Title : Matta Aeru Yo Ne?
Disclaimer : Katekyo Hitman Reborn © Amano Akira
Genre : Fantasy, Romance, Hurt, Humor (gagal)
Pairing : B26
Warning : Sho-ai, Yaoi, OOC, Typo(s), AU, Chara Death!
Don't like, Don't read~!
.
~ 0 0 0 ~ 0 0 0 ~ 0 0 0 ~ 0 0 0 ~ 0 0 0 ~
.
Seorang pemuda berambut blonde dengan poni menutupi matanya berdiri tegak didepan sebuah nisan sambil memasukkan tangannya kedalam saku jaketnya. Pemuda –yang kita ketahui adalah Belphegor– itu terus menatap nama yang terukir di nisan itu, sedikit banyak ia berharap nama itu akan berganti menjadi nama orang lain dan bukan nama orang yang dikenalnya. Tapi Tuhan terlalu kejam pada utusan neraka itu, nama di nisan itu sama sekali tidak berubah. Bel sedikit menundukkan kepalanya dan terdiam. Diatas nisan itu, sebuah nama orang yang dikenalnya selama 3 tahun terakhir terukir rapi. Entah apa yang harus ia rasakan ketika ia melihat nama itu. Nama yang tidak akan dilupakan pemuda yang selalu mengaku berdarah bangsawan itu.
.
Fran.
.
Bel menaikkan syal yang dipakainya. Maklum saja, ini sudah memasuki musim dingin dimana salju berjatuhan dari langit. Cantik memang, tapi sekaligus dingin. Dinginnya seperti ingin membekukanmu secara perlahan-lahan dari kakimu dan akhirnya kau membeku sempurna. Tapi Bel tak peduli dengan turunnya salju yang mungkin akan membuatnya sakit itu. Bel menatap lagi tulisan diatas nisan itu.
.
Tulisannya masih sama…
.
Bel meniup tangannya yang sedikit membeku –salahkan dirinya sendiri yang menolak memakai sarung tangan. Pemuda itu kemudian sedikit melonggarkan syal yang dipakainya. Bel kembali menatap nisan dihadapannya dengan pandangan kosong.
.
"Oi, Fran…" Panggil Bel pelan.
.
.
.
~ Target 1 ~
[ Fate ]
.
.
Bertemu denganmu adalah sebuah anugrah yang takdir berikan…
Bisa mengenalmu adalah sebuah kenangan yang tak akan bisa dihapuskan…
Bersamamu… adalah sebuah keajaiban paling indah yang Tuhan berikan…
.
.
~Flashback~
-3 tahun yang lalu-
Bel melompat dari atap sebuah gedung ke gedung lain. Demi kebangkitan Lucifer, dia bosan. Dia amat sangat bosan. Oh ayolah, semua tugasnya sebagai utusan neraka sudah diselesaikannya. Lalu, karena tidak ada lagi yang bisa dikerjakan pemuda berponi kepanjangan(?) ini, kini pemuda ini tengah 'berjalan-jalan' ke dunia manusia. Entah darimana pemuda yang selalu mengaku sebagai pangeran ini berhasil menyelinap ke dunia manusia, yang pasti jika dia tidak cepat-cepat pulang ke dunia bawah, ada dua kemungkinan yang akan terjadi.
Pertama, jika dia tidak ketahuan, dia aman. Kedua, kalau dia ketahuan, maka bisa dipastikan, patnernya yang sangat perhitungan soal uang alias Mammon pasti akan memelorotinya hingga ia bangkrut. Demi Squalo tiba-tiba botak! Kalau saja kalian tahu bagaimana cara Mammon memeloroti uang orang, kalian pasti merinding. Sebulan yang lalu, si hemaprodit (*Author digorok*) itu mencoba memeloroti uang Bos mereka, Xanxus. Saat ditanya apa alasannya, si pemakai tudung kepala itu hanya menjawab kalau Bos mereka itu ketahuan telah memasuki dunia manusia tanpa izin dan dia juga mengancam akan melaporkannya ke pihak atas. Xanxus yang tidak mau harga dirinya jatuh pun akhirnya terima-terima saja apa yang diinginkan Mammon. Dan kalian tahu berapa banyak uang yang Mammon minta? Esok harinya, dikabarkan Mammon tengah mengantongi 1 juta Euro hasil memalak sang Bos. Gila bukan?
Kembali ke awal, Bel memandangi kota dari atap gedung tempatnya berdiri. Menjelajahi setiap inci kota Namimori yang indah dari atas sana. Pemuda blonde itu berharap ia bisa menemukan sesuatu yang menarik. Matanya yang tertutup poninya itu terus menjelajahi kota yang indah itu hingga…
.
… pandangannya terpaku pada sebuah kamar di rumah sakit yang tak terlalu jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Itu hanya kamar biasa, sama seperti kamar lainnya di rumah sakit itu. Hanya saja lampu kamar itu masih menyala dan terlihat seorang anak laki-laki –uhukcantikuhuk– yang tengah membaca buku. 'Apa dia tengah berjuang melawan penyakit serius?' Batin Bel. Seringai cheshire-nya mengembang. 'Ini pasti menarik…' Batin Bel licik. Dengan satu gerakan, sang utusan neraka melompat dari tempat berdirinya dan mendarat dengan mulus di jendela kamar itu –beruntungnya pemuda itu karena jendela itu tengah terbuka lebar. Si pemilik kamar hanya menolehkan kepalanya kearah Bel dengan wajah amat datar.
"Ushishishi~.. Yo~.." Sapa Bel lengkap dengan cengiran cheshire-nya.
.
… Hening…
.
1…..
2…..
Si pemilik kamar yang tadinya hanya diam saja dan menatap Bel mulai bergerak. Si pemilik kamar yang diketahui adalah laki-laki –hal ini diketahui karena dadanya yang serata triplek *Author digorok lagi*– berbalik, menghadap kearah pintu kamarnya, dan…..
.
"… Dokter, ada pasien gila yang kabur lagi…" Teriak pemuda si pemilik kamar dengan wajah serta suara datarnya.
.
GUBRAAKKKKK!
.
Demi Mammon tiba-tiba sedekah! Bel merasa, kalau saja dia sedang tidak berada dalam posisi menyebalkan ini –berjongkok ditepi jendela–, dia pasti sudah menjedotkan kepalanya ke tembok terdekat!
"Oi! Apa maksud–"
"Dokter.. ada pasien gila dikamarkuu.." Teriak pemuda emotionless itu lagi dengan nada datar yang sama.
'APA-APAAN BOCAH INI!?' Batin Bel dengan sebuah perempatan dikepalanya.
"Oi, bocah bodoh! Aku ini bukan pasien gila! Aku ini seorang pangeran!" Bentak Bel tak sabar.
"Hee? Pangeran? Maksudmu pangeran gadungan?" Tanya si pemuda pemilik kamar itu tanpa dosa.
NGEKK!
"Jaga bicaramu, kodok!" Bentak Bel sambil melemparkan dua buah pisau kesayangannya.
Stab! Stab!
Pisau-pisau kesayangan Bel itu menancap tepat dipunggung pemuda itu. Anehnya, dari hasil tusukan pisau-pisau itu, tidak ada sedikit pun darah yang keluar. Pemuda itu pun hanya diam saja. Oke, tadi pemuda blonde itu seperti mendengar suara 'aw'dari pemuda dihadapannya itu, tapi itu amat sangat pelan.
'Hei, biasanya, manusia biasa akan langsung menjerit karena kesakitan kan?' Oke, Bel mulai berpikir yang aneh-aneh.
"… Hei, ini sakit… jangan menusukku, pasien gila…" Kata pemuda itu dengan innocent.
NGEK! NGEK!
Muncul dua perempatan dikepala Bel. Persetan dengan dia manusia biasa atau makhluk apa.. yang pasti, orang ini mencari mati dengannya..
"Sudah kubilang aku ini bukan pasien gila! Aku ini pangeran!" Kata Bel kesal.
Stab! Stab! Stab!
Kali ini tiga buah pisau menancap sempurna dipunggung pemuda itu.
"Baik.. baik.. aku minta maaf, pangeran gadungan.." Kata si pemuda enteng tanpa dosa.
NGEK! NGEK! NGEKK!
"Teme–! Aku bukan pangeran gadungan! Aku ini pangeran sungguhan!" Bentak Bel sedikit frustasi sambil melemparkan pisau-pisau kebanggaannya. Kali ini si pemilik kamar dengan sigap menyambar bantalnya dan menjadikannya tameng. Otomatis, pisau-pisau Bel pun malah menancap di bantal tak berdosa itu. Anoo.. Bel, kau baru saja merusak fasilitas rumah sakit.. Ah, mengenai pisau yang menancap dipunggung si pemilik kamar, semua pisau itu telah dicabut sempurna oleh pemuda emotionless itu sehingga kini ia bisa bergerak bebas.
"Sayang sekali, seranganmu meleset pangeran gadungan.." Si pemilik kamar malah mengompori pemuda blonde itu. Hoi, nada datar plus emotionless(?), bagaimana kalau ada fasilitas lain yang rusak lagi karena ulah sableng Bel? *Author ditusuk*
NGEK! NGEK! NGEK! NGEK! NGEK! NGEK!
Entah sudah berapa banyak perempatan yang muncul di kepala Bel dan seberapa panas aura membunuh yang dipancarkan pemuda –yang mengaku-ngaku– berdarah pangeran itu dari tubuhnya, yang Bel ingat hanya satu.
Bunuh. Pemuda. Didepannya ini.
Err.. Sepertinya itu sedikit berlebihan, tapi lebih baik, ayo kita lanjutkan saja fic –sableng– ini…
"Aku. Bukan. Pangeran. Gadungan. Dasar. Kau. Kodok. Bodoh!" Bel menekankan setiap kata dalam perkataannya tak lupa melemparkan pisau-pisau kebanggaannya. Si pemuda hanya diam dan menjadikan bantalnya tadi sebagai tameng.
"… baik, baik.. aku minta maaf, senpai.." Kata si pemilik kamar menyerah setelah suasana sedikit lebih tenang.
"Hee? Senpai? Ushishishi~.. boleh juga.. setidaknya lebih bagus daripada pangeran gadungan.." Kata Bel sambil menyeringai puas. Kini pemuda blonde itu mengubah posisinya dan duduk ditepi jendela.
"Benarkah? Padahal, menurutku panggilan pangeran gadungan itu jauh lebih cocok daripada senpai.."
Stab! Stab! Stab!
Pemuda berambut hijau itu harus berterima kasih pada bantal tadi yang masih setia menjadi tamengnya.
"… aku hanya bercanda, senpai.. tolong jangan melempariku dengan pisau-pisau bodohmu itu.." Pinta pemuda berambut hijau itu datar.
"Memang kenapa? Ini menyenangkan! Bagaimana kalau kita tambahkan peraturan seperti ini.. 20 poin kalau kena bahu, 65 poin kalau kena perut, 80 poin kalau kena leher, 100 poin kalau kena kepala dan jantung.. Ha! Bagaimana menurutmu kodok?" Tanya Bel sambil melemparkan sebuah pisaunya cepat. Beruntung bantal yang dipegang si pemilik kamar itu masih bersedia melindungi tuannya.
"Itu tidak lucu, senpai.. aku bisa mati kalau begitu.." Dengus si pemilik kamar datar. ".. lagipula, aku ini bukan kodok.. aku punya nama.. namaku Fran.." Lanjut pemuda berambut hijau itu dengan nada yang sama seperti sebelumnya.
"Hooo.. Fran, huh? Cukup bagus untuk ukuran rakyat jelata sepertimu.." Ledek Bel sambil memainkan sebuah pisaunya.
"Lalu, siapa nama senpai?" Tanya Fran datar.
"Ha! Karena tadi kau sudah membuatku sedikit terhibur, akan kuberitahu namaku.. bersyukurlah kau bisa tahu namaku yang agung ini, kodok jelata.." Kata Bel menyebalkan. Fran mendengus datar.
"Beritahukan saja namamu dan jangan berlagak sok begitu.. itu menyebalkan tahu.." Kata Fran dengan wajah dan nada sedatar triplek.
"Ushishishi~.. Baiklah~.. Namaku Belphegor, aku adalah utusan neraka.." Kata Bel sambil memamerkan seringai cheshire-nya lagi.
.
….. Hening….
.
.
.
.
.
Krik.. Krik.. Krik.. Krik..
.
Dasar jangkrik sialan…! Author tidak pernah menyuruhmu ikut dalam fic –sableng– ini! Pokoknya, Author bersumpah tidak akan menggajimu! *Author pun dibekuin* Ya, baiklah.. ayo kita lanjutkan… *senyum tanpa dosa*
Fran menatap senpai barunya itu dengan datar, tapi sebuah pertanyaan terpancar dari matanya.
"Kau benar-benar gila ya?" Tanya Fran innocent.
GUBRAAKKKKKKKK!
Demi Lussuria tiba-tiba jadi macho! Bel benar-benar ingin menjedotkan kepalanya ke tembok terdekat sekarang.
"Sudah kubilang aku ini tidak gila, kodok idiot!" Kata Bel dengan penuh penekanan dan aura kemarahan disekujur tubuhnya.
"Oh, jadi itu benar ya? Habis kan aneh, masa ada orang yang mengaku sebagai utusan neraka? Tadinya kupikir kau sudah sinting.." Kata Fran tanpa dosa.
"Ushishishi~.. tentu saja aku benar! Aku ini tidak pernah berbohong! Berbohong itu hanya pekerjaan rakyat jelata!" Kata Bel sambil menyeringai cheshire lagi. Bel, Author yakin, kau pasti akan menjadi bintang iklan pasta gigi yang bagus nanti! *Author pun ditusuk*
"Jadi kau benar-benar utusan neraka?" Tanya Fran lagi.
.
You don't say.. Utusan peri gigi..! *Author pun dihajar*
.
"Ushishishishi~.. tentu saja!" Jawab Bel sambil memasang seringai yang sama.
"Souka.. apa itu artinya kau kemari untuk menyabut nyawaku?" Tanya Fran flat.
"Ha? Tentu saja tidak, kodok bodoh! Itu sih pekerjaan shinigami-shinigami jelata itu! Pangeran sepertiku sama sekali tidak ada hubungannya dengan mereka!" Jawab Bel angkuh.
"Lalu kenapa kau ada disini?" Tanya pemuda berambut hijau itu emotionless.
"Berlibur dari pekerjaanku.." Jawab Pemuda blonde itu santai sambil mengangkat bahunya.
"Souka.. oh iya, kalau tidak salah tadi Bel-senpai memanggilku kodok ya? Aku ini manusia, senpai.." Kata Fran dengan wajah datar. Fran, serius, nada datarmu itu tidak bisa diganti ya?
"Ushishishishi~.. tidak mau! Lagipula kau memang kodok jelata!" Jawab Bel sambil memainkan pisaunya dan menyeringai. Fran menghela napas pasrah namun tetap terdengar datar.
"Aku ini manusia.. memang apa yang membuatku bisa terlihat mirip dengan kodok?" Tanya Fran dengan jatar (waJAh daTAR /apa ini /Author dibuang).
"Ushishishi~.. entahlah.. mungkin karena rambutmu yang berwarna hijau itu.. warnanya sedikit mirip dengan kodok yang sering dibawa patnerku.." Jawab Bel santai.
"Jadi, patner senpai punya peliharaan seekor kodok?" Tanya Fran lagi.
"Ushishishishi~.. Begitulah.." Jawab Bel sambil menyeringai.
"Miskin amat peliharaannya kodok.." Komentar Fran dengan flat.
Sementara itu, Mammon yang tengah memeriksa catatan keuangannya langsung bersin hebat. Yahhh.. sebenarnya dia bukan miskin, Fran.. dia medit.. *tampang watados* *Author dicekek*
"Ushishishishi~.. kau benar juga ya.. well, lebih tepatnya sih dia pelit.." Kata Bel sambil tertawa.
Tuh, Bel aja setuju sama Author.. ' ')/ *Author dibuang ke samudra*
"Ohh.." Komentar Fran masih flat. Keduanya terdiam, enggan memulai pembicaraan. Kini hanya ada suara jarum jam yang berdetik.
"… oh iya, Bel-senpai tidak pulang? Bagaimana kalau patnermu mencarimu?" Tanya Fran sambil melihat jam dinding. Bel ikut mengalihkan pandangannya ke jam dinding.
Pukul 23.44…
"Ah, benar juga.. Sepertinya aku memang harus pulang.. Mereka pasti sedang mencari pangeran tampan ini.. Ushishishishi~.." Kata Bel narsis sambil berdiri.
Najis tralalala~.. *Author ditusuk* "… Well, terima kasih karena sudah membuatku sedikit terhibur, kodok.." Sambung Bel sambil menyeringai kearah pemuda emotionless itu. Fran menghela napas pasrah.
"Sudah kubilang aku ini bukan kodok, Bel-senpai.." Kata Fran dengan wajah datar.
"Masa bodoh~.. Ushishishishi~.." Kata Bel dengan seringai cheshire-nya sambil berbalik kearah jendela.
"Oi senpai, pintu keluar ada disana.." Kata Fran datar sambil menunjuk pintu yang menghubungkan kamarnya dan lorong rumah sakit.
"Ushishishishi~.. aku tahu jalan mana yang jauh lebih cepat keluar dari rumah sakit ini.. Jaa' ne, froggy.." Kata Bel sambil melambaikan satu tangannya. Sedetik kemudian, pemuda blonde itu langsung melompat keluar. Fran yang melihat aksi –nekat– Bel langsung berlari kearah jendela itu. Apa yang dilihat pemuda berambut hijau itu kemudian adalah hal yang tidak bisa dipercayainya. Bel tengah berlari menjauhi rumah sakit itu sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku jaketnya. Pemuda yang memakai tiara dirambut blonde-nya itu mengeluarkan tawa khasnya. Fran hanya menatap datar sosok Bel yang menghilang dibelokan menuju jalan besar. Fran terdiam sebentar, dibiarkannya angin malam yang memainkan rambut hijaunya yang pendek. Pemuda emotionless itu mengalihkan pandangannya ke langit dan menatap lurus bulan purnama yang tengah terang berderang itu. Tiba-tiba ada sebuah benda berwarna putih yang jatuh ke wajahnya. Benda berwarna putih itu pun terus berjatuhan dari langit. Fran mengeluarkan tangannya keluar jendela dan menampung benda berwarna putih itu.
Salju..
Ah, pemuda beriris senada dengan rambutnya itu baru ingat kalau bulan ini sudah memasuki musim dingin. Fran kembali menatap belokan tempat senpai-nya menghilang, kemudian kembali menatap bulan purnama yang bersinar dilangit malam. Fran mendengus, tapi tak lama, ia tersenyum tipis.
"Fuhh.. tidak buruk juga.." Kata Fran sambil melihat benda putih itu mulai mencair ditangannya yang polos. Well.. awal yang indah bukan?
.
.
.
-TBC-
.
.
A/N (Curhatan –kagak penting– Author) : Ohayou/Konnichiwa/Konbanwa, para readers sekalian! Sebelumnya saya minta maaf karena malah bikin fic baru dan bukannya melanjutkan fic Between This World And Pararell World.. Hontou ni gomennasai.. *Author sujud sembah* Tapi tenang saja semuanya, fic ini cuma sedikit kok.. Yaahhh.. paling cuma sampai Target 2 atau nggak Target 3.. *Author digebukin* Baiklah, gimana fic pertama B26 saya? Apa feel-nya berasa? Kalau tidak, mohon maafkan ke-sablengan fic ini.. dan maaf juga karena ini amat sangat OOC.. *Author dicekek* Yak, para readers sekalian, silakan kalian semua me-review fic –sableng– ini.. kalau mau di fav sama follow juga boleh.. /janganmau. Sekali lagi, PLEASE REVIEWW! REVIEW ANDA MEMBANGUN SEMANGAT SAYAAAA! Yak! Sampai jumpa di Target depan! *Author pun menghilang*
.
.
~ Review Please ~
