The Old Leader Chapter 1
Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
The Old Leader © milik saya seorang.
Warning: OOC, typos (kalo ada), gaje, abal, aneh, alur kecepeten, rada' ga nyambung sama judulnya, Author kebanyakan mejeng *dikeroyok Akatsuki + Readers* dll
Happy Reading minna!
.
.
.
Goa batu, Markas Akatsuki 03:00 pm
Seperti biasalah semuanya pada sibuk sendiri-sendiri. Nggak perlu dijelasin pun udah pada tahu semua *di hajar Akatsuki*. Yah, pokoknya gitu lah kayak hari-hari biasanya. Cuman suasana agak mencekam. Ditambah lagi hujan deras dan petir yang menggelegar membuat suasana makin tambah mencekam meskipun masih sore-sore begini.
Nah, karena para mahluk Akatsuki itu paling sensitif sama hawa dingin nan horror begini. Alhasil saling berdempet-dempetanlah mereka.
"Feeling kalian enak nggak?"Pein angkat bicara.
"Enggak!" yang lain jawab dengan kompak, serempak, bebarengan dan bersama-sama (Woii, sama aja tau!).
"Ada yang nggak beres nih pasti." Pein gaya ala detektif padahal sebenernya nggak mikir apa-apa.
"Bener, un. Ada yang nggak beres, un. Mainannya Tobi belum diberesin tuh, un!" Deidara akhirnya mengeluarkan suara. Yang lain sweatdrop, sedangkan Pein Cuma bisa pasrah punya anak buah bego kayak gini.
"Tobi anak baik! Tobi anak baik akan bereskan, senpai yang baik." Ucap Tobi berdusta tentang senpai-nya yang baik.
"Sono, cepet gih, un!"
"Oi, jangan main senpai-kouhai-an dong! Serius dikit napa?" teriak Sasori dari kejauhan. Dari nadanya dia terlihat cemburu dengan adegan Deidara memerintah Tobi, dan Tobi memuji Deidara dengan kata 'senpai yang baik' (yaelah, gitu aja cemburu, mendingan sama Author aja *dikeroyok Sasori FG*).
Sementara itu, mari kita pindah setting ke kuburan paling angker sedunia ke-Naruto-an.
Bzztt cip cip cip (ini mah suara chidori -_-). JLEGAARR (ini baru suara petir). Di langit yang gelap nun jauh di sana, Dewa Jashin sedang komat-kamit tidak jelas. Dan tiba-tiba, DHUARR (?), sesuatu yang aneh turun ke bumi.
"Uhh… ah… heeh… umm…" orang—kalau bisa disebut orang—itu bergumam dengan tidak jelasnya. Tubuhnya transparan, rambutnya acak-acakan, sebuah kunai yang masih menancap di perutnya, dan bekas cak-cak darah (jangan dibayangin kalo ngeri).
"Kau kuhidupkan kembali tuk mencari tubuhmu yang hilang, wahai manusia!" titah Dewa Jashin pada sosok tadi.
"Enak aja nyuruh-nyuruh. Siapa loe? Siapa gue?" ucap sosok tadi dengan angkuhnya.
"Hush, beraninya kau melawan titah dewa, ke laut aja loe!"
"Ya elah gitu aja marah, nggak seru ah. Gue kan cuma bercanda."
"Ya wes, ini kukasih peta. Kamu harus ke sana. Setelah itu, terror orang-orang yang ada di sana, mengerti?"
"Hn, terserahlah."
Sosok tadi pergi meninggalkan Dewa Jashin yang sedang ber-kiss bye-ria padanya. 'Dewa gila!' umpatnya. Dilihatnya peta tersebut. Karena otaknya yang kelewat lemot itu, dia baru bisa memahami isi peta itu 12 jam kemudian (ternyata masih lemotan Akatsuki, ya? :D).
"Hmm, tempat ini perasaan gue pernah tahu deh? Tapi, kapan ya?" sosok itu ngomong sendiri. "Watdepak? Ini kan markas Akatsuki? Tapi, kok ada yang aneh ya. Udahlah, yang penting jalan."
Setelah melewati Amerika, lalu ke Antartika, menyelam ke Samudra Pasifik, nyasar di rumahnya Author (Heeh? =.=), dan melewati kamar Sasuke (Sasu: Nah loh, kok tiba-tiba gue?), sampailah sosok tadi ke rumahnya Naruto (Naru: Author ngaco!). Oke-oke, ralat untuk yang kedua dari belakang (berarti beneran ke rumah Author dong? *merinding*), sampailah sosok tadi ke goa tak layak pakai.
"Hmm, ada yang aneh nih? Dulu kayaknya nih tempat bentuk rumah deh, nggak goa kayak gini. Jujur aja, nih tempat jelek, kumuh, plus nista banget deh." ejek sosok tersebut. Lalu, sosok tadi mencoba mengingat sesuatu yang entah apakah itu.
Flashback (?)
"Sekarang ini menjadi markas kita!"
"Ya begitulah."
"Desain rumahnya bagus, ya?"
"Hehe, siapa dulu dong …"
"KITA!"
"Dan tentunya, ini rumah …"
"KITAAA!"
Flashback off (?)
Suara-suara aneh barusan terngiag-ngiang di kepala (iya kalau punya kepala O~O) sosok itu. 'Bodo amat, tinggal terror aja tuh orang yang ada di sana terus bawa pulang jasad gue.' Batin sosok itu.
Kita kembali lagi ke Akatsuki
Tok tok tok. Pintu Akatsuki yang notabene itu batu raksasa bisa diketok? Jangan-jangan…
"Kisame buka pintunya!" perintah Pein pada Kisame. Kisame nunjuk dirinya. Yang lain cuma ngangguk-ngangguk. Lalu dengan berat hati Kisame buka pintu nista itu.
"HUWAAAA!" teriak Kisame begitu ngeliat sosok yang tadi ngetok pintu.
Pas Kisame mau balik, ternyata temen-temennya pada ngilang atau ngumpet. Kisame udah parno sendiri sambil komat-kamit niru kata-kata yang biasanya Hidan keluarkan (nyebut Jashin maksudnya).
"Siapa kamu?" Tanya sosok itu.
"Heeh, gue tuan rumah di sini. Jangan sok di depan gue." Kisame dengan dustanya mengaku kalau dia tuan rumah di situ.
"…"
"Woi!" Kisame mulai berani dengan sosok itu. Karena mukanya jauh lebih horror daripada muka sosok yang kayak hantu atau memang hantu tersebut.
"…"
"Ya udah deh, siapa namamu?" Tanya Kisame dengan suara yang kiyut (Author masuk rumah sakit).
"Yahiko."
"Kisame Hoshigaki, anggota Akatsuki paling keren dan macho abis." (Author muntah 200 ember).
"Akatsuki?"
"Yo'a. ada yang salah?"
'Yang salah tuh muka lo' batin Yahiko—sosok hantu atau apalah itu— *dibakar*.
Para Akatsukikers yang sedari tadi ngumpet sambil nguping langsung keluar buat ngeliat sosok tersebut. Dan mereka langsung disuguhkan oleh 2 mahluk horror—yang satu mukanya, yang satunya lagi wujudnya (?)—.
"Siapa kamu?" Itachi dengan tidak ber perike-hiu-an langsung nunjuk-nunjuk muka horror Kisame.
"Itachi-kun, kenapa kau jahat padaku?" Kisame noleh ke Itachi dengan berurai air mata, menambah kesan horror pada mukanya.
"Hiiee, serem ah!" Itachi cuek aja, malah kesannya jadi ngejek gitu.
"Hei, kamu kok mirip siapa gitu sih?" Pein langsung SKSD ke hantu Yahiko, tak memperdulikan Itachi dan Kisame.
"Hmm?" gantian Yahiko yang noleh mukanya ancur, penuh darah, tatapan matanya sayu dan tajam, dan pokoknya jauh lebih ngeri dari Kisame. Kisame yang ngeliat perubahan mukanya yang tadinya nggak terlalu menakutkan—bagi Kisame—sekarang tambah ngeri dari wajahnya.
"WHOAAAAA! Se-se-se-SETAAAANNNN!" teriak Pein dengan lebay-nya sambil ngacir ke belakang Sasori. Otomatis hantu Yahiko tersebut mengarahkan pandangannya ke Sasori.
Glek! Sasori nelen ludah sebelum akhirnya berani ngeliat tampang ancur hantu tersebut (Aah, Sasori-kun kalo takut imuut deh XD/ abaikan).
Sang hantu mulai bertanya pada Sasori.
"Ini Akatsuki?" pertanyaan bodoh menurut Sasori.
"Hn." Jawabnya enteng
"Siapa namamu?"
"Akasuna no Sasori."
"Umur?"
Sigh, nih orang napa tanya-tanya umur?
"25 tahun" jawabnya berdusta.
"Bohong, un. Umurnya Danna tuh 35, un!" Deidara malah buka aib.
'Nih anak malah buka aib segala sih?' batin Sasori dongkol.
"Sudah berapa tahun kau di sini?"
"Emm, 8 eh 10 mungkin. Saking lamanya gue lupa."
"Ck, siapa ketua di sini?"
"Umm, Pein eh Nagato-sama ya?" jawab Sasori sekenannya.
'Nagato, kamu masih waras nggak sih? Cari anak buah yang bener gitu kek. Kayaknya dulu pas gue yang jadi ketua nggak sekere ini deh?' inner hantu Yahiko.
"Pein? Siapa dia?"
"Noh!" Sasori narik tubuh Pein pake Chakura no Ito-nya. Keluarlah Pein dari tempat persembunyiannya.
Akhirnya tatapan mereka bertemu. Mereka sangat dekat dan hanya menyisakan jarak 5 centi saja. Mereka bisa merasakan deru nafas masing-masing. Detak jantung Pein tak beraturan, ada sedikit semburat merah di pipinya. Matanya ia biarkan terpejam. Dirinya pasrah apapun yang terjadi nanti. (Readers: Woi, Author! Ini bukan fic Yaoi, baka! Author: Gomen aja deh *cuek* Readers: Whuuu! *nglempar tomat*).
Err—ralat ralat. Soal jarak mereka itu bener. Tapi yang lainnya anggap aja kalian nggak baca apa-apa .. lanjuut!
Wajah Pein mulai pucat pasi jikalau harus berhadapan dengan manusia jadi-jadian a.k.a. hantu. Zetsu yang udah nggak tahan lagi langsung nutup VFT-nya (tuh anak takut banget sih?). Hidan langsung nyebut nama DJ berkali-kali, bahkan beratus-ratus kali mungkin. Kakuzu masih setia menghitung istrinya. Itachi, Kisame, Deidara, sama Tobi berpelukan ala Teletubbies. Sasori masuk ke hiruko-nya.
"Hoi! Buka pintunya!" teriak seseorang dari arah luar. Suara yang familiar bagi mereka yang masih nggak begitu bego-begonya amat.
'Jangan jangan…' batin Itachi merasakan yang firasat buruk.
'Semoga bukan dia.' Batin Kakuzu sambil memeluk istrinya.
KRIIIEEETT
Suara pintu dibuka (lah, dari batu tuh?). Dan, orang tersebut adalaah… JRENG JREENG…
"SASUKEEE?" teriak Teletubbies a.k.a Itachi, Kisame, Deidara dan Tobi *diamaterasu, dishamehada, diC4, digenjutsu (?)*. Masih inget acara peluk-pelukkan ala Teletubbies mereka di chapter sebelumnya, kan?
"Hn." Hanya itu respon dari sang bungsu Uchiha ini. Padahal keempat fansnya meneriakkan namanya dengan suka cita (ItaKisaDei: Siapa yang fansnya pantat ayam? Tobi: Tobi fansnya Sasuke-kun kok, Tobi kan anak baik!).
"Woi, elu ke sini Cuma mau 'nyapa fans' lo, atau Cuma mau mejeng aja di fic special Akatsuki ini!" teriak Hidan (bersyukurlah nak, akhirnya kau dapat peran juga) dengan gaya malak, pasalnya dia nggak suka ada Sasuke di sini. Simple, alasennya Hidan kalah keren sama Sasuke *digebuk Hidan FG*.
"Mejeng! Ya nggak lah. Gue Cuma mau— eh, siapa dia?" ucapan Sasuke terpotong karena dia kaget akan sesuatu, reflek dia nunjuk sosok Kisame (Kisame: Hantunya kan dia, kok gue terus sih T^T). Maaf, maksud saya nunjuk Hantu Yahiko yang lagi megang leher (baca: nyekik) Pein.
"Siapa kau?" Tanya Hantu Yahiko (Yahiko: Nama gue aja apa susahnya sih?) dengan sinisnya.
"Gue kan Tanya 'siapa lo', kok balik Tanya?" Sasuke tak kalah sinis.
"Mantan ketua Akatsuki."
"Oh,"
"Tanya apa lagi? Nomor telepon? Alamat e-mail? Nama Facebook? Blog? Pin BBM?" Yahiko mulai promosi bak salesman, tetap dengan gaya yang dingin (?).
"Nggak semuanya!" jawab Sasuke dengan angkuhnya. Ciri khas Uchiha itu, mungkin kecuali Itachi *ditsukuyomi*. "Hmm?".
"Rambut oranye, tinggi tubuh kira-kira sama, hmm?" gumam Sasuke nggak jelas.
"Baka Otouto! Mending lo pulang aja deh!" suruh Aniki-nya, siapa lagi kalau bukan Itachi?
"Tunggu sebentar, Aniki! Ada yang janggal." Sasuke masang tampang serius.
"Apaan?" Hidan malah nyahut.
"Ya merekalah, BAKA!" sindir Sasuke yang nggak tahan sama anggota Akatsuki yang kapasitas otaknya jauuuuhhhh di bawah AUTHOR! *digebukin rame-rame*. Enggak ding, Author aslinya juga rada' pinter, rada' bego, rada' rada' juga *ketawa-ketiwi sendiri liat yang baca nih fanfic (?)*.
"Oh" Akatsuki ber-oh-ria (-Zetsu, Sasori, Pein).
"Sasuke, coba kamu perhatikan!" perintah Itachi.
"Hmm?"
"Itu… jubah Akatsuki …." Itachi menghela nafas ringan (?), "10 tahun yang lalu."
JLEGAARR *sfx: petir nyamber rumahnya Author*
"Wat de pak in de hel?" koor semuanya berjamaah. (sejak kapan koor itu sendirian?)
"Ja-ja-jadi ka-ka-kamu u-u-udah ma-ma-mat-ti, u-u-u-un?" Tanya Deidara segagap Hinata kalo' ketemu Sule, dan segagap Azis kalo' ketemu Naruto (?).
"Ya iyalah, orang Author aja ngomong gue hantu, masa' masih idup? Hantu mana yang belom mati? Dasar banci taman lawang!" hina Yahiko.
4 sudut siku-siku muncul di kepala Deidara.
"Salah, bukan taman lawang, tapi lawang sewu." Ralat Sasuke.
Tangan Deidara udah siap nonjok Yahiko ples Sasuke ampe babak telur (?).
"Khukhukhu… hebat ya? Kuntilanak jaman sekarang rambutnya blonde." Puji (?) Hidan.
"DIAAAAMMMM!" teriak Sasori fruitasi (Frustasi oi!).
Semuanya mingkem, sampe Kisame yang biasanya megap-megap mulutnya itupun mingkem.
"Jangan kalian ejek terus 'My Darling'!" ucap Sasori dengan pe-de-nya. Deidara mukanya udah semerah tomat. Bukan malu, tapi marah. Ya iyalah. Lha wong dirinya udah di sindir, eh, malah Sasori mengumumkan hubungan gelap (?) Sasori sama Deidara.
"KATSU!"
DUAAAAR(atus ribu US $ *matanya Kakuzu + Author jadi ijo*).
Markas Akatsuki udah meledak nggak karuan. Deidara dengan tidak berperike-Akatsuki-annya meledakkan diri dengan bom C0-nya agar seluruh member Akatsuki mati semua.
"Oi! Dei, mau lo apain markas gue?"
Dan keluarlah sang Pemimpin Akatsuki yang asli. Yap, dialah Author! *digebukin Akatsuki rame-rame* Mangsudnya si Nagato itu loh.
"Yatta! Deidara udah mati!" Sahut Hidan kegirangan. Anggota lain pada sweat drop.
"Siapa sih yang ngledakin neh markas?" tiba-tiba Zetsu keluar dari tempat persembunyiannya.
"Hiks— Kenapa Dei? Hiks, Kenapa kau tega tinggalkan ku sendiri? Hiks—hiks—" ucap Sasori dengan dramatisnya sampe nangis kejer. Tobi juga ikut nangis, malah tambah lebay dari Sasori. Hidan masih setia lompat-lompat gaje, autisnya kumat.
"Oh, Deidara toh? Dia mati kagak?" Tanya Zetsu lagi.
"Jelas dong Zetsu-chan!" jawab Hidan genit. "Deidara udah koid, matek, nggak idup, dead, dan, empph—" Mulutnya Hidan dibekep sama Sasori pake ekornya Hiruko (?). Zetsu sendiri udah merinding disko dipanggil pake embel-embel 'chan'.
Kita skip bagian ini
"Nagato?" panggil (arwah gentayangan) Yahiko.
"Oh, ada apa Pein?" Tanya Nagato tenang. Tapi,
"E-eeh? Yahiko? Kamu kan udah mati? Lha kok idup lagi? Terus blablabla—" Nagato berubah parno. Ternyata itu Yahiko, bukan Pein (Di fic ini yang kebagian jadi Pein yang Deva Path a. k. a Tendo).
Pein masih pingsan (sejak kapan dia pingsan?). Mulutnya sudah mengeluarkan busa. Matanya terpejam untuk selama-lamanya. –TAMAT—(?). Ya, enggak lah! Ada ada aja.
Nagato melirik Pein dengan lirikan genitnya (buset dah, nggak bisa kebayang OOC-nya). ralat, Nagato melirik Pein yang tak sadar kan diri. Lalu, dengan takut-takut kalau uangnya diambil (ini Nagato apa Kakuzu sih?), dia memberanikan diri menatap wajah corettampancoret Yahiko.
"Mau apa kau?" tanya Nagato yang mulai stay cool lagi. Yahiko enggak jawab. Tapi tatapannya lah yang akan jadi jawaban. Tubuh-ini-aku-ambil-atau-kau-akan-merasakan'nya', kira-kira itulah arti tatapannya.
Glek! Kakuzu menelan ludahnya (ini Nagato apa Kakuzu sebenernya?). Firasat buruk mulai menyelimuti otaknya.
'Uangku pasti akan melayang lagi, nggak mungkin nggak!' batin Kakuzu yakin sambil keringetan dingin dan ngompol di celana *dihajar*.
"Emm, yang kamu maksud bukan money kan?" Tanya Kakuzu hati-hati.
Yahiko geleng-geleng.
"Engg, uang?".
Yahiko masih geleng-geleng.
"Fulus?"
Geleng-geleng ditambah ajeb-ajeb (?).
"Okane?"
Geleng-geleng, ganti grepe-grepe (?) dompet.
"Oi, Kuzu! Dari tadi yang elo tanyain perasaan uang mulu deh?" Tanya Nagato heran. Lah, gimana enggak heran coba? Nih mahluk otaknya isinya duiiiiitttt melulu. Ndak ada yang lain apa?
"Huh, pokoknya yang aku inginkan—" Ucapan Yahiko terpotong.
JDAAARR *sfx: Petir nyamber* (Readers: Oi, dari tadi petir mulu sih?)
Tiba-tiba langit jadi gelap. Matahari mulai tenggelam. Teletubbies (ItaKisaDeiTobi) berpamitan *digebuk warga sekampung*. Salah teks plus fandom (emang ada yah, fandom buat Teletubbies?)! Ulangi lagi!
Tiba-tiba langit menjadi gelap. Hujan turun dengan derasnya. Petir menyambar-nyambar. Dan dari atas langit turun cahaya yang sangaaatt menyilaukan.
"Waktumu sudah habis, Yahiko!" kata mahluk tersebut yang di yakini adalah Dewa Jashin.
"Dewa Jashin? Benarkah itu anda?" sahut Hidan yang matanya udah berbinar-binar.
"Ya, ini aku! Terimakasih, kau selalu memujaku setiap hari." Jawab Dewa Jashin tegas.
"KYAAAA~~, Sama-sama, donk!" Hidan lompat-lompat sampe ke surga (?). Nasibnya lagi baik banget. Mulai dari Deidara wafat *Author mewek*, Pein yang sebentar lagi pasti pergi, dan ketemu Dewa Jashin. Wew, lucky banget, sob!
"Dewa sialan, ngapain gue harus pergi?" tolak Yahiko.
"Siapa yang bilang pergi? Waktumu untuk di dunia ini udah abis." Jelas Dewa Jashin.
"Tolong izinkan aku, 1 jam aja lah, nggak pa-pa." mohon Yahiko.
"Memangnya kau mau apa?"
"Aku—aku belum mendapatkan tubuhku. Dan, aku belum ketemu Konan! Aku belum say-good-bye with her. Pliss, kasih ya? Ya? Ya? Ya?" Yahiko ngeluarin devil eyes no jutsu. Weleeh, malah kagak mempan dong, Yang ada mah takut.
"Err~ baiklah, hanya 1 jam. Itu pun kau hanya boleh menemuinya waktu tengah malam."
"Apapun demi Konan-chan akan kulakukan!" Yahiko mengepalkan tangannya ke udara saking yakinnya. Itachi, Hidan, sama Sasori cemburu berat. Pasalnya mereka sama-sama ngincer Konan.
'Nih anak siapanya Konan-chan, sih?' batin 3 bersaudara ha-ha (Salah fandom dodol!).
"Kalian, tunggulah aku di sini tepat jam 12 malam nanti." Kata Yahiko. Dan lagi-lagi nih petir nyamber. Biar nambah kesan horror dan dramatis gitu.
"Gue juga?" Tanya Sasuke nunjuk dirinya.
"Tentu saja!" jawab Yahiko singkat, padat, jelas sekali.
"Pan gue bukan anggota Akatsuki!"
"Pokoknya harus mau! TITIK nggak pake koma, pakenya saus ama kecap." Setelah mengucapkan pesanannya (?), Yahiko pergi meninggalkan Akatsukikers dan Sasuke yang hatinya udah nyumpahi dirinya sendiri.
'Bego banget, napa coba gue dateng ke sini. Mampus lah gue!' batin Sasuke tak rela. Poor you, Sasuke.
To Be Continued
Hontouni Arigatou buat yang udah baca sampe selese.
Saya yang masih terlalu newbie ini sangat senang jikalau anda mau membaca fanfic ini sampai habis (sok formal).
Udah ah, jangan lupa review-nya yang bermanfaat ya? ^.^
