, Sehun. Luhan, cepat ucapkan salam padanya." suruh ayah Luhan. Gadis yang diajak bicara masih saja bengong menatap Sehun tak percaya. "Apa yang kau pikirkan, Luhan?" bingung ayah Luhan melihat putri sematawayangnya.
"E-eh? Aku.. aku hanya terkejut melihat Sehun-ssi dan paman Oh yang tidak mirip sama sekali." Jawab Luhan apa adanya.
"Tidak sopan!" seru sang ayah sambil memukul kening Luhan.
Namun berbeda dengan paman dan bibi Oh yang hanya bisa tertawa mendengar jawaban polos Luhan. "Sehun dan Sejun memang lebih mirip dengan istriku, Luhan-ah." Kata paman Oh di sela-sela tawanya.
"Oh iya, Luhan. Ayo kita ke kamar barumu." Ajak bibi Oh semangat. Luhan pun menyetujuinya. Bersama-sama mereka naik ke lantai dua dan membuka kamar yang bersebelahan dengan kamar lainnya.
Begitu membuka pintu kamar, Luhan langsung terpana melihat suasana kamar yang sangat girly, hampir semua yang ada di dalam kamar itu berwarna merah muda. Bahkan tempat tidurnya memiliki kelambu berenda yang juga berwarna merah muda.
"Wah, ini indah sekali, Bibi." Desah Luhan senang sambil berjalan masuk. "Aku tidak pernah memiliki benda-benda perempuan seperti ini sebelumnya. Selama ini, Papa selalu memberi pakaian kasual. Aku iri sekali saat melihat teman-temanku memakai dress dan juga aksesoris cantik." Ceritanya.
Bibi Oh tersenyum senang. "Sebenarnya, bibi dari dulu juga sangat menginginkan seorang putri. Bibi ingin pergi berbelanja dengannya, nonton dengannya, juga tukar-tukaran baju. Makanya bibi sangat senang saat mengetahui kalian akan pindah ke sini."
Suara langkah kaki membuat kedua wanita itu menoleh ke arah pintu. Disana, ada Sehun yang sedang membawa koper besar dan tas selempang Luhan. "Seharusnya ini kamar Sejun." Kata Sehun tiba-tiba.
Luhan kembali mengingat reaksi dingin yang diberikan Sejun padanya tadi. Pasti dia kesal karena aku mengambil alih kamarnya.
"Sudahlah, jangan khawatir. Anggap saja rumah sendiri, arachi? Sehun-ah, kau tolong bantu Luhan menyusun barang-barangnya, ne? Eomma ke bawah dulu." Bibi Oh tersenyum pada Luhan dan berjalan meninggalkan kedua orang itu di dalam kamar.
Seperti yang diduga, sudah jelas suasana akan sangat kaku. "Mana yang harus kubantu?" tanya Sehun memecah keheningan.
Luhan menggeleng, "Aku akan melakukannya sendiri." Luhan menarik tas selempangnya dari tangan Sehun. Sebenarnya tidak begitu kasar, tapi menyebabkan isi tas tercecer berserakan di lantai. Luhan pun sontak berjongkok mengambil barang-barangnya.
"Kau benar. Tidak ada alasan untukku membantumu." Balas Sehun sinis. Tak sengaja, mata Sehun menangkap surat berwarna merah muda diantara barang-barang Luhan yang tercecer di lantai. "Dengar, aku tidak peduli kau tinggal di rumahku atau tidak. Tapi aku harap, kau tidak akan mengganggu hidupku." Setelah mengatakan itu, Sehun pun meninggalkan Luhan yang tetap memunguti barangnya dengan mata berkaca-kaca.
Kemungkinan terkena bintang jatuh itu satu berbanding sepuluh juta. Berapa juta perbandingan seorang perempuan berakhir tinggal di rumah laki-laki yang telah menolaknya? Apakah ini awal sesuatu yang special? Atau..
Pagi harinya di ruang makan keluarga Oh, Luhan memandangi Sehun yang sibuk membaca koran. Dalam hati dia bersorak tak percaya, Aku sarapan bersama Sehun-ssi!
"Terima kasih sarapannya. Aku pergi." Pamit Sehun seraya bangkit berdiri.
Bibi Oh menatap bingung Luhan yang terus memandangi Sehun, "Luhan-ah, kenapa tidak pergi bersama? Kau dan Sehun satu sekolah, kan?"
"B-baiklah. Aku pergi." Luhan buru-buru mengunyah rotinya dan meminum susunya. Dengan cepat dia memakai sepatunya dan berlari mengejar Sehun yang sudah keluar rumah.
Setelah berhasil menyamai langkahnya dengan Sehun, pemuda itu malah berkata, "Berjalanlah agak jauh dariku."
Luhan menatap Sehun bingung, "Kenapa?"
"Aku tidak mau berjalan dengan gadis yang penuh dengan remah roti."
Luhan berhenti melangkah. Dia segera mengeluarkan sapu tangan dari kantong roknya dan membersihkan sekitar mulutnya juga seragamnya dari remah roti menggunakan sapu tangan itu. Lalu dengan langkah tergesa kembali menyusul Sehun.
"Berjalanlah kurang lebih dua meter dariku." Perintah Sehun sedikit menaikan nada suaranya. Luhan langsung menurut dan memastikan bahwa jaraknya dengan Sehun sesuai dengan perintah Sehun. "Ikuti aku dan ingat jalan menuju sekolah. Tentu saja, jangan beritahu yang lain kalau kita tinggal di rumah yang sama, mengerti? Jangan pernah bicara denganku di sekolah." Lanjut Sehun penuh penekanan.
"Kau tidak perlu sejahat itu.." ujar Luhan murung.
"Aku tidak mau terlibat ke dalam rumor-rumor tak berguna denganmu."
"Tak berguna?" Luhan mulai kesal.
Sehun menghentikan langkahnya dan menatap Luhan datar. "Aku benci perempuan bodoh." Katanya singkat lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju sekolah.
Luhan menatap punggung Sehun dengan mata yang berkilat-kilat marah, Aku kesal! Aku tidak percaya aku telah jatuh cinta pada laki-laki seperti itu selama dua tahun! Aku janji akan membuatnya merasa bersalah atas apa yang telah dia katakan padaku!
.
To Be Continued
Gimana? Gimanaa? Cocok gak? Ato, biar para reader-nim bisa membayangkannya, coba aja nonton doramanya. Sesuai judul yang udah Lee kasih tau tadi. Okayy?
Nanti kalo banyak yang review, Lee cepet publish deh lanjutannya. Makanya, review okee?
Gomawooo
