Disclaimer : The Lord Hobbit © J.R.R. Tolkien

Warning : Hint slash (untuk jaga-jaga), OOC, Alternate Reality untuk BOTFA, Typo, dll ^^

.

.

.

Kegelapan mulai menyelimuti cakrawala diiringi sayup-sayup suara tangisan dan teriakan. Sisa perang masih berserakan menampakkan reruntuhan, bebatuan, hingga ribuan tubuh tak bernyawa yang mulai di selimuti salju. Semuanya dingin, sangat dingin dan gelap, di hiasi perasaan duka yang begitu mendalam bagi siapapun yang kehilangan sanak saudara maupun bangsanya.

Legolas masih berdiri di menara Ravenhill, menatap jauh seakan memperhatikan sesuatu di luar sana. Orang-orang yang mulai meninggalkan medan perang tak sedikitpun membuatnya bergeming. Hanya satu hal yang kini ada di fikirannya, 'Dia tidak akan kembali ke Mirkwood dan tidak mungkin berdiri disana selamanya'.

Perlahan dia melangkahkan kaki untuk segera berlalu meninggalkan semua dukanya di tempat yang kini gelap tanpa seorangpun yg hidup kecuali dirinya sendiri.

Ketika ia hendak menuruni tangga di terowongan Ravenhill, telinga Elf nya menangkap sebuah suara. Dia lalu berhenti sejenak dan mulai menyapukan pandangannya ke sekitar. Tidak ada sesuatu yang dia lihat kecuali tumpukan batu dan reruntuhan yang di selimuti salju. Tapi tunggu! Ada pergerakan lemah disana membuat Legolas segera menghampiri tempat tersebut.

Dengan hati-hati Legolas mengungkap tumpukan itu hingga dia melihat sepasang kaki berbalutkan sepatu boot besar. Setelah benar-benar yakin, dia kembali menyingkirkan reruntuhan yang menindihnya hingga tampaklah tubuh seseorang yang sepertinya pernah dia lihat.

"Dwarf." Gumamnya pelan.

Dia masih mengingatnya. Salah satu dari Kelompok Thorin Oakenshield yang pernah Ia temui di hutan Mirkwood. Berambut keemasan dengan tubuh yang sangat berantakan dan luka parah. Legolas segera meletakan jariya di hidung Dwarf itu untuk merasakan hembusan nafasnya.

"Dia hidup." Gumamnya lagi seraya mengangkat tubuh mungil itu dan berlalu menembus kegelapan malam.

.

-ooo-

.

"Oin, bagaimana keadaan mereka?" Tanya Bofur dengan wajah yang sangat panik.

"Thorin membaik, luka di perutnya sudah di balut. Tapi perlu beberapa hari untuk membuatnya benar-benar pulih." Jawab Oin sambil membereskan peralatannya.

"Dan, Kili? Bagaimana dengan Kili?" Tambah Bofur.

"Lukanya sangat parah, tapi nona Elf itu sedang mengobatinya. Kita hanya bisa berdo'a." Ujar Oin.

Bofur lalu menghela nafas lega. Namun tiba-tiba fikirannya kembali tersita oleh Fili yang sampai sekarang belum juga di temukan. Tanpa bicara apapun dia hanya merenung sambil menunggu kedatangan Dwalin dan Nori yang tengah melakukan pencarian.

"Tuan Bofur?" Ujar Tauriel seraya menepuk bahunya.

"Ah, iya. Bagaimana keadaan Kili?" Tanya Bofur dengan refleks.

"Aku telah membalut lukanya dengan daun Kingsfoil. Dia masih demam, tapi semoga saja dia segera pulih." Jawab Tauriel.

"Syukurlah."

"Tapi- tapi Kili terus mengigau dan memanggil- Fili." Lanjut Tauriel seraya menundukan kepalanya.

Semua yang ada disana tertegun. Entah apa jadinya jika Kili siuman dan mendapati Fili tidak ada bersamanya. Dan Thorin? Apa yang akan dia lakukan jika tahu kalau keponakannya tidak pulang bersama mereka? Semuanya hanya mendesah pelan merasakan getaran di hati mereka.

"Bagaimana dengan Fili? Apa sudah ada kabar?" Tanya Bilbo yang baru saja datang.

"Dwalin dan Nori sedang mencarinya di Ravenhill, tempat terakhir dimana Fili dan Kili terlihat." Jawab Balin.

Bilbo menghela nafas kecewa. "Uhm, bisakah Aku melihat Thorin dan Kili?"

"Tentu." Seru Tauriel yg segera mengantar Bilbo ke ruang penyembuhan.

.

Di Ravenhill.

.

Nori berlari tergopoh-gopoh ke arah Dwalin.

"Dwalin, dimana terakhir Kau melihatnya?" Tanya Nori yang terlihat sangat letih.

"Dia disini, tepat disini. Azog melemparkan tubuhnya disini. Dia seharusnya disini!" Teriak Dwalin frustasi.

Nori hanya menatapnya lalu kembali menyapukan pandangannya ke sekeliling berharap menangkap suatu pergerakan di tempat itu.

"Semua ini salahku. Aku seharusnya tidak meninggalkannya." Gumam Dwalin menahan tangis.

"Kita semua bersalah. Kita hanya mengingat Thorin hingga melupakan Fili, dan mungkin yang lainnya." Ujar Nori berusaha menenangkan Dwalin.

"Dia sendirian. Dia mati sendirian." Erang Dwalin.

Nori tertegun. Untuk beberapa saat mereka hanya terdiam di atas reruntuhan. Hingga akhirnya dengan sangat berat hati keduanya membalikan badan dan kembali tanpa membawa apa yang mereka cari.

..

Semua orang menyambut kedatangan Dwalin dan Nori dengan harapan yang sama. Namun, tidak ada yang berani mengeluarkan sepatah katapun saat keduanya masuk.

Mereka bisa melihat jelas ekspresi kesedihan di wajah Dwalin maupun Nori, dan tanpa di beritahupun mereka sudah tahu bahwa Fili tidak di temukan.

Keheningan menyelimuti seisi Erebor hingga mentari pagi mulai merangkak memancarkan sinarnya.

.

-ooo-

.

Hari berlalu begitu cepat, membuat kondisi Thorin dan Kili semakin membaik. Dengan semangatnya untuk tetap hidup, Thorin akhirnya membuka mata. Dia lalu mengerang lemah merasakan sakit di seluruh tubuhnya.

Bilbo yang tertidur di sebuah kursi kecil di dekatnyapun bangun mendengar suara Thorin.

"Thorin." Gumam Bilbo dengan wajah berseri.

"Bilbo." Bisik Thorin hampir tak terdengar.

"Tenanglah, Kau aman sekarang. Perang telah usai, dan- Kita menang Thorin." Ujar Bilbo terharu.

Thorin hanya tersenyum kecil. "Fili, Kili." Gumamnya lemah.

"Uhm, Kili baik-baik saja. Dia ada di kamar sebelah, dan- semoga saja dia cepat pulih." Jawab Bilbo.

"Fili?" Gumam Thorin lagi namun kali ini lebih tegas.

Bilbo terdiam sejenak, mencoba mengatur nafas dan mengumpulkan kekuatan untuk bicara.

"Maafkan Kami." Gumam Bilbo tak kuasa menatap mata Thorin. "Dia tidak kembali, dia tidak di temukan." Lanjutnya.

Thorin tercekat namun hanya bisa menatap tak percaya ke arah Bilbo. Dia mendesah pelan merasakan hantaman keras di hatinya hingga tanpa sadar air mata mengalir membasahi bantalnya.

Bilbo hanya terdiam, merasa canggung dengan situasi yang ada namun tetap berusaha tenang. Hingga tiba-tiba terdengar suara teriakan dari kamar di sebelahnya.

..

"Fili! Aku ingin Fili! Kenapa kalian memisahkan Kami?" Teriak Kili sambil terus meronta.

"Tenanglah, Kau baru saja pulih. Kau bisa kembali sakit." Ujar Tauriel.

Kili lalu terdiam dengan nafas terengah. Rambutnya terjuntai ke depan dengan keringat membasahi wajahnya. Dia merasa sangat kalap dan ingin melompat dari tempat tidurnya, namun keadaan yang tidak memungkinkan membuatnya hanya terduduk. Dia masih lemah, seluruh tubuhnya masih sakit bahkan Dia ragu apakah Dia bisa berjalan atau tidak.

"Kili, Kami bersamamu." Gumam Ori seraya mengusap punggung Kili.

"Kenapa kalian tidak membawa pulang Fili? Dimana dia?" Tanya Kili dengan tangisan yang mulai pecah.

"Maafkan Kami, tapi Kami tidak menemukannya." Jawab Dwalin.

"Bagaimana bisa Kalian membawaku pulang tanpa Fili? Kalian tau Aku- Aku-" Kili tidak melanjutkan ucapannya seiring hilangnya kesadarannya.

.

.

TBC