Title: Black Horse

Author: kingradin

Genre: School life

Main Pair: HunHan / Han! Fem / GS

Rate : T

Note: dont forget REVIEW :3

Spring, Seoul, South Korea

Sebuah Maybach 62s hitam mengkilap melaju membelah jalanan kota Seoul yang relative masih sepi, hanya ada beberapa orang yang mulai berlari –lari kecil melakukan jogging di Minggu pagi yang cukup cerah ini. Langit masih berwarna lembayung dengan sinar fajar yang menerobos sedikit menyinari kota Seoul. Seorang gadis menatap kosong ke luar jendela, menatapi sekumpulan remaja perempuan yang asyik bercengkrama di sudut taman dengan sepeda yang terparkir tak jauh dari mereka. Pikirannya melayang jauh, memikirkan kapan terakhir kali ia mengobrol bersama teman-temannya dengan begitu bahagia seperti sekumpulan gadis di taman sana.

Semenjak perayaan ulang tahunnya yang ke tujuh belas beberapa bulan lalu, hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat. Dia bukan lagi seorang gadis kaya yang bebas berkeliaran di pinggiran jalan, menikmati waktu bersama teman-temannya hanya untuk membicarakan baju model apa yang sedang ngetrend saat ini, atau mungkin membicarakan beberapa hawt stuff yang kerap kali membuat mereka terkikik geli. Ya, dia bukan lagi seorang gadis berjiwa bebas yang punya kehidupan normal. Sekarang dia adalah pewaris tunggal Xi Corporation, gadis yang akan mewarisi perusahaan raksasa yang menaungi jutaan nyawa pekerjanya di berbagai belahan dunia. Dia punya tanggung jawab besar untuk ini, sangat besar hingga kedua orang tuanya membekalinya berbagai ilmu dan dengan teganya menjauhkan gadis cantik ini dari dunia luar. Dia bahkan 'diasingkan' ke sekolah internasional terbaik di salah satu sudut kota Seoul. Dan disinilah ia berada, di dalam mobil Maybach 62s hadiah ulang tahunnya, duduk nyaman di jok kulit warna putih bersih yang interiornya dipesan khusus oleh sang ibu. Begitu nyaman dan empuk, berbanding terbalik dengan hatinya yang kacau balau tak karuan, memikirkan bagaimana kehidupannya nanti di 'tempat pengasingan'.

Jemari lentiknya meremas pelan ujung rok tutu putih gading yang ujungnya menyetuh nyaris lima belas senti diatas lutut. Jantungnya berdegup tak karuan kala keping hazel jernih itu menangkap sebuah bangunan super besar yang di dominasi warna putih gading elegan.

"Kau akan baik-baik saja, Luhan-ku. Tenanglah" sebuah tangan menggenggam lembut tangan milik gadis bernama Luhan itu. Luhan hanya mengangguk kecil, berusaha tersenyum kearah wanita di usia empat puluhan yang masih terlihat sangat cantik, duduk di sampingnya.

"Terima kasih Mom" bibir tipis itu mengulas senyum merasakan remasan lembut dan hangat di tangannya.

Dia kembali melemparkan pandangan keluar jendela, sudah banyak mobil yang tergolong mewah memasuki gerbang bangunan tersebut. Tulisan 'Seoul Foreign High School' terpampang besar besar dan mengkilap memantulkan sinar mentari di puncak atapnya. Tak butuh waktu lama untuk sampai di lobinya, Luhan menghela nafas, menunggu seorang petugas membukakan pintu sementara sang supir keluar untuk membuka bagasi.

Luhan melangkah keluar, menatap megahnya lobi sekolah ini. Dia melirik sang ibu yang tersenyum senang seraya melambai anggun sesaat setelah menerima koper bunga-bunganya yang besar dari sang supir.

"Dah Mom" gumamnya pelan, menatap kepergian maybach 62s tersebut menjauh lalu menghilang dari pandangan. Luhan menghela nafas sekali lagi, berbalik untuk menatap sekeliling yang begitu ramai oleh murid-murid yang baru saja kembali dari liburannya. Lobinya tampak begitu megah dan mewah dengan berbagai macam piala yang dipajang di sebuah etalase kaca besar mengkilap di tengah-tengah lobi. Dinding-dindingnya dihiasi berbagai piagam serta foto seorang pemuda bermuka datar yang dibingkai besar bertitelkan 'Student of The Year'. Luhan hendak menghampiri foto itu sebelum akhirnya sebuah suara membangunkannya dari segala pikiran yang berputar di kepalanya.

"Permisi Nona, biar saya bawakan koper anda ke kamar" seorang petugas tersenyum ramah padanya, Luhan mengangguk kecil menyerahkan gagang kopernya pada petugas tersebut. Ia tak perlu khawatir karena sudah ada tanda pengenal serta nomor kamar yang menggantung di koper miliknya. Petugas tadi membungkuk sopan lalu meletakan koper Luhan diatas troli, menggabungkannya dengan koper-koper lain sebelum akhirnya berlalu membawa semua koper itu pergi.

Gadis itu kembali focus pada foto bertajuk Student of The Year tadi, melangkah lebih dekat dan mulai mengamati sosok pemuda di gambar tersebut. Pemuda itu memiliki garis rahang yang tegas dengan mata kecil, hidung mancung serta bibir yang sama sekali tak mengulas senyum. Ekspresinya nampak keras namun tetap terlihat tampan terlebih dengan surai coklat yang disisir rapi ke belakang, Luhan terdiam beberapa saat. Memang tidak ada yang special dari foto pemuda itu, tapi entah apa alasannya jantungnya sedikit bergemuruh setelahnya.

"Halo" sebuah tepukan mendarat di bahu Luhan yang sempit, membuat Luhan terkesiap kaget lalu berbalik dengan gerakan sedikit defensif. Keping hazel jernihnya menangkap sesosok gadis yang tingginya hanya sebatas telinga Luhan, tertawa renyah menunjukkan deretan gigi yang putih bersih.

"Ups, maaf aku membuatmu kaget nona, hehe..perkenalkan, namaku Byun Baekhyun" ujar gadis mungil itu, dia mengulurkan tangannya mengajak Luhan bersalaman. Luhan menyambutnya dengan sedikit ragu sebelum akhirnya menyambut tangan mungil tersebut sembari tersenyum tipis.

"Halo, aku Xi Luhan" sahut Luhan kalem, gadis bernama Baekhyun itu menjentikkan jarinya riang.

"Ah ya, aku tau kau. Pewaris tunggal Xi Corporation kan? Namamu banyak terlihat di koran akhir-akhir ini. Senang bertemu langsung denganmu " lagi-lagi Baekhyun tertawa kecil, sementara Luhan meringis mendengar kalimat Baekhyun barusan. Ia sediit sensitive dengan kata 'pewaris tunggal', Luhan tak suka jika dirinya dikenal seperti itu, jadi dia hanya berusaha tersenyum menanggapi gadis di depannya sekarang.

"Jadi, aku pikir kita satu tingkat, kau kelas satu kan? Mau ikut bersamaku melihat-lihat sekolah. Aku punya satu tour guide disini" girangnya lalu menunjuk seorang laki-laki super tinggi yang tengah mengobrol dengan beberapa laki-laki lainnya di sudut lobi. Luhan tampak menimang-nimang ajakan tersebut, agak sedikit ragu tapi dia pikir itu bukan ide yang buruk mengingat ia sama sekali tidak punya satu pun teman disini, dan Baekhyun mungkin kandidat kuat untuk menjadi teman baik setelah ini.

"Ya, baiklah. Ayo~" jawab Luhan senang, dia mengikuti langkah riang Baekhyun menuju laki-laki yang disebutnya sebagai 'tour guide' tadi.

'Tinggi sekali' begitulah kesan pertama begitu Luhan berdiri tepat di depan sang tour guide, Luhan bahkan lebih pendek meski ia sudah memakai heels tujuh senti yang sedang ia kenakan sekarang.

"Chanyeol, kenalkan ini Xi Luhan, teman baruku" Baekhyun memulai perkenalan, Luhan mengulurkan tangan sambil tersenyum. Pemuda bernama Chanyeol tadi menjabat tangannya dengan erat dan meyakinkan, sedikit banyak membuat Luhan kaget tapi ia hanya tertawa kecil.

"Maaf, aku hanya kelewat bersemangat haha" Chanyeol tertawa, mengusap tengkuknya malu sementara Baekhyun ikut tertawa kecil di sampingnya.

"Tidak apa, aku Xi Luhan, senang bertemu denganmu Chanyeol-ssi" Luhan kembali tersenyum setelah menenangkan dirinya dari kekagetan dan kenyataan bahwa wajah dan suara pemuda bernama Chanyeol itu sangat tidak sinkron.

"Hey, kau harusnya memanggil dia sunbae" Baekhyun berseru kecil, membuat Luhan sedikit bingung dan dengan tidak sopannya berucap 'Hah?' sedikit keras. Sudah pasti jika ada ibunya disini, ia pasti akan di pelototi karena dianggap tidak sopan.

"Ah, benarkah?" Luhan masih belum menangkap situasi apa yang sedang di hadapinya sekarang, ia menatap Chanyeol meminta penjelasan. Pemuda itu tertawa kecil menanggapi.

"Haha, tenanglah Baekkie-ku, dia kan tidak tahu, salahmu juga tidak mengenalkanku sebagai sunbae." Chanyeol mengacak rambut poni Baekhyun hingga gadis mungil itu memekik heboh.

"Iya, aku kakak kelasmu, tapi tidak apa kok. Kau bisa memanggilku apa saja, aku kekasih si mungil ini" Chanyeol merangkul bahu Baekhyun protektif sebelum nyengir lebar dan kembali membuat Luhan meringis.

"Ah, arasseo. Maafkan aku sunbae" Luhan membungkuk pelan membuat helai helai rambut pirangnya jatuh menutupi sebagian wajah cantiknya. Chanyeol mengayunkan tangan mengisyaratkan semua baik-baik saja.

"Tidak apa-apa Luhan, nah ayo..sekarang aku antar kalian mengenal sekolah ini" Chanyeol menggamit pinggang Baekhyun, berjalan lebih dulu sementara Luhan berjalan di belakang mereka sambil matanya menyelidiki tiap detil bangunan ini.

.

.

Luhan sudah merasa kakinya akan patah, dia tak menyangka menggunakan heels akan semengerikan ini jika dipakai untuk mengelilingi sekolah yang dia kutuk karena sangat besar. Mari berdoa agar gadis ini tidak tersesat esok hari.

"Nah, yang ini kolam renangnya, kau bisa menggunakannya kapan saja. Selalu terbuka dua puluh empat jam" sementara Chanyeol masih asyik berbicara menjelaskan –yang lebih terlihat seperti menjelaskan pada Baekhyun saja karena nampaknya dia melupakan Luhan yang tertinggal di belakang sana-. Luhan menyeka keringat yang muncul di keningnya, membasahi poni pirangnya lalu menghela nafas lelah. Dia menatap Chanyeol dan Baekhyun yang seperti memiliki dunia sendiri di depan, sangat jauh untuk bisa ia susul.

"Ya Tuhan, aku benci saat seperti ini" dia menggerutu, berjalan tertatih menuju bangku terdekat lalu menghempaskan pantatnya disana sambil mendesah lega. Tangannya turun mengurut pergelangan kaki dan ujungnya yang terasa berdenyut hebat. High heels hijau toskanya sudah ia lepas, tergeletak pasrah begitu saja di lantai.

Luhan mendongak, menatap langit langit baja yang menaungi kolam renang indoor ini, tempatnya begitu luas, dan sunyi hingga membuat Luhan bergidik sendiri membayangkan ada sosok jahat yang akan menenggelamkannya di air. Dan sebelum semua itu terjadi, Luhan sudah menyambar heelsnya lalu kabur dengan kaki telanjang keluar area kolam renang.

Gadis itu terengah, dia paling tidak suka ditinggal di tempat sepi, dia benci dengan khayalan tingkat tingginya yang akan menampakan hantu atau orang jahat atau semacamnya. Tangannya merapikan helai rambut yang sedikit awut-awutan, sibuk membenahi diri karena demi Tuhan…dia terlihat berantakan sekarang. Dengan kaki telanjang dan fakta bahwa sekarang ia sendirian di tempat yang sama sekali tak ia kenali, Luhan rasanya ingin menangis saja.

Tiupan angin berhembus membelai wajahnya, membuat gadis cantik itu akhirnya mendongak setelah meyakinkan dirinya bahwa ia akan baik-baik saja. Dan hal selanjutnya yang ia temui adalah, ia berdiri di hamparan padang rumput yang luas berpadu serasi dengan langit biru yang menghampar lega diatasnya. Terlihat beberapa kuda sedang merumput di tengah padang, dengan tiupan angin sepoi-sepoi serta sapuan sinar senja keemasan membuatnya merasa seperti seorang model di music video yang sering ia lihat di acara musik. Bibir mungilnya membulat terpana, dia tak menyangka kalau sekolah ini begitu hebat hingga punya tempat seperti ini. Untuk pertama kalinya, ia tak mengutuk sang ibu yang mengirimnya diasingkan ke tempat macam ini, demi Tuhan..Luhan rasanya tidak ingin beranjak dari sini. Pemandangan ini terlalu sulit untuk di lewatkan, terlalu indah sampai-sampai Luhan tak menyadari kalau ada sepasang mata yang sedari tadi mengamatinya dari balik pintu istal kuda yang berada tak jauh dari tempat Luhan berada.

Drap…drap..drap..

"Hey kau" sebuah suara yang sedikit tinggi terdengar seiring derap kaki kuda yang menghampiri Luhan. Luhan tersentak kaget, langsung membalikkan badannya dan menangkap sesosok pemuda yang tak terlalu terlihat wajahnya akibat silau mentari senja, tengah duduk dengan gagahnya di atas seekor kuda hitam yang meringkik pelan. Badannya tegap dibalut pakaian berkuda yang elegan, boots, serta helm yang terpancang di kepala si pemuda.

"Apa yang kau lakukan disini?" pemuda itu menatap Luhan antara datar dan tak suka sementara Luhan berusaha menghalau silaunya mentari dengan jemarinya. Berusaha melihat lebih jelas siapa yang sedang duduk diatas kuda hitam tangguh itu.

"Eh? A..aku?" Luhan tergagap, bingung menjawab apa sementara si pemuda berdehem meminta penjelasan segera.

"Entahlah, sepertinya aku tersesat" Luhan menjawab pelan nyaris mencicit. Dia terdiam menunduk memainkan ujung blousenya yang senada dengan rok tutu yang sedang ia pakai.

"Hah..dasar anak baru~" pemuda itu bergumam, ia membuang pandangannya dari Luhan kearah lain, mendengus dan terdiam. Luhan ikut diam, bingung mau berbuat apa, ingin pergi tapi ia tak tahu bagaimana cara keluar dari sini.

Mereka masih sama-sama diam hingga lima menit berikutnya, dan akhirnya si pemuda membuka kembali pembicaraan.

"Ayo naik, kuantar kau ke asrama" dia berujar pendek, lalu memimpin kudanya untuk berjalan beberapa langkah hingga sinar mentari tak lagi menghalau penglihatan Luhan. Sekarang gadis itu bisa melihat wajah sang pemuda dengan lebih jelas, garis rahangnya begitu jelas dengan ekspresi yang terasa familiar untuk Luhan. Dia merasa pernah melihat pemuda ini. Luhan terdiam sejenak, berusaha mengingat dimana ia melihat wajah ini, dan tadaa~~ ya! Pemuda ini, yang ada di foto 'Student of The Year' yang ia lihat di lobi tadi pagi.

"Eh..anu, apa kau laki-laki Student of the Year itu" tanya Luhan, nampak menghiraukan perintah pemuda tadi untuk naik ke kudanya.

"Bukan, kau salah orang, jadi sebaiknya kau cepat naik sebelum aku meninggalkanmu sendirian disini. Sekedar info,jarang ada siswa yang mengunjungi tempat ini"pemuda itu mendengus sebal, menggoyang-goyang tali kekangnya menunggu Luhan untuk segera naik. Luhan menggigit bibirnya cemas, takut-takut dia menatap si pemuda yang sudah tidak sabaran.

"Err…aku tidak tahu cara naik ke kudamu" cicit Luhan, mundur selangkah setelah pemuda tadi mengerang frustasi.

"Ya ampun, nona..kau benar-benar menyusahkan ya!" dia melompat turun, membuat kudanya mundur terkejut. Pemuda itu menepuk-nepuk hidung si kuda menenangkan sebelum menghampiri Luhan.

Luhan nyaris tercekat menatap wajah tampan yang sekarang tepat berada di depannya. Yaahh~walaupun dengan ekspresi yang bisa dikatakan tidak menyenangkan, tapi itu cukup membuat sesuatu di dasar perut Luhan bergejolak dan menimbulkan reaksi berupa rona kemerahan di pipinya yang sedikit chubby.

Pemuda tersebut menunjuk sadel yang terletak di sisi kuda, dia nampak sedikit kaget menyadari bahwa kaki Luhan masih telanjang tanpa memakai apapun. Luhan nampak menyadari itu hingga ia hanya meringis manatap si pemuda.

"Nah, sekarang kau agak meloncat ke atas" titahnya, Luhan menggigit bibirnya, mengkhawatirkan roknya yang tergolong pendek. Demi apapun, dia sangat maluuu~

"Ya! Tunggu apalagi? Cepat naik!" seru si pemuda lagi kini dengan intonasi serta suara yang lebih tinggi dan keras, Luhan meremas lagi ujung blouse-nya gugup.

"Anu..err sunbae~ rok-ku" gadis tersebut mencicit, menunjuk-nunjuk rok tutu yang ujungnya menyentuh sedikit banyak di atas lutut. Pemuda itu menghela nafas lelah lalu bersidekap membalikkan badan.

"Cepat naik sekarang" perintahnya lagi, dan kali ini Luhan dengan segenap kemampuan yang ia bisa menaiki kuda itu. Kuda hitamnya sedikit bergerak-gerak gelisah hingga si pemuda akhirnya harus turun tangan mengelus kepala si kuda untuk menenangkannya.

"Hft~akhirnya" desah Luhan lega, ia menatap si pemuda yang sekarang berbalik menatapnya. Pemuda itu ikut naik dengan sigap dan cepat duduk di belakangnya, tidak seperti Luhan yang harus susah payah memanjat punggung kuda hitam tersebut. Tangan si pemuda menyusup dari balik pinggang Luhan meraih tali kekang untuk mengendalikan kudanya, nyaris membuat Luhan memekik kaget.

"Namaku Oh Sehun" gumam si pemuda, kali ini menghentak pelan sadelnya membuat kuda hitam itu berjalan pelan. Luhan menunduk malu, suara pemuda bernama Sehun ini terasa membakar telinganya, terlalu…..seksi? entahlah, beruntung Sehun duduk di belakangnya jadi pemuda itu tak perlu melihat wajah Luhan yang merona parah.

"Aku Xi Luhan" dan begitulah, hanya kalimat itu yang menjadi akhir pembicaraan dari mereka berdua. Selanjutnya hanya sepoi angin yang dan derap kaki kuda yang menyusuri jalan setapak yang cukup jauh menuju sebuah bangunan besar dengan cat merah muda mendominasi dindingnya. Dan sepanjang perjalanan, Luhan mengutuk jantungnya yang tidak mau diam dan serasa mau loncat, hembusan nafas hangat Sehun serasa menerpa puncak rambutnya, membuat gadis itu benar-benar ingin kabur saja.

'Ya Tuhan, selamatkan aku!' ,

.

.

"Terima kasih sunbae" Luhan membungkuk setelah meloncat turun dari kuda hitam milik Sehun. Sementara Sehun hanya bergumam menanggapi, Luhan sibuk merapikan poninya. Berharap lelaki yang masih setia duduk di atas kudanya itu tak melihat rona merah muda memenuhi wajahnya.

"A..aku pergi dulu sunbae. Sampai jumpa" Luhan tergagap, meremas lagi ujung blousenya dan baru saja hendak berlari masuk kedalam gedung asrama putri di belakangnya. Tapi tiba-tiba saja Sehun memanggilnya, lantang dan keras.

"Hey! Xi Luhan!" gulp..'Tuhan, sembunyikan aku!' Luhan menjerit dalam hati, takut-takut berbalik kebelakang dan menatap Sehun lagi.

"Ya sunbae?" suaranya begitu kecil sampai sampai Luhan optimis kalau Sehun bahkan tidak mendengarnya.

"Jangan tundukkan wajahmu seperti itu..kau cantik. Sudah ya, sampai jumpa"

Deg!

Dan begitulah, Sehun memacu kudanya berlari kecil meninggalkan asrama putri kembali ke lapangan belakang untuk mengembalikan kuda hitamnya masuk ke istal. Meninggalkan Luhan yang terpaku di tempatnya berdiri tadi.

"Apa? dia bilang apa tadi?"

Xi Luhan, mari berdoa agar jantungmu kembali normal.

TBC

kritik dan sara di tunggu~ :**