Title: Mama Papa
Author : F14
Disclaimer : Masashi kishimoto
Pair : SasuSakuSara
Rated : K+
Genre : Family
Warning : Oneshoot, Typo(s), Eyd acak acakan. Dan
banyak kesalahan lainya.
Read n Review !
.
.
"Sarada, apa kau tidak merasa aneh dengan kedua
orangtuamu?" Ujar Chou-chou sambil memakan
camilan favoritnya.
"Maksudnya?" Tanya Sarada bingung.
"Kedua orangtuamu tidak pernah bergandengan
tangaan."
"Memangnya kenapa?"
"Ahh, kau itu.. Ibuku bilang kalau orang yang
saling mencintai akan saling bergandengan tangan
dan kemudian berciuman."
"..." Sarada diam tak menjawab.
"Ayahmu sangat tidak romantis, dia hanya
memiliki wajah yang tampan saja."
"..."
"Bahkan aku pernah melihat ayahku berciuman
dengan ibuku. Masak kau tidak pernah melihat?"
"Tidak pernah." ujar Sarada dengan membetulkan letak kacamatanya.
"Ahh, ayahmu memang payah! Nanadaime saja
sangat romantis dengan bibi Hinata, dan juga
paman Sai selalu tersenyum dengan bibi Ino. Ayah
Shikadai pun juga sama. Kenapa ayahmu tidak?"
"..."
"Sarada, aku sarankan padamu, tanyakan saja
pada ayah atau ibumu. Sebenarnya mereka saling
mencintai atau tidak? Takutnya ternyata mereka
tidak saling mencintai Sarada."
"Nanti akan kutanyakan" jawab Sarada datar
namun berbeda dengan otaknya, otaknya berfikir
keras dengan perkataan Chou-chou. Apakah benar
Papa dan Mamanya tidak saling mencintai?. Tapi
memang dirinya tidak pernah melihat Papa dan
Mamanya bermesraan seperti Nanadaime dan
paman Sai.
'Papa memang sangat berbeda' inner Sarada.
Hahhh! Sarada menghela nafas.
"Aku pulang dulu Chou-chou" ucap Sarada malas.
"Ehh... Kenapa tiba-tiba mau pulang?"
"Aku ada urusan dirumah, aku harus berlatih."
Jawab Sarada bohong.
"Ahh, baiklah.. Ohya bawa juga ini. Camilan
kesukaanku. Kalau kau lelah latihan makanlah ini.
Aku jamin kekuatanmu akan pulih. Aku sering
melakukan itu." Ujar Chou-chou sambil
menyodorkan camilan rasa sapi panggang kearah
Sarada.
"Hn, terimakasih Chou-chou." Ujar Sarada
kemudian menerima Camilan dari temanya dan
langsung melangkah pergi. Hahhh! Sarada kembali
menghela nafas. Perkataan Chou-chou
membuatnya harus berfikir keras lagi. Ia sudah
merasa bahagia karena papanya sudah pulang dari
misi panjangnya. Dan sekarang ia harus
berhadapan dengan masalah seperti ini lagi.
'Sebenarnya, Papa dan Mama saling mencintai
atau tidak?' batin Sarada. Tidak terasa ternyata
Sarada sudah sampai didepan rumahnya.
"Tadaima..." Ujar Sarada lesu.
"Okaeri Sarada, ohh... Kenapa kau lesu sekali.
"
"Tidak..."
"Ahhh, jangan berbohong dengan Mama. Ceritakan
saja sayang." Ucap Sakura sambil menghampiri
putrinya.
"Tidak ada..." Sarada berlari meninggalkan
mamanya dan masuk kedalam kamarnya.
Entah kenapa Sarada jadi sedikit marah dengan
mamanya, padahal ia juga tau kalau itu bukan
kesalahan mamanya.
'Kenapa mama tidak menikah saja dengan
Nanadaime? Aku pernah mendengar kalau
Nanadaime dulu menyukai mama.' Batin Sarada.
Akhirnya Sarada memilih untuk merebahkan
tubuhnya diatas tempat tidur miliknya.
Kemudian ia mengambil camilan yang diberikan
Chou-chou tadi.
Crekkk! Sarada membuka kemasan Camilanya.
Kemudian ia memakan satu persatu camilanya.
'Ternyata ini cukup membantu.' Batin Sarada.
Namun belum habis camilannya Sarada merasa
mengantuk dan ahirnya tertidur.
.
.
.
.
Cklek! Pintu kamar Sarada terbuka.
"Sarada, waktunya makan malam" ucap Sakura
lembut. Sambil mengusap rambut Sarada.
"Emmhhh," Sarada menggeliat kecil, tubuhnya
yang tadi meringkuk memeluk boneka
kesayanganya sekarang duduk dengan lesu.
"Ayolah, Papamu sudah menunggu." Ucap Sakura
kemudian menarik tangan Sarada.
"Mama, aku masih mengantuk." Ucap Sarada
dengan mata yang masih tertutup.
"Shannarou!, cepatlah bangun! " Ucap Sakura
yang sudah mulai kesal.
"Ahhh! Baiklah Mama aku akan turun.." Jawab
Sarada yang kemudian buru-buru turun kebawah
menuju meja makan. Mengerikan juga jika mengingat rumahnya dulu hancur tinjuan keras mamanya. Sarada meranga ngeri juga, bagaimana jika nanti mamanya akan meninju kamarnya? dan merobohkan rumahnya lagi.
"Ehh! Mau kemana?"
"Mau ke meja makan."
"Tidak bisa, cepat cuci muka dulu."
"Ah, baiklah." dengan langkah gontai Sarada masuk kekamar mandi dan melepaskan kacamata merah miliknya, kemudian perlahan ia membasuh mukanya yang terlihat lesu.
.
.
.
.
.
"Selamat makan" Ucap Sakura bersemangat.
"Sarada, kenapa kau terlihat murung begitu?"
Tanya Sasuke.
"Tidak,"
"Jangan berbohong!"
"Aku tidak berbohong!"
"Aku tau kau berbohong!"
"Cukuppp! , kalau mau bicara nanti saja kalau
makanya sudah selesai!" Bentak Sakura, Sasuke
dan Sarada langsung terdiam dan melanjutkan
makanya. Meja makan keluarga Uchiha diselimuti
keheningan. Hanya suara dentingan sendok yang
menyentuh piring.
"Kenapa kalian diam saja !" Tanya Sakura disela
makan malam mereka.
"Diamlah! Jangan berbicara kalau sedang makan!"
Teriak Sasuke dan Sarada bebarengan.
"Ahhh, kalian kompak sekalii.. Sangat cocok.."
Ucap Sakura semangat.
Sakura memang seperti matahari di tengah kutub.
Seorang pencair suasana disaat kedua anggota
keluarganya bertengkar.
.
.
.
"Sarada, kau mau kemana?" Tanya Sakura yang
melihat putrinya langsung meninggalkan meja
makan setelah selesai makan.
"Aku mau tidur!"
"Jangan langsung tidur setelah makan, kalau tidak
tubuhmu akan segendut babi !"
Sarada terus saja berjalan tanpa menghiraukan
ucapan mamanya.
Brakk! Sarada membanting pintu.
"Sebenarnya kenapa anakmu itu?" Tanya Sakura
heran.
"Dia juga anakmu! , pemarah persis sepertimu"
jawab Sasuke sinis.
"Memang benar dia juga putriku, dia juga keras
kepala sepertimu Sasuke!" Elak Sakura.
"Ahh, sebenarnya kenapa lagi dia ituu.." Lanjut
Sakura.
"Sepertinya dia marah dengan kita." Ujar Sasuke.
"Marah dengan kita? Memangnya kita salah apa?"
Jawab Sakura bingung.
"Kau tanyakan saja sendiri" jawab Sasuke
kemudian meninggalkan meja makan.
"Hahhh! Mereka berdua benar-benar menyebalkan"
ujar Sakura sambil merapikan piring-piring bekas
makan malam mereka.
.
.
Cklek! Sakura membuka pintu kamar Sarada.
"Sarada? Apa kau sudah tidur?"
"Sudah!"
"Orang tidur tidak mungkin bisa menjawab
pertanyaan, Dasar bodoh!"
"Kalau aku bodoh lalu Mama apa?"
"Tentu saja aku pintar!"
"Mama pintar darimana? Bahkan mama hanya bisa
masak bento dan Nabe, aku rasa seluruh sel
tubuhku terbuat dari kedua makanan tersebut
mama."
"Aku sudah bersusah payah membuatnya Sarada,
tapi ternyata kau tidak menyukainya.." Ujar Sakura
lesu.
"Ahh, bukan... bukan itu maksudku mama,
sungguh!"
"Harusnya aku tau kalau kau tidak menyukainya.
Orangtua macam apa aku ini.."
"Mama... Bukan maksudku seperti itu.." Sesal
Sarada.
"Ahh, sudahlah nanti mama belajar resep baru.. Oh
ya mama mau bertanya..."
"Hmmm,"
"Apa kau marah denganku?"
"Sebenarnya ada suatu hal yang mengusik
pikiranku ahir-ahir ini..."
"Apa itu sayang? Ceritakanlah, mama akan
mendengarkan"
"Sebenarnya, perasaan mama dengan papa itu
seperti apa?" Ujar Sarada, terlihat raut penasaran
diwajahnya.
"Ehhh, kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Jawab saja mama."
"Emmmm, aku tidak bisa mengatakanya."
Ujar Sakura.
"Kenapa tidak bisa? Apa kalian saling mencintai
atau tidak? Jujur aku ragu dengan hubungan
mama dan papa.."
"Apa yang kau katakan!" Jawab Sakura sedikit
meninggi.
"Aku hanya bertanya,seperti apa perasaan mama
dengan papa.. Tapi mama tidak menjawab ! Itu
membuatku semakin ragu dengan hubungan
kalian !."
"Apaa! Kau ragu?
"Ya ! Aku ragu.. Aku ragu dengan semuanya, aku
ragu dengan hubungan kalian, aku ragu dengan
statusku.. Dan aku bahkan ragu kenapa aku bisa
dilahirkan!"
Clift ! Sharingan satu tomoe Sarada aktif.
" Sarada ... Kau ! " Ujar Sakura kemudian keluar
dari kamar Sarada. Sarada hanya diam melihat
punggung mamanya yang semakin menjauh
darinya.
.
.
Brukk ! Sakura mendudukkan dirinya dengan keras
diatas ranjangnya. Berulang kali ia menghela
nafas. Seperti menahan emosinya.
"Sakura, darimana saja kau.." Tanya Sasuke yang
sudah terbaring di atas ranjangnya.
"Huuhhh..." Sakura kembali menghela nafas.
"Kau kenapa?" Ujar Sasuke dengan merubah posisi
duduk disamping Sakura.
"Sarada..."
"Kenapa lagi dia..."
"Dia selalu berkata kalau dia ragu dengan
hubungan kita dan juga statusnya.. ahhh! Dia
benar benar membuatku pusing" Jelas Sakura
sambil memijit mijit sendiri kepalanya.
"Tenanglah, dia masih anak-anak.." Ujar Sasuke.
"Aku tau dia masih anak-anak, tapi kalau dibiarkan
dia akan seperti itu terus.."
"Hn, nanti kupikirkan.. Sebaiknya sekarang kita
tidur dulu."
"Ya.."
.
"Sarada tidak ada dikamarnya."
"Biarkan saja." Ujar Sasuke.
"Apa! Kau benar-benar... Bagaimana bisa kau
membiarkan putrimu pergi begitu saja, kalau terjadi
sesuatu padanya bagaimana." Ujar Sakura raut
khawatir tergambar jelas di wajahnya. Namun
Sasuke hanya terdiam, saat melihat wajah Sakura
yang terlihat khawatir ia teringat wajah sang ibu
Mikoto Uchiha yang sangat khawatir terhadapnya
saat Sasuke berlatih mati-matian untuk membuat
ayahnya bangga.
"Ibu..." Gumam Sasuke yang masih mampu
didengar oleh Sakura.
"Sasuke... Kau tadi bilang apa?" Tanya Sakura
yang tidak yakin dengan apa yang didengarnya
tadi.
"Hn, tidak.. Akan kuhubungi orangtua teman-
teman Sarada, kau tidak perlu khawatir."
"Ya, baiklah."
"Sebaiknya kau segera berkemas dan berangkatlah
ke Rumah Sakit, pasti para pasien sudah
menunggumu."
"Ya, hari ini ada pasien yang akan operasi.
Mungkin aku akan pulang malam. Kau juga ada
misi kan Sasuke?"
"Hn, nanti siang aku akan kekantor hokage."
.
"Teman-teman Sarada mereka semua dirumah,
kemungkinan besar Sarada tidak meninggalkan
desa." Ujar Sasuke.
"Hmmm, semoga saja." Jawab Sakura.
"Akan kutanyakan Shino, sekarang sudah jam 9
pasti jam pelajaran di akademi sudah dimulai."
.
Sakura sedang berkemas untuk keperluanya di
Rumah Sakit, dan juga mengemas keperluan
Sasuke untuk misinya nanti siang.
'Putriku itu, selalu membuatku khawatir' batin
Sakura disela ia mengemasi keperluanya.
"Sakura." Panggil Sasuke. Sakura menengok
kearah Sasuke yang tengah berjalan kearahnya.
"Aku sudah menghubungi Shino, dia mengatakan
kalau Sarada ada disana."
"Ahh, syukurlah. Apa..."
"Dia baik-baik saja." Potong Sasuke.
"Baiklah, perlengkapan misimu sudah
kupersiapkan. Nanti kau bisa langsung
membawanya."
Cup! Sasuke mengecup puncak kepala Sakura.
"Ehh !" Sakura kaget dengan semburat tipis di
pipinya.
"Terimakasih." Ujar Sasuke.
"Berhati-hatilah saat misimu nanti Sasuke, aku
berangkat dulu..." Ujar Sakura kemudian pergi
meninggalkan Sasuke, namun baru beberapa
langkah ia meninggalkan Sasuke, Sakura langsung
membalikan badan dan mengecup singkat pipi
Sasuke.
"Terimakasih Papa, berhati-hatilah. Aku
mencintaimu." Ujar Sakura sambil berlari menjauh
dari Sasuke.
"Sudah kubilang, jangan memanggilku papa !"
.
.
"Oh, Sasuke kau sudah datang." Ujar Naruto yang
beralih pandangan dari tumpukan gulungan di
mejanya kearah Sasuke.
"Hn, apa misi untukku?"
"Kali ini aku memberimu misi yang mudah
Sasuke. Kau hanya perlu mengantarkan gulungan
ini ke desa kecil didekat konoha." Naruto
menyodorkan gulungan kearah Sasuke.
"Oh, Sasuke. Ada yang ingin kutanyakan." Ujar
Naruto menghentikan langkah Sasuke.
"Apa?"
"Sebenarnya ada apa dengan kalian."
"Maksudmu?"
"Sarada..." Ujar Naruto menggantung.
"Kenapa dia?"
"Tadi pagi dia kesini, dan dia tau kalau aku dulu
berpacaran dengan Sakura-chan."
"Ck, ucapanmu terlalu berlebihan."
"Hahaha, baiklah Sarada tidak mengatakan seperti
itu. Tapi sepertinya Sarada marah denganmu
Sasuke." Ujar Naruto.
Flasback on
"Oh, Sarada. Kenapa pagi-pagi kau sudah datang
kesini?" Tanya Naruto.
"Anu, ada yang mau aku tanyakan pada
Nanadaime."
"Apa yang ingin kau tanyakan?"
"Emmm, apakah... Nanadaime masih menyukai
mama?" Tanya Sarada ragu.
"Heeeeee !? , kenapa kau mengatakan hal itu?"
Naruto bingung.
"Aku tau, bahkan semuanya tau kalau Nanadaime
dulu sangat mencintai mama, tapi... Kenapa
Nanadaime tidak menikah dengan mama ?." Ujar
Sarada panjang lebar, Ia telah melepaskan semua
pertanyaan yang telah lama mengganggu
pikiranya.
"Sarada... Kau tidak mengerti, aku tau dan aku
akui dulu aku memang sangat menyukai dan
mencintai Sakura-chan.. Tapi... Ternyata mamamu
memang sangat mencintai Sasuke, aku mengerti
dan aku paham Sakura-chan tidak akan pernah
melihatku seperti ia melihat papamu, aku hanya
sahabatnya saja... Jadi kau harus menghargai
pilihan Sakura-chan."
Sarada memasang wajah kecewanya.
"Percayalah, hanya Sasuke yang pantas untuk
Sakura... Yaa meskipun aku dan Sasuke sama -
sama kuat dan tampan."
"Yah... Baiklah, aku akan pergi dulu." Sarada
melangkahkan kakinya meninggalkan Naruto.
Flasback off !
"Ya, memang sedikit ada masalah. Tapi tak apa
aku bisa menanganinya." Ujar Sasuke.
"Sasuke, jangan biarkan kebencian ada di diri
Sarada. Hanya itu pesanku."
"Hn."
.
.
"Sarada, kau sudah makan?" Tanya Sakura pada
putrinya yang sedang sibuk menonton tv.
"Hn, sudah."
"Dimana?"
"Tadi aku ke kedai ichiraku dengan cho-cho."
"Jangan terlalu banyak makan ramen, itu tidak
sehat."
"Ya, aku mengerti."
"Kau kenapa?."
"Tidak ada, sudah aku mau tidur."
"Sarada... Semoga mimpi indah.. Selamat
malam.." Ujar Sakura, ia kemudian duduk di sofa
yang berada didepan televisi.
Hah~ Sakura menghela nafas. Ia seperti ingin
membuang semua beban yang ada dalam pikiran
dan benaknya. Andai ia bisa memindahkan atau
menghilangkan beban dengan suatu jutsu. Ia pasti
akan mempelajarinya.
Cklek ! Pintu terbuka dan nampaklah seorang pria
gagah dan tegap yang sudah sangat ia kenal.
"Aku pulang." Ucap pria itu saat memasuki rumah.
"Oh, kau sudah datang Sasuke-kun.. Apa kau
sudah makan?."Tanya Sakura. Dengan wajah yang
lesu.
"Kau kenapa? Kenapa wajahmu begitu. Ada
masalah?" Sasuke mendudukkan dirinya disamping
Sakura, ia mesarakan betapa besarnya beban yang
dipikul sang istri.
"Sarada, dia masih sama dengan kemarin. Dia
masih marah." Jawab Sakura lirih.
"Sudahlah, dia kan masih anak anak.. Besok atau
bahkan nanti mungkin dia akan baik baik dan tidak
marah lagi." Ujar Sasuke menenangkan.
Huh~ Sakura menghela nafas.
"Kemarilah." Sasuke menuntun kepala Sakura
untuk bersandar dibahunya. Sakura menyandarkan
kepalanya dan Sakura membelai pelan rambut
Sakura.
Sakura mendongakkan kepalanya melihat wajah
Sasuke. Sasuke mengecup pelan puncak rambut
Sakura kemudian beralih ke dahi Sakura dan
terahir mendaratkan bibirnya pada bibir Sakura.
Sasuke berusaha mengatakan bahwa jangan pikul
bebanmu sendiri, masih ada aku berbagilah
bebanmu padaku, melalui perlakuannya pada
Sakura.
.
.
.
.
.
.
"Hah! Aku benar benar haus," Sarada bangkit dari
tempat tidurnya dan berjalan menuju dapur.
"Hah! Bukankah itu mama dan papa? Dan mereka
berciuman.! " Ujar Sarada dengan semburat merah
dipipinya. Sarada berlari menuju ruang keluarga
dan memeluk leher mama dan papanya yang
tengah berciuman. Sontak Sakura dan Sasuke
langsung melepaskan ciumanya.
"Sarada apa yang kau lakukan." Ujar Sasuke dan
Sakura bersamaan.
"Hehehe.. aaa, aku benci dengan kalian. Ternyata
kalian berpacaran saat malam malam yaa." Ujar
Sarada. Sakura mengacak rambut Sarada.
"Dasar bocah." Ujar Sakura.
"Kau tidak marah lagi?" Lanjutnya.
"Tidak, aku marahkan karena aku tidak pernah
melihat papa dan mama berciuman, habisnya
semua temanku selalu melihat orangtuanya
bermesraan, tapi aku tidak.. Kupikir..."
"Sarada, kemarilah.." Potong Sasuke.
"Jangan berfikir yang tidak tidak, kasian mamamu,
dia benar benar khawatir padamu."
"Maaf... " Ujar Sarada lirih.
"Hn, kalau kau bertanya apa kami saling mencintai
atau tidak? Jawabanya adalah iya !, kami saling
mencintai dan saling menjaga untuk suatu hal
yang sangat berharga bagi kami..."
"Apa itu?."
"Kau ! Kau adalah hal yang sangat berharga bagi
kami."
"Papa... Mama..." Sarada menitikan air mata.
"Kemarilah." Sasuke memeluk kedua wanita yang
paling berharga dalam hidupnya.
"Tunggu !" Ucap Sarada menghentikan kegiatanya
tadi.
"Ada apa?" Tanya Sakura.
"Kenapa waktu aku tanya mama apakah mama
mencintai papa atau tidak, kenapa mama tidak
bisa menjawab?."
"Emmm, itu karena menurutku cintaku pada
Sasuke-kun tidak bisa diungkapkan dengan kata
kata.. Ahahha." Jawab Sakura.
"Ohhhh... Aku menyayangi kalian MamaPapa." Ujar
Sarada dengan memeluk kedua orangtuanya.
-TAMAT-
hai hai author abal alias anak baluu, posting cerita yang engga jelas kayak gini :v
tapi tapii.. bolehkah aku minta kritikan dan sarannya :* terimakasih semuanyaahh~ terimakasih yang udah mau baca, terimakasih untuk yang klik back dan terimakasih untuk kalian yang kasih review dan saran untuk author abal semacam sayaa :*
