Chapter 1
*First Convake*
Tokyo, Jepang.
Suasana hari rabu di bulan september ini sangat nyaman bagi mahasiswa di universitas terkemuka di Jepang. Sama seperti seorang gadis ini, duduk dibangku taman kampus, sambil membaca buku yang tebalnya saja 7 inci. WOW! Untung saja dia memakai mantel yang cukup tebal untuk melawan angin musim gugur yang semakin hari semakin meningkat.
"Hai, Saku-chan."
"Hm.." dia hanya membalas gadis yang menyapanya tadi dengan gumaman, bersikap acuh tak acuh.
"SAKURA! Aku sedang berbicara dengan mu! Bisakah kau tidak memerhatikan buku tak penting mu itu sebentar? Huh!" teriak gadis yang menyapanya tadi dengan nada kesal.
"Ya, apa yang ingin kau bicarakan? Dan satu lagi Yamanaka Ino, buku ku ini sangat berharga jika kau tak tau." Jawab Sakura dengan nada malas, ayolah! Dia ada ujian untuk besok, lebih penting membaca buku, daripada mendengarkan sahabatnya yang satu itu bergossip.
"Aku ada berita penting untuk mu! 4King akan datang kesini! Ahh... senangnya..." '4King? Gelar aneh apalagi itu?' dahinya menyerngit heran, pasalnya baru kali ini dia mendengar gelar aneh itu dan, siapa pula itu 4King?
"Sebaiknya kau diam, apa kau tidak lihat Ino? Sebentar lagi aku akan skripsi, aku harus mempersiapkannya dari sekarang. Dan siapa pula itu? 4King? Dasar aneh!" celoteh Sakura yang masih tetap fokus pada bukunya.
"Huss... hentikan celoteh mu yang tidak berguna itu Sakura, lagipula kalau kau dipaksa skripsi sekarang pun, kau akan lulus dengan nilai sempurna. Sekarang lihat dan perhatikan, sesekali otak mu yang briliant itu harus diberi penyegaran." Jawab Ino yang lansung mengarahkan kepala sahabatnya keparkiran, yang baru saja diisi oleh mobil-mobil sport mewah.
Harus dia akui, pria-pria yang keluar dari mobil itu memang tampan dan rupawan. Tapi, ada satu pria yang sukses menarik atensinya, pria yang berjalan paling belakang. Pria yang berambut dark blue dengan mata onyx yang tajam. Pesona pria itu memang luar biasa.
"Kau lihat mereka kan? Mereka adalah 4King, empat pengusaha muda terkaya dan tersukses didunia! Lihat wajahnya! Ohh... ya ampunn..." ucap Ino terkagum-kagum "Nah, yang berjalan bertiga itu Shimura Sai, Hyuga Neji, dan Uzumaki Naruto." Lanjut nya sambil menunjuk pria itu.
"Lalu, yang terakhir itu? Siapa?" Ino lansung terdiam mendengar suara sahabatnya yang terkesan halus itu, tapi setelah menyadari sesuatu dia lansung menyeringai evil 'gotcha! Kau ternyata sudah terjerat pesonannya Sakura, hihihi...'
"Dia? Dia adalah Uchiha Sasuke, leader dari 4King sendiri. Aku bahkan tidak bisa membayangkan berapa kekayaannya didunia ini, saking banyaknya, membuat ku bingung." Sakura menatap Jessica tak percaya, sungguh! Dia tidak yakin dengan apa yang didengar nya.
"Aku serius Saku, itu sebabnya banyak gadis yang mengincar dia, bahkan ada yang rela memberikan tubuh mereka. Tapi, tidak ada yang bertahan lebih dari satu minggu."
"Dasar gadis bodoh."
"Memang, setelah itu mereka dicampakkan. Menyedihkan sekali. Tapi, coba kau bayangkan saja kalau kau menjadi istrinya. Pasti puas dengan barang Luxury setiap hariii..."
"Berhenti disitu Ino, aku tidak mau jadi istri seorang pebisnis."
"Yaya... aku tau, malahan sudah sangat tau. Ya kan? Bu Dokter?" tanya Ino dengan sedikit nada jahil.
"Sudahlah, berhenti sampai disini. Aku akan kedalam, masih ada 2 mata kuliah lagi. Kalau kau masih ingin tetap disini, yaaa... silahkan. Bye." Ucap Sakura meninggalkan Ino begitu saja.
"Dasar Sakura! Suka sekali meninggalkan ku!"
"Ya ibu, aku tau. Sekarang aku di kampus. Hn, tenang saja. Bye." Uchiha Sasuke, ketua dari 4King itu menutup telfonnya, menyimpan Smartphone-nya di kantong celana.
Dia memerhatikan keadaan kampus sebentar, cukup sepi. Dia bersyukur kuliah disini, mahasiswi disini tidak berlebihan. Mereka hanya memandang lama, lalu menemuinya satu-satu. Sangat sopan dan bergengsi tinggi. Beda saat dia SMU dulu, para gadis disana cukup berisik, norak, dan mengejarnya kemanapun dia pergi. Tidak ada sedikit pun sopan santun.
Sebelum dia memutuskan untuk keluar, dia memerhatikan keadaan kampus sekali lagi. Dan perhatiannya tertuju pada dua orang gadis yang duduk ditaman, pink dan pirang. Tapi, entah mengapa perhatiannya teralih kepada gadis berambut pink tersebut. Rambutnya yang bersinar, tubuh yang ideal, dan matanya, apakah itu hijau zamrud? Terlihat sangat cantik. 'sial! Apa yang kupikirkan?!'
"Apakah kau akan tetap melanjutkan acara melamun mu?" tanya Sai tiba-tiba sambil mengetuk kaca mobilnya.
"Hn, aku akan turun." Lansung saja dia turun dari mobil, menemui teman yang lainnya.
"Kenapa lama sekali? Ada yang menggangu pikiran mu?" tanya Neji, yang memerhatikan Sasuke dari atas sampai bawah.
"Tidak ada, dan jangan memandang ku." Ucap Sasuke dingin sambil memandang tajam, yang dibalas acuh oleh Neji.
"Kupikir, apakah kita bisa menemuinya?" ucap Naruto pada teman-temannya itu, melihat keadaan kampus yang lumayan sepi.
"Tenang saja Naruto, aku sudah menghubunginya sebelum ini."
"Ya, mudah-mudahan kau benar Sai. Karena aku tidak yakin dia mau menunggu ku, mengingat sifatnya yang kejam."
"Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Lebih baik kita cepat, ayo."
Sasuke dan Neji berjalan santai menuju kafetaria kampus. Menikmati atmosfir di universitas-nya tersebut. Setelah mereka berpiah untuk menemui dosen masing-masing, mereka berjanji untuk bertemu dikafetaria. Letak kafetaria memang tidak jauh dari perpustakaan, maka dari itu mereka melewati perpustakaan terlebih dahulu.
"Bagaimana? Kau berhasil?" tanya Neji tiba-tiba.
"Hn, apa yang tidak ku bisa lakukan didunia ini." Balas Sasuke dengan nada angkuh. Neji hanya mendengus mendengar jawaban temannya itu. Memang, keturunan Uchiha memilik percaya diri yang tinggi.
Sasuke hanya diam tidak menanggapi ekspresi temannya, dan kembali memandang perpustakaan ketika mereka melewatinya. Tapi, tiba-tiba ada yang menarik perhatiannya lagi. Dan ternyata gadis itu. Lagi? Dia tidak bisa mengalihkan perhatiannya kemanapun, seolah-olah gadis itu mengunci matanya. Melihat temannya yang berhenti tiba-tiba membuat Neji bingung. Dia mengkuti arah mata Sasuke dan... ketemu!
"Dia memang cantik." Ucap Neji tiba-tiba.
"Apa maksud mu?"
"Gadis yang kau perhatikan itu" tunjuk Neji pada gadis yang asik membaca itu "dia memang gadis yang cantik." Sasuke memandang Neji tak mengerti.
"Jangan berpura kau tidak tau, Sasuke. Aku memerhatikan mu dari tadi, memandang gadis itu dengan intens. Dia, gadis itu, Haruno Sakura." 'Haruno? Rasanya nama ini tidak asing.' Pikir Sasuke.
"Dia mahasiswi fakultas kedokteran, hidupnya serasa sempurna. Otak yang cerdas diatas rata-rata, wajah yang indah dan menawan, serta postur tubuh yang bagus. Aku rasa dia dari klan terpandang seperti kita, tapi... tidak ada yang tau. Identitasnya seperti rahasia menurut ku." Penjelasan Neji panjang lebar tampa mengalihkan pandangannya dari Sakura itu. Sasuke berpikir, dari mana Neji tau sebanyak itu?
"Dari mana kau tau sebanyak itu?" pandang Sasuke meyelidik.
"Aku dan dia satu fakultas, tidak ada anak kedokteran yang tidak mengetahuinya. Dia mahasiswi favorit dosen disini." Sasuke hanya mengangguk sebagai jawabannya. Mengingat nama Haruno tadi, rasanya benar-benar tidak asing. Tapi? Dimana? Perasaan ini membuatnya ingin tau lebih akan Sakura.
"Ahh... sudahlah. Apa yang kita bicarakan? Sebaiknya kita pergi, aku rasa mereka telah menunggu kita di kafe." Ucap Neji sambil berjalan mendahului Sasuke ke kafetaria. Sasuke memandang sebentar kearah Sakura, dan berjalan menyusul Neji. Sedangkan Sakura sendiri? Dia merasa ada sepasang mata tajam yang memerhatikannya dari tadi.
"Mate! Disini!" panggil Naruto melihat dua orang temannya berjalan memasuki kafe.
"Kenapa lama sekali? Kalian ada masalah?" tanya Sai setelah memesan minuman untuk mereka berdua.
"Tidak ada, hanya menikmati suasana kampus." Jawab Neji sambil melirik Sasuke, dan Sasuke hanya bersikpa tak peduli.
"Aku suka ide mu, Neji. Kapan lagi kita bisa bebas dari tumpukan dokumen. Melihat dokumen itu, membuat ku semakin stres." Ucap Naruto penuh dengan nada jengkel.
"Kau jadi pemulung saja kalau begitu." Suara Sasuke yang dingin itu menguar diantara mereka, membuat Naruto bergidik ngeri.
"Sebaiknya dia tidak bersuara,cara bicaranya itu mengerikan." Bisik Naruto pada Neji yang duduk disampingnya.
"Aku mendengar mu Dobe." Ucap Sasuke menatap tajam pada Naruto.
"Hehe... aku minta maaf." Minta maaf Naruto sambil mengeluarkan tanda 'Peace'-nya , yang membut Sai dan Neji tertawa. Setelah itu, keempat pria tampan itu melanjutkan makan siangnya dengan damai.
"Kau akan lansung pulang Sasuke?" tanya Sai sambil melirik Sasuke, menunggu jawaban.
"Ya, ibu menelfon tadi."
"Untuk apa Mikoto Baa-san memanggil mu?"
"Ntah, aku tidak tau." Jawab Sasuke lagi dengan nada yang sama.
"Yasudah, sebaiknya kau cepat Sasuke. Apa kau tahan dengan celotehan Mikoto Baa-san? Kalau bagiku, aku tidak tahan." Naruto tak sanggup membayangkan betapa cerewet-nya ibu sahabatnya itu.
"Hn, baiklah. Aku pergi."
Ino sedang tergesa-gesa saat ini. Mencari sahabatnya yang satu itu. Tapi, untuk apa dia mencari Sakura dengan terburu-buru seperti ini? Alasannya adalah Haruno Hashirama menghubunginya tadi. Apakah dia tidak tau kalau kakeknya itu sudah menelfonnya lebih dari tiga kali? 'dasar Sakura! Selalu saja membuat ku repot, lihat saja nanti! Dia harus membayar lebih' umpatnya dalam hati. Karena saking terburu-buru...
Brukkk...!
Dia menabrak sesuatu.
"Aduh! Sakura... awas saja nanti!" bisiknya geram sambil meringis.
"Nona? Anda tidak apa-apa?" 'suara laki-laki? Apakah aku menabrak seseorang?'
"Nona?" mendengar orang itu memanggilnya lagi, Ino bangkit. Merapikan pakaiannya sebentar, lalu menatap pria itu.
'OMG! Shimura Sai! A-aku... tidak percaya ini... salah satu anggota 4King...! aaaaa...!' sungguh! Dia senang sekali sekarang, dia tidak percaya bisa bertatapan lansung denagn anggota 4King. Sai menatap wanita ini bingung, pasalnya sudah dari tadi dia memanggil, namun tidak ada jawaban.
'apakah dia tuli? Tapi... ahhh... tidak mungkin, mana mungkin Universitas ini mau menerima mahasiswa tuli' pikirnya.
"Nona?"
"Ah, ya? Aku tidak apa-apa. Bagaimana dengan mu?" tanya Ino sambil menatap Sai dari bawah sampai atas.
"Aku tidak apa-apa."
"Hahh... baguslah kalau begitu. Oh, perkenalkan aku Yamanaka Ino." Ucap Ino dengan tersenyum ceria sambil mengulurkan tangannya.
"Hm, aku Shimura Sai."
"Baiklah, kalau kau ada apa-apa, ini..." Ino menyodorkan kartu namanya pada Sai "hubungi saja aku melalui itu, dan maaf telah menganggu waktu mu. Permisi..." Sai hanya melongo melihat Ino berjalan tergesa-gesa melaluinya. Baru kali ini wanita bersikap biasa saja padanya.
Apakah ketampanannya berkurang? Atau penampilannya kurang menarik lagi? Dan baru kali ini pula dia tertarik untuk mengenal wanita itu lebh jauh. 'hm, dia menarik.' Seringai Sai sambil berlalu keparkiran. Sesampainya di perpustakaan, Ino lansung mengarahkan pandangannya untuk mencari sahabatnya itu.
"Sakura! Akhirnya... aku menemukan mu disini." Syukur Ino lansung menemukan Sakura yang duduk dibangku meja baca bagian ujung. Didekat jendela.
"Ada apa Ino?"
"Kakek mu menghubungi ku, dia menyuruhmu untuk cepat pulang, dia disini sekarang." Sakura menyerngit heran, kenapa kakek menghubungi Ino? Kenapa tidak lansung menghubunginya saja? Menyadari raut wajah Sakura berubah membuat Ino mengerti apa yang ada dikepalanya.
"Dia sudah menelfon mu tadi, bahkan lebih dari tiga kali. Tapi tidak kau jawab." Dia lansung mencari Handphone-nya didalam tas. Dan menemukan panggilan tak terjawab dari 'Granpa'.
"Lain kali jangan hanya buku yang diperhatikan Sakura, sekarang pergilah cepat. Kakek mu bilang, ini urusan penting."
"Baiklah, thanks Ino, kau memang sahabat terbaikku." Setelah memeluk Ino erat, dia lansung berlari ke parkiran dan meluncur ke apartemen-nya.
Sakura memandang aneh keadaan di apartemen-nya, kenapa ramai sekali? Acara apa yang dilewatkannya? Semua anggota keluarga berkumpul. Kakek, paman dan bibi, serta kedua adik sepupu nya. 'ini aneh' batinnya menimpali.
"Ahh... cucu kakek, akhirnya kau sudah pulang." Ucap Haruno Hashirama lansung memeluk cucu kesayangannya itu, yang dibalas lansung oleh Sakura. Setelah membalas pelukakan kakeknya, lansung saja dia menyapa serta memeluk paman dan bibinya.
"Ada apa kakek menemui ku? Apakah ada hal yang penting?" tanya Sakura setelah duduk diantara mereka.
"Ya, Saku. Ada hal yang ingin kami bicarakan dengan mu, dan ini menyangkut masa depan mu." Jawab kakeknya yang mulai mengarah ke pembicaraan serius. 'menyangkut masa depan ku? Kenapa membawa masa depan segala?'
"Apa itu kek?"
"Begini. Melihat umur mu yang sudah dewasa, seharusnya kau sudah menikah. Tapi aku tidak melihat kau dekat dengan pria manapun, jadi kuputuskan... untuk menjodohkan mu."
"APA?"
It's a beautiful night ,
We're looking for something dumb to do
Hey baby
I think I want to marry you
Bruno Mars - Marry You
*TBC*
Haiii, minna-san...
ini cerita kedua ku setelah The Last Destiny^^
sebenarnya ini arsip udah lama karatan dalam Lappi::))
yahhhh... daripada nganggur, mendingan aku publish^^
jadiii kalo ada kesalahan dan typo dimana-mana, mohon maaf dulu yaa^^
jangan lupa read&review dan fav&foll^^
sekian, terima kasih banyak;;))
Sign, TaySky1998
