Amaya Kuruta Present
Arc en Ciel
Hunter x Hunter hanya milik Togashi sensei seorang. Penulis hanya meminjam beberapa charanya untuk membuat fiction ini.
OOC, AU, Fem!Kurapika. KuroroxKurapika, Typo.
Selamat menikmati ^^/
Chapter 1
"KURAPIKAAAA." Kurapika yang tengah asyik meminum teh paginya tersedak seketika. Ia menoleh kesal saat didengarnya derap kaki yang semakin mendekat.
"Kurapika! Tolong akuuuu~." Didepannya, Neon Nostrade nampak kusut dengan dandanan yang acak. Kurapika menghela nafas dan meletakkan tehnya.
"Kali ini apa lagi? aku sudah bilang kalau hanya untuk pergi kekampus atau bekerja, pakai saja dandanan kasual." Ucap Kurapika. Neon menggeleng.
"Kali ini berbeda! Aku libur. Kuliah dan kerja. Ini akhir pekan. Dan aku.."
"Kencan?" Tebak Kurapika. Alisnya mengangkat secara otomatis. Neon mengangguk. Seberkas merah nampak dipipinya. Kurapika kembali menghela nafas.
"Kalau begitu katakan padaku siapa pria ini." Tanya Kurapika. Neon tersenyum senang.
"Shalnark! Kau ingat dia kan?"
"Um. Kemana kalian akan pergi?" Tanya Kurapika sembari berjalan keluar ruangan. Ia berjalan menuju kamar Neon. Neon membuntuti dibelakangnya.
"Hmm.. mungkin ke taman bermain?" Jawab Neon. Kurapika membuka lemari Neon dan melihat isinya. Kemudian ia mengambil sebuah Kaos lengan panjang dan sebuah rok.
"Pakai ini." Ucap Kurapika. Neon menerima pakaiannya dengan berseri-seri. Kurapika kadang heran. Ia pernah mencoba memberikan kostum yang salah pada neon dan Neon dengan senang hati menerimanya. Kurapika meninggalkan gadis yang sibuk berterimakasih itu. I melirik jama tangannya. Pukul 7:45. Ia harus segera berangkat. Sebagai editor majalah Fashion sekaligus penasehat dan designer, Kurapika harus mengurus berbagai hal. Sebenarnya agak aneh jika gadis tomboy macam Kurapika berbakat dalam hal macam ini. Tapia pa mau dikata? Kurapika menyukainya. Kurapika membereskan kertas ditas meja kerjanya dan menjejalkannya kedalam tas. Ia meraih topinya dan mengikat rambut pirangnya. Kemudian dengan langkah ringan ia berjalan keluar dari apartement itu. Ia menghirup nafas dan tersenyum sejenak.
"Selamat pagi, London!"
.
.
"Hmm… Kau fikir bagian ini harus diperbaiki ya? Hmm…hmm.. aku mengerti." Shizuku, gadis berkacamata sekaligus pemilik majalah itu mencatat dengan seksama setiap arahan Kurapika. Kemudian ia menutup buku catatannya dan tersenyum.
"Terimakasih, Kurapika! Kau sangat membantu!" Jawabnya. Kurapika terseyum lembut.
"Tak masalah." Jawabnya. Kemudian ia mengeluarkan lembaran-lembaran kertasnya.
"Ini. Aku rasa ini akan sangat cocok dengan tema bulan ini. Bagaimana?" Tanya Kurapika. Shizuku melihat design Kurapika dan berdecak kagum.
"Kalau kau bilang begitu tentu saja!" JAwab Shizuku. Kurapika tertawa datar.
"Shizuku, Kau pemilik majalah Fashion tapi kau tidak tau tentang Fashion. Aku tidak percaya ini.." Kurapika memegang dahinya. Shizuku mengangkat bahunya.
"Apa boleh buat, Kurapika.. Aku hanya mengikuti jejak ibuku saja. Salah siapa dia tiba-tiba mati begitu?" Jawab Shizuku serampangan.
"Hahaha.. kau tidak boleh menyalahkan kematian ibumu seperti itu, Shizuku." JAwab Kurapika. Kemudian ia meraih topinya dan memakainya.
"Nah, kurasa aku bisa pulang sekarang?" Tanya Kurapika. Shizuku mengangguk. Kemudian ia mengerjapkan matanya melihat Kurapika.
"Eri." Gumamnya. Kurapika menoleh.
"Hm? Kau memanggilku?" Tanya Kurapika. Shizuku menggeleng dan menunjuk Kurapika.
"Eri. Kau seperti salah satu tokoh game. Metal Slug." JAwab Shizuku. Kurapika mengerjapkan matanya dan tertawa kecil.
"Benarkah? Hahaha.. aku pulang dulu. " Pamit Kurapika. Shizuku mengangguk dan tersenyum. Bulan ini majalahnya kembali selamat berkat Kurapika. Sungguh, apa jadinya dia tanpa Kurapika?
.
.
Kurapika memegang naskah majalah ditangan kirinya sementara tangan Kirinya memegang cup kopi yang baru ia beri. Ia memang sudah menyelesaikan tugasnya. Tapi mengingat bulan depan adalah Halloween yang berarti harus ada kostum-kostum unik, Kurapika memutuskan untuk tidak membuang waktu. Kurapika melirik jam tangannya lagi. Dia harus pulang. Mungkin ia bisa melanjutkan pekerjaannya di apartementnya?
"Ah, Kurapika!" Kurapika menoleh.
"Oh, Hei, Retz!" Sapa Kurapika. Retz berlari menuju Kurapika.
"Ah, aku bersyukur bisa bertemu denganmu. Baju yang kau design benar-benar membantu agensiku kemarin! Terimakasih!" Ucapnya. Kurapika tersenyum.
"Tak usah seformal itu, Retz. Kita bahkan satu kelas saat masih di sekolah." Ucap Kurapika.
"Mmm.. aku harus melakukannya. Setidaknya mewakili agensiku." Ucapnya. Retz adalah seorang model terkenal. Wajahnya benar-benar cantik. Terutama matanya. Menurut Kurapika mata Retz yang hijau kebiruan itu benar-benar indah!
"Ah, bagaimana jika kita makan malam setelah ini?" Tawar Retz. Kurapika baru akan membuka mulutnya saat Retz membekapnya.
"Tak ada penolakan! Aku merindukanmu, ok?" Ucapnya lalu menarik tangan Kurapika. Kurapika hanya bisa pasrah.
.
.
"Hee? Jadi kau tengah kabur dari managermu yang berisik itu?" Tanya Kurapika sembari menyesap tehnya. Retz membuat suara Shh dan menatap Kurapika serius.
"Aku juga butuh libur, Kurapika.. bayangkan aku belum mendapat libur sekalipun sejak bulan lalu. SEJAK BULAN LALU! Aku tak percaya ini!" Jawab Retz berapi-api. Kurapika tertawa geli. Dia tak pernah melihat Retz seperti ini.
"Pasti dia sangat stress." Pikir Kurapika.
"Nah, kau berencana libur berapa hari?" Tanya Kurapika. Retz mengangkat bahunya.
"Aku tau aku tak bisa berlama-lama seperti ini." Jawabnya. Kurapika mengangguk.
"Ya, memang. Kau tak boleh seperti ini. Bagaimanapun, Kakakmu tak akan suka ini kan?" Tanya Kurapika. Retz mengangguk dan menghela nafas.
"Kau benar." Ucapnya. Kemudian keduanya terlibat percakapan ringan seputar pekerjaan dan beberapa masa sekolah yang menyenangkan itu. Sampai akhirnya Kurapika melihat langit yang sudah menggelap dan bertaburan bintang.
"Sepertinya kita harus pulang. Kau sudah cukup bersenang-senang hari ini kan?" Tanya Kurapika. Retz mengangguk.
"Kita pulang bersama-sama, arah apartementku dan apartementmu searah kan?" Ajak Retz. Kurapika tersenyum.
"Tentu!" Jawabnya. Keduanya beranjak dari café itu sambil mengobrol. Keduanya berjalan tanpa memperdulikan siapa saja yang mereka lewati. Tak menyadari tatapan dan senyuman dari seorang Pria berpakaian serba hitam yang melewati mereka. Bibir itu tersenyum kecil. Ia menyingkap dahinya yang tertutupi rambut hitam legam. Menampakkan sebuah tato yang nampak berbentuk seperti salib itu.
"Kutemukan.. aku menemukannya.."
-TBC
Hyaaa akhirnya saya kembali juga *dibakar. apa kabar? semoga fic ini cukup buat bayar tunggakan XD
Jaa!
