The first fanfiction I made. I'm sorry if my story a little bit stupid -_-
Warning: Stoic Hinata, Extrovert Sasuke, Typo(s)
Disclaimer: Masashi Kishimoto (Naruto's Dad)
Happy Reading :)
Aku Hinata Hyuuga, putri dari seorang saudagar kaya bernama Hiashi Hyuuga. Aku kini bersekolah di Konoha High School, yang merupakan sekolah internasional di sebuah negara bernama Konohagakure. Kecerdasan di atas rata-rata, pengkhayal, stoic, tidak pedulian,memiliki cukup banyak penggemar laki-laki, yah, itulah aku.
"Hinata-chan!" panggil seseorang. Aku menoleh ke arahnya dan senyuman―yang sangat―tipis terulas di pipiku saat aku melihat pemanggilku.
"Naruto-kun? Apa yang dikatakan Tsunade-sama?" sahutku kepada laki-laki bermata blue saphire yang merupakan sahabatku.
"Kau tahu apa yang aku dapatkan? Lihatlah!" ucap Naruto bersemangat sembari memberikan secarik kertas yang sedari tadi ia sembunyikan dari pandanganku.
Aku meraihnya dan mulai membacanya. Setelah selesai membacanya, ekspresiku mulai berubah.
"Naruto-kun..." gumamku lemah sambil menyerahkan kertas itu kembali padanya.
"Bagaimana? Betapa hebatnya diriku, Hinata-chan! Aku akan ke Sunagakure!" seru Naruto bersemangat. Terlihat binar kegembiraan di mata Uzumaki itu. Aku tak tega jika harus merusaknya dengan kesedihan. Jadi aku hanya tersenyum tipis mendengar kabar bahwa Naruto Uzumaki akan melaksanakan program pertukaran pelajar.
"Selamat ya," ucapku datar dan kembali melanjutkan aktivitasku―mengkhayal.
"Hinata-chan?" panggil Naruto lagi membuyarkan lamunanku. Aku pun kembali menoleh ke belakang dan mendapati perubahan seratus delapan puluh derajat dalam ekspresinya.
Aku hanya mengedikkan daguku.
Naruto membuang pandangannya dariku, dan mengalihkannya kepada sepatunya. "Sungguh, Hinata-chan. Aku sangat mengharapkan ekspresi sedihmu," ujar Naruto sendu.
Aku terkesiap mendengar perkataannya. Bola mata amethyst-ku membulat memandangnya. Aku pun berucap dengan gemetar, "Na-Naruto-kun... maaf. Aku hanya tidak ingin merusak kebahagiaanmu."
Mendengar ucapanku, binar di mata saphire-nya kembali. Ia pun berlutut di hadapanku dan menggenggam erat jemari di kedua tanganku. Entah seperti apa wajahku saat ini. Yang aku tahu wajahku memanas.
"Hinata-chan! Aku berjanji, saat aku kembali nanti, aku akan melamarmu!" ucap Naruto dengan ekspresi bersungguh-sungguh.
Melamar?
"Jangan bercanda, Naruto-kun," ucapku datar. Sesungguhnya aku sedang menahan gejolak yang ada di dalam hatiku.
"Aku berjanji!" tekad Naruto tanpa memedulikan ucapanku.
"Aku Sasuke Uchiha, dari Sunagakure! Salam kenal!" seru seseorang yang sekarang sedang berdiri di hadapan seisi kelas.
Seluruh siswa perempuan berbisik-bisik, bahkan berteriak kagum akan ketampanan Sang Uchiha. Wajah orang itu pucat, dengan rambut emo berwarna raven yang lebih pantas disebut 'rambut pantat ayam'. Inilah siswa yang juga melaksanakan program pertukaran pelajar. Ia pelajar dari Sunagakure yang mulai detik ini akan menjadi siswa di Konoha High School selama beberapa bulan. Bertukar tempat dengan Naruto Uzumaki.
"Baiklah, Sasuke. Silakan duduk di tempat yang dulu merupakan tempat Naruto," ucap Kakashi Sensei.
Sasuke tampak menggaruk kepalanya―yang kurasa―tidak gatal. Ia memandang Kakashi Sensei dengan tatapan bingung dan mulai bertanya, "Naruto Uzumaki?"
"Maksudku, duduklah di sebelah Hinata Hyuuga," ucap Kakashi Sensei lagi, menyadari kebodohannya.
"Hi-Hinata Hyuuga?" tanya Sasuke untuk yang kedua kalinya. Aku muak sekali melihat wajahnya itu. Wajah tampan yang terlihat munafik. "Siapa di sini yang bernama Hinata Hyuuga?" tanya Sasuke dengan tampang bodoh.
Dengan ragu dan masih memasang wajah datar, aku mengangkat sebelah tanganku.
Sesaat kemudian, orang yang tidak seharusnya tidak berada di sini, menduduki tempat duduk Naruto di sebelahku.
Aku sedang berjalan di sepanjang koridor sekolah di jam istirahat ini. Rasa sepi menyelimuti hatiku karena tidak adanya teman yang biasanya tertawa lebar dengan wajahnya yang agak mirip dengan hewan rubah itu. Saat ini aku tidak melihat rambut pirangnya yang bergoyang tertiup angin dan melihat tawa di mata blue saphire-nya. Aku merasa sangat sedih.
Terlihat beberapa pria tampak memandangku dengan tatapan menggoda dan beberapa di antaranya bersiul nakal saat aku lewat di hadapan mereka. Namun aku memilih untuk tidak mengacuhkan mereka dan tetap berjalan tanpa arah dengan dagu terangkat.
"Hai, Hinata-chan! Kudengar kau adalah salah satu anggota pengurus OSIS, ya?"
Siapa orang bodoh yang seenaknya memanggil nama depanku? Aku pun menoleh ke belakang, dan tepat saat itu, sosok Sasuke hampir saja menabrak bagian depan tubuhku. Aku sedikit berjengit kaget melihatnya yang begitu dekat.
Aku memandangnya dengan pandangan muak. Ia telah merebut posisi Naruto yang seharusnya ada di sampingku saat ini.
"Bisakah kau mengajakku berkeliling?" tanyanya dengan ekspresi memohon dan senyum yang―ugh―sangat imut.
"Aku akan menemanimu dengan satu syarat," ucapku dingin dengan ekspresi stoic-ku yang cukup terkenal di kalangan anak-anak Konoha High School.
"Syarat apa?" tanya Sasuke, lagi-lagi menampilkan wajah bodohnya.
Aku memutar bola mata dengan bosan dan menjawab, "Jangan memanggil nama depanku lagi."
"Terlalu rumit!" sela Sasuke sambil melipat tangan di depan dadanya.
"Kalau itu maumu, yasudah," kataku sambil membalikkan badan dan kembali berjalan tanpa arah, sampai sebuah tangan meraih tanganku untuk mencegahku berjalan lebih jauh lagi.
Sasuke menghela napas dan berkata, "Baiklah, Hyuuga. Sekarang, temani aku."
Aku kembali memutar bola mata dan mengangguk malas. Aku pun menemaninya berkeliling sekolah ini untuk memperkenalkan bagian-bagian dari sekolah besar ini.
"Wah! Lihat! Lihat! Replika rangka manusia itu sangat besar! Hm, beda sekali dengan sekolahku!" seru Sasuke sambil tertawa dan sesekali melompat dengan noraknya.
"Hn," sahutku singkat sambil memutar bola mata.
"Wah, tidak seharusnya tangki air itu ada di sana! Benarkan, Hina―err―Hyuuga?" tanya Sasuke berusaha mendapatkan komentarku.
"Hn," sahutku malas.
"Wah, matamu indah sekali!" seru Sasuke lagi.
"Hn," aku kembali menyahut.
Tunggu. Indah? Aku pun menoleh memandangnya tidak percaya. Hal itu membuat Sasuke tersenyum. Ia mendekatkan wajahnya dan melihat wajahku dengan intens. Seakan ingin meneliti setiap inci dari wajahku. Aku pun memalingkan wajahku yang mulai dijalari rasa panas.
"Sangat manis," gumam Sasuke―gumaman yang cukup keras untuk kudengar.
Dua kata itu membuat wajahku memerah, dan ia membuatku cukup senang mendengarnya. Tapi hal itu tidak menutupi kebencianku padanya.
Kebencian karena sudah merebut posisi Naruto Uzumaki.
To be continued.
Huwaaaaaaaaaa... Maaf yaaa kalo agak-agak bodoh gituu~ dan maaf juga singkat banget xD Gomeeennnn! Ini singkat karena masih first chapter. I'll make longer story in the next chapters~ Promise!
BTW, Aku author baru di FFN~ Panggil aku tice yaah :)
Salam kenaall~
Review please. Without your reviews, my stories are nothing :)
Aku akan melanjutkannya secepat mungkin!
"Never stop trying to be better, and better."
-Anonymous Hyuuga-
