"Temani aku bermain oppa. Ayooo"

Hyukjae menggelengkan kepalanya. Ia menggigit bibir bawahnya resah dengan pandangan mata yang tak lepas dari wajah pucat gadis kecil yang tengah menggenggam kedua tangannya tersebut.

"Kenapa oppa diam saja?" Gadis kecil itu memiringkan kepalanya. "Apa oppa tak mengingatku? Aku adalah anak yang kemarin oppa bawa ke rumah sakit. Ingat?"

Hyukjae kembali menggelengkan kepalanya.

"Oppa bohong!" Gadis kecil itu seketika menghempas kasar kedua tangan Hyukjae. "Oppa seharusnya mengingatku karena oppa yang menggendongku dan menyeka darah di keningku sambil berteriak memintaku untuk membuka mataku. Aku melihat semuanya oppa." Gadis kecil itu menatap Hyukjae dengan sorot penuh marah.

Hyukjae yang melihat perubahan itu tanpa sadar melangkah mundur selangkah demi selangkah dengan bibir bawah yang masih ia gigit.

"Kau pembohong oppa.. Kau pembohong!" Gadis kecil itu berteriak sangat keras sebelum tubuh kecilnya bergerak mendekati Hyukjae.

"Ja-jangan mendekat." Suara Hyukjae sedikit bergetar. Ia benar-benar takut dengan raut wajah gadis kecil itu, yang tiba-tiba saja berubah menjadi menyeramkan.

"Kau harus mengingatku oppa.. Kau harus! Hahahaha" Tawa nyaring gadis itu membuat tubuh Hyukjae bergetar. Dan getaran itu semakin menjadi kala jaraknya dengan gadis itu semakin pendek.

"Kau harus menemaniku oppa... Kau harus menemaniku bermain disini... Hahahahaha"

"TIDAAAAAAAKKK"

.

.

.

.

.

INDIGO

.

.

By Baby Cho Lee

.

.

Genre : Supranatural, Romance

Rate : T

Warn : BL, typo (s) dll

Disclaimer : FF ini murni hasil imajinasi saya

.

.

.

.

.

Hyukjae bangkit dari posisi tidurnya dengan nafas tersengal sambil meremas helaian rambut di bagian kepala depannya.

"Shit!" Umpatnya, saat menyadari hal apa yang baru saja terjadi padanya.

"Hyukie, ada apa nak?" Suara dengan nada penuh kekhawatiran terdengar dari arah depan pintu kamar Hyukjae yang Hyukjae kunci dari dalam. Suara ibunya. "Buka pintunya"

Hyukjae yang mulai bisa menetralkan deru nafasnya segera bangkit dari tempat tidurnya dan menghampiri pintu kamarnya. Ia menghela nafas sejenak sebelum tangannya meraih kunci dan memutarnya, lalu meraih gagang pintu dan membuka pintu bercat hitam tersebut.

Hal pertama yang Hyukjae lihat adalah ekspresi khawatir ibunya.

"Ada apa eomma?" Tanyanya dengan raut heran di wajahnya.

"Eomma yang seharusnya bertanya seperti itu kepadamu. Kau kenapa? Kenapa berteriak seperti itu?" Ibu satu anak itu mengerutkan keningnya ketika mendapati kening sang putra begitu basah oleh keringat. "Apa yang sedang kau lakukan di dalam tadi? Mengapa kau berkeringat sebanyak ini?" Tanyanya lagi, penuh selidik.

"Aku hanya tidur dan bermimpi buruk-Ani. Ada gadis kecil yang ingin mengajakku-"

"Gadis kecil?" Leeteuk-Ibu Hyukjae-segera memeriksa kamar anak tunggalnya tersebut setelah sang anak mengatakan 'gadis kecil' padanya.

Hyukjae yang bingung dengan sikap ibunya segera menyusul ibunya masuk ke dalam kamarnya dan menarik tangan sang ibu ketika ibunya itu hendak berjongkok untuk memeriksa kolong tempat tidurnya.

"Eomma mencari apa? Apa ada barang eomma yang hilang?"

Leeteuk saat itu juga langsung menjewer telinga kanan Hyukjae.

"Aww~ Eomma! Kenapa menjewerku? Sakit..." rintih Hyukjae saat Leeteuk melepaskan jewerannya.

"Anak siapa yang kau bawa, hah? Kau menculik anak orang?"

Hyukjae mengerutkan dahinya. "Maksud eomma apa? Anak siapa?"

Leeteuk semakin gemas dan kembali menjewer telinga Hyukjae, yang membuat pemuda bertubuh ramping itu mengaduh. "Kau bilang ada gadis kecil bukan? Eomma ingin tahu dia anak siapa? Darimana? Kenapa bisa mengenalmu yang selalu berada di dalam kamar ini?"

Hyukjae menepuk keningnya pelan. "Eomma tahu sendiri jika aku 'berbeda' bukan? Jadi anak kecil yang kumaksud-"

"Cukup!" Leeteuk menyela ucapan Hyukjae dengan nada bicara yang sedikit meninggi. "Eomma bosan mendengar bualanmu. Lanjutkan saja kegiatan bodohmu di kamar ini. Jika racauan anehmu semakin banyak, eomma tidak akan segan-segan membawamu ke rumah sakit jiwa. Kau paham itu Lee Hyukjae?" Setelah itu Leeteuk berlalu dari hadapan sang anak dengan wajah kesal yang begitu kentara.

Sementara itu Hyukjae menghela nafas berat dengan wajah tertunduk lesu. "Aku hanya ingin membagi apa yang kurasakan padamu eomma. Dan aku tidak pernah membual." Ucapnya pelan sambil melangkahkan kakinya untuk menutup pintu kamarnya, lalu berlalu menuju ranjangnya dan mendudukkan dirinya di tepian ranjang.

Hyukjae mengamati pigura yang terletak di atas meja yang berada tepat di samping tempat tidurnya. Ia tersenyum miris kala manik matanya menatap dalam ketiga sosok yang ada di foto itu. Ayahnya-Lee Kangin, Ibunya-Lee Jungsoo yang lebih dikenal dengan nama Leeteuk, dan yang terakhir adalah dirinya sendiri.

Hyukjae mengambil pigura itu dan mengelus foto kedua orangtuanya. "Kalian selalu saja mengatakan hal seperti itu kepadaku. Kenapa kalian tidak mau mengerti diriku?" Setetes airmata terjatuh di atas permukaan pigura itu dan Hyukjae yang menyadarinya dengan cepat mengusap bekasnya di pipi lalu meletakkan kembali pigura itu di tempatnya semula.

"Dasar Hyukjae bodoh! Begitu saja menangis! Kau ini bukan perempuan, tak pantas menangis." Hyukjae menepuk kepalanya agak sedikit keras yang membuatnya mengernyit. "Haahhh..." Hyukjae berusaha menstabilkan emosinya dengan menghirup dan menghembuskan nafasnya melalui mulut berulang kali.

Tring!

Suara notifikasi dari ponselnya membuat Hyukjae mengalihkan perhatiannya pada ponselnya yang ia letakkan di sebelah bantal. Hyukjae mengernyitkan dahinya saat melihat satu nama yang tiba-tiba saja pandangannya yang tadinya redup menjadi berbinar cerah.

From : Prince

Apa kabar? Lama tidak berbincang denganmu :)

Hyukjae tersenyum begitu matanya membaca sederet tulisan yang sopan dan ramah disaat yang bersamaan. Hyukjae kemudian mengetik balasannya.

To : Prince

Baik. Kau sendiri bagaimana? Jangan menggunakan bahasa yang terlalu formal denganku. Kita sudah bersahabat hampir 1 tahun. Gunakan gaya bahasa yang lebih santai saja, ok?

Hyukjae tersenyum sambil menekan tombol 'send'

Tring!

From : Prince

Aku baik. Senang mendengar kau baik-baik saja. Hahaha baiklah. Eum.. Bagaimana dengan Jia? Apa dia masih sering mengganggumu?

Hyukjae berdecak. Ia mengetikkan balasannya dengan kecepatan mengetik yang luar biasa cepat. Tanda ia sedang kesal.

To : Prince

Anak itu masih sering menggangguku. Sedikitnya 1 kali dalam seminggu ia selalu mendatangiku lewat mimpi dan berniat mengajakku pergi. Aku harus bagaimana?

Hyukjae bersungut-sungut dalam hati. Namun ia menghentikan sumpah serapahnya di dalam hatinya ketika matanya tak sengaja menangkap bayangan seorang anak kecil yang seperti sedang bersembunyi di balik tirai kamarnya.

"Jangan menggangguku" gertak Hyukjae pelan. Seketika ada angin yang berhembus dan membuat tirai itu bergoyang dan saat itu juga bayangan itu menghilang.

Tring!

To : Prince

Kau sering menjenguknya? Membawakannya permen? Kau bilang sebelum kejadian itu dia sempat bercerita padamu kalau dia suka permen bukan? Coba kau lakukan hal itu dengan rutin, seminggu sekali. Mungkin dengan begitu ia tidak akan mengganggumu.

Hyukjae menggembungkan pipinya. "Yang benar saja. Dia bahkan hanya anak tersesat yang kebetulan kutolong. Dan hanya sekali. Mengapa aku harus melakukannya?" Monolog Hyukjae.

To : Prince

Haruskah?

Hyukjae mengayun-ayunkan kakinya sambil menunggu balasan dari sahabatnya itu.

Oh iya! Bicara mengenai 'Prince', Hyukjae dan Prince sama sekali belum pernah bertemu. Mereka hanya kebetulan bertemu di suatu forum online yang merupakan kumpulan dari anak-anak 'spesial' seperti Hyukjae, dan hubungan mereka yang awalnya canggung menjadi sedekat ini hingga akhirnya keduanya sepakat bertukar nomor telepon agar bisa berkomunikasi tanpa harus terkoneksi dengan internet.

Meskipun sama sekali belum pernah bertemu, Hyukjae sangat menyayangi Prince. Menurutnya, Prince adalah satu-satunya tempat ternyaman untuk bergantung. Tempat terbaiknya untuk berbagi cerita dan berkeluh kesah. Satu-satunya orang yang paling mengerti dirinya selain sahabat-sahabatnya.

Tring!

From : Prince

Kau mau terus bermimpi buruk atau tidak? Coba kau ikuti saranku dulu. Siapa tahu berhasil. Jika tidak berhasil juga, aku akan membantumu.

Senyum Hyukjae terkembang begitu saja ketika ia membaca kalimat terakhir.

To : Prince

Sungguh? Itu artinya kita akan bertemu bukan? Oke! Aku memilih opsi dua. Ayo bantu aku!

Hyukjae segera mengirim pesan itu dengan wajah sumringah.

Mengapa demikian?

Sebelumnya Hyukjae kerap kali mengajak sahabatnya ini bertemu karena ia begitu penasaran dengan sahabatnya ini. Bagaimana tidak? Di akun SNSnya ia sama sekali tidak pernah mengunggah foto-fotonya, Foto yang digunakannya di SNS pun hanya foto hujan, dan ia tidak pernah menggantinya sama sekali.

Tring!

From : Prince

Aku hanya akan memintamu menyebutkan tempat dimana Jia dimakamkan dan menanyakan disebelah mana kuburannya. Bukan seperti yang kau maksudkan.

Hyukjae membelalakkan matanya.

Apa ini? Apa dia baru saja ditolak? Lagi?

To : Prince

Jadi kau menolakku? Lagi?

Wajah Hyukjae yang sumringah seketika berubah menjadi keruh. Ia cemberut dan menendang-nendang udara dengan gerakan sedikit brutal.

Tring!

From : Prince

Kau begitu ingin bertemu denganku? Belum waktunya sayang~

Wajah Hyukjae memerah seketika. Antara tersipu malu dan marah.

Dengan gerakan cepat, ia mengetikkan balasannya dengan gerakan super cepat.

To : Prince

Ya! Aku namja! Jangan memanggilku seperti itu!

Hyukjae menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Ia begitu kesal karena merasa harga dirinya sebagai namja terinjak-injak.

"Hell, aku namja, dia juga namja. Dia pikir aku gay? Tsk! " Umpat Hyukjae.

Tring!

Hyukjae membuka pesan itu dengan sedikit enggan. Ia yakin sahabatnya ini pasti akan menggodanya lagi.

From : Prince

Bukankah sahabat-sahabatmu juga memanggilmu begitu? Aku juga sahabatmu bukan? Jadi aku akan memanggilmu dengan sebutan yang mereka gunakan untuk memanggilmu ;)

Hyukjae berdecak sebal.

Entahlah... Jika Prince yang memanggilnya demikian, ia merasakan hal yang lain. Rasanya tidak sama dengan ketika sahabat-sahabatnya yang lain memanggilnya demikian.

To : Prince

Sudahlah. Terserah kau saja. Cukup sampai disini. Aku harus mengerjakan tugas-tugasku.

Hyukjae segera mengirim pesan itu. Lalu setelahnya ia melemparkan ponselnya ke sisi kosong di sebelahnya. Ia masih kesal.

"Haahhh... Ada apa denganku?" Hyukjae memejamkan kedua matanya dan membawa kedua telapak tangannya di depan dada. "Rasanya aneh sekali" gumamnya pelan. Tak lama kemudian, ia jatuh tertidur dengan posisi yang tidak berubah.

.

.

Seorang laki-laki yang sedang berbaring di atas tempat tidur terkikik geli. Ia menekan-nekan tombol-tombol yang ada di layar ponselnya dengan ekspresi wajah yang berubah-ubah, namun masih menyiratkan rasa senang, bahagia sekaligus puas.

"Belum waktunya sayangku. Bersabarlah sebentar lagi. Cup!" Laki-laki itu mengecup sebuah nama yang tertera di layar ponselnya. 'My Love'

.

.

.

.

.

.

.

TBC