PHOM RAK KHUN

.

KIM KIBUM

KIM YESUNG

Dll

.

Ini adalah FF request dari I'm Dhie Clouds saengie, yang minta dibuatin FF KISUNG. Mian kalo kurang mengena.

Warning : alur loncat-loncat dan kecepetan.

Happy reading.

.

Mengenalmu adalah kejutan terbaik.

.

Mata Yesung mengerjab, wajah kagetnya sangat menggemaskan untuk dilihat. Tak hanya dirinya, bahkan semua orang yang ada di dalam cafe milik kerabatnya juga tampak terkejut mendengarnya.

"Mwo?" ucap Yesung setelah hilang rasa kagetnya.

"Jadilah kekasihku, Kim Yesung!" ucap namja tampan yang berdiri di depannya dengan membawa sebuket bunga.

"S-sepertinya kau salah paham tuan. Aku namja, dan aku bahkan tidak mengenal anda."

"Aku tidak ada masalah dengan hal itu," jawab namja yang dari pakaiannya terlihat sekali kalau dia namja berkelas.

"A-apa? Tapi bagiku itu masalah, tuan..."

"Waeyo? Aku tampan, dan aku seorang CEO perusahaan besar. Perlu aku sebutkan nama perusahaan kami?" ucap namja berwajah datar itu.

Entah berapa perempatan yang muncul di keningnya karena namja di depannya. Tapi pembawaannya yang selalu kalem, membuatnya mampu menampakkan senyuman manis di bibirnya. Kontras dengan isi hatinya yang merutuki namja tak di kenal itu.

"Mianhae, tuan..."

"Kibum. Kim Kibum. Itu namaku," ucap si tampan.

"Nde, Kim Kibum'ssi. Mianhae, tapi aku sudah memiliki kekasih, dan kami akan menikah bulan depan," ucap Yesung.

"Mwo? Kenapa tuan Cha tak mengatakannya?! Katakan padaku, siapa namja itu? Apa dia lebih baik dariku?" tanya Kibum sambil mencengkram kedua bahu Yesung.

"Aniyo, dia bukan namja. Dia seorang gadis. Dia..."

"Oppa?" panggil seseorang.

Yesung menoleh. Dilihatnya seorang yeoja masuk ke cafe bersama seorang yeoja lain yang lebih tua darinya.

"Wookkie'ah, kau datang?" ucap Yesung dengan senyuman tulusnya. Dengan lembut ia menepis tangan Kibum dan menyambut yeoja itu.

Kibum menatap gadis yang baru saja datang itu dengan tatapan iba. Tangannya bergerak-gerak menggapai Yesung. Gadis itu buta. Dan ia memakai penutup kepala, menutupi kepalanya yang polos tanpa rambut.

"Dia terus merengek ingin bertemu denganmu," ucap yeoja paruh baya yang bersamanya.

"Hatiku tidak tenang. Aku bermimpi oppa meninggalkanku," ucap yeoja manis itu.

Yesung tersenyum. "Aku selalu ada di sini, Kim Ryeowook agasshi. Aku tidak akan kemana-mana," ucapnya sambil membelai yeoja itu.

"Yesung'ah, siapa tuan ini?" tanya umma Ryeowook saat menyadari kehadiran Kibum yang terus menatap mereka.

"Ah, aku lupa. Kim Kibum'ssi, perkenalkan, ini calon istriku, Kim Ryeowook, dan ummanya. Nyonya Kim adalah pemilik Cafe ini," ucap Yesung pada Kibum.

Namja tampan itu tersentak. Bagaimana dia yang nyaris sempurna bisa kalah dari yeoja buta itu? Kim Yesung itu benar-benar namja yang luar biasa.

"Baiklah, anggap saja aku kalah. Tapi...," Kibum menatap Ryeowook lekat-lekat. "Lain kali mungkin aku akan menemuimu lagi," ucapnya lagi seraya melangkah mendekati Ryeowook.

"Ne?" tanya Yesung tak mengerti.

Kibum tak menyahut. "Kim Ryeowook'ssi, aku berikan bunga ini untukmu," ucap Kibum.

"Goma..."

"Bersiaplah, mungkin aku akan merebut Yesungmu," bisik Kibum yang memotong ucapan Ryeowook, lalu keluar dari cafe itu.

"Wookkie'ah, gwenchana? Kenapa wajahmu pucat? Apa yang orang itu katakan?"

Ryeowook mencengkram lengan Yesung. "Oppa, jangan menemuinya lagi, ne! Dia bilang akan merebutmu dariku!"

Yesung tersentak sesaat, namun kemudian ia tersenyum. "Tentu saja, baby. Aku bahkan tak pernah mengenalnya. Jangan terlalu dipikirkan. Dia hanya bercanda," ucapnya sambil menggandeng Ryeowook untuk duduk di salah satu bangku.

.

.

Mengenalmu adalah keajaiban.

.

Kibum meletakkan map yang baru selesai ia baca dengan sedikit kasar. Lalu menyandarkan punggungnya pada kursinya. Jemari tangannya terus mengetuk meja kerjanya, tanda ia sedang serius memikirkan sesuatu.

"Kanker otak? Bahkan sel kanker sudah menyerang syaraf matanya, hingga menyebabkan kebutaan? Harapan hidup tanpa operasi hanya beberapa bulan, sementara prosentasi operasi hanya 30% untuk hidup. Sudah kuduga. Baiklah, aku akan bersabar untuk sementara waktu."

Namja tampan itu terbiasa hidup penuh persaingan. Dalam bisnis, semua adalah lawan dan kawan dalam waktu bersamaan. Dalam bisnis, seseorang harus jeli memanfaatkan peluang apapun. Dan baginya, kelemahan Ryeowook adalah peluang untuknya.

Kejam?

Bukankah dunia memang penuh kekejaman?

Seperti yang asistennya laporkan. Sepulang kerja, Kim Yesung memang selalu datang ke rumah sakit tempat Ryeowook dirawat. Dia namja yang hebat kan? Dia begitu setia mendampingi kekasihnya meski ia tahu, usianya mungkin tak akan lama lagi. Mungkin hanya keajaiban yang mampu menolong Kim Ryeowook sembuh dari penyakitnya.

"Sebenarnya, masih ada peluang sembuh untuknya," ucap sang dokter.

"Jeongmalyo? Apa itu, dokter? Apa yang harus kami lakukan?"

"Bawa dia ke Amerika. Di sana banyak dokter hebat dengan peralatan yang hebat pula. Mungkin akan memakan waktu yang lama sampai ia kembali pulih. Tapi hanya itu cara satu-satunya."

Nyonya Kim dan Yesung saling pandang.

Keluarga Kim bukan keluarga kaya. Meski Nyonya Kim memiliki cafe yang lumayan ramai, tapi itu hanya usaha sederhana. Sedangkan Tuan Kim telah lama meninggal. Mereka tidak memiliki cukup uang untuk membawa Ryeowook berobat di sana.

Apa yang harus mereka lakukan?

"Aku akan mengurus semua biayanya," ucap seseorang di belakang mereka.

"Ki-Kim Kibum'ssi? Kenapa kau ada di sini?" sentak Yesung.

"Bagaimana kalau kita melakukan pertukaran?"

"Ne?"

"Aku akan membiayai semuanya, sebagai gantinya, kau harus menjadi kekasihku."

"Mwo?!" sentak Yesung dan nyonya Kim bersamaan.

"Apa syarat yang aku berikan terlalu sulit? Aku juga akan melunasi hutang kalian. Bukankah kalian menggadaikan cafe dan rumah kalian demi biaya pengobatan dan segala teraphy yang Kim Ryeowook'ssi jalani?"

Yesung menatap namja di depannya tak percaya. Bagimana bisa namja itu menyelidiki semuanya. Dan bagaimana bisa ia menggunakan nyawa seseorang untuk sebuah pertukaran?

"Anda gila, tuan," ucap Yesung dengan suara bergetar.

.

.

Mengenalmu adalah harapan

.

Yesung turun dari mobil Seohyun dengan tergesa dan segera berlari mengejar Kibum yang hampir masuk ke gedung perusahaanya. Tanpa mempedulikan teriakan para pengawal namja itu, Yesung terus mendekat dan menarik lengan Kibum, memaksamu menoleh.

"Dia sekarat. Dia..., tolong aku...," pintanya dengan kalimat yang tak jelas.

"Kau yakin? pertolonganku tidak gratis kau tahu?"

"A-akan aku lakukan apapun asal dia bisa selamat. Aku mohon...," pinta Yesung lagi.

"Baiklah. Tuan Cha, siapkan segalanya. Kita akan mengirim pasien ke Amerika," ucap Kibum dingin.

"Ne, sajangnim," jawab asistennya seraya meninggalkan mereka.

Yesung menarik tangannya yang bergetar dari lengan Kibum. "Gamsahamnida. Jeongmal gamsahamnida...," ucapnya sambil membungkuk pada Kibum.

"Aku tidak mengharap ucapan terimakasih, Kim Yesung," kata Kibum seraya mengangkat dagu Yesung. "Tapi aku ingin sebuah tanda kesepakatan yang sah."

"A-apa? Kau ingin aku membuat surat bermaterai untuk hal ini?"

"Aniyo. Aku hanya perlu stempel saja."

Yesung meraba tubuhnya sendiri, mencari stempel di saku-saku mantelnya. "Mianhanda, tapi aku tidak membawanya."

"Aku yang akan memberikannya," ucap Kibum seraya menarik pinggang Yesung dan menenggelamkan wajahnya di leher Yesung.

"A-apa yang kau, argh...!" erang Yesung saat namja itu menggigit dan menghisap lehernya.

"Oppa!" Seohyun berusaha mendekati Yesung saat melihat perbuatan Kibum, tapi beberapa orang langsung menghadangnya.

Kibum melepaskan tubuh Yesung. "Kau milikku, Kim Yesung. Jangan mencoba untuk lari dariku, karena aku akan menemukanmu meski kau lari ke ujung neraka sekalipun," ucap Kibum seraya mengecup bibir namja manis itu sekilas.

Yesung jatuh terduduk, begitu Kibum melepaskannya. Dia terlalu kaget dengan kejadian yang begitu cepat itu.

"Kemasi barangmu segera setelah Kim Ryeowook pergi, dan datang ke alamat ini," ucap namja berwajah dingin itu lagi sembari memberikan sebuah alamat pada Yesung, lalu meninggalkannya.

"Oppa, oppa gwaenchana?"

Yesung menatap Ryeowook yang tak sadarkan diri. Rasanya ia tak tega melepasnya pergi. Tapi ini adalah jalan satu-satunya agar yeoja itu sembuh. Asal ia kembali sehat, ia pasti bisa mendapatkan orang yang lebih baik darinya.

Nyonya Kim menepuk pundak Yesung, memijatnya perlahan. "Mianhae, Yesung'ah. Kau telah banyak menderita. Demi Ryeowook kami, kau telah...,"

"Ahjumma, bukankah aku telah berjanji? Bagiku, ahjumma adalah orangtuaku. Sejak mereka meninggal, hanya ahjumma yang bersamaku. Apapun akan aku lakukan demi ahjumma dan Wookkie. Apapun," ucap Yesung.

"Gomawo, Yesung'ah. Apapun yang terjadi, kau adalah putra kami," ucap nyonya Kim seraya memeluk Yesung, sebelum akhirnya masuk ke pesawat pribadi milik Kibum yang akan membawanya dan Ryeowook ke Amerika.

.

.

Mengenalmu adalah ujian

.

Yesung menatap sekelilingnya. Rumah di depannya tak hanya mewah, tapi lebih pantas di sebut istana. Sebuah istana dengan pengawal dan pelayannya.

Ia tahu, Kim Kibum adalah namja kaya. Namun sama sekali tak menyangka ia sekaya para pangeran negeri impian. Seandainya ia adalah yeoja, pastilah keberuntungan sedang memihaknya, karena pangeran itu menyukainya. Sayangnya ia bukanlah yeoja. Dan Yesung adalah namja normal. Meski ia cukup terbuka untuk menerima banyak dari sahabatnya yang mencintai sesamanya.

"Kau sudah datang?"

Sebuah suara menyadarkan Yesung dari lamunannya. Di lihatnya Kibum berjalan menuruni anak tangga.

"Ne," jawab Yesung pendek.

"Park ahjussi, bawa barang-barang Kim Yesung ke lantai atas!" perintak Kibum pada pelayannya.

"Nde, sajangnim," jawab pria paruh baya itu seraya mengangkat tas yang Yesung bawa. Sedikit heran dengan bawaan Yesung yang tak seberapa. Namun kemudian makhlum dengan semuanya.

Ini bukan pertama kalinya Kibum membawa namja pulang. Dan semua namja itu adalah namja matre yang masuk dengan membawa banyak barang dan keluar dengan membawa lebih banyak barang lagi dari Kibum. Mungkin Yesung juga sama. hanya saja mungkin dia tidak mau repot dengan membawa banyak barang murahan, toh saat Kibum bosan, dia akan tetap pergi dengan barang-barang mewah pemberian namja itu.

"Kau sudah makan?" tanya Kibum.

"Ne," lagi-lagi jawaban pendek.

"Kau mengkhawatirkan Kim Ryeowook? Tenanglah, dia mendapatkan penanganan yang terbaik."

Yesung terhenyak. "Jeongmalyo? Apakah aku bisa menghubunginya?"

"Ani! Mulai sekarang, kau milikku. Jadi Kim Ryeowook sudah bukan tanggung jawabmu lagi. Arra?!" tegas Kibum.

"Mwo?!"

"Bukankah kita sudah sepakat? Aku akan membiayai pengobatan Kim Ryeowook, dan melunasi hutang kalian. Asal kau jadi kekasihku?"

"Tapi..."

"Kau tidak mencintainya. Jadi apa susahnya menggantikannya dengan diriku? Bukankah posisi kami sama? Kau berhutang budi pada keluarga Kim, dan aku menebus hutang itu untukmu. Jadi sekarang kau berhutang padaku. Jadi, bersikaplah manis dan menurut."

"Apa? Kenapa? Kenapa harus aku? Bukankah kau bisa mencari namja lain? Kenapa harus mengusik kehidupan kami?" tanya Yesung dengan nada tak bersahabat.

"Karena aku ingin. Itu saja," jawab Kibum seraya melangkah ke sofa mewahnya. "Beristirahatlah, jika kau tidak ingin makan malam," ucapnya kemudian.

Yesung menatap namja tampan itu tak percaya.

Bukankah dia yang memaksa Yesung untuk menjadi kekasihnya? Lalu bagaimana ia bisa bersikap sekasar itu padanya? Bukankah seharusnya ia bersikap lebih baik, setidaknya untuk menarik simpatinya? Tapi dia...?

Belum lima menit Yesung terlelap, setelah insomia yang ia alami karena tak bisa menghilangkan rasa cemasnya pada Ryeowook, saat ia rasakan sesuatu yang basah menyapu bibirnya. Namja itu terbangun. Dan mendapati Kibum tengah berada di atasnya, dan mencumbu bibirnya.

Mata Yesung membola karena kaget. Dengan sekuat tenaga ia mencoba melawan. Tapi namja bermarga sama dengannya itu jauh lebih kuat darinya. Dengan satu tangan ia mencengkram kedua pergelangan tangan Yesung, sementara tangan lainnya mencoba melepaskan pakaian namja manis itu.

"Eummph! Lepaskan!" teriaknya akhirnya.

"Waeyo?"

"A-apa yang sedang kau lakukan? Apa kau sudah gila?!"

"Mwo?" ucap kibum dengan senyumnya yang mengerikan. "Seharusnya kau tidak perlu sekaget ini kan? Kau pikir kekasih dalam definisiku adalah kekasih selayaknya pasangan remaja yang cukup senang hanya dengan bergandengan tangan? Apa kau senaif itu?"

"A-apa?" sentak Yesung.

"Kau benar-benar beranggapan seperti itu?" ulang Kibum.

Yesung tak menyahut. Dia memang bodoh. Seharusnya ia tahu makna dari ucapan namja di depannya itu. seharusnya ia mengerti, yang namja itu inginkan bukanlah cintanya.

Kibum menatap wajah polos di bawahnya, seharusnya dia marah karena penolakannya. Tapi entah mengapa, ia justru ingin tertawa mengingat kebodohan Yesung.

"Apa kau benar-benar tak pernah berpacaran dengan namja?" tanyanya.

Yesung menggeleng cepat. "Tentu saja tidak!"

Kibum tertawa mendengarnya. Perlahan di lepasnya cengkramannya di tangan Yesung. Lalu mengecup ringan bibir Yesung.

"Ya!" protes Yesung.

"Sudah aku duga. Kau memang berbeda," ucapnya seraya turun dari ranjang Yesung. "Berdoalah semoga aku cepat merasa bosan padamu, agar kau bisa lepas dariku. Karena sepertinya bermain denganmu jauh lebih seru dari pada para uke yang lain," lanjutnya seraya keluar dari kamar Yesung.

Sementara namja manis itu masih tak mengerti, haruskah ia merasa lega, atau khawatir dengan pernyataan yang ia dengar barusan.

.

.

Mengenalmu adalah kebahagiaan

.

Kibum mengacak rambutnya frustasi. Sudah beberapa hari Yesung tinggal di rumahnya, dan ia masih belum bisa menyentuhnya sama sekali. Semalam saat Kibum masuk ke kamarnya, dia lansung basah kuyup karena jebakan yang Yesung pasang di pintu. Malam sebelumnya, Yesung memasang puluhan lonceng di pintu kamarnya, sehingga saat Kibum membukanya, lonceng itu berbunyi dan membangunkan semua orang. Dan masih banyak lagi trick yang ia gunakan untuk menghindari Kibum.

"Perlukah saya memberikan sesuatu dalam minuman atau makanannya, sajangnim?" tanya asisten Cha yang sangat mengerti apa yang membuat tuannya kesal.

Kibum menoleh. "Bukan ide yang buruk. Tapi untuk sementara, aku tak memerlukannya. Karena ini cukup menyenangkan."

Tuan Cha mengangguk mengerti. Memang sebelumnya, semua namja yang Kibum bawa adalah para uke dengan senang hati akan melayaninya. Mereka lebih senang lagi saat Kibum membelikan barang-barang mewah untuk mereka. Makanya Kibum cepat sekali merasa bosan.

Hingga akhirnya minggu lalu, saat Kibum mampir ke sebuah Cafe, ia melihat Yesung. Seorang namja yang terlihat manis dan tampan secara bersamaan. Namja yang selalu tersenyum meski terlihat begitu lelah. Namja yang bahkan masih bisa bersikap ramah dan sopan pada pelanggan yang berniat melecehkannya.

Kim Kibum langsung meminta asistennya untuk menyelidikinya, dan hari berikutnya, ia langsung mengungkapkan ketertarikkannya pada Yesung.

"Ohya, bagaimana keadaan Kim Ryeowook pasca operasi?"

"Masih belum ada perkembangan apapun, Sajangnim. Ia masih belum sadar. Sepertinya penyakitnya lebih parah dari perkiraan."

Kibum mendesah. "Jika dia meninggal, maka Kim Yesung terbebas dari perjanjian kami. Aku melupakan hal itu."

"Apa anda berniat mengikatnya selamanya?" tanya tuan Cha yang membuat Kibum menatapnya penuh tanya. "Maaf, karena biasanya anda selalu merasa bosan dan tak pernah bertahan lebih dari seminggu."

Kibum tertawa. "Benarkah? aku juga tak menyangka Kim Yesung sangat menyenangkan. Jika namja lain akan berbinar saat aku memberikan barang mewah, maka reaksinya sebaliknya."

"Apa kau tidak salah pilih, tuan? Aku rasa jaket kain biasa lebih menarik. Ini membuatku geli," ucap tuan Cha menirukan ucapan Yesung saat Kibum memberikan sebuah mantel bulu.

Kibum tertawa mendengarnya. "Dan apa kau tahu apa yang dia lakukan pada parfume mahal pemberian klien kita dari Perancis kemarin?"

"Mr. Piere?"

"Ne. Dia memberikannya pada putri Shin Ahjumma yang berulang tahun. Aku tidak tahu haruskah aku marah atau tertawa karenanya."

Tuan Cha tersenyum. "Saya senang. Setidaknya anda bisa tertawa sebebas ini, sajangnim."

.

.

Mengenalmu memberikan kehangatan

.

Yesung menangkap tubuh Kibum yang terhuyung saat ia membuka pintu kamarnya. Aroma alkohol tercium jelas menguar darinya. Di belakangnya tuan Cha membawakan jas Kibum.

"Kim Yesung..., hari ini pun kau terlihat cantik...," ucap Kibum merancau.

"Ya! Kau mabuk, Kim Kibum'ssi?"

"Ada klien penting yang mengajaknya minum," ucap tuan Cha.

Yesung menoleh. "Lalu kenapa tak mengantarnya ke kamarnya?"

"Mianhanda. Tapi Sajangnim memaksa untu menemuimu."

Yesung menatap Kibum yang memeluknya. Namja manis itu menarik nafas panjang. Sepertinya malam ini akan repot sekali.

"Arraseo, bantu aku membawanya masuk," ucapnya kemudian.

"Ne," ucap namja yang beberapa tahun lebih tua dari Kim Kibum itu sembari membantu Yesung memapah Kibum masuk ke kamar namja manis itu.

"Apa dia punya kebiasaan buruk saat mabuk?" tanya Yesung sambil menaikan kaki kibum ke atas ranjang.

Tuan Cha tersenyum. "Sepertinya begitu."

"Mwo?!" sentak Yesung.

"Bukan hal yang buruk. Kau akan menyukainya," ucap namja itu lagi. "Kalau begitu saya permisi," pamitnya kemudian.

Yesung hanya mengangguk dan mengantar kepergian asisten pribadi Kim Kibum itu sampai di pintu kamarnya dan menutupnya.

"Ommo!" sentaknya saat melihat Kibum yang terduduk di ranjangnya. "Kau sudah sadar, Kim Kibum'ssi?" tanya Yesung sambil mendekati namja itu.

"Ya! Kau! Berhenti di sana!" bentak Kibum.

"Ne?" ucap Yesung kaget dan menghentikan langkahnya.

"Kau mau pergi?"

Yesung mengerutkan dahinya. "Mwo? Aniyo. Kau membutuhkan sesuatu?"

"Aniyo! Aku tidak butuh apapun. Karena aku punya segalanya. Hehehe..."

Yesung menatap Kibum lekat-lekat. Namja itu terus bergerak dalam duduknya. Apa dia masih mabuk?

"Hei, kau masih mabuk?" tanya Yesung.

"Ani, aku sadar. Aku hanya..., sedikiiiit..., mabuk. Aku ini kuat min- huuk..!"

Yesung melongo menatap namja di depannya. Lalu sebentar kemudian ia mulai tertawa. Kemana perginya keangkuhan seorang Kim Kibum? Yang ada di hadapannya saat ini adalah namja yang terlihat sangat bodoh dan aneh.

"Sepertinya kita akan banyak mengobrol malam ini. kau setuju, tuan Kim?" tanya Yesung dengan senyum aneh tersungging di bibirnya.

"Neee..., kita akan mengobrol. Ah...," tiba-tiba Kibum berdiri. "Mianhae, aku lupa belum memperkenalkan diri. Annyeonghaseyo, Kim Kibum imnida...," ucapnya yang disusul ambruknya tubuh namja itu.

Yesung menangkap tubuh Kibum sekali lagi. "Ommo! Kim Kibum'ssi...!" panggilnya tapi tak ada lagi sahutan.

Namja manis itu menghela nafas, seraya membaringkan kembali tubuh Kibum di ranjangnya, lalu keluar mengambil air hangat untuk membersihkan sekaligus mengompres wajah Kibum.

Mungkin namja Cha itu bercanda saat berkata, Yesung akan menyukai kebiasaan Kibum saat mabuk. Tapi setidaknya, dia bisa tersenyum melihat sisi lain dari namja arogan itu.

Kibum menangkap tangan Yesung, saat namja itu selesai membersihkan wajah dan tubuh (bagian atas) Kibum.

"Kim Yesung...," ucapnya dengan mata terpejam.

"Ne?"

"Aku mohon, cepatlah jatuh cinta padaku."

Mata Yesung membola mendengar igauan namja tampan itu. Yesung tahu namja itu hanya mengigau, mungkin karena terlalu mabuk. Tapi sentah mengapa ia merasakan ketulusan dalam ucapannya. Untuk pertama kalinya Yesung merasakan kehangatan dari namja yang selalu bersikap dingin itu.

"Cepatlah menjadi milikku. Karena waktuku bersamamu tidak banyak lagi."

Sekali lagi Yesung tersentak.

Apa maksud kalimat terakhir Kibum? Apa dia juga sakit parah seperti Ryeowook? Atau Kibum sudah bosan bermain dengannya?

.

.

Mengenalmu terkadang menyakitkan

.

Kim Kibum terbangun dari mimpinya saat seberkas sinar menerobos masuk melalui celah jendela dan menerpa wajah tampannya. Namja itu sedikit terkejut saat melihat Yesung yang terlelap di sisi tempat tidur.

Namja tampan itu bangkit dan menyapukan pandangannya ke sekelilingnya. Dan barulah ia menyadari, ia berada di kamar Yesung. Perlahan namja itu turun dari ranjang dan mengangkat tubuh ringan Yesung, lalu membaringkannya di ranjangnya.

Tanpa sadar, namja tampan itu membelai lembut kepala Yesung. Membuat si manis tersenyum dalam tidurnya.

Kibum tersenyum senang. "Kau menyukainya, baby? Haaah..., aku ingin sekali memanggilmu seperti itu," gumamnya.

"Wookkie'ah..."

Satu patah kata, igauan Yesung memupus senyuman di bibir namja tampan itu. Tatapan hangatnya berganti menjadi dingin.

"Tak bisakah kau menatapku?"

"Wookkie..., mianhae...," lagi-lagi Yesung mengigau.

Rahang Kibum mengeras mendengar ucapan Yesung. Wajahnya memerah menahan marah.

"Wookkie'ah..., jeongmal mianhaeyo, naega-"

Igauan Yesung terputus. Kibum membungkamnya paksa dengan ciumannya. Entah mengapa ia sangat kesal mendengar Yesung menyebut nama lain di dalam mimpinya. Itu bahkan terdengar lebih menyakitkan daripada mendengarnya secara langsung saat Yesung terbangun.

Mimpi Yesung terusik saat merasakan ciuman Kibum di bibirnya. Mata sipitnya membola. Namja manis itu meronta, mencoba mendorong Kibum menjauh. Tapi namja tampan itu terlalu kuat untuk ia lawan. Hingga suara dering ponsel memaksa Kibum mengakhiri ciuman sepihaknya.

Namja tampan itu beranjak mengambil ponselnya yang semalam Yesung letakkan di meja nakas. Sesaat ia nampak tertegun membaca nama penelponnya. Namun kemudian segera menjawab panggilan itu.

"Yeoboseo? Hmm, benarkah? Lalu bagaimana? Baiklah, berikan padanya."

Kibum mendekat pada Yesung dan memberikan teleponnya. Sementara namja manis yang masih sibuk mengatur nafasnya itu menatapnya tak mengerti.

"Untukmu. Kau akan tahu sendiri nanti," ucap Kibum.

Ragu, Yesung menerima ponsel itu dan mendekatkanya ke telinganya.

"Yeoboseo?"

"Oppa!"

Mata Yesung melebar mendengar suara dari line seberang. "Kim Ryeowook?" sebutnya tak percaya.

"Ne, oppa! Sungie oppa, bogoshipeo!"

"Nado. Apa kau baik-baik saja? Operasinya sukses?"

"Hmm..., bahkan aku akan mendapat donor mata. Aku akan bisa melihat lagi. Tapi..., aku akan sangat lama di sini oppa. Mungkin pernikahan kita akan diundur. Oppa Gwaenchana?"

"Ne, aku tidak apa-apa. Asalkan kau sembuh, apapun akan aku lakukan," ucap Yesung dengan mata berkaca-kaca.

Kibum menatap senyum Yesung yang menyiratkan luka dan bahagia secara bersamaan. Bahagia karena Kim Ryeowook dan luka karena dirinya.

"Gomawo, Kim Kibum'ssi," ucap Yesung seraya mengembalikan ponsel namja tampan itu.

"Kekasihmu melewati masa kritisnya. Kau pasti bahagia."

Yesung tersenyum. "Ne, dan itu berkatmu. Jeongmal gomawo. Aku berhutang nyawa padamu. Aku tidak tahu bagaimana membalasnya," ucapnya.

"Kau bisa membalasnya."

"Ne?"

"Dengan tubuhmu,"

"A-apa?" sentak Yesung. Hilang sudah senyum yang sempat tercipta di wajahnya.

"Aku berubah pikiran. Aku tidak akan melepaskanmu."

"Mwo?"

"Bukankah kau berhutang nyawa dan penglihatan Kim Ryeowook? Kau juga berhutang pengembalian hak kepemilikan cafe mereka."

"Itu..."

"Jadi, kau setuju, atau aku akan menghentikan semua bantuanku?" tanya Kibum sambil menekan ponselnya.

"Arraseo! Akan aku lakukan apapun, tapi biarkan Wookkie menjalani pengobatannya sampai ia pulih. Aku mohon...," pinta Yesung sambil mencengkram lengan Kibum.

Rahang Kibum kembali mengeras. Sedalam itukah perasaan Yesung? Bagaimana dia bisa dengan rela mengorbankan dirinya demi orang yang tak pernah ia cintai? Atau sebenarnya namja itu mulai mencintai Kim Ryeowook?

Andwae! Kim Yesung adalah miliknya!

"Kau yakin?" tanya Kibum dingin.

Yesung mengangguk lemah, tanpa menatap wajah namja di hadapannya yang semakin bertambah kesal dengan jawabannya.

"Arra! Setelah ini, jangan sesali apapun, Kim Yesung!" ucap Kibum lalu mendorong Yesung jatuh diatas ranjangnya dan menindihnya.

Dan Yesung?

Meski ia sangat tak menginginkannya, namun namja manis itu hanya pasrah dengan semua yang Kibum lakukan, tanpa perlawanan. Ia straight, dan masih belum berubah. Tapi ia mati-matian mencoba menahan rasa jijik itu saat Kibum menjamahnya.

Demi Kim Ryeowook. Yeoja yang sangat ia sayangi lebih dari nyawanya.

.

.

Tbc

Sebenarnya awalnya mau aku buat oneshoot, tapi kepanjangan. Jadi terpaksa aku potong. Mianhae..., semoga yang request makhlum dengan cerita yang gak sesuai permintaan ini. hehehe... dan juga maaf jika banyak typo

untuk ff kyusung HEARTBEAT karena kemarin aku post hari kamis, jadi minggu ini aku post pertengahan minggu ne... mian kalo ditunggu.