Disclaimer: Masashi Kishimoto
Rated: MA
Warnings: Alternative Universe, Sexual Content, Rape, etc.
Don't Like Don't Read
...
Chapter 1: Nightmare
.
.
"Maaf Sasuke-sensei, aku terlambat!"
Sasuke menatap gadis atau lebih tepatnya murid perempuannya di pintu kelas yang kini tengah terengah-engah. Sepertinya dia habis berlari mengingat waktu pelajaran sudah dimulai 15 menit yang lalu.
"Ini sudah keberapa kalinya kau terlambat, Haruno."
Gadis yang dipanggil Haruno itu membungkukkan badan. "Aku minta maaf sensei, tapi aku akan berusaha untuk tidak terlambat lagi." sesalnya.
Sasuke menghela napas seraya menggelengkan kepala melihat Sakura.
"Baik, kau boleh duduk." ucapnya membuat hampir semua murid di kelas ini mendengus kesal.
Bagaimana tidak? Sasuke itu terkenal sangat dingin, setiap murid yang bermasalah dengan Sasuke akan mendapat hukuman. Tidak peduli dia perempuan atau laki-laki, di depan Sasuke semua sama kecuali dengan gadis bernama Sakura Haruno.
Meskipun Sakura selalu mendapat masalah dengan Sasuke, Sakura jarang sekali mendapat hukuman berat. Seandainya Sakura dapat, paling hanya membawakan buku Sasuke jika setelah Sasuke selesai mengajar.
Beda sekali dengan murid yang lain yang mendapat hukuman diam berdiri di depan pintu kelas sampai pelajaran Sasuke selesai atau yang lebih parah, harus membersihkan toilet sampai bersih. Sementara toilet di sekolah ini tidak hanya satu. Kejam sekali bukan? Tapi Sasuke tidak peduli. Mau kejam atau tidak toh yang diberi hukuman olehnya bukan anak Sasuke, heh?
"Terima kasih Sasuke-sensei, terima kasih." gadis itu membungkukkan tubuhnya berkali-kali pada guru muda di depannya. Segera ia melangkahkan kaki ke arah mejanya yang berada di barisan kedua.
"Kau terlambat lagi bodoh."
"Aku menyesal Ino. Tapi kau tahu 'kan aku harus merawat nenekku dulu."
Semenjak gadis itu duduk di bangkunya, Sasuke tak melepaskan pandangan mata dari murid perempuan yang sedari dulu telah membuat Sasuke jatuh hati. Bahkan sampai Sasuke rela menjadi seorang guru hanya untuk melihat gadis bermata hijau tersebut.
Ya, Sasuke bukanlah orang biasa. Ia adalah pewaris kekayaan keluarga Uchiha. Bahkan Sasuke tidak bekerja pun hartanya tidak akan habis mengingat banyaknya perusahaan Uchiha dimana-mana. Sasuke hanya melihat perkembangan perusahaan-perusahaan itu setahun sekali, dan itu sudah cukup. Hebat bukan?
Alasan Sasuke menjadi guru adalah karena Sakura, gadis yang menarik baginya, gadis yang menjadi obsesi Sasuke sedari dulu. Dan tanpa sertifikat seorang guru pun Sasuke bisa diterima di sini mengingat kepintaran dan kekayaan Uchiha yang tak mungkin bisa ditolak.
Dan juga harus digaris bawahi bahwa sekolah tempat Sasuke mengajar—Konoha High School adalah sekolah yang dibangun oleh Uchiha. Jadi tidak heran jika Sasuke bisa melakukan apa saja termasuk memberikan beasiswa penuh pada Sakura dengan alasan membantu keluarga yang kurang mampu. Padahal hanya ingin bisa bertemu dengan gadis itu saja.
"Sensei, aku tidak mengerti soal nomor 4, bisa kau jelaskan?" tanya seorang murid perempuan yang Sasuke ketahui bernama Karin.
Sasuke menaikkan alis, "Kau yakin tidak mengerti?"
Gadis itu mengangguk diikuti oleh seluruh murid perempuan di kelas ini kecuali Ino, Sakura dan murid laki-laki yang malah kebingungan. Tentu saja bingung, soal ini 'kan sudah dijelaskan Sasuke. Bahkan murid paling bodoh pun mengingatnya. Hah... mungkin mereka hanya beralasan saja agar melihat Sasuke berdiri dan menjelaskan soal, mereka hanya ingin melihat dengan jelas bagaimana tubuh kekar Sasuke.
"Baiklah aku akan menjelaskannya lagi." Sasuke segera berdiri di depan kelas, wajahnya dengan serius menjelaskan soal yang pernah ia jelaskan berkali-kali.
Sementara yang bertanya dan mendukung pertanyaan si penanya tidak mendengarkan penjelasannya Sasuke, mereka hanya memperhatikan wajah dan tubuh Sasuke. Ada yang memerah, berkhayal mesum, mimisan bahkan seorang gadis berambut indigo terkapar di tempat melihatnya. Berlebihan memang, tapi begitulah keadaannya.
"Baiklah kurasa cukup, Sakura maju ke depan dan kerjakan nomor 9." titah Sasuke tiba-tiba kepada Sakura membuatnya terkejut apalagi ketika melihat soalnya yang belum pernah Sasuke ajarkan.
"Ano... aku bukannya tidak bisa, ha-hanya saja aku tidak mengerti." katanya polos membuat semua murid tertawa melihat wajah bodoh Sakura.
"Hey, diam kalian!" ucapnya tajam membuat keadaan kelas kembali hening. Memangnya siapa orang yang berani melawan Sakura? Gadis ceria, kasar namun baik hati tersebut. Oh, dan juga pintar dan cantik.
"Aku tidak peduli. Cepat kerjakan!"
Dengan langkah gontai, Sakura berjalan ke depan. Sakura mengambil spidol di meja Sasuke dan memberikan tatapan horror ke arah gurunya. Sakura kembali melangkahkan kaki ke papan tulis dan hanya diam di sana, Sakura tidak bisa mengerjakan soal itu.
Sementara Sasuke tersenyum tipis melihat mimik wajah Sakura. "Cepat kerjakan."
Sasuke melihat tampang polos Sakura yang seolah meminta untuk membantunya. Setelah itu Sasuke mendekati Sakura, Sasuke memegang tangan Sakura, mengarahkan spidol itu dengan deretan jawaban yang ia tulis bersama tangan Sakura yang digenggamnya membuat seluruh murid perempuan heboh karena kesal dan terbakar rasa cemburu.
Sebenarnya hanya alasan Sasuke saja agar Sakura mengerjakan soal yang belum pernah Sasuke jelaskan. Sasuke ingin seperti ini, menggenggam dan menyesap wangi tubuh Sakura. Ah, benar-benar membuatnya tidak bisa berpikir jernih.
.
...
.
Sasuke melihat Sakura berjalan di depannya. Bedanya, Sasuke memakai mobil dan Sakura berjalan kaki. Padahal Sasuke tahu kalau rumah Sakura lumayan jauh, tak heran jika Sakura selalu terlambat.
Biasanya, Sasuke hanya mengikuti Sakura saja tanpa mengajak Sakura ikut ke mobilnya. Sasuke tidak ingin menanggung resiko terjadi apa-apa dengan Sakura jika dia mengajak Sakura dengannya. Ya, Sasuke tidak ingin Sakura disakiti oleh pengagum gilanya meskipun Sasuke tahu kalau Sakura adalah gadis yang kuat.
Namun kali ini berbeda, Sasuke turun dan mengajak Sakura ikut dengan Sasuke karena hari ini hujan sangat deras. Sasuke tidak ingin melihat Sakura sakit dan absen dari sekolah.
"Sasuke-sensei ada apa? Kenapa hujan-hujanan!" tanpa menjawab, Sasuke menarik lengan Sakura dan membawa Sakura masuk ke mobilnya.
Sasuke memperhatikan gadis di sampingnya yang kini tengah memeluk bahu dengan kedua tangannya; kedinginan. Mata Sasuke tanpa sengaja melihat pakaian dalam Sakura yang tercetak jelas menampilkan tubuh seksinya membuat Sasuke menggelengkan kepala. Mencoba menghilangkan pikiran kotor yang hinggap di otaknya.
'Shit!' umpatnya dalam hati ketika Sasuke merasakan bendanya menegang.
"Sudah sampai Sasuke-sensei dan kuharap Sasuke-sensei mau berkunjung ke rumahku sebentar." Sasuke melihat Sakura tersenyum lalu ia mengangguk menyetujui ajakan Sakura kepadanya.
Sasuke memasuki rumah sederhana disambut ramah oleh seorang nenek-nenek yang ia ketahui bahwa dia adalah nenek Sakura. Setelah itu, Sasuke melihat Sakura keluar dari kamarnya dengan gaun putih gading yang membuat gadis berambut merah muda sebahu itu terlihat sangat manis. Tak lupa ia membawa sebuah handuk dan segelas teh hangat untuk Sasuke.
"Rambut Sasuke-sensei basah. Kemarilah, biarkan aku mengeringkannya." kata Sakura seraya menumpu kedua lututnya di depan Sasuke dan mencoba mengeringkan rambut basah Sasuke dengan handuk yang dibawanya.
Sasuke merasa jantungnya berdetak sangat cepat ketika Sakura dengan cekatan mengeringkan rambutnya yang basah. Sasuke memang menunduk, tapi itu justru menguntungkan baginya karena Sasuke bisa dengan jelas melihat kedua dada Sakura yang bergoyang membuat tangan Sasuke sangat gatal untuk meremasnya.
Kedua dada Sakura berhenti bergoyang dan mulai menjauh dari penglihatan Sasuke membuat Sasuke sedikit tak rela.
"Sedang apa tadi Sasuke-sensei di sana?" tanya Sakura penasaran karena setahu Sakura rumah Sasuke berbeda arah.
Sasuke berdehem sebentar mencari alasan.
"Hn, hanya jalan-jalan sebentar." katanya berbohong seraya melirik Sakura yang menatapnya dengan tampang polos membuat Sasuke ingin mencium wajah polos Sakura.
Hah... hari ini benar-benar hari yang menyenangkan sekaligus menyebalkan bagi Sasuke.
.
...
.
Ting Tong Ting Tong
Bel istirahat berbunyi, seluruh murid kecuali Sasuke dan Sakura di ruangan kelas 3-1 keluar dengan serempak.
Keheningan tercipta diantara Sakura dan Sasuke. Sakura yang memilih membaca novel dan Sasuke yang lebih memilih memandangi wajah Sakura yang berubah-ubah membuat Sasuke tersenyum tanpa Sakura sadari.
"Sakura!"
Teriakan Ino membuat Sasuke kembali berpura-pura membaca buku di depannya dengan kesal. 'Pengganggu!'
Ino menyesal telah berteriak keras, Ino lupa kalau Sasuke berada di kelas. Segera Ino membungkuk dengan tersenyum canggung dan meminta maaf yang hanya dibalas 'Hn' saja oleh Sasuke. Kemudian Ino menghampiri Sakura dan duduk di depan Sakura lalu menghadap Sakura yang menatapnya dengan bingung.
"Apa pig?"
"Jadi gosip itu benar?"
Sasuke mempertajam pendengarannya saat Ino mengatakan gosip. Apa gosip kemarin Sasuke mengantar Sakura pulang dan mengunjungi rumah Sakura.
"Kau jadian dengan Naruto! Heh, sejak kapan?"
"Diam pig!"
Sasuke semakin mempertajamkan pendengarannya. Sakura jadian dengan Naruto? Dia berharap itu semua hanya sebuah gosip tidak penting.
"Kau tahu?"
"Tentu saja, sudah dua hari Naruto tidak sekolah karena mengunjungi orang tuanya di Iwa. Dan saat barusan aku bertemu dengannya, dia berkata kalian sudah jadian. Sejak kapan?"
"Aku jadian dengan Naruto... tiga hari yang lalu."
KRETAK
Dan saat itu juga, pulpen yang digenggam pemuda berambut raven itu terbelah menjadi dua.
.
...
.
Sudah dua hari ini Sakura tidak pernah terlambat sekolah. Tentu saja karena Naruto. Setiap pagi Naruto akan menjemput Sakura dan siangnya dengan setia Naruto akan mengantar Sakura pulang, seperti saat ini, Naruto berjalan dengan Sakura di sisinya. Hari ini Naruto sengaja tidak membawa motor atau pun mobilnya.
"Bagaimana keadaan nenek?" Naruto bertanya pada kekasihnya.
"Nenek baik-baik saja."
Naruto mengangguk senang. Bagaimanapun juga Naruto tahu bahwa Sakura sangat menyayangi neneknya mengingat Sakura hanya tinggal berdua dengan neneknya karena orang tua Sakura sudah meninggal akibat kecelakaan.
"Lalu pekerjaanmu?"
"Lumayan melelahkan." jawab Sakura lesu, sekolah sambil bekerja benar-benar membuat tulangnya serasa remuk. Terlebih lagi Sakura harus merawat neneknya yang sudah sakit-sakitan. Namun Sakura tidak pernah menyerah.
"Jangan terlalu bekerja keras ya," kata Naruto cemas dibalas dengan anggukkan Sakura. "Kalau Sakura-chan mau, bekerja di perusahaan ayahku saja."
Sakura menggeleng.
"Aku tidak mau, aku ingin mencari pekerjaan sendiri."
Naruto menghela napas, ia tahu bahwa kekasihnya ini akan menolak tawarannya. Padahal Naruto bisa saja memberi pekerjaan pada Sakura dengan gaji besar tentunya. Namun gadis itu selalu menolak. Aneh.
"Sasuke-sensei tampan ya? Banyak sekali yang menyukainya." ujar Naruto tiba-tiba. Sebenarnya Naruto bertanya seperti ini karena takut kalau kekasihnya sama dengan perempuan lain yang berebut Sasuke Uchiha—guru muda tampan berumur 25 tahunan di sekolahnya.
"Iya, begitulah." Sakura mengangguk membenarkan ucapan Naruto membuat pemuda berambut pirang itu menghela napas. Ternyata benar.
"Sakura-chan menyukainya?" tanya Naruto harap-harap cemas dengan jawaban Sakura. Naruto melihat Sakura mengangguk menandakan bahwa Sakura memang menyukai senseinya itu.
"Tapi aku lebih menyukaimu, Naruto." ucapan Sakura membuat Naruto membelalakkan mata.
"Benarkah?" tanyanya antusias dibalas dengan anggukkan Sakura. "Terima Kasih." katanya lagi seraya mengacak-acak rambut Sakura membuat Sakura berdecak kesal.
"Aku tak pernah menyangka bisa sebahagia ini," Naruto tersenyum lembut. "Itu karena kau, Sakura-chan. Aku sangat mencintai Sakura-chan." ucapan Naruto sukses membuat wajah Sakura memerah.
"Aku juga Naruto, aku mencintaimu." balas Sakura mantap dan kedua bibir itu bertemu, sebelah tangannya bertaut satu sama lain tanpa mengetahui ada seseorang di belakang yang menatap mereka penuh kebencian.
.
...
.
"Sakura, temui aku di ruanganku sekarang juga!"
Sakura menaikkan alis tidak mengerti karena Sasuke tiba-tiba meyuruhnya ke ruangan Sasuke. Seingat Sakura, hari ini dia tidak punya masalah dengan gurunya. Namun dari pada memikirkan itu, Sakura lebih baik mengikuti gurunya yang sudah terlebih dulu pergi.
Sakura berjalan. Ia menengok ke arah kelas Naruto, berharap kekasihnya itu ada di kelasnya. Sakura tersenyum melihat Naruto sedang bercanda dengan Kiba. Ia jadi tak sabar ingin segera istirahat mengingat kemarin Naruto mengajaknya ke atap, ada apa ya.
"Masuklah. Aku ingin kau membantuku. Tolong ambilkan map di kamarku."
Sakura mengangguk lalu segera memasuki kamar Sasuke untuk mengambil map. Ruangan Sasuke memang berbeda dengan guru yang lain, ruangan Sasuke sangat besar dan nyaman juga jauh dari keramaian. Di ruangan depan adalah tempat Sasuke menerima tamu. Dan di belakangnya ada sebuah pintu menuju kamar pribadi Sasuke untuk beristirahat. Benar-benar sangat nyaman seperti di rumah sendiri.
Ceklek
"Ah sensei, maaf lama tapi aku tidak menemukan map di sini." kata Sakura melihat Sasuke masuk. Sakura menaikkan alis ketika Sasuke menutup pintunya kembali lalu berjalan ke arah Sakura. Matanya tajam menatap Sakura membuat gadis itu sedikit ketakutan.
"Se-Sensei ada apa?" Sakura berjalan mundur ketika melihat Sasuke membuka jas dan kemeja putih yang ia kenakan membuat jantung Sakura berdetak kencang, takut.
Wajah Sakura semakin pucat ketika Sasuke membuka ikat pinggangnya dan melemparkan kesembarang arah. Sakura terus-terusan mundur hingga tubuhnya menabrak dinding di belakang tubuhnya.
Grep!
Sasuke menarik tangan Sakura ke arah ranjangnya. Ia mendorong tubuh gadis itu hingga terlentang dan menindihnya. Dengan kasar Sasuke mencium bibir Sakura, melumatnya hingga bibir itu memerah. Sasuke membuka baju Sakura paksa hingga kancing di kemeja Sakura terlepas dari tempatnya.
Sakura memberontak, ia tidak terima perlakuan Sasuke. Sakura mendorong tubuh Sasuke hingga Sasuke terdorong sedikit menjauh dan membuat Sakura terbebas dari tindihan Sasuke. Sakura berlari ke arah pintu, bajunya sudah sangat berantakan. Namun ia tidak peduli. Yang Sakura inginkan sekarang adalah pergi dari tempat itu.
Saat sedikit lagi tangan Sakura akan menggapai gagang pintu, Sasuke terlebih dulu menangkapnya dan membawa Sakura ke ranjang secara paksa.
"Tidak Sasuke-sensei, apa yang kau lakukan!" Sakura mencoba menghalangi Sasuke yang kini tengah mencoba membuka penutup dadanya. Namun semua itu sia-sia, Sasuke dengan brutalnya menarik penutup dada Sakura hingga sobek. Ia melemparkan itu kesembarang arah lalu meremas buah dada Sakura.
"Kumohon jangan sensei!" Sakura memberontak, payudaranya kini telah dikulum oleh Sasuke. Sementara yang sebelahnya diremas kuat oleh gurunya itu.
"Sakura-chan?"
Kegiatan Sasuke terhenti. Sakura dan Sasuke mendengar kedatangan seseorang di luar. Sakura melihat jam di dinding kamar Sasuke, jam menunjukkan bahwa sekarang waktunya istirahat. Sakura yakin itu Naruto, Sakura yakin Naruto mencarinya.
"Naruto!" Sakura berteriak ketika melihat Sasuke lengah. Mendengar itu Sasuke segera menahan kedua tangan Sakura di atas kepala Sakura. Sementara tangan Sasuke yang satu lagi membekap mulut Sakura yang mencoba berteriak.
"Mmm... Hmm!"
"Sepertinya aku mendengar suara Sakura-chan dari kamar Sasuke-sensei."
Keringat dingin menetes dari tubuh Sasuke ketika mendengar langkah Naruto mendekat dan gagang pintu itu bergerak perlahan dan sialnya Sasuke lupa mengunci pintu itu.
"Ah tidak, mana mungkin Sakura-chan berada di kamar Sasuke-sensei. Lagi pula, aku sudah tidak sopan mencoba masuk ke kamar pribadi orang lain. Dasar Ino, dia bilang Sakura-chan kesini. Tapi tidak ada."
Sasuke menyeringai ketika suara langkah Naruto menjauh dan menghilang. Sementara Sakura membelalakkan mata, air matanya jatuh perlahan. Ingin sekali Sakura berteriak kalau dia ada di sini, namun itu tak mungkin. Sasuke membekap mulutnya.
"Dia pergi, Sakura."
Sakura menggelengkan kepalanya perlahan melihat Sasuke menyeringai. Sakura kembali membelalakkan mata ketika bekapan Sasuke lepas. Namun tangan itu terarah ke bawah—Sasuke membuka celananya.
Tubuh Sakura menegang melihat celana Sasuke terlepas dengan sempurna menampilkan miliknya yang mengacung tegak. Sakura takut, sangat takut. Sasuke lalu mencoba membuka celana dalam Sakura di balik roknya, Sasuke menarik rok Sakura ke atas tanpa membukanya dan menarik celana dalam berwana putih Sakura.
"Kumohon Sasuke-sensei, kumohon jangan!" Sakura menggerak-gerakan kakinya ke sana kemari ketika melihat Sasuke mencoba memasukkan miliknya.
"Diam!" Sasuke kesal, ia menggunakan tangan yang menahan tangan Sakura untuk memasukkan miliknya membiarkan kedua tangan Sakura bebas dan memukuli dadanya. Sebelah tangan Sasuke menahan sebelah paha Sakura agar tidak bergerak.
"Akh!" Sakura mendongakkan wajahnya ke atas. Darah perlahan menetes dari kewanitaan Sakura ketika Sasuke berhasil memasukinya. Selaput daranya sobek, Sakura kini sudah tidak lagi perawan.
"Hiks..." air mata Sakura turun dengan derasnya. Rasanya sakit, sangat sakit.
"Diamlah ini hanya sebentar." kata Sasuke seraya menjilat air mata Sakura dan menggerakan pinggulnya perlahan.
"Kumohon jangan Sasuke-sensei. Ini sakit... Hiks..."
Sasuke tidak memedulikan rintihan Sakura. Ia terus menggerakan pinggulnya. Kedua tangannya tak tinggal diam, ia meremas kuat kedua payudara Sakura. Bibirnya menyelusuri leher Sakura, meninggalkan bekas-bekas merah di sana.
"Ini akan terasa nikmat jika kau diam." bisik Sasuke ditelinga gadis pink itu.
Sakura menggelengkan kepala kesana kemari.
"Sakit sensei ahh. Tidak, hentikan ah hentikan!" Sakura semakin menangis ketika Sasuke semakin cepat memasuki kewanitaannya. Kedua tangannya mencengkram erat sprei putih di bawah. Tubuhnya mengejang ketika merasakan sesuatu akan keluar dari dalam tubuhnya.
"AHHH!" Sakura mendesah hebat ketika merasakan klimaksnya telah sampai. Setelah itu, ia merasakan tubuh Sasuke menjauh dari tubuhnya.
Sakura segera beringsut, sebelah tangannya menutup kedua dadanya dengan kemeja putih kusut yang ia kenakan, sementara tangan sebelah ia gunakan untuk menahan rok di kedua selangkannya yang terasa berdenyut nyeri.
Air mata Sakura jatuh kembali saat ia melihat darah berceceran di paha mulusnya dan di sprei putih berbahan satin di bawahnya, ia tahu itu adalah darah kesuciannya. Sakura menatap tajam Sasuke yang kini telah menggunakan jubah mandinya dan duduk di kursi yang tak jauh dari Sakura seraya menatap Sakura.
"Hiks... kau jahat!" bentak Sakura kepada Sasuke yang selama ini ia anggap guru paling baik di sekolahnya. Sementara Sasuke hanya tersenyum...
...menyeringai.
.
.
Bersambung
