Disclaimer : Terajima Yuuji
Warning : OOC, typo, EYD mungkin tidak sesuai
Sawamura mengaitkan tangannya, kakinya menghentak-hentak kecil, bibir bawahnya ia gigit sedikit keras.
Setelah dipikir lagi, ternyata keputusan untuk membicarakan sesuatu pada Miyuki hari ini adalah hal yang salah. Ya, Sawamura sudah terlanjur bilang pada Miyuki kalau pagi ini ada yang mau ia bicarakan di lapangan indoor.
Sebenarnya Sawamura ingin membicarakan tentang hal aneh yang belakangan ini ia rasakan pada Miyuki. Ia tidak tahu itu perasaan apa, ia hanya ingin bebas dari perasaan aneh itu, maka dari itu ia membuat keputusan untuk membicarakannya dengan Miyuki.
Tapi setelah sampai di lapangan dan menunggu, Sawamura menjadi gugup sendiri.
Apa ia harus langsung pergi saja? Atau bagaimana? Ugh. Sawamura belum pernah berada di posisi yang sangat membingungkan seperti ini–ini sama sekali berbeda dengan tekanan yang ia rasakan saat di mound. Ditambah jantungnya juga entah kenapa tiba-tiba berdetak lebih cepat, beda dari biasanya.
"Oi, Sawamura!" –suara yang sangat Sawamura kenal mengintrupsi perdebatan dalam pikirannya.
Sawamura membalikkan kepalanya ke asal suara, "MIYUKI KAZUYA!"
Miyuki berdecak kecil, "Panggil aku senpai bodoh. Dan jangan teriak pagi-pagi."
"U-ugh.."
Miyuki mengambil tempat di sebelah Sawamura, "Ada apa memanggilku pagi-pagi begini? Jangan bilang kalau kau ingin aku menangkap pitchmu," terdengar nada curiga.
Sawamura tidak menjawab. Jujur, setelah Miyuki datang, Sawamura menjadi tambah gugup. Ia baru memikirkan bahwa keputusan yang ia buat ini sepertinya salah. Ugh, sekarang ia merasa sangat bodoh.
"Oi, Sawamura?" Miyuki membungkukkan badannya ke depan wajah Sawamura. "Hei, katakan apa maumu. Sebentar lagi latihan pagi dimulai tahu."
Sawamura tiba-tiba berdiri, "MAAF! Aku rasa aku tidak jadi membicarakan apa-apa! Kalau begitu, jya! Aku pergi duluan!" dan ia langsung meninggalkan Miyuki dengan pandangan bingungnya.
Beberapa saat terdiam, Miyuki memegang tengkuknya. "Apa-apaan itu,"
...
Latihan pagi dimulai seperti biasa dan berjalan biasa seperti hari-hari sebelumnya kalau saja Miyuki tidak terus-terusan melirik Sawamura.
"Oi Miyuki!" Kuramochi merangkul sahabatnya itu. "Ada apa sih dari tadi kau melihat Bakamura terus? Kau jatuh cinta padanya ya?" nada Kuramochi sedikit jahil.
"Hah? Mana mungkin," ujung bibir Miyuki terangkat membuat senyum seperti biasa.
Kuramochi belum membalas. Di sisi lain, Miyuki juga seperti tidak ingin mengatakan apa-apa lagi.
"Apa?" tanya Miyuki karena merasa aneh dengan tatapan Kuramochi.
Wajah Kuramochi sedikit menghorror, "Kau yakin hanya membalas itu?"
Sebelah alis Miyuki terangkat, "Apa sih maksudmu?"
Kuramochi melepas rangkulannya dan menepuk bahu Miyuki, "Selamat kawan. Kau memang sedang dimabuk cinta oleh Sawamura. Selamat." perlahan tapi pasti, Kuramochi menjauhi Miyuki yang masih terlihat bingung.
.
.
.
Ryousuke yang membantu para adik kelas latihan, memandang Kuramochi bingung, "Ada apa?"
Kuramochi mendekatinya, "Kurasa Miyuki benar-benar jatuh cinta pada Sawamura."
"Hm? Kenapa memang?"
"Tadi awalnya aku hanya ingin menjahili dia, tapi dia hanya membalas singkat dan tidak terlihat terganggu. Apalagi biasanya dia juga mengejekku balik." Kuramochi mencoba menjelaskan.
"Ah bukan itu." Ryousuke sedikit mendekati Kuramochi, "Memang kenapa kalau Miyuki benar-benar suka dengan Sawamura?"
"Eh?"
.
.
.
"CHRIS-SENPAI! TOLONG TANGKAP PITCHKU!" Sawamura membungkukkan tubuhnya.
Chris memandang adik kelasnya bingung, "Ada apa tiba-tiba memintaku yang menangkap?"
Sawamura menegakkan tubuhnya, "Uh.. Aku ingin mengetahui perkembanganku?.." jawabnya yang malah terdengar seperti pertanyaan balik.
"Kau biasa minta pada Miyuki kan? Dia juga catcher utama, ja–"
"TIDAK! Aku tidak mau.." jawabnya agak keras, memotong perkataan Chris.
Chris terdiam sebentar. Ia merasa ada yang salah dengan hubungan kedua adik kelasnya ini. Mungkin ia akan sedikit ikut campur. "Baiklah. Tapi kau sudah pemanasan kan?"
"TENTU!" Sawamua tersenyum lebar seperti biasa. Ia tahu kalau ingin latihan dengan Chris, ia memang harus benar-benar pemanasan. Kalau tidak, bisa-bisa ia hanya melempar sepuluh kali dalam sehari.
.
.
.
"Miyuki-senpai," Furuya memanggil.
Tidak mendapat respon, Furuya mencoba memanggil lagi agak keras, "Miyuki-senpai."
"A–? Hah? Ada apa?" Miyuki menegakkan kepalanya hingga menatap langsung Furuya.
"Bisakah aku melemparnya lagi?" ia menunjukkan bola di tangannya.
"Tentu. Aku memang sedang latihan denganmu kan?" Miyuki bersiap pada posisinya.
Furuya memandang Miyuki sebentar, "Hari ini senpai lebih sering terlihat melamun, ada masalah kah?" ia mengubah posisinya menjadi ingin melempar.
Miyuki tersenyum miring, "Tidak. Tidak ada apa-apa." katanya bohong. Tentu bohong, mana mungkin tadi ia tidak mendengar teriakan Sawamura yang ingin latihan dengan Chris?
.
.
.
Sawamura melempar bolanya, 'BANG!––'. "Nice pitch, Sawamura." puji Chris.
Sawamura mengusap belakang kepalanya, "Iie iie, itu belum ada apa-apanya Chris-senpai! Ehehe," jawabnya senang seperti biasa.
Chris mengulum senyum kecil. Setidaknya latihan Sawamura tidak terganggu walau–kalau benar, ia sedang ada masalah dengan Miyuki.
"Sawamura," panggil Chris kecil. Ia melempar bola tadi ke tangan Sawamura.
Sawamura menangkapnya, pandangannya seakan bertanya kenapa Chris memanggil namanya tadi. "Sehabis ini ada waktu?" tanya Chris masih dengan suara kecil.
Sawamura agak bingung, tapi akhirnya ia mengangguk. "Mm, ada kok. Memang kenapa, senpai?"
Chris bersiap pada posisi menangkapnya, "Hanya ingin membicarakan beberapa hal. Saa, ayo lempar lagi."
"Oh, hm!"
...
Karena sudah sore, jam latihan selesai. Kini sebagian anggota telah meninggalkan lapangan, hanya menyisakan beberapa anggota inti dan orang-orang yang membantu mereka.
Sawamura menghampiri Chris, "Chris-senpai!" serunya agak keras.
Chris terdiam sebentar, suara Sawamura tadi cukup menarik beberapa pasang mata untuk melihat pada mereka. "Untuk yang tadi, kita bicarakan setelah semua selesai. Kau mandilah dulu," katanya lalu membalik badan dan meninggalkan Sawamura. Karena kalau pembicaraan dilanjutkan, ia rasa akan ada beberapa orang–yang memang sudah siap, akan menghampiri mereka.
"Oh, hmm.." Sawamura hanya membalas singkat.
Sawamura berjalan ke arah tempat menaruh tas. Ia mengambil handuk dan botol minumannya. Handuknya ia taruh di leher dan ia bersiap meminum minumannya–
"Kau ada sesuatu dengan Chris-senpai?" –sebelum seseorang yang menghampirinya membuka pembicaraan.
"–! MIYUKI KAZUYA!" teriaknya seperti biasa.
Miyuki mengusap peluhnya dengan handuk yang ia pegang, "Jangan terus-menerus memanggilku dengan nama lengkap, bodoh."
Wajah Sawamura masam, "Aku masih tidak rela memanggilmu dengan sebutan 'Miyuki-senpai'." ia meminum minumannya yang sempat terabaikan.
Ujung bibir Miyuki terangkat, "Kalau begitu panggil yang lain,"
Ia jauhkan botol itu. Sebelah bibirnya terangkat geli, "Heh, maksudmu 'Kazuya'?"
Senyuman Miyuki melebar, "Boleh saja kalau kau mau haha,"
"–Dan aku akan memanggilmu 'Eijun'. Impas kan?" sambungnya.
Ada beberapa guratan merah di wajah saat Sawamura mendengar Miyuki mengatakan hal itu, "Jangan bicara yang aneh-aneh, Miyuki Kazuya!" ia meletakkan botolnya dan mengusap peluhnya.
Miyuki mengambil botol Sawamura, "Oh ayolah. Tidak aneh kan pasangan battery saling memanggil dengan nama kecil?" dan seketika meminum isinya.
Sawamura yang melihat sedikit kaget, "OI!– Jangan meminum minuman orang tanpa ijin bodoh! Dan juga kau bisa saling memanggil nama kecil dengan Furuya. Dia juga pasangan batterymu."
Miyuki belum menjawab, ia berdiri dan mendekati Sawamura. "Apa?" tanya Sawaura bingung.
Tiba-tiba Miyuki merangkulkan tangannya pada pundak Sawamura, "Omong-omong tadi aku dapat indirect kissmu loh~" katanya dengan nada iseng.
Seketika wajah Sawamura memerah. Ia mencoba mendorong Miyuki menjauh, "SIALAN KAU MIYUKI KAZUYA!" teriaknya penuh emosi. Sungguh, ia malu.
"Minggir kau sana! Aku ingin siap-siap dan bertemu Chris-senpai!" Sawamura tetap mencoba mendorong Miyuki menjauh.
"Ah iya." Miyuki melepas rangkulannya. Entah kenapa Sawamura merasa kali ini Miyuki lebih serius, "Kau ada hubungan apa dengan Chris-senpai?"
Sawamura tertegun, "K-Kenapa memang?"
"Hanya bertanya. Sepertinya ada hal penting yang ingin kalian bicarakan nanti."
Sawamura terdiam sebentar, "Entah. Aku juga tidak tahu Chris-senpai ingin membicarakan apa."
Keadaan hening.
"Tadi pagi kau ingin membicarakan apa?" tanya Miyuki tiba-tiba.
Teringat lagi, Sawamura menjadi gugup sendiri. Apalagi setelah kejadian botol minum tadi– Ah tidak tidak! Ia menggelangkan kepalanya agak kuat, "Tidak ada apa-apa kok! Sudah kubilang tidak jadi kan!"
Miyuki tidak membalas. "Sudahlah! Aku pergi dulu!" sambung Sawamura yang kemudian mengambil tas dan botol minumnya. Meninggalkan Miyuki yang mendecih tidak suka.
...
Malam menjelang. Kini Sawamura dan Chris berjalan beriringan ke arah tangga lapangan outdoor.
"Chris-senpai, apa yang ingin senpai bicarakan?" tanya Sawamura memecah keheningan.
"Kau ada masalah dengan Miyuki?" tanya Chris to the point.
Ditanya langsung seperti itu tentu membuat Sawamura kaget, "A-Apa maksud senpai? Aku tidak ada masalah apa-apa kok dengan kapten," matanya melihat objek lain.
Chris menghela nafas kecil, "Kau tahu kau tidak pandai berbohong,"
"Ugh.."
Chris duduk di salah satu anak tangga, "Ceritalah, aku akan mendengarkannya. Siapa tahu aku bisa membantu,"
Sawamura memandang ragu Chris sebentar, "A.. Aku tidak yakin dengan apa yang akan kuceritakan.." matanya menatap tanah di bawahnya.
"Cerita saja, aku tidak akan mengejekmu. Setidaknya bercerita dapat meringankan pikiranmu yang sekarang. Kau tidak ingin kan di pertandingan selanjutnya kau dan Miyuki canggung?"
Ah ya, sekitar tiga hari lagi mereka ada pertandingan persahabatan.
Sawamura duduk di sebelah Chris, "To-tolong jangan tertawakan aku setelah mendengar ceritanya," wajah Sawamura sedikit memerah.
Chris mengulum senyum, "Tidak akan."
.
.
.
Selesai bercerita, wajah Sawamura merah sepenuhnya.
"Oh, jadi maksudmu sekarang kau sedang suka dengan Miyuki?" tanya Chris.
"B-Bukan seperti itu! Aku juga tidak tahu ini perasaan apa!" Sawamura menyembunyikan wajahnya di antara lutut, "Ugh, aku malu,"
Chris mengacak kecil rambut Sawamura. Sunggu lucu adik kelasnya ini. "Dari ceritamu tadi sungguh jelas kalau kau suka dengan Miyuki dan cemburu dengan Furuya,"
Ia memandang Chris, "Jadi apa yang harus aku lakukan? Semenjak kejadian tadi sore aku semakin tidak bisa lebih lama di dekatnya,"
"Menurutku mungkin dia juga menyukaimu." Chris menarik tangannya.
"Eh?" Sawamura terlihat kaget, "EEHHH!? A-APA MAKSUD SENPAI!?" wajahnya kembali memerah.
"Tolong kecilkan suaramu Sawamura. Ini sudah malam." Chris menghela nafas kecil.
Sadar akan kelakuannya, Sawamura malu sendiri. "Uh.. Maaf.."
Chris mengambil nafas sebentar, "Pertama, dia sangat penasarankan tentang apa yang ingin kubicarakan padamu, kan?" –Sawamura mengangguk.
"Kedua, dia memancingmu agar kalian saling memanggil nama kecil." –Sawamura meng– "Tunggu senpai. Jadi maksudnya itu disengaja?" tanya Sawamura bingung.
Chris agak kaget, "Memang menurutmu kenapa bisa terjadi kejadian seperti itu?"
"Eh? Kukira dia hanya kesal karena aku memanggilnya dengan nama lengkap dan akhirnya dia ingin mempermalukanku.."
Oh sungguh bo–polos adik kelasnya ini. "Kurasa dia sengaja." kata Chris yang membuat raut Sawamura menjadi aneh.
"Dan yang ke tiga, masalah indirect kiss itu.." wajah Sawamura memerah. "Kurasa dia sengaja juga."
Keadaan hening sebentar.
"Mm, senpai, kau tahu kan kalau Miyuki itu suka jahil?" Sawamura membuka suara.
"Tapi aku tidak yakin kalau Miyuki jahil sampai ke indirect kiss, Sawamura."
"Ugh.." Sawamura tidak bisa membalas apa yang Chris katakan. Kalau dipikir memang benar, mana ada orang yang mau jahil sampai ke indirect kiss? Apalagi mereka segender. Uh. Sawamura bingung harus bagaimana.
Chris memperhatikan adik kelasnya itu. Menurutnya, tak salah lagi kalau Sawamura dan Miyuki saling suka. Satu-satunya hal yang ia coba pikirkan sekarang adalah bagaimana cara mencapai titik terang untuk menyatukan kedua adik kelasnya itu. Kedua adik kelasnya ini sama-sama keras kepala dalam beberapa artian.
.
.
.
Miyuki mengelap peluhnya, "Hari ini cukup sampai di sini saja, Furuya."
Tubuh Furuya menegang kaget, "Tapi aku masih kuat untuk melempar, senpai. Ijinkan aku melempar lagi."
"Iie iie. Tiga hari lagi kita ada pertandingan dan masalahmu masih sama yaitu di stamina. Kau tidak ingin cepat digantikan kan?"
"A–!" Furuya membeku. Tiba-tiba auranya memanas, "Ace tidak akan bisa digantikan terlalu cepat. Dan aku yakin aku bisa melempar sampai inning terakhir."
"Iya iya.." Miyuki hanya membalasnya dengan gumaman malas. "Ah," seakan teringat sesuatu, "Hei Furuya," panggilnya.
Furuya menoleh seakan menanyakan ada apa. "Coba panggil namaku." kata Miyuki.
Raut wajah Furuya membingung, "Miyuki-senpai?.."
"Iie iie. Maksudku bukan nama keluargaku,"
Furuya terdiam sebentar, "...Kazuya-senpai?" ia memberi jeda seakan mengingat dulu nama kecil Miyuki.
"Hmm.. Satoru nee.." Miyuki membuat raut berpikir.
Raut Furuya tidak bisa diartikan, "Ada apa tiba-tiba senpai memanggil namaku?"
Tersadar, "Ah, tidak apa-apa. Hanya mencoba beberapa hal,"
Raut Furuya masih belum berubah. "Ahaha, sudahlah, jangan dipikirkan. Aku hanya penasaran saja." Miyuki tertawa kecil. "Aku masih akan tetap memanggilmu Furuya kok. Tenang saja," sambungnya.
Wajah Furuya menormal, "Baiklah. Kalau begitu aku permisi dulu, Miyuki-senpai."
"Ha'i ha'i." Miyuki memandang kepergian Furuya.
Miyuki menghela nafas, "..Tidak sama," bisiknya kecil.
.
.
.
"Uh?" sadar sesuatu, Chris menundukkan kepalanya sedikit.
Sawamura terlihat bingung, "Ada apa senpai?"
"Aku punya ide bagus. Bisa kau mendekat?"
Sawamura hanya menurut. Merasa cukup dekat, tiba-tiba Chris mengangkat kepalanya dan menarik tengkuk Sawamura hingga wajah mereka berdekatan.
.
.
.
Miyuki menggerakkan kakinya ke arah vending machine. Ia memutuskan untuk membeli sekaleng coffee dan berjalan-jalan sebentar sebelum kembali ke kamarnya.
Sebenarnya ia hanya ingin menghilangkan pikiran-pikiran anehnya tentang Chris yang mengajak Sawamura membicarakan sesuatu. Bukannya berperasangka buruk, tapi ia rasa Chris juga menyimpan perasaan khusus terhadap Sawamura.
Berjalan ke arah lapangan outdoor, ia melihat dua orang yang sedang berbicara. "Sawamura?" bisiknya kecil.
"–!" matanya membelak. Di depan sana, ia melihat Chris mencium Sawamura. Kaleng coffee yang masih ada isinya itu menjadi bahan pelampiasan hingga remuk. Tak ia pedulikan benda aluminium itu hampir membuat tangannya terluka.
Ingin rasanya ia ke sana, menarik Sawamura lalu menghadiahkan sebuah tonjokkan pada Chris. Tapi setelah ia pikir-pikir, hal itu hanya akan membuat masalah padanya nanti.
Berpikir sebentar, "Kh!–" ia membuang kaleng tadi di tempat sampah terdekat dengan cukup keras lalu meninggalkan tempat itu.
.
.
.
Mendengar suara kaleng jatuh, Sawamura tersadar. "C-Chris-senpai?" wajahnya memerah.
Chris menjauhkan wajah mereka. Mengulum senyum kecil, "Ini sudah malam, kembalilah ke kamarmu."
Sawamura dengan cepat berdiri, "J-jya.. O-oyasumi Chris-senpai.." katanya gugup.
"Hm, oyasumi, Sawamura." balas Chris dengan senyum kecil namun sangat berarti.
TBC
Salam kenal minna-san! Saya Akira, baru–bisa publish– di fandom DnA~ Sudah lama sih sebenarnya saya suka, tapi baru bisa buat ff'nya sekarang TvT Ini juga pertama kalinya saya pindah fandom setelah berkali-kali mencoba. Ah~ Cinta saya terhadap MiyuSawa terlalu besar sih u/u /pluk
Ah. Ngomong-ngomong tentang ff ini... Saya tahu judul, summary dan isinya memang berbeda jauh T-T Dan untuk kedepannya...saya rasa jalan ceritanya akan semakin aneh TwT
Mmm.. Sepertinya segini saja a/n saya..ini sudah panjang.. Akhir kata, terimakasih untuk yang sudah membaca! Sampai bertemu di chapter berikutnya~
