A Naruto Fanficion..

Freedom Alliance (FA) present..

GIFT from HEAVEN

Rate: T

Genre: Romance, drama, friendship, Shonen-ai/Yaoi

Disclaimer: Naruto punya Masashi Kishimoto

Warning: AU, Shonen-ai/YAOI, typos, DON'T LIKE DON'T READ!

Insert Song: "Aoi Tori" by Alice Nine

Author: Schezcha


Author's Note: Cerita ini merupakan versi Naruto dari fanfic MY BABY oleh: Minoru_666 (FA). Selamat menikmati..

.

.

Summary: Naruto dan teman-temannya memiliki satu impian. Tapi belum sampai tujuan, band mereka harus bubar. Di saat tak terduga Naruto bertemu dengan Sasuke. Siapa pemuda itu sebenarnya?


Lyric 1: Kyuubi Café


"Kriiiing..kriiiiing.."

Dering alarm terdengar dengan kerasnya. Suaranya berasal dari salah satu kamar di sebuah apartment kecil di pinggir kota. Kamar berdinding putih itu terlihat berantakan dengan banyak barang tak tertata dengan rapi. Sang pemilik kamar masih tertidur lelap di atas tempat tidur single-nya. Dia masih terbuai dalam mimpinya. Seorang pemuda blonde spiky terlihat memeluk gulingnya yang bermotif rubah orange dengan ekor berjumlah sembilan.

"Kriiiing..kriiiiing.."

Suara alarm berdering lagi.

Berisik sekali..

Tangan kanannya berjalan menuju meja kecil yang terletak di sebelah kanan tempat tidurnya. Meraba-raba dan mencoba meraih jam weker di atas sana. Ditekannya tombol pada jam weker itu. Dan jam wekerpun berhenti berdering. Pemuda itu kembali tidur.

"Pipipiiip.. Pipipiiip.. Pipipiiip.."

What now?

Kali ini suara pengganggu terdengar dari ponsel putihnya yang ada di samping jam wekernya. Pemuda berkulit tan itupun membuka kedua pelupuk matanya dengan terpaksa. Nampaklah dua bola mata biru saphirenya yang indah. Dia bangun lalu duduk di pinggir tempat tidur. Wajah manisnya berhias tiga garis halus pada kedua sisi pipinya. Pamuda itu kembali memejamkan kedua matanya. Diambilnya ponselnya dengan kedua mata masih terpejam.

"Hooaaaam.. Moshi-moshi..(halo)," sapa pemuda itu dengan nada masih mengantuk.

"Kau sudah bangun, Naruto?" tanya seorang pemuda di seberang sambungan telepon.

"Hmm..hai' (ya)," jawab pemuda bernama lengkap Uzumaki Naruto itu.

"Kalau kau tidak segera kemari, kau akan mendapat balasannya."

"Hah? Siapa kau?"

"Kau sudah lupa dengan temanmu sendiri?"

Naruto membuka kedua matanya dengan enggan lalu melihat sebentar pada layar ponselnya. Tertera sebuah nama pada layar ponselnya, 'Gaara -Shukaku-'.

"Aah..rupanya Gaara? Tumben sekali pagi-pagi sudah menghubungiku, ada apa?" tanya Naruto.

"Kau pikir ini sudah jam berapa? Kau melupakan janjimu, dan bahkan melupakan suara temanmu sendiri," jawab Gaara datar.

Naruto melirik jam wekernya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.

"Gomen na (maaf), Gaara.. Hehehe..," balas Naruto seraya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Kutunggu sepuluh menit, kalau kau tidak datang juga.."

"Hai'! Hai'! Aku segera ke sana. Kau ada di kafe dekat apartmentku kan?"

"Hn. Cepatlah."

"Tut..tuuut..tut.."

Gaara menutup sambungan telepon sepihak. Dengan cepat Naruto berlari ke arah kamar mandi. Mencuci mukanya, menggosok giginya, mandi, lalu mengganti pakaiannya dengan pakaian bersih yang ada pada lemari pakaiannya. Diambilnya T-shirt hitam tanpa panjang lalu dipakainya. Lalu dia memakai jaket putih berhoodie bulu tanpa lengan pada bagian luarnya. Dipadu dengan celana skinny putih panjang dengan aksesoris rantai kecil pada sebelah kiri. Tak lupa dipakainya dekker hitam pada siku kanannya dan gelang metal style pada pergelangan tangan kirinya.

Naruto berlari menuju pintu depan. Mengunci apartmentnya, lalu berlari meninggalkan gedung apartment itu dengan cepat. Dia berlari menuju kafe tempatnya janjian dengan Gaara. Walau jarak kafe itu dekat dengan apartmentnya tapi dia tidak mau terlambat. Apalagi tinggal beberapa menit saja waktu yang tersisa.

Brug! Gedebug!

Tidak sengaja pemuda blonde itu menabrak seorang pejalan kaki yang lewat. Tubuhnya terdorong ke belakang dan membuatnya jatuh terduduk di trotoar.

"Adududuh..," keluh Naruto menahan sakit. "Go, gomen nasai (maafkan aku), saya tidak sengaja," ucap Naruto meminta maaf pada orang itu.

Dia berusaha berdiri dari tempatnya jatuh. Lalu membersihkan debu yang menempel pada pakaian yang dikenakannya. Sementara orang yang ditabraknya hanya berdiam diri di tempatnya berdiri. Orang itu tidak terjatuh. Tiba-tiba Naruto membungkukkan tubuhnya ke arah orang itu.

"Hounto ni gomen nasai (maafkan aku)," ucap Naruto lagi.

"Hn. Lain kali perhatikan jalanmu."

Terdengar suara barinton dari orang yang ditabraknya tadi. Pelahan-lahan Naruto mengubah posisiya kembali seperti semula. Dilihatnya dengan seksama orang yang ada di depannya itu. Rupanya yang ditabraknya adalah seorang pemuda berparas tampan berkulit putih porselen. Pemuda berambut biru kehitaman itu mengenakan kemeja biru dongker lengan panjang dengan coat hitam panjang yang dipadu dengan celana jeans hitam.

"Keren sekali..," gumam Naruto tanpa sadar.

Pemuda di hadapan Naruto itu mendengus kesal akibat diperhatikan sampai seperti itu. Diapun menata pemuda yang lebih pendek darinya itu dengan kedua mata hitam onyx-nya. Kedua mata mereka bertemu.

"Mau sampai kapan kau memerhatikanku, bocah?" tanya pemuda itu datar.

Bocah..? Memang berapa usianya?

"Ah! Su, sumimasen!" seru Naruto begitu tersadar dari lamunannya.

"Kau tidak apa-apa? Ada yang terluka?"

Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ya sudah, kalau begitu aku pergi," ucap pemuda itu seraya melangkahkan kedua kakinya menjauh dari tempat Naruto berdiri. "Jangan lupa perhatikan langkahmu, jangan sampai menabrak lagi."

"Arigato gozaimasu! (terima kasih)" teriak Naruto sedikit membuat orang-orang di sekitar tempat itu menoleh ke arahnya.

Naruto masih terdiam dan menatap punggung pemuda itu yang semakin jauh darinya.

"Oh iya! AKu kan ada janji dengan Gaara!" seru Naruto tiba-tiba.

"Srek!"

Naruto membalikkan tubuhnya lalu terdiam.

Rasanya aku menginjak sesuatu, pikir Naruto.

Naruto mengangkat kaki kirinya dan melihatnya sesuatu yang ada di bawah kakinya tadi. Di sana ada sebuah dompet kulit berwarna coklat tua. Perlahan Naruto membungkuk dan mengambilnya. Dibukanya dompet coklat itu. Ada beberapa lembar sepuluh ribu yen di dalamnya.

Woah..banyak sekali! Aku beruntung!

Kedua mata Naruto membulat sempurna saat melihat foto pada kartu identitas yang tersemat pada dompet itu. Pemilik dompet itu adalah pemuda yang tadi ditabraknya. Namanya..

Uchiha.. Sasuke..?

Tanpa pikir panjang Naruto berbalik dan berlari mengejar pemuda itu. Dia menyusuri jalan dengan teliti. Siapa tahu pemuda itu berhenti di suatu tempat kan? Dia terus berlari sampai sebuah perempatan besar yang ramai dengan penjalan kaki. Dia berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Diedarkannya pandangannya ke segala penjuru tapi hasilnya nihil.

Pemuda itu telah menghilang dalam keramaian kota Tokyo. Naruto membungkukkan tubuhnya dengan kedua tangan bertumpu pada kedua lututnya.

"Jalannya cepat sekali. Hah..hah.. Baru sebentar saja aku sudah kehilangan jejaknya," gumam Naruto sambil mengatur nafasnya.

Tapi..Uchiha Sasuke. Entah kenapa sepertinya nama itu tidak asing bagiku.

"Pipipiiip.. Pipipiiip.. Pipipiiip.."

Ponsel Naruto berdering. Naruto meraih ponsel di sakunya dan menerima panggilan itu.

"Moshi-moshi.."

"Kau terlambat," ucap Gaara dengan nada datar seperti biasanya.

"Hah..hah.. Maaf Gaara. Tadi aku menabrak orang di jalan. Lalu.."

"Kau tidak apa-apa? Bagaimana keadaanmu sekarang? Kau ada dimana?" tanya Gaara khawatir.

"Aku ada di..hah..hah.. Di dekat perempatan barat," jawab Naruto seraya berjalan kembali.

"Kenapa kau ada di sana? Harusnya kau pergi ke timur bukan ke barat."

"Gomen na.."

"Ya sudah, tunggu aku di sana. Jangan kemana-mana!"

"Tut..tuuuut..tut.."

Lagi-lagi Gaara menutup sambungan telepon begitu saja. Naruto hanya bisa menghela nafas lelah seraya berjalan menju pinggir trotoar. Yang bisa dilakukannya saat ini hanyalah menunggu Gaara. Naruto bersandar pada dinding luar sebuah toko. Kedua mata birunya melihat langit di angkasa. Awan-awan bergerak dengan perlahan tertiup angin.

Damainya hari ini. Entah kapan terakhir kali kutemui hari yang damai seperti ini. Aku sudah tidak ingat lagi.

"Naruto!" panggil seorang pemuda berambut merah yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Yo! Gaara!" panggil Naruto seraya berjalan menghampiri pemuda bertato kanji 'Ai' pada dahinya sebelah kiri itu. "Maaf ya membuatmu menunggu lama. Hehehe.."

Pemuda itu mengenakan T-shirt hitam lengan pendek dan celana panjang hitam. Pada bagian luarnya dia memakai jaket hitam yang sebagian tidak dikancingkan. Di kedua tangannya terdapat sepasang sarung tangan kulit berwarna hitam. Style-nya sangat pantas untuk pemuda berambut merah marun itu.

"Bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Gaara.

"Tadi aku menabrak seseorang tapi ternyata orang itu menjatuhan dompetnya. Waktu aku mau mengembalikannya, orang itu sudah pergi.."

"Lebih baik kau serahkan saja pada kantor poisi, biar polisi yang mengurusnya."

"Tidak bisa.."

"Kenapa?" tanya Gaara heran.

"Soalnya..tidak ada kartu identitasnya," jawab Naruto bohong. "Tapi aku hafal dengan wajahnya!"

Lagipula sepertinya pemuda itu, aku pernah melihat wajahnya di suatu tempat.

"Kau kembalikan saja besok saat bertemu dengannya lagi."

"Iya! Oya, apa hal yang ingin kau bicarakan denganku?"

Naruto menatap pemuda bermata hijau jade dengan lingkaran mata hitam itu heran.

"Ada pekerjaan, kau mau tidak?" tanya Gaara seraya menatap kedua mata Naruto.

"Apa?" tanya Naruto balik.

"Kau tahu Kyuubi Café kan?"

Naruto mengangguk.

"Mereka menawari band kita untuk tampil nanti jam 7 malam. Kau bisa datang kan?"

Wajah Naruto berseri dan terpancar kebahagiaan.

"Tentu saja!" seru Naruto mantap. "Tapi..Shukaku Band kan sudah bubar," tambah Naruto dengan nada suara rendah.

Tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi masam. Naruto menundukkan kepalanya. Dia teringat kembali enam bulan lalu ketika band mereka, Shukaku Band dengan terpaksa harus bubar. Dia dan ketiga tempatnya harus berpisah. Gaara tahu hal ini akan terjadi. Ditepuknya bahu kiri pemuda blonde itu pelan.

"Aku tahu band kita sudah bubar," ujar Gaara datar.

"Lalu kenapa kau menerima tawaran itu?" tanya Naruto tidak mengerti.

"Sebelum kuterima sudah kubicarakan dengan teman-teman kita yang lain. Dan..mereka menyetujuinya. Walau Shukaku Band sudah bubar, tapi tidak ada salahnya kalau kita kembali bersama kan?"

Naruto mengalihkan perhatiannya pada Gaara. Menatapnya dengan tatapan seolah bertanya, 'Apa itu benar?' Gaara menjawabnya dengna sebuah senyuman tipis. Raut wajah Naruto kembali ceria.

"Baiklah! Sudah diputuskan! Nanti malam aku ikut!" ujar Naruto mantap dengan cengiran lima jari khasnya.

"Jam tujuh malam, jangan sampai terlambat!"

"Okey!"

Mungkin dengan ini..kesempatan kedua untuk mewujudkan impian kami bisa tercapai, kata Naruto dalam hati. Semoga..

.

.

Gift from Heaven -Schezcha-

.

.

Seorang pemuda berkemeja biru kotak-kotak biru tua dengan coat hitam panjang berdiri dengan angkuhnya. Di depannya seorang fotografer sibuk mengambil fotonya dengan kameranya. Sementara itu beberapa orang terlihat antusias memandang sang pemuda.

"JEPREEET! JEPREEET!"

Hanya terdengar shutter kamera di studio itu.

"JEPREEET!"

"Pose dari samping. Tolong pose dari samping," ujar sang fotografer memberi pengarahan.

Pemuda berkulit putih itu mengganti posisinya. Diapun berpose dengan cool-nya.

"Bagus!" seru sang fotografer.

"JEPREEET! JEPREEET!"

"Sekali lagi Uchiha-san. Kali ini dengan pose yang biasa Anda lakukan," pinta laki-laki itu.

"Hn," sahut sang pemuda.

Pemuda itu menatap lurus ke depan dengan tangan kanan menunjuk ke arah depan seperti membawa sebuah pistol. Sementara tangan kirinya dimasukan ke dalam saku coat hitamnya. Berpose selayaknya seorang detektif dalam film-film Hollywood. Bibir pemuda itu mengulaskan sebuah seringaian.

"JEPREEET! JEPREEET! JEPREEET!"

"Sempurna..," gumam fotografer itu kagum. "Arigato gozaimasu, Uchiha-san."

"Hn, sama-sama."

Fotografer itu melangkah menuju para asistennya. Pemuda itu melepas coat yang dipakainya. Seorang penata busana bergegas menghampiri pemuda itu. Dibawanya coat hitam itu. Lalu diserahkannya pada gadis di sampingnya.

"Kerja bagus, Sasuke," puji gadis itu dengan senyuman ramah di wajahnya.

"Hn," balas Sasuke singkat.

"Ck, ck, ck..kau tidak berubah sedikitpun. Padahal sudah lima tahun lebih berlalu."

Sasuke mendengus lalu berjalan menuju sebuah sofa panjang di studio pemotretan itu. Lalu duduk di sana dengan santai. Sang gadis berjalan mengikutinya. Diapun turut duduk di samping Sasuke. Gadis berkemeja merah itu memperhatikan gerak-gerik Sasuke dengan seksama.

"Waktu tidak akan mudah mengubah seseorang," ujar Sasuke datar.

"Kau ini. Cepat cari pacar sana..," suruh gadis berambut merah jambu itu.

Sasuke menatap tajam ke arah gadis itu. Tapi hal itu justru membuat gadis beriris hijau emerald itu berbalik menatapnya tak kalah tajam dari tatapan mata Sasuke.

"Apa?" tanya gadis itu datar.

"Urusi urusanmu sendiri, Sakura."

"Haah..aku hanya bosan melihat fotomu dengan banyak gadis di setiap majalah yang kubeli."

"Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan mereka."

"Tidak ada hubungan apa-apa bukan berarti tidak terjadi apa-apa."

"Mereka saja yang salah mengartikan."

"Itu karena kau terlalu baik pada mereka. Kau tidak memberi kejelasan pada mereka, makanya mereka jadi seperti itu. Apa kau tahu, seorang gadis sangat mudah salah paham pada seorang pemuda yang memperlakukannya dengan sangat baik," papar Sakura.

Mulai lagi..batin Sasuke.

"Makanya sekarang kau mendapat julukan 'Playboy'. Kau tampan, semua gadis suka padamu. Apa tidak ada salah satu atau dua orang dari mereka yang kau sukai?" tanya Sakura.

"Tidak."

"Apa kau tidak tertarik pada wanita?"

"Tidak."

"Berarti kau tertarik pada laki-laki?"

"Apa?"

Sasuke mengalihkan kedua matanya pada Sakura.

"Kau..seorang yaoi?" tanya Sakura dengan wajah tersenyum penuh harap.

"Hah?"

Sasuke menghela nafas panjang. Lalu mengambil sebotol air mineral yang tergeletak di atas meja di depannya. Diteguknya air itu sampai membasahi tenggorokannya yang kering. Sakura masih menunggu jawaban dari Sasuke.

Haruno Sakura adalah sahabat Sasuke sejak kecil. Dulu mereka membentuk sebuah grup band dengan nama Sharingan, dengan jumlah personel ada empat orang. Sayangnya kurang lebih lima tahun yang lalu Sharingan bubar dan masing-masing personelnya mendalami aktivitas baru mereka masing-masing.

"Aku bukan yaoi," ucap Sasuke lirih.

"Sayang sekali..padahal kalau kau yaoi, aku akan sangat mendukungmu," kata Sakura dengan nada dibuat-buat.

"Berhentilah menjadi fujoshi."

"Tidak bisa. I'm a fujoshi forever."

"Shitsurei shimasu (permisi), Haruno Sakura-san," ujar seorang pemuda berbadan besar dengan rambut coklat.

Sakura menoleh ke arah pemuda itu.

"Hai', ada apa Akimichi-san?" tanya Sakura ramah.

"Ini sudah jam lima sore. Sudah saatnya untuk ke Yamanaka Boutique untuk mengantar gaun pesanan," ujar pemuda itu mengingatkan.

"Ah! Benar juga!" seru Sakura tiba-tiba, "Kau tunggu di mobil saja, Akimichi-san."

Pemuda bernama lengkap Akimichi Chouji itu mengangguk lalu beranjak pergi.

"Gara-gara kau aku sampai lupa waktu," kata Sakura menyalahan Sasuke.

"Hn?"

"Aku pergi dulu. Jaa.."

"Tunggu!"

Sasuke meraih tangan kiri Sakura. Menggenggamnya kuat. Sakura menoleh padanya.

"Ada apa?"

Jangan katakan kalau dia tiba-tiba tertarik padaku, tebak Sakura dalam hati.

Sasuke dan Sakura saling menatap beberapa saat. Onyx bertemu emerald. Tanpa mereka sadari ada seorang fotografer yang mengarahkan kameranya pada dua orang itu. Memotretnya satu kali lalu beranjak pergi.

"Kau bisa meminjamiku uang?" tanya Sasuke to-the-point.

"Hah?"

Sakura sweatdrop.

"Kau menghentikanku pergi hanya untuk itu?" tanya balik Sakura.

Sasuke mengaagguk lemah.

"Kemana perginya dompetmu Tuan Muda Uchiha?"

"Sepertinya tertinggal di rumah."

Apa boleh buat..dia kan sahabatku juga.

"Berapa yang kau butuhkan?" tanya Sakura seraya mengeluarkan dombet merahnya.

"Berapa banyak yang kau punya?"

"Sekitar 50 ribu Yen." Sakura terdiam sesaat, "Tunggu, kau tidak akan mengambil semua uangku kan?"

"Hn."

"Apa maksudmu dengan 'Hn'?"

Sasuke mengambil dompet merah Sakura tanpa seizin si pemiliknya. Dikeluarkannya beberapa lembar uang dari dalam dompet itu. Lalu dimasukkannya ke dalam saku kemejanya.

"Kau mau merampokku? Hei, kembalikan!" teriak Sakura tidak terima.

"Kau kan punya banyak uang. Aku hanya pinjam sedikit."

"Sasuke kembalikan!"

"Tidak."

Sakura berusaha mengambil uangnya yang diambil paksa oleh Sasuke. Dia menyerang Sasuke dengan tangan kanannya. Tapi Sasuke menahan tangan kanannya. Lalu Sakura menyerang dengan tangan kirinya. Dengan cepat Sasuke mencengekeram tangan Sakura. Gadis berambut pink itu menyeringai. Dia membalikkan tubuhnya dan menyerang Sasuke dari belakang. Sasuke menghalanginya tanpa bergerak sedikitpun dari tempatnya duduk.

Sakura terus melancarkan serangan-serangan untuk mengambil uangnya. Tapi setiap tangan putih Sakura mendekati saku kemejanya, Sasuke menghalanginya dengan sigap. Mereka terus saling menyerang dan menghalangi.

"Ehm! Haruno Sakura-san! Uchiha Sasuke-san!" panggil seorang pria bermasker hitam menginterupsi pertengkaran kecil dua sahabat itu.

Sasuke dan Sakura saling mencengkeram tangan lawannya. Tiba-tiba mereka menghentikan gerakan mereka dan menoleh ke arah pria itu.

"Kakashi-sensei," panggil Sakura.

"Untuk apa kau kemari Kakashi?" tanya Sasuke sarkastik.

"Kalau kalian berdua tetap seperti itu, bisa menimbulkan salah paham nantinya," ujar Kakashi seraya berjalan ke arah dua orang itu.

Sasuke melepas cengkeraman tangannya dari pergelangan tangan Sakura, begitu pula sebaliknya. Mereka saling menatap dalam diam.

Aku menang, kata Sasuke dalam hati.

Lain kali aku akan mengalahkanmu, ucap Sakura dalam hati.

"Padahal kalian kan bersahabat, kenapa bertengkar?" tanya Kakashi ramah.

"Hahaha..hanya sparing saja, Kakashi-sensei. Sudah lama kami tidak sparing," jawab Sakura bohong.

"Baguslah.. Sayang sekali ya Sharingan harus bubar."

"Iya. Ah, gomen nasai Kakashi-sensei aku harus pergi. Aku ada janji dengan Ino. Jaa.."

Sakura berlari meninggalkan studio pemotretan itu dengan cepatnya. Kakashi tidak sempat membalas salam dari mantan muridnya itu.

"Ada apa?" tanya Sasuke to-the-point.

"Kau ada waktu?"

.

.

Gift from Heaven -Schezcha-

.

.

Matahari mulai terbenam di ufuk barat. Langit yang biru kini mulai berubah dengan munculnya bias-bias keemasan. Lampu-lampu di pinggir jalan mulai menyala menerangi jalanan ibu kota. Tak ada istilah sepi pada Tokyo, selalu ramai setiap saat. Naruto termenung di balkon kamarnya. Mengamati perubahan langit di atas sana. Bintang-bintang kecil bermunculan di atas sana. Berkelap-kelip seolah menyapa tiap orang yang melihatnya. Pemuda berwajah imut itu tersenyum melihatnya.

"Hari ini aku akan berjuang keras!" serunya pada dirinya sendiri seraya mengangkat tangan kanannya ke atas.

Diapun melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Sudah jam enam lebih. Sudah saatnya aku berangkat.

Naruto mengambil tas hitam berisi gitar kesayangannya yang diletakkannya di atas tempat tidur. Disampirkannya tas itu ke belakang. Lalu melihat cermin besar yang dipasang di dinding dekat pintu kamarnya. Penampilannya sudah bagus. Baju yang dikenakannya sama dengan yang dipakainya tadi siang. Yang berbeda hanya sekarang dia memakai sebuah kalung metal dengan liontin berbentuk seperti shuriken.

Pemuda itu berjalan keluar dari gedung apartmentnya. Dengan langkah cepat dia menuju halte yang ada di ujung blok. Sebuah bus berhenti di depan halte itu bersamaan dengan sampainya Naruto di halte itu. Dia tepat waktu. Bus pun berangkat. Selang sembilan menit bus itu berangkat, tiba-tba bus terjebak kemacetan.

Sial! Kenapa harus macet di saat seperti ini? Gerutu Naruto dalam hati.

"Lama sekali sih?" keluh seorang gadis yang duduk di bangku belakang Naruto.

"Iya lama. Kalau begini kita bisa terlambat ke tempat kerja," sahut temannya yang duduk di sebelahnya.

Benar, aku juga bisa terlambat. Ini gawat!

Dia tidak bisa duduk tenang di dalam bus itu. Naruto terus melihat jam tangannya dengan gelisah. Menit demi menit berlalu, tapi tak ada pergerakan yang berarti dari bus yang ditumpanginya. Kalau seperti ini dia sudah bisa dipastikan akan datang terlambat, karena macetnya sudah lebih dari sepuluh menit. Dengan berat hati Naruto melangkahkan kaki turun dari bus itu walau sebenarnya jaraknya masih cukup jauh dari Kyuubi Café.

Naruto berlari secepat yang dia bisa. Dia tidak ingin mengecewakan teman-temannya. Ini adalah kesempatannya bersama mereka kembali. Siapa tahu pertemuan mereka kembali membuat band mereka kembali utuh.

Sementara itu di depan Kyuubi Café telihat tiga pemuda berdiri dengan gelisah. Tak henti-hentinya mereka melihat ke arah kanan dan kiri, melirik jam tangan mereka, dan juga berdecak pelan.

"Kemana dia? Lama sekali..," keluh seorang pemuda berambut hitam panjang diikat kuda dengan kemeja putih tiga perempat dan dasi hitamnya yang diikat longgar.

"Hei! Itu Naruto bukan?" seru seorang pemuda berambut coklat spiky seraya menunjuk ke arah sesosok bayangan dari kejauhan.

"Dimana?" tanya pemuda berambut merah pada pemuda berbaju hitam dengan coat panjang dengan warna senada.

"Itu..yang pakai baju putih-putih itu.."

"Ah! Iya, itu dia!" seru pemuda berambut hitam panjang.

"Teman-teman..!" panggil Naruto sambil berteriak.

"Tap..tap..tap.."

Suara langkah kaki pemuda blonde itu semakin jelas terdengar. Ketiga teman Naruto tersenyum menyambut kedatangannya.

"Apa aku terlambat?" tanya Naruto pada pemuda berambut merah marun, Gaara.

"Hampir," jawab Gaara singkat.

Naruto mengeluarkan cengiran lima jari miliknya. Penampilan Gaara masih sama dengan pakaian yang dipakainya tadi siang. Dia terlihat keren.

"Ngomong-ngomong kenapa kau berlari? Jarak Kyuubi Café dengan apartmentmu kan jauh," tanya Kiba penasaran seraya merangkul sahabatnya itu.

"Hahaha..ya begitulah.."

"Kau benar-benar berlari dari apartmentmu?" tanya Haku memastikan.

"Tentu saja tidak. Aku naik bus tapi setengah perjalanan busnya terjebak macet, akhirnya kuputuskan untuk berlari saja daripada terlambat. Aku tidak mau mengecewakan kalian."

Ketiga teman Naruto terdiam mendengar tutur katanya itu. Menatap Naruto dengan tatapan lembut. Mereka merasa bersalah dengan keputusan bubarnya band mereka ini. Apalagi terlihat jelas kalau Naruto masih berharap mereka berempat kembali seperti dulu.

Gomen na Naruto..ucap Kiba dalam hati.

"Kau tidak mengecewakan kami, Naruto," ucap Gaara memecahkan kesunyian.

"Iya, kau kan datang tepat waktu," sahut Kiba.

"Benar. Kau sudah berjuang," tambah Haku.

Keempat pemuda itu memasuki Kyuubi Café dengan perasaan bahagia. Sudah lama mereka tidak merasakan perasaan seperti ini. Merekapun berjalan menuju belakang panggung untuk menunggu giliran mereka tampil.

"Silahkan Tuan, lewat sini," ucap seorang pelayan wanita.

Tiba-tiba Naruto menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh ke belakang. Terlihat seorang pemuda berjalan memunggunginya dari kejauhan. Cukup lama dia mengamti sosok itu.

"Ada apa Naruto?" tanya Gaara heran pada sikap temannya itu.

"Eh? Tidak ada apa-apa..hehe. Ayo kita masuk, sebentar lagi giliran kita kan?" ajak Naruto seraya merangkul Gaara.

Pemuda itu.. Dari belakang sangat mirip dengannya. Apa aku hanya salah lihat?

.

.

.

Sebuah mobil sport hitam melaju di jalanan Tokyo yang padat merayap. Sang sopir yang berada di bangku setir kemudi mengemudikan mobil itu dengan cepat. Di bangku belakang terlihat seorang pemuda ber-coat hitam duduk dengan lesu. Kedua matanya menatap pemandangan di luar jendela kosong.

"Tuan Muda Sasuke, apa ada sesuatu yang mengganggu Anda?" tanya sang sopir dengan sopannya.

"Tidak juga, hanya masalah pekerjaan," jawab Sasuke pada laki-laki paruh baya itu.

Terlintas kembali pembicaraannya tadi dengan Kakashi.

.

- FLASHBACK -

"Ada apa?" tanya Sasuke to-the-point pada laki-laki muda di depannya itu.

"Kau ada waktu?" tanya Kakashi.

"Katakan saja sekarang."

Kakashi berjalan menuju sofa panjang dan duduk di sana tanpa memperhatikan Sasuke yang sedang menatapnya sedari tadi. Sasuke hanya mendengus kesal menunggu Kakashi mengatakan keperluannya.

"Aku tahu Sharingan sudah bubar, tapi aku ingin sekali saja kalian muncul kembali," ujar Kakashi memulai pembicaraan,

"Apa maksudmu?" tanya Sasuke tidak mengerti.

"Sebagai managermu, sekaligus mantan manager Sharingan aku ingin kalian mengisi acara untuk acara ulang tahun Konoha tv nanti."

"Apa tujuanmu sebenarnya? Kau ingin kami seperti dulu?"

"Tidak. Ini adalah permintaan Izanagi, para fans kalian."

"…"

"Mereka merindukan kalian. Mereka ingin melihat kalian walau hanya satu kali," tambah Kakashi.

"Kau sudah membicarakannya dengan yang lain?"

"Mereka belum tahu." Kakashi menghentikan ucapannya sejenak, "Aku bertanya padamu lebih dulu karena kau Leader Sharingan."

"Mantan."

"Jadi apa keputusanmu?"

"Akan kupikirkan."

"Kau punya waktu satu bulan untuk berpikir. Pikirkan baik-baik."

Kakashi beranjak dari sofa. Dia menepuk bahu kanan Sasuke sebentar, lalu melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari ruang studio itu.

- END FLASHBACK -

.

Sasuke menghela nafas panjang.

Aku butuh refreshing, ucap Sasuke dalam hati.

"Hayate, kita pergi ke Kyuubi Café," perintah Sasuke tiba-tiba.

"Baik, Tuan Muda Sasuke."

Mobil mewah itu berbelok ke kanan begitu menjumpai perempatan terdekat. Lalu kembali melaju dengan kecepatan tinggi menuju Kyuubi Café. Kurang dari lima menit mobil itu sampai di depan tempat tujuan. Café itu terlihat ramai. Banyak orang yang masuk ke dalam kafe itu.

"Kita sudah sampai, Bocchama (Tuan Muda)," ujar Hayate sopan.

"Hn. Jemput aku tiga jam lagi."

"Hai', Bocchama."

Sasuke keluar dari dalam mobil itu. Dengan santai dia berjalan memasuki Kyuubi Café. Begitu sampai di depan pintu masuk seorang pelayan wanita menyambutnya dengan senyuman ramah.

Tampan sekali..pikir wanita itu.

"Silahkan Tuan, lewat sini..," ujar pelayan itu memberi intruksi.

Pelayan itu mengantar Sasuke pada satu meja yang terletak di pinggir kanan. Tempat khusus untuk pelanggan dan juga tempat yang paling strategis untuk menikmati musik live show di sana. Sasuke duduk di kursinya lalu mengambil daftar menu yang ada di atas meja.

"Vanilla Cheese Tomato Cake dan Tomato Juice Float," ucap Sasuke datar.

"Baik, pesanan Tuan akan segera diantar. Mohon tunggu sebentar," ucap pelayan itu sambil tersenyum.

"Hn."

Sang pelayan mencacat pesanan Sasuke lalu berjalan menuju bagian dalam kafe.

Pemuda itu tampan sekali..sayang sikapnya dingin.

Sasuke duduk sambil menikmari pertunjukan musik di atas panggung. Kyuubi Café memang kafe yang berbeda dengan kafe pada umumnya. Di sini setiap hari ada live show dari berbagai macam band lokal di Tokyo. Mereka diundang untuk tampil dan mendapat bayaran dan diundang kembali bila pertunjukan mereka memuaskan.

"Silahkan Tuan," ujar sang pelayan telah kembali sembari meletakkan pesanan Sasuke di atas meja.

Sementara itu di belakang panggung Naruto dan teman-temannya bersiap masuk ke atas panggung.

"Satu menit lagi!" seru seorang petugas pengatur acara pada Shukaku Band.

.

.

.

Shukaku Band naik ke atas panggung. Naruto berdiri di depan microphone dengan membawa gitar hitam kesanyangannya. Gaara bersiap dengan gitar bass-nya. Kiba berdiri di samping kiri dengan gitarnya. Dan Haku duduk di kursi untuk drummer, bersiap dengan kedua stik drum di tangannya. Gaya berpakaian mereka yang visual kei sedikit membuat orang menoleh ke arah mereka. Mereka menunggu penampilan mengagumkan dari Shukaku Band.

"Konban wa," sapa Naruto pada seluruh pengunjung kafe. "Kami akan membawakan sebuah lagu berjudul 'Aoi Tori'. Enjoy!"

Kiba memetik gitarnya lalu disusul Gaara dan Naruto. Suara gitar mulai beradu dengan gebukan drum Haku. Shukaku Band membuat intro yang bagus. Naruto mulai membuka suaranya.

.


"Yukitoke mizu nagarekonde hirakedashita shikai
Suiheisen mihatenu yume mezashita sora wa azayaka de

Kimi to oikaketeita mita koto mo nai tori wa kimi to onaji hitomi no iro wo shite
Mitsuketakatta mono wa sugu soba ni hora, atte kimi ga kizuku no wo shizuka ni machitsuzukete

Donna ame ga onozomi kai? jibun no te de tsukame
Kachimake sura mo zenbu kowashite ashita e hora iki mo tsukasenai hodo

Chigiresouna hodo ni nobashita kono ude wa dare no tame no sei de mo naku boku ga
Ano hi tsukamenakatta kimi to sen no jounetsu yubi no sukima kara namida ga koboreteyuku

Kudaranai ichinichi datta kawarazu kimi wa saku darou?
Kudaranai kyou ni narase roo de hai na yume

Sore demo hito wa hito e kaeru sa rekishi ga shoumeishi, akasu gyouya e

Kimi to oikaketeita mita koto mo nai tori wa kimi to onaji hitomi no iro wo shite
Mitsuketakatta mono wa sugu soba ni hora, atte kimi ga kizuku no wo shizuka ni machitsuzukete

Kono ikareta sekai de kimi wo matteru.."

(AOI TORI by Alice Nine)


.

Sasuke menikmati kue yang dipesannya sambil mendengar suara merdu Shukaku Band. Sesekali dia mengamati penampilan band lokal itu. Kedua mata hitamnya menangkap sosok pemuda yang menjadi vocalist Shukaku Band. Kedua matanya terbelalak. Kemudian dia menyeringai kecil.

Ternyata dunia ini memang sempit.

"Ternyata dia pemusik. Suaranya bagus juga. Permainan gitarnya juga lumayan," gumam Sasuke lirih.

Sekitar lima menit kemudian Shukaku Band turun dari atas panggung. Mereka kembali ke belakang panggung.

"Haah..akhirnya selesai juga," ucap Naruto bernafas lega.

"Sudah lama tidak memainkan gitar, untung saja aku masih ingat," sahut Kiba.

"Iya. Padahal kita sudah tidak perah latihan lagi," tambah Haku.

"Tapi sepertinya kau tadi ada false di beberapa bagian kan, Naruto?" tanya Gara tiba-tiba.

"Eh? Tidak!" sergah Naruto.

"Hahaha..aku juga merasakannya," sahut Haku.

"Oya, kita kan sudah lama tidak bertemu. Bagaimana keadaan kalian?" tanya Naruto mengalihkan pembicaraan.

"Sekarang aku bekerja di toko roti 'Kirigakure'," jawab Haku.

"Wah..enak sekali..bagaimana denganmu Kiba?"

"Aku kerja di tempat penitipan hewan. Kebetulan aku kan suka anjing. Kalian ingat anjingku Akamaru? Sekarang dia tumbuh dengan besar. Coba ini lihat fotonya. Hebat kan?" ujar Kiba panjang lebar sambil mengeluarkan dompetnya.

Di sana ada foto Kiba bersama dengan seekor anjing putih dengan ukuran yang besarnya tidak biasa. Haku dan Naruto tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Anjing kecil yang biasa di atas kepala Kiba bisa tumbuh sebesar itu.

"Kau bekerja dimana Gaara?" tanya Haku perhatian.

"Di toko buku," jawab Gaara singkat.

"Kalau aku sekarang aku kerja part-time di ramen Ichiraku!" seru Naruto bangga.

"Enaknya..itu kan restoran terkenal," sahut Kiba.

"Hehehe.."

"Kerja bagus Shukaku Band!" seru seorang pria tiba-tiba.

Keempat pemuda itu menoleh ke arah datangnya suara. Seorang pria berambut hitam diikat ke atas. Di parasnya yang tampan terdapat bekas luka melintang di hidungnya. Pria itu tersenyum ke arah Shukaku Band.

"Tidak salah aku memilih kalian mengisi acara di sini," tambah pria itu.

"Anda?"

"Perkenalkan nama saya Umino Iruka, manager Kyuubi Café ini. Akulah yang mengundang Shukaku Band. Benar kan Gaara-kun?"

Naruto, Kiba, dan Haku melihat ke arah Gaara. Pemuda berambut merah itu mengangguk.

"Bagaimana kalau kita mengobrol di ruanganku?" ajak sang Manager Café.

Akhirnya Shukaku Band dan Iruka berjalan menuju ruang kerja sang Manager. Mereka duduk bersama dengan hidangan makan malam di atas meja. Mereka berlima makan malam bersama.

"Aku ingin mengajukan sebuah penawaran pada kalian. Bagaimana kalau setiap malam kalian mengisi live show di sini?" tawar Iruka sopan.

"Eh?"

Keempat pemuda itu menoleh ke arah Iruka.

"Membawakan satu atau tiga lagu. Dengan kata lain kalian menjadi pengisi acara tetap."

Naruto melirik ke arah Gaara, sang Leader band. Gaara menoleh ke arah teman-temannya.

"Maaf, tapi sebenarnya..kami memiliki pekerjaan lain," kata Gaara dengan sopannya.

"Tidak apa-apa. Kalau kalian tidak bisa setiap malam tidak masalah. Anggap saja ini sebagai pengisi waktu luang."

"Kami mendapatkan pekerjaan kami yang sekarang dengan susah."

"Ya, saya mengerti itu. Mencari pekerjaan memang bukan hal yang mudah."

"Jadi, maafkan kami. Kami tdak bisa menerima tawaran itu."

"Bagaimana kalau Shukaku Band mendapat jadwal tetap?"

"Hah?"

Rupanya sang Manager tidak kenal menyerah. Dia terus membujuk Shukaku Band menjadi pengisi acara tetap di Kyuubi Café. Dan berkali-kali Gaara memberi alasan penolakan dengan halus dan sopan. Haku hanya tersenyum melihat apa yang dilakukan Iruka dan Gaara. Kiba tidak peduli dan sibuk memakan hidangan di atas meja. Sedangkan Naruto, dia masih berharap Gaara menerima tawaran itu. kesempatan tidak selalu datang dua kali kan?

.

.

Gift from Heaven -Schezcha-

.

.

Tak terasa waktu cepat berlalu. Sekarang jam dinding telah menunjukkan pukul 09.45, sebentar lagi sudah jam sepuluh. Hampir semua pelanggan kafe telah pulang. Shukaku Band beranjak keluar meninggalkan Kyuubi Café dengan wajah lesu.

"Harusnya kau langsung terima saja tawaran itu..," gerutu Kiba.

"Haah.." Haku hanya menghela nafas panjang. "Ternyata lama juga perdebatan kalian."

"Kenapa kalian harus berdebat sih?" tanya Naruto seraya melirik ke arah Gaara.

Gaara berjalan dengan santainya.

"Gomen na," ujar Gaara lirih.

"Tapi..aku senang..," ujar Haku.

"Iya, akhirnya kita menerima tawaran itu," tambah Kiba.

"Besok kita bertemu lagi..!" seru Naruto penuh semangat.

Keempat pemuda itu berhenti di depan Kyuubi Café.

"Naruto, kami pulang dulu ya," ujar ketiga teman Naruto seraya melambaikan tangannya.

"Ya..!" seru Naruto membalas lambaian tangan mereka.

Mereka berpisah di depan Kyuubi Café karena arah rumah mereka berlawanan. Naruto menghela nafas lega. Lalu diseretnya kedua kaki jenjangnya menuju halte terdekat. Malam terasa sunyi. Tak ada seorangpun di halte bus. Naruto duduk sendirian di atas bangku halte.

Busnya lama sekali. Ini kan sudah malam.

"Tap..tap..tap.."

Terdengar suara langkah kaki mendekat. Naruto menoleh ke arah sampingnya. Diperhatikannya sosok bayangan hitam yang berjalan semakin mendekat ke arahnya. Naruto memasang sikap waspada. Bayangan itu semakin mendekat.

"Konban wa (selamat malam)," sapa seorang pemuda.

Cahaya lampu menerangi pemuda ber-coat hitam itu. Naruto bisa melihat sosok dibalik bayangan hitam itu. Seorang pemuda tampan dengan tatapan mata yang menawan.

"Eh?"

Naruto menatap sosok itu dalam diam.

"Ogenki desu ka? (apa kabar?)" tanya pemuda itu.

"Ka, kau..?"

"Hn, bocah."

.

.

-To be Continued-


Author's Note: Moshi-moshi..o genki desu ka? Watashi wa Schezcha desu. Yoroshiku.

Gimana ceritanya? Bagus gak? Jangan lupa review ya..! Please..