Gaara membuka pintu cafe dan tersenyum melihat gadis bersurai pink telah duduk di salah satu meja. Gaara menyembunyikan bunga mawar yang telah ia siapkan di punggungnya

"Sa—"

"Sakura!"

Sebuah suara mendahuluinya. Sasuke, batin Gaara. Apa yang dilakukannya di sini?

Sasuke menghampiri Sakura dan duduk di sebelahnya. Kening Gaara berkerut. Dengan langkah cepat ia menghampiri mereka. Sakura dan Sasuke yang tak menyadari keberadaan Gaara tiba-tiba saling berciuman sekilas.

Langkah Gaara terhenti, ia terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Ah…" Sakura menyadari keberadaan Gaara. Sasuke menoleh dan tersenyum mengejek, senyuman yang paling dibenci Gaara.

"Sakura, apa maksudnya ini?" Gaara menatap tajam pada Sakura.

"Jelaskanlah padanya, Sakura," ucap Sasuke, masih tetap dengan senyumnya yang mengejek.

Gaara merasakan firasat buruk. Tidak, jangan

"Umm—sebenarnya, aku—"

Kumohon, jangan katakan …

"Aku ingin—"

Jangan katakan bahwa

"Sakura ingin putus darimu," potong Sasuke. "Dan kami saling menyukai."

Tubuh Gaara membeku.

"Yah, seperti yang dikatakan Sasuke," aku Sakura dengan semburat merah di pipinya.

"Ayo pergi," ajak Sasuke seraya mengulurkan tangan kanannya pada Sakura. Sakura menerima tangan itu dan mereka keluar dari kafe dengan bergandengan tangan melewati Gaara yang masih berdiri kaku.

Setelah mereka pergi, Gaara menjatuhkan bunganya.

.

.

.

Di sebuah klub malam yang terkenal, di dalamnya terdapat meja-meja tamu dan lantai disko yang gemerlap diiringi musik yang dimainkan sang DJ. Pada salah satu meja, nampak seorang gadis bersurai pirang yang duduk di sofa dengan minuman non-alkohol di gelasnya.

Ino mendengus kesal, ia merasa bosan karena dipaksa oleh teman-temannya untuk pergi ke klub. Padahal ia berencana akan menghabiskan film yang dipinjamnya dari Matsuri.

Ino menatap sekelilingnya jemu, Tenten sedang berdansa bersama Neji, Hinata dengan Kiba, dan Karin dengan Nagato. Tiba-tiba iris aquamarine Ino menangkap sebuah sosok bersurai merah yang terasa sangat familiar baginya.

Gaara? tanya Ino dalam hati. Ino beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Gaara yang duduk sendirian

"Gaara?" panggilnya.

Gaara tidak menjawab, ia meneguk habis Vodka di depannya.

"Gaara!" panggil Ino lebih keras.

Gaara menoleh. "Hmn, siapa kau?" tanya Gaara.

kening Ino berkerut. "Astaga, kau benar-benar mabuk."

"Hmh, mabuk?" gumam Gaara.

Ino mengempaskan dirinya di sebelah Gaara. ia benar-benar khawatir pada temannya yang satu ini. "Tidak biasanya kau begini, ada apa?"

Gaara tidak menjawab.

"Sakura mana?" tanya Ino iseng, ia sudah tahu bahwa Gaara dan Sakura sedang berpacaran. Sayangnya, ia tidak tahu bahwa mereka telah putus beberapa jam yang lalu.

Tubuh Gaara menegang, tangannya mengepal. Ino terkejut, sadar bahwa ia perkataanya menyinggung Gaara. Punggung Gaara bergetar. Gaara meneteskan setitik air mata dan menggigit bibirnya, berusaha menahan kesedihan. Ino merasa bahwa telah terjadi sesuatu antara Gaara dengan Sakura.

Ino menggenggam tangan Gaara, berharap bisa sedikit mengurangi sedikit kesedihan Gaara. Gaara membalas genggaman Ino dan meremasnya.

Gaara sialaaaan... tanganku jangan dijadikan korban, dong! batin Ino, ia meringis menahan sakit.

-O-O-O-

GAARA'S POV

Aku mulai merasa tenang, tangan yang kugenggam —lebih tepatnya hampir kuremukkan — memberikan kehangatan padaku. Aku menoleh untuk melihat siapa yang menggenggam tanganku. Tapi kepalaku terasa sangat pening. Aku hanya sempat melihat rambut pirangnya yang indah.

"Gaara!"

Oh, ia memanggil namaku dengan suaranya yang merdu. Benar-benar manis, pikirku sebelum semuanya menggelap.

-O-O-O-

INO'S POV

Gaara berusaha untuk menoleh padaku, namun kepalanya terantuk kembali ke meja.

"Gaara!" seruku khawatir.

"ZZzzz.."

Ti-tidur? batinku. Lalu, sekarang aku harus bagaimana?!

Aku panik. Tanganku masih digenggam erat oleh Gaara. Astaga! Haruskah aku... memulangkannya? Aku meneguk ludah.

"Waah... mesra sekali!" seru Tenten yang menghampiri kami. Ia mengeluarkan ponsel-nya.

"Tenten, tolong bantu aku!" pintaku setengah memaksa.

"Fu fu fu.. aku hanya berniat untuk mengabadikan kalian berdua," ucap Tenten sambil memotret.

"Tenteeen~" ucapku memelas.

"Dadaah.. selamat bermesraan, jangan sampai pagi, ya!" ucap Tenten sambil mengedipkan mata kanannya dan berjalan pergi.

"Uuuukh.. sial!" raungku kesal.

Aku teringat kembali pada Gaara. Aku mulai berusaha menarik tanganku yang digenggamnya. Tiba-tiba Gaara menyambar lenganku. "Jangan, jangan pergi, tetaplah di sini. Kumohon …" gumam Gaara tanpa menoleh.

"Kau, kau sebenarnya tidur atau tidak, sih!?" seruku kesal.

DEG!

Astaga, aku memancing perhatian tamu lain, gerutuku dalam hati.

"Tarraratatta.. rattata"

Aku mendengar sebuah dering ponsel dari saku baju Gaara. Aku segera mengambilnya dan membaca namenya. "Perempuan cerewet?" gumamku heran. Aku mengangkatnya dan menempelkannya ke telingaku.

"GAARAAAA! Kau kemana saja, sih?!"

Aku otomatis menjauhkan ponsel Gaara dari telingaku dan hampir melemparnya.

"Kau ini! Bukankah kau berjanji untuk meminjamkan novelmu bila aku ke rumahmu malam ini?" omel seorang perempuan.

"Gaara? Heei... jawab aku, dong!"

Aku mendekatkan ponsel Gaara dengan takut-takut ke telingaku.

"Etto, Gaara mabuk dan sedang tidur di klub," jelasku.

"Eh? Siapa ini?" tanya perempuan itu.

"Aku Ino, teman se-SMP nya Gaara" jawabku.

"Aku Temari, kakaknya Gaara. Aiih, benar-benar deh, anak itu. Masa kakaknya sendiri tidak diberi tahu kalau dia punya pacar baru," omel Temari lagi. Sekarang aku baru paham mengapa name-nya Temari adalah perempuan cerewet.

"Aku bukan pacarnya Gaara," terangku.

"Aish, anak SMA kelas 1 memang masih suka malu-malu. Tolong antarkan Gaara pulang, ya! Alamatnya …"

-O-O-O-

"Uuukh …" Ino memapah Gaara dengan susah payah. Ino mengangkat tangannya berusaha menekan bel rumah.

Ayooo.. tinggal sedikit, lagi! Tepat sebelum ia memencet bel rumah Ino kehilangan keseimbangan, dan terjatuh.

Bruk!

Temari yang berada di dalam segera keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi. Dan ia mendapati Gaara menindih tubuh Ino. Tiba-tiba, Gaara memeluk Ino, mengira bahwa Ino adalah guling.

"Astaga Ino, kamu baik-baik saja?" tanya Temari khawatir.

"Ukh, ini, Gaara … berat," ringis Ino.

Temari segera mengangkat Gaara yang tak mau melepaskan Ino.

Akhirnya, Temari terpaksa menyeret mereka berdua sampai ke tempat tidur Gaara. Dan di sana, dia kembali berkutat dengan Gaara yang mengira Ino adalah guling. Setelah setengah jam berkutat, akhirnya Temari menyerah.

"Maaf Ino, aku tidak sanggup," ucap Temari, ia terduduk kelelahan.

"Lalu... aku harus bagaimana?" ringis Ino.

Temari menghela nafas. "Sepertinya kau harus menunggu sampai Gaara mengubah posisi tidurnya."

Ino memucat.

"Aku juga harus pulang, adikku menunggu di rumah, dah Ino!" lambai Temari pada Ino.

Ino merasa nyawanya seperti melayang. Sepertinya tidak ada pilihan baginya selain tidur dengan dipeluk Gaara.

-O-O-O-

Ino terbangun dari tidurnya, mendapati bahwa sebelah tangan Gaara masih memeluknya, namun ia sudah bisa kabur. Baru saja ia akan duduk..

"Ngggh …" erang Gaara. Tangan Gaara menyambar Ino dan mendadak Gaara mencium Ino. Terjadilah ciuman pagi yang menghabiskan waktu selama 5 menit itu. Setelah bibir keduanya terlepas, Ino langsung kabur dengan wajah seperti kepiting rebus dan pergi dari rumah Gaara. Sementara Gaara,

"Aaah, kenapa gulingku hangat sekali, ya?" gumamnya.