Disclaimer : The Hobbit © J.J.R. Tolkien
Warning : Slash, alternate reality untuk DOS, multi pairing, typo, dll ^^
.
.
.
.
Beberapa jam setelah pengobatan Oin, Kili mulai sadar dan membuka matanya. Hal pertama yang dia lihat adalah kepala berambut pirang yang sengaja bersandar di ranjang tempatnya di rawat. Pemanah muda itu sangat kenal siapa sosok di dekatnya, lalu mulai mengusap rambutnya dengan lembut tanpa maksud membangunkan.
Merasakan sedikit gerakan saja, Fili segera bangun dan memeriksa keadaan adiknya.
"Apa yang terjadi? Kau- Kau sudah sadar, Kee?" Ujar Fili dengan mata yang masih berkunang-kunang.
"Fi- Fili..." Gumam Kili lemah.
"Sssshhh! Jangan banyak bicara dan jangan banyak bergerak. Aku disini." Bisik Fili seraya mengeratkan genggaman tangannya dengan Kili.
"Ya, dan dia tidak pernah berniat meninggalkanmu sedetikpun, Nak." Ujar Oin yang bergabung untuk memeriksa keadaannya.
Kili hanya tersenyum tanpa bisa menjawab. Di tariknya tangan Fili hingga menyentuh dadanya. Hari sudah pagi tapi Kili masih merasa pusing lalu kembali memejamkan mata.
..
Saat langit mulai gelap, Kili kembali terbangun. Di lihatnya sosok yang sama yang selalu ada di sampingnya sejak ia terluka.
"Bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya Fili menyaksikan sepasang mata hazel itu terbuka.
"Lebih baik, Nadad." Jawab Kili dengan suara berat dan lemah.
Di tatapnya wajah Fili. Matanya sayu dan terdapat lingkaran hitam disana menandakan kelelahan yang sangat.
"Berapa lama kau tidak tidur, Fee?" Tanyanya khawatir.
"Hanya beberapa malam. Tenanglah!" Jawab Fili seraya mengecup hangat kening adiknya.
"Dimana yang lain?" Tanya Kili.
"Mereka sedang mempersiapkan keberangkatan Kita." Jawab Fili lembut.
"Kapan Kita berangkat?"
"Setelah Kau benar-benar pulih." Fili tersenyum.
Kili menghela nafas. Sebenarnya Dia ingin mendebat Kakaknya dan berkata sudah siap berangkat. Tapi Dia mengurungkan niatnya mengingat Fili pasti tidak akan mengijinkannya.
Tiba-tiba Bofur dan Oin datang dengan panik dan ketakutan. Mereka membawa kabar bahwa Naga telah datang ke Lake Town dan mereka harus segera meninggalkan tempat itu.
Dengan terburu-buru mereka mempersiapkan semuanya. Sigrid, Tilda dan Bain ada bersama mereka sementara Bard tidak terlihat sejak kemarin malam.
"Kili, naik ke punggungku!" Seru Fili.
"Tidak. Aku sudah bisa berjalan sendiri, Fee." Kili menolak.
"Cepat! Naik ke punggungku!" Seru Fili lagi.
"Kau- Kau bisa memapahku." Ujar Kili lagi.
"Kili cepatlah, waktu Kita tidak banyak!" Bentak Fili membuat adiknya terpaksa menuruti keinginannya.
Dengan sempoyongan, Fili berlari menyusul Oin, Bofur dan anak-anak Bard. Orang-orang berlarian, dan api dimana-mana membuat mereka harus mengambil jalan sungai.
Mereka lalu menaiki perahu terdekat. Bofur, Oin dan Bain mendayung, Sigrid dan Tilda duduk di tengah mereka, sementara Fili mendekap Kili agar adiknya merasa nyaman. Berkali-kali dia memeriksa suhu tubuh Kili lewat keningnya dan menggosok telapak tangan Kili yang mungkin kedinginan.
"Bagaimana dengan Da?" Rengek Tilda kecil.
"Terakhir kali melihatnya, dia di kejar oleh prajurit Kota." Ungkap Bain bersedih.
"Harusnya kau segera beritahu kami agar kami bisa membantunya." Ujar Bofur.
Tiba-tiba terdengar lesatan anak panah jauh di atas mereka. Di puncak menara tinggi terlihat seseorang yang tak lain adalah Bard tengah berusaha memanah naga.
"Da!" Teriak Sigrid dan Tilda khawatir.
"Anak panahnya!" Gumam Bain.
Tanpa menunggu apapun, Bain segera meraih tiang yang di lewati dan meninggalkan perahu. Kedua saudarinya memanggilnya untuk kembali tapi dia bersikeras pergi untuk memberikan anak panah hitam kepada Bard.
"Tenanglah! Ayahmu membutuhkannya, mereka akan baik-baik saja." Hibur Fili yang segera mendekap Tilda kecil dengan satu lengannya.
Cukup lama Bard berusaha memanah Naga sampai akhirnya Bain datang memberikan anak panah hitam. Keberuntungan ada di pihaknya dan semua orang karena Naga itu berhasil di panah dan tewas.
