= Watashi O Aishite =

Chapter 1

Pairing : SasuNaru Slight SasuSaku/NaruHina

Genre : Romance/Family/Drama

Rate : M Diclaimer: Masashi Kisimoto

Warning: OOC, YAOI, BoyxBoy, Lime/Lemon/Rape, Mpreg, AU, Typo's dimana2, alur maju-mundur, Death Chara dll..

.

.

.
a/n: Dikhususkan untuk OPPOSITE PARTY 2 yang bertemakan "Love Never late".. Sedikit ragu sebenernya mau publish nih ff.. semoga gak ada persyaratan yang tertinggal *amin.. dan maaf kalau ceritanya gak masuk akal banget.. hehehehe .

.

.

.

.
/ No Like /
/No Read /

.

.

.

.

~ DrakKnightSong ~

.

.

.

.

Langit malam yang hitam menjadi indah disaat pantulan kerlap-kerlip bintang menghiasi permukaannya. Ditambah sinar lampu yang berasal dari bangunan menjulang tinggi, perumahan dan jalan raya. Semakin membuat malam ini jika dilihat dari ketinggian dibukit atau bangunan, akan terlihat sebuah pemandangan yang cukup menyegarkan kembali pikiran dari semua masalah yang ada.
Tidak hanya diluar bangunan yang indah. Disebuah bangunan sederhana dengan kerlap-kerlip yang berasal dari lampu diskotik,menjadi penghias ruangan yang tidak begitu besar. Walau demikian tempat remang-remang ini diminati banyak orang, terutama untuk para pemuda/pemudi. Dipojok ruangan tepatnya disebuah meja bartender terdapat seorang pemuda berparas tampan, berambut blonde, berkulit tan eksotis tengah menggerutu sebal. Dengan sesekali cekukan yang bertanda bahwa sang pemuda benar-benar mabuk berat pun, membuat seorang gadis disebelahnya menggeleng pelan melihat tingkahnya.
Dilain tempat masih diruangan yang sama. Terdapat dua orang pemuda berwajah seram tengah menunjuk-nunjuk kearah pemuda tadi berada, atau lebih tepatnya ke seorang gadis yang berada disebelahnya. Seringaian licik terukir dikedua belah bibir itu.

"Pokoknya obat ini harus diminum habis oleh orang itu, bagaimana pun juga" Seorang dari mereka membuka suara, menatap tajam gadis yang berada disebelah pemuda blonde.

"Ya. Dengan begitu Kizetsu-san akan segera memiliki anak" Sahut yang satunya, mengangguk mantap. Lalu dilihatnya seorang pelayan pria berkumis tipis, berwajah tampan yang melintas didepannya. Menahan kepergian sang pelayan, kedua orang itu pun meminta bantuan kepadanya.

"Aku ingin kau memberikan minuman ini kepada orang itu" Intruksi pria bertopi, menunjuk tepat pada sang gadis yang sibuk mengangguk-anggukkan kepala mengikuti hentakkan alunan musik Dj.

"Baik" Sang pelayan pun menerima beberapa lembar uang pemberian kedua pria misterius itu. Lalu setelahnya ia pun berjalan menuju bartender tempat sang gadis berada. Kedua pria itu menatap pergerakan sang pelayan, meyakinkan jika sang pelayan tidak akan salah orang. Sementara itu pemuda blonde mengangkat gelas kosong didepannya. Berdecak sebal ia pun melirik kesamping kirinya ketika melihat seorang pelayan sibuk berbincang dengan gadis disebelahnya.

"Maaf nona ini ada minuman dari seseorang" Ujar sang pelayan, memberikan segelas orange juice didekat sang gadis yang menatapnya penuh tanya.

"Dari siapa?" Tanyanya, memincingkan mata. Lalu mengerling ke segelas juice orange ditangannya. Manik Shappire sang pemuda menatap penuh minat juice ditangan sang gadis.

"Dari seorang pria diujung sana" Menggunakan ibu jari kanannya, sang pelayan itu menunjuk tepat kesebuah kursi yang tadi sempat terisi oleh dua pria. Sekarang hanya kekosongan disana. Sang gadis mendengus pelan mengetahui siapa pelaku pemberian juice ini.

"Hn. Terima kasih" Mengacuhkan sang pelayan yang menatap bingung kursi kosong tadi. Sang gadis pun menaruh begitu saja juice orange didekatnya. Tidak berminat sama sekali ingin mencicipi minuman yang sudah dipastikan terdapat obat Mpreg didalamnya. Sang pelayan sudah siap akan beranjak pergi, namun ditahan oleh pemuda berambut Blonde.

"Maaf hik a-aku hik pesan minuman hik juice seperti gadis di-"

"Ah kau berminat dengan juice ini?" Sang gadis pun menyentuh lembut pundak lebar sang pemuda. Ditatapnya dengan pandangan sayu gadis bersurai kuning dikuncir kuda disampingnya. "Silahkan diminum saja. Sayang jika tidak dihabiskan" Disodorkannya gelas tinggi itu kedepan pemuda itu berada.

"Eh? Hik bagaimana dengan hik mu?" Sang pemuda menatap ragu gadis disampingnya. Yang dibalas senyuman serta anggukkan dari sang gadis.

"Ya. Silahkan diminum saja. Ah sepertinya dia tidak jadi memesan minuman" Dengan seenak jidatnya, sang gadis pun mengusir sang pelayan. Menggeleng pelan. Sang pelayan pun pergi berlalu meninggalkan kedua orang itu.

"Hik arigatou" Tanpa merasa curiga sedikit pun. Naruto meminum habis juice pemberian sang gadis. Berdo'a dalam hati. Sang gadis pun berharap semoga pemuda blonde ini merupakan seorang Straight. Menatap miris gelas kosong didepan sang pemuda. Gadis itu pun permisi beranjak pergi dari tempat itu.

"Ya~ hik arigatou minumannya" Perlahan Naruto pun menenggelamkan kepalanya diatas kedua tangan yang dia lipat menjadi bantalan.
"Baruto~ hik kenapa kau menjadi nakal begini hik" Gumamnya. Setitik cairan bening mengalir membashi pelupuk mata indahnya. Segelintir memori menyakitkan segera memenuhi isi pikirannya. "Hinata~ hik kenapa kau meninggalkanku secepat ini~ hik"

.

.

_FlashBack On_

.

.

.

Di awal musim Semi pertengahan bulan Maret. Kuncup-kuncup dari bunga plum mulai bermekaran yang diikuti oleh bunga Sakura. Kehangatan setelah lamanya musim dingin berakhir telah terasa, walau begitu dimalam hari dinginnya musim dingin masih terasa. Masyarakat menyambut baik musim semi. Tidak sedikit dari mereka yang merayakannya.
Dimulai dari sebuah keluarga bahagia yang merupakan salah satu keluarga yang merayakan musim semi. Suara terompet layaknya menyambut tahun baru terdengar saling bersahutan dengan suara tawa dari keluarga KB ini.

"Luto-nii~ kembaliin telompet ku~" Jerit sesosok anak perempuan berambut hitam pendek nyaris mewek. Tangan mungilnya sibuk menggapai-gapai terompet Naga yang dipegang sang kakak.

"Ahahaha tidak mau. Kau harus bisa ambil sendiri Hima-chan~" Baruto berlari menjauhi sang adik yang ikut berlari mengikuti langkahnya.

"Kaacan~ Toucan~ Luto-nii nakal~ huweee" Air mata yang sedari tadi menggenang dipelupuk mata itu pun, akhirnya tumpah. Mengundang gelengan dari kedua manusia dewasa yang sedari tadi sibuk memperhatikan tingkah keduanya.

"Baruto kau ini. Berhenti menjahili adikmu" Omel Naruto menjitak pelan kepala bersurai blonde sang anak pertama.

"Ittai~ huh! Tousan selalu saja memarahiku. Aku kan hanya ingin sedikit bermain dengan Hima-chan" Gerutunya, memperhatikan sang Tousan yang tengah menggendong sang adik.

PUK

Sebuah telapak tangan yang lembut mengusap penuh sayang kepalanya. Manik Shappirenya mengerling keatas. Dilihatnya wajah penuh kasih sang Ibu yang menatapnya lembut.

"Tapi tidak sampai membuatnya menangis, Baruto" Kata Hinata, mengacak surai sang anak sayang. Baruto menggerutu sebal karena rambutnya diacak oleh sang Ibu.

"Buh! Hima-chan saja yang cengeng" Baruto menjulurkan lidahnya, ketika sang Ayah menatapnya tajam. Hinata menggelengkan kepala melihat kelakuan anak sulung dan suaminya.

"Ya sudah. Sekarang lebih baik kita siap-siap kerumah Stunade-Baasan. Kalian rindu bukan pada Baasan?" Dengan lembut Hinata menatap kedua anaknya yang bersorak riang.

"Horeee aku mau ketemu Baasan! Aku juga rindu Minato-Jiisan!" Dengan langkah penuh riang. Sulung Uzumaki itu pun berlari menuju lantai dua untuk berganti pakaian. Tidak memperdulikan sama sekali jeritan sang adik yang memintanya bersama-sama pergi kekamar.

"Luto-nii nyebelin!" Gerutu bungsu Uzumaki menghentak-hentakkan kaki mungilnya untuk menyusul sang kakak ke kamar.

"Hima-chan" Panggil Hinata, menghentikan lengkah putri kecilnya. Perlahan sang anak pun manatap sang ibu yang menatapnya lembut.

"Ya Kaacan?" Kedua mata bulatnya melirik sang Tousan yang tengah mendudukkan diri diatas sofa putih, dengan koran berada ditangannya.

"Biar Kaasan bantu berganti pakaian ya?" Ujar Hinata, memegang lembut lengan mungil Himawari.

"Um! Iya Kaacan" Sedikit susah, Himawari pun menaiki anak tangga perlahan dengan tangan mungilnya memegang erat jari-jari lembut dan besar sang Ibu. Sesampainya diatas. Baruto yang sudah berganti pakaian pun keluar dari kamarnya. Cengiran yang mirip seperti rubah karena garis pipi di wajahnya. Menatap sombong sang adik. Niat menjahili Himawari pun terbesit dipikirannya ketika Shappire-nya melihat sang adik yang menatapnya cemberut.

"Ahahaha lihat Hima-chan! Aku sudah berganti pakaian. Kau lelet. Nanti ditinggal Kaasan-Tousan!" Setelah mengatakan itu, ia pun berlari menuju anak tangga. Himawari menatap sebal sang kakak.

"Luto-nii aku bilangin Baacan nanti!" Teriak Himawari berlari menuju kamarnya berada. Lalu cepat-cepat ia pun memilih pakaian yang akan digunakannya. Ia takut ditinggal sendirian dirumah. Terlalu sibuk memilih pakaian. Himawari pun kaget ketika seseorang membalikkan badannya kebelakang. Dilihatnya sang Ibu yang tengah mengambil sepotong pakaian untuknya.

"Jangan dengarkan Anikimu, Hima-chan. Mana mungkin Kaasan dan Tousan meninggalkanmu sendirian dirumah?" Perlahan Hinata pun membuka pakaian yang digunakan putri bungsunya. Dan memakaikannya celana pendek selutut berwarna hitam yang dipadukan dengan t-shirt berwarna hijau bermotif rubah.

"Um~ maafkan Hima Kaacan. Hima tellalu takut kalau Kaacan ninggalin Hima" Bocah berumur 4 tahun itu pun menundukkan kepalanya dalam. Yang disambut pelukan lembut dari wanita dewasa didepannya.

"Iya. Kaasan mengerti kok. Ya sudah ayo kita turun. Tousan dan Anikimu pasti sudah menunggu" Ajaknya, mengandeng lengan sang anak untuk menghampiri suami dan putra sulungnya yang berada dibagasi.

"Wah~ anak Tousan cantik sekali memakai baju itu" Naruto yang tengah memasukkan bingkisan untuk diberikan kepada kedua orangtua beserta Baasanya pun, menghentikan sejenak pekerjaannya untuk melihat putri tercintanya. Baruto menatap sang adik sejenak. Lalu menghampirinya. Naruto dan Hinata yang melihat itu langsung bersiap-siap untuk menahan sulung Uzumaki jika Baruto melakukan tindakan yang membuat Himawari menangis lagi. Namun alangkah terkejutnya mereka ketika melihat Baruto menggandeng lembut lengan sang adik.

"Ne, Hima-chan ayo kita masuk. Aniki sudah tidak sabar ingin bertemu Baasan dan Jiisan" Ujarnya, yang diangguki semangat oleh sang adik.

"Um! Hima juga cudah tidak cabal ingin beltemu Baacan. Ayo Luto-nii kita macuk" Dengan riang Himawari pun menarik lengan sang kakak untuk memasuki mobil sang Ayah. Baruto melirik kedua orangtuanya yang bengong menatapnya.

"KAASAN TOUSAN! Ayo berangkat!" Katanya membuyarkan lamunan mereka. Hinata yang terlebih dahulu sadar akan keanehan sikap putra sulung pun perlahan menepuk bahu sang suami.

"Ayo Naruto-kun" Ajaknya, memasuki mobil.

"Y-ya"

Dengan itu suami dari dua anaknya pun mulai masuk kedalam mobil. Diperhatikannya sekali lagi, dan memeriksa kelengkapan bawaannya, meyakinkannya tidak ada yang tertinggal. Setelah dirasa tidak ada yang tertinggal, Naruto pun mulai menjalankan mesin mobilnya, dan melaju meninggalkan kediaman Namikaze menuju rumah sang Nenek. Selama perjalanan menuju Konogakure-tempat tinggal Kushina dan Minato- terasa sangat menggembirakan. Tidak henti-hentinya Himawari membuat ketiga manusia lainnya, yang berada satu mobil dengannya, tertawa mendengar celotehannya yang khas. Walau begitu kadang diselingi kejailan sang kakak.

"Hima-chan cudah gak sabal beltemu Baa-san, Toucan~" Celotehannya terhenti disaat melihat sebuah tablet milik Naruto yang berada tepat didepan stir mobil. Merasa jenuh karena lamanya perjalanan. Gadis cilik itu pun berniat membunuh rasa jenuhnya dengan memainkan tablet tersebut. Perlahan tangan mungil itu pun menggapai pundak sang ayah, lalu tangan lainnya mencoba meraih tablet. Tingkah Himawari membuat Naruto sulit melihat jalanan, Ia pun meminta bantuan anak tersulung dan sang istri untuk mengenyahkan putri bungsunya darinya.

"Hima-chan, Tousanmu sulit melihat kedepan" Ujar Hinata, mencoba meraih putri bungsunya. Namun baru saja akan menggendong Himawari, mereka-Naruto dan Hinata- harus dikejutkan oleh teriakan panik dari Baruto.

"Tousan didepan ada truk!" Pekik Baruto menyadarkan Naruto untuk fokus menyetir. Namun teriakan Baruto kalah cepat dari mobil truk tersebut. Dalam waktu sekejap saja kedua benda besi itu saling menabrak satu sama lain. Naruto bahkan tidak sempat melirik walau sedetik untuk melihat kedepan.

Brakkkk

Waktu terasa terhenti saat itu juga. Suara hentakkan yang cukup kencang itu mengundang banyak orang untuk melihat. Tidak sedikit dari mereka yang membelalakkan matanya.

"Cepat panggilkan ambulans!" Teriak salah seorang penonton yang langsung dilakukan oleh seorang perempuan. Seraya menunggu ambulans datang, dengan berbondong-bondong mereka berusaha menyelamatkan orang-orang yang menjadi korban.

"Kaacan~" Lirih bocah perempuan yang sudah berlumuran darah, setengah sadar. Sebelah tangan mungilnya menggapai-gapai sebuah kaca yang menusuk tepat dada kanannya, terdengar deru nafasnya semakin cepat seiring hilangnya kesadaran.

"Sepertinya perempuan dewasa ini sudah tidak bisa bertahan" Suara pria itu tercekat disaat melihat tiga buah kaca berukuran sedang menancap dada dan jantungnya.

Pria berkacamata disebelahnya, melihat dengan mata menatap nanar Hinata, "Jangan banyak bicara. Lebih baik kita segera keluarkan mereka, sebelum mobil ini meledak" Titahnya, seraya menggendong Himawari menjauh dari lokasi kejadian menuju mobil ambulans yang baru saja tiba.

"Ngh~ ukh" Ringis Naruto memegang kepala sebelah kirinya yang terantuk setir mobil.

"Lebih baik anda jangan banyak bergerak. Tubuh anda terluka parah" Tutur seorang pemuda memapah tubuh Naruto keluar, yang dibantu oleh beberapa pemuda lainnya. Mendengar perkataan pemuda disampingnya, sontak membuat pria berambut blonde itu menatap tidak fokus kedepan dimana putra sulungnya baru saja dimasukkan kedalam ambulans.

"B-baruto, Hinata" Gumamnya, tercekat melihat anak beserta istrinya terluka parah. Melihat itu membuat kedua kakinya lemas seketika. Tubuh Naruto yang limbung tiba-tiba membuat ketiga pemuda yang membopohnya sedikit kesulitan menyeimbangkan tubuh tegap Naruto.

"Pegang yang benar" Ujar pemuda berkacamata, menidurkan tubuh lemas Naruto keatas tandu milik ambulans.

.

.

.

.

_FlashBack Off_

.

.

.

.

Dan saat itu Naruto benar-benar berharap ia tidak sadarkan diri. Karena setelah ia terbangun beberapa jam setelahnya- luka yang diterima Naruto tidak terlalu parah- membuatnya harus ditampar oleh kenyataan yang membuatnya hampir gila saat itu juga. Hinata dan putri bungsunya meninggal karena luka yang diterimanya cukup parah. Jika saja saat itu ia tidak teringat putra sulungnya. Mungkin saja ia juga akan pergi menyusul sang istri yang dicintanya. Namun, akal logika dan semangat dari teman beserta keluarganya, membuatnya bangkit dari keterpurukan. Hingga lambat-laun ia bisa menerima kenyataan yang diterima saat itu. Tapi sayangnya Baruto-putra sulungnya- semenjak kejadian itu, sikapnya berubah. Ia bukan lagi anak yang patuh terhadap segala ucapannya, bahkan Baruto kerap kali mencari masalah dengan anak tetangga. Sehingga Naruto harus menghadapi kemarahan dari para tetangganya itu.

Hei,ayolah Baruto itu bocah berumur tujuh tahun. Perasaan seorang anak yang ditinggal oleh ibunya diumur yang masih terlalu belia itu, wajar saja membuat sang anak frustasi. Ya, walau tidak bisa ia pungkiri, semua ini juga salahnya. Ya, benar ini semua salahnya. Naruto lebih memilih menyibukkan diri dikantor ketimbang harus bermain dan mengajak sang anak belajar bersama. Naruto selalu dihantui oleh memori bersama sang istri, jika ia berada dirumah. Perbuatannya membuat sang anak merasa kesepian, sehingga membuat Baruto melakukan tindakan nakal hanya untuk mengambil perhatian darinya. Akan tetapi sekalipun Naruto sudah mencoba untuk membagi waktu untuknya, Baruto masih tetap pada sifatnya. Naruto benar-benar frustasi dibuatnya. Apalagi tadi ia dikabarkan oleh sang Kaasan-Kushina- bahwa Baruto menghajar seorang anak tetangga sampai masuk kerumah sakit.

Masalah diperusahaannya saja sedang dalam masa banyaknya masalah, sekarang putra sulungnya membuat masalah yang membuatnya pusing tujuh keliling dan tanpa sadar langkahnya membawa ia pada sebuah bar. Kalau boleh jujur, selama ini ia tidak pernah yang namanya nongkrong dibar dengan beberapa buah botol Wine atau Vodka yang akan membuatnya mabuk. Tapi sepertinya ia saat ini tidak memiliki pilihan lain. Masalah yang diterimanya terlalu sulit, hingga akhirnya membuat Naruto menyerahkan semua masalahnya dengan menegak beberapa gelas vodka, dan membuat masalahnya hilang beberapa saat. Naruto ingat, biasanya disaat ia sedang dalam masalah seperti ini, Hinata selalu menjadi tempat yang paling mujarab baginya. Hinata selalu bisa membuat semua masalah yang diterimanya, menjadi lebih ringan. Gadis Hyuuga itu benar-benar satu-satunya orang yang ia sayangi.

Setelah meminum jus orange ditangannya hingga tandas, Naruto mengelap air mata yang mengalir cukup deras dikedua pipinya. Pria bermarga Namikaze-Uzumaki itu sama sekali tidak menyadari akan tatapan lapar dari beberapa pria hidung belang didekatnya. Ia terlalu malas mengetahui apapun yang terjadi disekitarnya. Yang saat ini ia pikirkan hanya satu, yaitu menyelesaikan semua masalah dikantor dan juga membuat Baruto menjadi putra manisnya seperti dulu lagi.

Grekk

Suara derit kursi yang tergeser. Setelah membayar semua yang dipesannya. Naruto berjalan keluar bar. Gerakan langkah kaki yang sedikit terhuyung itu, tidak membuat Naruto berhenti. Ia harus segera pulang kerumah, dan menemui Baruto.

"Santapan lezat" Seringai salah seorang pria bertubuh jangkung dengan rambut yang klimis, yang diangguki kedua teman lainnya.

"Lumayan. Tubuhnya juga ramping" Sahut pria lainnya, seraya berdiri dari kursi sofa dan berjalan mengikuti langkah kaki pemuda blonde didepannya yang sedang menuju parkiran mobilnya berada.

"Khehehe, kau benar-benar tidak sabaran, Runhan" Kekeh pria ber-eyeliner dikedua matanya, melangkah mengikuti pergerakan pemuda yang sudah dulu berlalu. Dibelakangnya pemuda lainnya pun ikut bergabung, dengan sebelah tangan memegang sebatang rokok yang menyala. Pria jangkung klimis itu tidak henti-hentinya menatap lapar bokong Naruto dari kejauhan. Dalam pikirannya ia sudah membayangkan seberapa sempitnya hole pemuda manis itu. Terlihat disana pria bernama Runhan itu sudah sampai didekat pria manis didepannya. Namun sepertinya pria bermanik Shappire itu marah ketika Runhan menarik-narik tangan mungil sang pemuda. Hansyung-pria jangkung klimis- itu terkekeh pelan melihat seberapa sulitnya sang teman membawa Naruto untuk pergi bersamanya.

" Lepaskan, brengsek" Teriak Naruto setengah sadar-pengaruh alkohol. Sebisa yang ia bisa, Naruto mencoba melepaskan sebelah tangannya yang ditarik-tarik. Tubuh mungilnya langsung menegang disaat merasakan sebuah telapak tangan besar mendarat tepat dibokongnya, dilanjutkan dengan remasan gemas yang cukup membuatnya melayangkan satu lengguhan nikmat dari sepasang bibir pink alaminya.

"Biarkan kami bermain sebentar, manis" Desah Takao-pria ber-eyeliner-, meremas semakin keras kedua belah bokong Naruto. Bulu kuduknya langsung berdiri disaat mendengar desahan sexy dari pemuda didepannya ini.

"Ck, lama sekali" Decih Hyunsung, membantu Runhan untuk membawa pergi Naruto dari tempat tersebut. Naruto mencoba memberontak, namun apa daya alkohol yang diminumnya tadi membuatnya kesulitan mengendalikan tenaganya. Orang-orang yang melihat kejadian itu, hanya mampu menatap nanar Naruto yang diseret menjauhi bar. Tidak ada satu pun dari mereka yang berniat membantu Naruto untuk menyelamatkan diri, mereka terlalu takut disaat mengetahui dengan siapa mereka berurusan. Ketiga pria yang dikenal sebagai pentolan(?) dibar tersebut, bukan tandingan mereka.

"Lepas" Lirih Naruto, menggerak-gerakkan lemah lengannya. Bahkan ia sulit mengenyahkan tangan-tangan yang saat ini tengah bergerilya disekitar tubuh area sensitifnya. Dalam kesadaran yang semakin menipis ia berharap ada seseorang yang menolongnya.

Dirasa sudah aman dari jangkauan orang-orang yang akan melintas disekitar sini. Mereka pun mendorong secara kasar tubuh lemas itu dipinggir jalan raya yang sepi.

"Hm~ lihatlah tubuh menggairahkannya, Takao. Pemuda ini benar-benar manis untuk ukuran seorang pria" Komentar Runhan seraya meramas-remas sesuatu diarea selangkangan pemuda blonde dibawahnya.

Takao menghampiri dan langsung berjongkok disisi lainnya. Tanpa menyahut ucapan temannya itu, ia pun langsung mengecup-ngecup wajah memerah Naruto.

"Ngh~ Hentikanhh~" Desah Naruto, menggerakkan badannya lemah. Aliran air mata mengalir deras disekitar matanya, yang sama sekali tidak dipedulikan oleh mereka bertiga.

.
Tuk

Sebuah batu kecil terlempar beberapa meter kedepan, akibat ulah dari seorang pemuda berambur raven yang tengah emosi itu. Sebuah makian yang berupa gumaman saja, terdengar dari sepasang bibir tipisnya.

Pemuda raven itu mengacak rambutnya frustasi disaat ia mengingat bahwa gajihan dibulan ini, harus ditunda hingga seminggu kedepan. "Ck, seharusnya waktu itu aku tidak jatuh sakit. Bagaimana aku harus menceritakannya pada Sakura?" Runtuknya.

"Ahahaha tubuhnya benar-benar menggairahkan, Hansyung" Sasuke mengerutkan halisnya disaat mendengar suara seseorang tadi. Kedua manik Obsidiannya langsung mengerling kesekitar, mencoba mencaritahu asal suara tersebut. Kedua mata berkelopak putih itu, melebar disaat ia menemukan asal suara kegaduhan tadi.

"Lepashhnn~ ah" Walau samar. Sasuke benar-benar dibuat merinding mendengar suara erotis tadi.

Sedikit berpikir, Sasuke menatap lurus pemuda blonde di ujung jalan sana, yang tengah memberontak lemah. " Ck, menyusahkan saja" Gumamnya, mencari sesuatu disekitarnya hingga akhirnya ia melihat sebuah batu kecil yang tadi ia tendang. Menyeringai kecil, ia pun mengambil beberapa buah batu kecil lainnya. Berlari kebelakang pohon besar didekatnya, Sasuke pun mencoba mencari titik tepat yang akan membuat ketiga lelaki mesum itu menyingkir dari tubuh pemuda mungil disana. Ia sedang malas bertarung, untung saja otak pintarnya segera memberinya solusi.

Pletak

"Ittai" Ringis Takao mengelus kepalanya yang terkena lemparan batu kecil. Tidak hanya ia saja, kedua temannya pun merasakan hal sama sepertinya. Manik Emeraldnya menatap sangar kesekitar, "Keluar kau pengecut!" Teriaknya, emosi. Namun disambut oleh lemparan batu lainnya tepat mengenai selangkangannya yang sudah ereksi. "Eungh~" Lengguh Takao, merasakan sakit plus nikmat pada selangkangannya yang terkena lemparan tadi.

Pletak

"Aduh! Shit, siapa sih yang melempari kita batu" Runtuk Hansyung, mengelus dadanya. Manik Rubbynya menatap tajam, mencoba mencari seseorang yang sedari tadi melemparinya dengan batu.

Nguing Nguing Nguing

Sirine polisi yang berasal dari Ringtone ponsel milik Sasuke, menggema ditempat sunyi sepi ini. Sasuke terkekeh pelan disaat melihat kepanikan dari wajah-wajah mesum itu. Merasa volumenya terlalu kecil, ia pun memperbesar volumenya. Tindakan Sasuke membuat ketiga pemerkosa itu, merasa polisi semakin mendekati. Dengan berlari pontang-panting, ketiganya menjauhi tempat tersebut dengan meninggalkan pemuda blonde dalam keadaan setengah telanjang. Menyembulkan kepala bersurai ravennya sedikit, Sasuke bernafas lega saat tahu ketiga pria mesum tadi sudah pergi. Perlahan namun pasti, bungsu dari klan Uchiha itu melangkah mendekati sang pemuda yang mulai kehilangan kesadarannya.

Glek

Sasuke langsung menelan ludahnya ketika melihat pemandangan yang begitu 'indah' didepannya. Lihatlah, semua kancing kemeja Naruto lepas hingga memperlihatkan kulit tan eksotis, resleting celana terbuka dengan sesuatu yang sedikit menyembul disana. Dan yang paling menggoda yaitu, wajah memerah dengan keringat bercucuran sehingga membuat rambutnya lepek. Tanpa sadar ia menjilat bibirnya yang entah kenapa terasa kering.

"Hiks ngh~" Isakan tangis pelan, menyadarkan Sasuke dari pikiran mesumnya. Menjulurkan sebelah tangan kanan, ia pun mengelus lembut surai Blonde sang pemuda. Seraya melantunkan bisikan yang cukup menenangkan bagi sang pemuda.

"Sttt, aku akan menolongmu. Tenanglah" Bisiknya, mengangkat tubuh mungil sang pemuda. Sasuke sedikit terhenyak ketika merasakan berat badannya. "Apa kau tak pernah makan? Kau benar-benar terasa ringan. Istriku saja yang lebih mungil darimu, badannya berat" Ujar Sasuke pelan yang ditanggapi dengkuran halus dari sepasang bibir mungil itu. "Ah iya alamat rumahnya" Menurunkan kembali tubuh Naruto keatas aspal, ia pun mencoba mengambil KTP milik sang blonde. Setelah mendapatkannya ia menganggukkan kepalanya disaat mengetahui alamat rumahnya.

"Ini sih tidak jauh dari rumahku" Gumamnya, seraya memasukkan kembali dompet sang blonde ketempat semula. Dilangkahkannya kaki jenjang berbalut celana bahan itu kesebuah perumahan yang hanya berjarak beberapa block dari rumahnya. Manik Obsidiannya sesekali melirik wajah tertidur Naruto, hingga akhirnya tanpa sengaja-ketika ia menggerakkan tangannya untuk mempererat gendongan-, jemari panjangnya menyentuh sesuatu yang mengeras diantara selangkangan sang pemuda.

Sasuke tertegun, sambil mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Berhenti melangkah. Ditatapnya lurus sesuatu yang tengah mengembung itu.

Glek

Entah kenapa sekarang Sasuke merasa sangat gerah. Dengan langkah yang sedikit cepat, ia melangkah menuju kediaman sang pemuda. Terlalu cepat melangkah-dengan sesekali melirik diantara selangkangan Naruto- Sasuke akhirnya sampai juga dikediaman yang menjadi tempat tujuannya.

Terengah samar. Sasuke menatap lurus sebuah bangunan mewah didepannya. Melihat itu tanpa sadar Sasuke berdecak kagum melihat pemandangan indah sang bangunan. "Tidak aku sangka rumahnya mewah juga " Gumamnya, mendekati pagar pembatas yang berukuran sedang itu. Manik Obsidiannya menemukan seorang penjaga yang tengah tertidur pulas didekat gerbang, kepala botaknya tertutup oleh topi hitam yang menjadi pasangan dari seragamnya.

"Hei, satpam!" Panggilnya, yang sama sekali tidak ditanggapi. Merasa percuma. Ia pun menendang cukup keras gerbang didepannya, sehingga menimbulkan suara debaman yang berisik. Terlihat sang satpam itu terbangun, kaget.

"Oi apa benar ini kediamannya-" Berpikir sejenak Sasuke mengingat nama sang pemuda.

Sementara Sasuke disibukkan mengingat nama pemuda dalam gendongannya, sang satpam bername-tag Kuran itu mengerutkan halis, kedua matanya menelusuri seseorang yang tidak asing baginya. Sesaat Kuran tertegun, lalu setelahnya ia membelalakkan matanya ketika mengetahui siapa orang yang berada dalam gendongan pemuda tampan itu.

"Naruto-sama" Pekiknya, membuat Sasuke terhenyak namun segera mengingat nama sang blonde. Cepat-cepat Kuran membukakan gerbang untuk sang Tuan, "Apa yang telah terjadi?" Tanyanya, menghampiri Sasuke dengan tergopoh-gopoh.

"Dia sepertinya mabuk. Dimana kamarnya?" Tanpa peduli akan keberadaan sang satpam, bungsu Uchiha itu masuk begitu saja kedalam. Dalam hati ia bertanya-tanya akan keberadaan para penghuni rumah ini, apa karena ini sudah larut malam, dan para penghuni tengah beristirahat?

"Biar saya saja yang membawanya, Tuan. Dirumah sedang tidak ada siapa-siapa" Kata Sang satpam setelah berada didekat Sasuke. Kuran merinding disko ketika melihat tatapan membunuh dari sepasang mata elang itu. "B-baiklah mari ikut saya" Merasa percuma meminta Naruto untuk diberikan kepadanya, Kuran pun berjalan terlebih dahulu menaiki anak tangga menuju kamar sang Tuan.

"Memang mereka kemana? Dan para pelayan dirumah ini?" Pertanyaan Sasuke direspon dengan helaan nafas lelah oleh sang satpam didepannya. Kedua halis hitam itu bertaut, penasaran.

"Naruto-sama hanya tinggal bersama anak sulungnya, Baruto. Tapi tadi siang Baruto-sama ikut pergi bersama Kushina-sama dan masalah para pelayan itu. Mereka sepertinya sedang beristirahat, Tuan" Jelasnya, seraya meraih kenop pintu dan mulai masuk kedalam kamar yang didesain sederhana, berbeda sekali dengan keadaan rumah yang mewah ini. "Silahkan, ah iya kalau boleh saya tahu anda siapa ya?" Lanjutnya bertanya, penasaran.

Melangkahkan kaki menuju ranjang Double-size, Sasuke perlahan menidurkan tubuh mungil sang pemuda. "Aku temannya. Nah, sampai disini biar aku yang merawatnya" Ujarnya, menatap lurus Kuran.

"Baiklah, jika anda membutuhkan sesuatu segera panggil saya. Saya ada dipos dan anda tinggal menekan tombol ini saja-" Kuran menunjuk sebuah tombol kecil yang berada tepat didekat pintu masuk kamar, "-maka akan terhubung. Atau anda bisa memanggil pelayan ditempat ini" Sasuke mengangguk sekali, sang satpam pun berlalu meninggalkan sang tuan dengan sang raven didalam kamar.

Sejenak manik Obsidiannya menatap lurus Naruto yang tengah mendengkur halus dengan sesekali menggeliatkan tubuh mungilnya, membuat Sasuke tertegun melihatnya.

Glek

A-astaga, apa-apaan pemuda ini? Apa Naruto bermaksud menggodanya? Sasuke segera menggelengkan kepala disaat pikiran yang 'iya-iya' terlintas dibenaknya. "Hahh, lebih baik sekarang aku cek kondisinya saja" Disentuhnya perlahan kening tan Naruto, mencoba mengetahui seberapa tingginya suhu tubuh sang pirang. Diam-diam ia langsung bernafas lega ketika tahu bahwa Naruto baik-baik saja. Baru saja hendak keluar untuk kembali kerumah, disaat ia mendengar erangan tersiksa dari tempat Naruto berada. Seketika itu juga Sasuke merasa pijakannya berputar sehingga membuat kepala pening. Astaga lihatlah 'tingkah' nakal pemuda pirang itu, dengan santainya ia mengelus bahkan meremas kejantanannya seraya mendesah nikmat. Sasuke tahu apa 'sebab' dari tingkah pemuda pirang ini, bagaimana pun juga ia menemukan pemuda pirang ini sedang dalam kondisi 'hampir' di perkosa. Dan mungkin saja ia belum sampai keluar dan ia juga sempat melihat sesuatu mengembung diantara selangkangan Naruto, disaat Sasuke akan membawanya kesini. Mungkin 'sesuatu yang belum tuntas' itulah yang membuatnya melakukan hal seperti ini dibawah alam sadarnya.

"Ngh~ Uh~" Suara erangan erotis semakin membuat kedua kuping Sasuke panas mendengarnya. Astaga, sadar Sasuke sadar, kau sudah mempunyai Sakura. Jika memang kau sudah merasa 'gerah' lebih baik sekarang kau pulang. Ya benar, lebih baik ia pulang sekarang dan meminta sang istri untuk melayani nafsu birahinya dengan puas. Sasuke mengangguk setuju dengan usulannya tadi. Ia pun mencoba mengabaikan pemuda blonde yang sibuk memuaskan nafsu tertundanya, yang tanpa disadarinya sendiri sudah membuat pemuda lain yang berada disatu ruangan dengannya. Terbakar nafsu.

Sasuke mencoba menahan diri sekuat mungkin ketika erangan dan desahan yang semakin keras memasuki indra pendengarnya, dan langsung disusul oleh sesuatu yang sedikit mengembung dibalik selangkangan. Jantung Sasuke terasa terpacu berkali-kali lipat mendengar erangan erotis itu, benar-benar mamacu adrenaline-nya. Ini pertama kalinya ia merasa jantungnya begitu terpacu cepat, seiring nafsu birahi menguasi seluruh sel persendian ditubuhnya. Bahkan disaat ia mendengar suara erangan menggoda sang istri dirumah, Sasuke hanya sekedar terdorong saja tanpa merasakan hal seperti ini. Mungkinkah sejak awal ia sudah.. ah, tidak tidak tidak! Jika memang ia memiliki kelainan seks, ia tidak mungkin bisa senafsu itu jika berada diatas ranjang dengan sang istri. Tapi.. Perasaan apa ini?

Sedikit ragu Sasuke mencoba melihat kebelakang, namun sepertinya ia akan menyesali perbuatannya. Kedua manik Obsidian itu terbelalak kaget melihat Naruto sudah menanggalkan celananya sampai selutut dengan sebelah tangan kanan mengocok kejantanannya seirama dengan desahan.

Sumpah, kali ini ia sudah tidak tahan melihatnya. Ingat, disini ia hanya ingin saling membantu. Ia membantu Naruto untuk segera mencapai puncaknya, dan Naruto juga membantu dirinya dengan sebuah lubang yang ada diantara belahan pantatnya. Dengan didorong nafsu birahi Sasuke mengunci pintu kamar lalu berjalan menuju pemuda blonde yang tengah asyik main solo diatas ranjang, mendudukkan diri disamping sang pemuda. Sasuke menggamit tanpa ragu 'sesuatu' yang menjulang menantang yang tengah dicengkram erat oleh sang blonde, setelah sebelumnya ia menyingkirkan tugas tangan tan sang pemuda dengan tangannya sendiri.

"Ngh! Ahhnn~" Lengguh Naruto keenakan disaat ada sebuah tangan lebar memanja kejantanannya, kedua matanya masih tertutup rapat. Sasuke melirik sekilas melihat respon Naruto yang begitu menikmati pijatan penuh hasrat darinya. Pegal. Ia pun menggantikan tugas sang tangan dengan rongga hangat miliknya, menjilat sejenak kejantanan yang memerah itu, Sasuke pun langsung menelan habis kejantanan Naruto yang lalu ia hisap dengan sesekali lidahnya membelit.

"Nnhhh~ uh a-ahhnn~ ngh~" Naruto mencengram erat seprai disisi tubuhnya, guna menyalurkan rasa nikmatnya disana. Perlakuan Sasuke membuat pemuda Namikaze itu sedikit membuka kedua matanya namun masih dikuasai pengaruh alkohol. "T-terushhnn~ ahnn~" Melalui insting Naruto tanpa sadar mencengkram gemas surai raven Sasuke, dadanya membusung kedepan disaat Sasuke menghisap kuat kejantanannya sehingga mengirimkan getaran nikmat yang mampu membuatnya mengejang sampai akhirnya ia mencapai 'puncaknya'.

"AHHHHHNNNN~" Teriaknya mengeluarkan seluruh sperma didalam mulut hangat sang raven. Nafasnya langsung naik turun dengan cepat, mencoba mengambil oksigen sebanyak yang ia bisa, sedangkan Sasuke menelan sampai habis sperma yang membanjiri mulutnya tanpa rasa jijik sekalipun.

Setelah menghabiskan seluruh sperma milik sang blonde-yang ternyata terasa manis dilidahnya- Sasuke mulai menindih tubuh Naruto, dengan manik Obsidiannya berkilat nafsu yang tanpa sungkan langsung mendaratkan sebuah ciuman pada bibir pink alami pemuda dibawahnya. Terlihat Naruto sama sekali tidak memberontak malah ia membalas ciumannya dengan mengalungkan kedua lengannya dileher sang raven, dengan sesekali memiringkan kepala kekanan dan kekiri, keduanya dihanyutkan oleh ciuman yang semakin memanas dan menuntut. Sedikit tidak sabar Sasuke membuka kancing kemeja yang melekat ditubuh sang blonde, permukaan kulit lembut dan halus bisa ia rasakan. Astaga, ia bahkan tidak menyangka jika lelaki sepertinya memiliki kulit sehalus kain sutra, dan selembut kulit bayi. Seraya sibuk mengaduk-ngaduk rongga hangat Naruto yang sudah berhasil didobrak olehnya, Sasuke meraba permukaan dada bidang sang pemuda, mencari sebuah niple yang ingin ia mainkan.

"Angh~ Ahhnn~" Desahan Naruto segera memenuhi ruangan kamar luas sang Namikaze, ketika ciuman itu ia lepas begitu saja, disaat rasa geli dan nikmat Naruto rasakan pada niple pink kecoklatannya yang tengah dipelintir-pelintir oleh jari-jari terlatih sang raven. "Ahh~ nnnhh~" Lenguhnya nikmat, membuat Sasuke menyeringai senang dan membenamkan wajahnya diceruk leher berkeringat Naruto.

"Ahh bau ini.. Hm~ aku menyukainya" Tanpa sungkan Sasuke mengendus-ngendus bau sabun jeruk yang telah bercampur dengan keringat, dan berhasil membuatnya semakin bersemangat untuk bermain dengan sang blonde. Setelah puas bermain dengan leher jenjang tan tersebut-tanpa membuat kissmark- Sasuke menyusuri kulit lembut dan manis sampai lidahnya berhenti tepat disebuah niple yang amat disukainya. Dijilatnya perlahan niple yang sedikit mengeras itu, sukses mengundang erangan nikmat dari Naruto, yang lalu Sasuke kulum dan lumat niple pink tersebut.

"Ngh~ nnh~" Kedua tangannya mencengkram kuat seprai yang sudah tak berbentuk itu, menyalurkan rasa geli dan nikmat disekitar dadanya. Puas mengulum dan bermain dengan niple yang sudah membengkak, Sasuke berdiri menjauh, ingin melihat perkembangan hasil kerjanya sebentar. Bibir tipisnya segera membentuk seringaian khas Uchiha, lalu ia pun membuka seluruh pakaiannya, dan kembali menindih tubuh Naruto yang sedang mengatur nafas sisa permainan tadi.

"Mphhh~" Lengguh Naruto tertahan disaat mulutnya disumpal oleh tiga buah jari panjang milik Sasuke, dalam setengah sadarnya ia bisa merasakan telinga kanannya lembab akibat dikulum oleh Sasuke penuh nafsu. Lidah panjangnya membelit dan bermain untuk mengulum jari-jari yang berada dimulutnya rakus. Membuat Sasuke menggeram nikmat membayangkan jika yang sedang berada didalam mulut mungil itu adalah kejantanannya. Tidak mau menunda permainan ini semakin lama, Sasuke pun menarik lembut jari-jari panjangnya, mengundang lengguhan kecewa dari sepasang bibir tipis itu.

Sasuke tersenyum melihatnya, "Permainannya harus segera kita akhiri, Naruto" Bisiknya, mengecup gemas bibir yang sudah membengkak itu, lalu ia pun memasukkan satu buah jari telunjuknya ke lubang milik sang blonde, mengundang erangan tertahan dari sang empunya lubang. Dikeluar-masukkan jarinya perlahan dengan sesekali memutar seraya menambahkan satu lagi jari tengah, lalu membuat gerakan menggunting untuk mempersiapkan sesuatu yang lebih besar yang akan memasuki lubang virgin didepannya ini.

"Ahn~" Naruto memekik nikmat disaat tanpa sengaja dua jari Sasuke mengenai sweetspoot-nya, namun Sasuke malah menambahkan satu jari lainnya dengan menusuk-nusukkan ketiga jarinya mengenai titik terdalam sang blonde.

"Ah! Uhnn~ Hyaa! Ngh~" Tidak henti-hentinya Naruto mengeluarkan suara erotis pembangkit libido sang raven, tempat tidur yang tadinya rapi kini sudah tidak terbentuk lagi akibat sang pemilik kamar yang dengan bringasnya mengacak seprai, untuk menyalurkan rasa nikmat ditubuhnya. Tubuh tan berkeringatnya kembali mengejang hebat, pertanda akan 'datang' lagi. Namun sepertinya Sasuke kali ini tidak akan membiarkan ia keluar untuk yang kedua kalinya, terlihat dari Sasuke sendiri yang mencabut ketiga jarinya dari dalam tubuh Naruto. Dan mengundang lengguhan kecewa dari sepasang bibir tipis nan pink itu.

Sasuke mengecup penuh sayang seraya menyeringai kejam, "Aku ingin kau mengeluarkannya bersamaan denganku, Naruto" Katanya, memposisikan kejantanannya yang sudah menegang tepat didepan lubang kenikmatan milik Naruto. Perlahan namun pasti ia mencoba menerobos pertahanan lubang ketat nan hangat Naruto, Sasuke mengerang penuh nikmat disaat kejantanannya berhasil masuk. Baik ia maupun Naruto-yang masih belum sadar-bernafas tersedat-sedat dan mencoba mencari pasokan oksigen sebanyak-banyaknya.

"Aku bergerak ya" Bisik Sasuke menjilat sejenak telinga memerah Naruto, lalu ia pun mulai menggoyangkan pinggulnya secara perlahan, ia tidak ingin menyakiti pemuda dibawahnya. Dan sedikitnya Sasuke berharap "Malam permata" mereka ini dapat dikenang, walau cuma perasaan halusinasi sang pirang.

"Ahhh nhhh uh! ah!" Erangan dan desahan kedua pemuda yang tengah memadu malam terlarang, kedua pemuda yang bahkan tidak saling kenal ini melakukan suatu upacara yang tidak seharusnya dilakukan kedua insan manusia sesama jenis. Dalam samar tersadarnya Naruto terus mengerang penuh gairah memuncak, kedua tangannya mencengkram kuat pundak Sasuke dengan kedua kaki melingkar dipinggang ramping Sasuke.

"Ugh~ hahh a-aku tidak tahu k-kalau sensasi bercinta dengan- ugh! Senikmat inihh" Gumam bungsu Uchiha tidak hentinya menggenjot lubang yang sudah mulai mengeluarkan cairan, sehingga menimbulkan kecipak dan menjadi musik penyemangat bagi keduanya. "Shit! Hahhh ugh" Decih Sasuke semakin mempercepat gerakan in-out-nya, ia hampir saja melupakan kejantanan milik Naruto jika saja ia tidak melihat sang pemilik seperti ingin menggapai kejantanannya sendiri.

Glek

Astaga, ia sangat terlihat manis dengan gerakan yang dibuat Naruto sendiri. Lihatlah pemuda manis dibawahnya ini, ia tengah mengocok dan menyesuaikan irama hentakan yang Sasuke lakukan. Seringaian dibibirnya semakin lebar, dan oh~ Sasuke sangat menikmati pemandangan didepannya ini. Manik obsidiannya menatap liar sang pirang yang begitu menikmati kocokannya, tanpa Sasuke mengurangi kecepatan sodokkannya.

"Ngh~ Ah! Ah T-terushhhnn~ Ugh! Nhh~" Dengan heboh Naruto mendesah seraya terus mengocok kejantanannya sendiri, dengan sebelah tangan lainnya ia gunakan untuk memilin niple kecoklatannya. Naruto melakukan ini masih dalam keadaan setengah sadar, dan perlakuannya ini semakin membuat pemuda lain yang tengah 'menyatu' dengannya menambah intensitas genjotannya. "Ngh~ Ahhh uhhh Shh~ guhhh~" Desah Naruto tubuhnya kembali menegang dan mengejang.

Sasuke menyadari pergerakan tubuh yang dilakukan Naruto, ia pun membalik badan pemuda dibawahnya sampai menungging, lalu Sasuke kembali menggenjot dengan semangat disaat ia sendiri merasakan sesuatu mulai mendesak ingin 'keluar'. Sebelah tangan berkeringat pucatnya meraih kejantanan Naruto, dan mengocoknya cepat seirama dengan genjotannya. Deru nafas tersedat keluar secara bergantian dari kedua pemuda tersebut, yang tidak lama keduanya pun mengeluarkan sperma secara bersamaan.

Bruk

"Hahh hah hah" Sasuke langsung menjatuhkan diri kesisi tubuh Naruto yang sudah terlelap menuju alam mimpinya, ditatapnya wajah berkeringat nan memerah itu. Segaris senyum tipis ia lukiskan, sebelah tangan pucat Sasuke ulurkan untuk mengelap keringat yang mengucur dikening sang blonde. "Terima kasih" Ucapnya, mengecup sayang bibir yang sedikit terbuka pinknya. Merasa cukup segar Sasuke segera berdiri dan memungut semua pakaiannya yang berserakan dilantai, lalu memakainya dengan perlahan. Kedua halis hitamnya bertaut memandang pemuda diatas ranjang, apa ia perlu memakaikan kembali pakaiannya? tanyanya berpikir.

Mengangguk sekali, Sasuke memutuskan untuk memakaikan kembali pakaian sang pirang. Sasuke tidak mau membuat Naruto pingsan setelah mengetahui ia terbangun tanpa pakaian ditubuhnya. Melangkahkan kaki menuju lemari tinggi yang terletak tidak jauh dari ranjang tempat sang pirang terbaring, Sasuke segera memilih sepotong kaos beserta celana yang ia temukan didalam lemari tersebut. Segera saja ia pakaikan ketubuh Naruto setelah sebelumnya ia bersihkan tubuh lengketnya dengan air hangat yang ia ambil dari kamar mandi.

"Baiklah, aku pulang dulu ya" Manik obsidiannya memandang takjub pekerjaannya yang bersih tanpa cacat, semua pakaian kotor sang pirang sudah ia taruh dikeranjang kotoran, dan Naruto sendiri sudah memakai pakaian bersih yang ia pilih. Setelah nya bungsu Uchiha pergi keluar dari dalam kamar sang Namikaze yang sedang asyik mendengkur halus, seulas senyum Sasuke torehkan dibibirnya.

"Maaf dan terima kasih untuk malam ini" Dibungkuknya sejenak tubuh tegapnya, ia pun melangkah meninggalkan kamar megah nan luas sang Namikaze, dan berlalu menuju keluar.

"Ah sudah selesai tuan?" Sasuke mengangguk sekali, "Baiklah, apa perlu saya meminta seseorang untuk mengan-"

"Tidak usah" Tolaknya, membungkuk sekali, "Saya permisi, lain kali jangan biarkan Tuan kalian berkeliaran disaat ia sedang banyak masalah, mengerti?" Sang satpam mengangguk paham. Sasuke pun berlalu meninggalkan kediaman Namikaze setelah melambai dan menghentikan sebuah taksi yang kebetulan berhenti didekatnya.

"Hahh, ternyata dia bekerja dianak cabang milik Naruto-sama toh" Lalu sang satpam muda itu pun melanjutkan kembali akitifitasnya yang sempat tertunda tadi. Ia tidak mengetahui saja jika dibalik sikap 'tenang' milik sang Uchiha tadi, ternyata Tuannya tengah berada dikondisi yang mengenaskan(?). Err-tidak bisa dibilang mengenaskan juga sih, hanya saja jika ia tahu 'apa yang telah terjadi' pasti pemuda Uchiha itu akan dibabat habis olehnya.

.
Pagi minggu yang cerah. Sang maha cahaya telah kembali ke singgasananya. Pepohonan hijau bergoyang kesana kemari seiring hembusan angin yang mengenainya, suara burung kecil saling menyahut satu sama lain. Semakin menambah hari minggu menjadi hari yang sangat indah, sejuk, cerah nan nyaman. Tidak sedikit manusia dikota besar Konoha ini menghabiskan hari yang cerah dengan memenuhi taman kota. Hilir mudik setiap orang berdesakkan. Taman yang indah dengan pepohonan yang masih terjaga keindahan serta alaminya, membuat hampir seluruh masyarakat Konoha lebih sering mengunjungi taman kota ini untuk menghabiskan hari minggu pagi dengan berolah raga bersama keluarga atau teman dekat.

"Tousan aku ingin membeli Takoyaki itu" Tunjuk seorang bocah perempuan kepada seorang lelaki dewasa berambut raven disebelahnya. Menunjuk tepat pada sebuah gerobak diseberang sana. Manik obdisiannya berbinar penuh minat pada makanan berbentuk bola-bola kecil yang didalamnya diisi potongan gurita didalamnya. "Tousan~ Kaasan~" Rengeknya lagi disaat kedua orangtuanya malah sibuk menatapnya.

"Kau yakin akan menghabiskannya, Sarada? Kemarin saja Tousan belikan kamu tidak memakannya" Tanya Sasuke, berjongkok dihadapan buah hatinya agar sejajar dengan bocah yang baru berumur 5 tahun itu.

"Benar kata Tousanmu" Sakura mengelus lembut rambut raven sang anak, "Apa kau akan menghabiskannya?"

Terlihat kedua mata yang dibingkai oleh kacamata baca itu, menerawang sejenak, lalu menatap penuh yakin kepada kedua orangtuanya. "Um! Aku lapar Kaacan.." Jari telunjuk mungilnya ditaruh diatas dagu merahnya, "Lagi pula kalau aku tidak memakan habis kan masih ada Tousan dan Kaacan yang akan menghabiskannya hehehe" Cengirnya, merajuk mengundang dengusan geli dari kedua manusia dewasa didekatnya.

"Dasar kau ini" Desah Sasuke mengacak penuh sayang rambut yang serupa warna dengannya, " Baiklah Tousan akan membelikannya untukmu. Apa kau juga mau, Sakura?" Tanyanya, menatap sang istri yang menggeleng pelan.

"Tidak. Belikan untuk Sarada saja" Tolak sang istri lembut. Disambut anggukkan mengerti oleh Sasuke yang langsung hendak pergi menuju gerobak penjual Takoyaki tersebut.

"Kalian tunggu disini ya, biar Tousan yang kesana" Kata Sasuke yang langsung dituruti istri dan putrinya. Sasuke mulai melangkah pergi meninggalkan kedua anak dan istrinya, dan berlalu untuk membelikan sebungkus Takoyaki hangat buat sang anak tercinta. "Maaf sebungkus Takoyaki Jiisan" Pintanya, sopan. Yang langsung dibuatkan oleh sang penjual. Tidak butuh waktu lama untuk menunggu, satu set berisi 10 buah Takoyaki tersaji ditangannya. Setelah membayar dengan beberapa lembar uang, suami dari seorang anak ini segera bergegas menghampiri sang istri yang berada tidak jauh dari tempat penjual berada.

Langkah tegapnya sedikit memelan ketika melihat sang istri tengah berbicara dengan seseorang didekatnya. Kedua matanya memincing tajam melihat seluet seseorang yang tidak asing baginya.

DEGH

Jantungnya langsung terpacu cepat disaat mengetahui siapa yang tengah berbicara serius dengan sang istri disana. Dengan langkah cepat ia berusaha mendekatinya. Astaga, kenapa dia bisa ada disini? Dan apa yang sedang dibicarakan keduanya? Kenapa Sarada terlihat ketakutan? Benarkah jika yang ia lihat itu..

Naruto?

?
?