Disclaimer: Death Note © by Tsugumi Ohba & Takeshi Obata
Death Note: Reincarnation © by Satoru Sakaguchi
Fanfic Death Note saya yg ke… ke berapa ya? Lupa. *PLAK* Btw saya terinspirasi bikin fic ini setelah ngeliat Light waktu jadi shinigami. Yang belum liat, buruan liat sana! XD
Warning: OOC, character's death, mistypo, gaje, genre meleset, etc.
Summary: Kisah buku kematian itu terulang lagi. Ini semua karena shinigami bernama Light itu menghilangkan Death Note-nya di dunia manusia. Dan rentetan kejadian yang dulu pernah terjadi antara Kira dan Near seakan diputar kembali seperti sebuah film. KIRA vs Near. Lalu shinigami bernama Light itu? Ingatannya seolah kembali.
Dunia shinigami, dunia dewa kematian yang baginya sudah membusuk…
"Heh? Kau menang lagi! Untuk yang ketiga kalinya?"
"Shidoh curang!"
"Ya, kau curang!"
"Hee? Apa-apaan kalian? Aku tidak curang!"
"Ah, tidak mungki—"
"Heh, apa ada diantara kalian yang melihat Ryuk?"
"Eh? Kau?"
Semua shinigami terdiam. Seketika permainan mereka terganggu oleh shinigami yang tiga tahun belakangan ini menjadi penghuni baru dunia mereka.
"Aku tidak tahu," jawab Shidoh. "Cari saja di tempat ia biasa bermalas-malasan."
"Ugh…" Shinigami itu mengeluh. Tanpa bicara lagi ia segera pergi meninggalkan tempat itu sambil sesekali menyeret sabit yang dibawanya.
"Ryuk," panggilnya saat ia menemukan sosok yang sudah dari tadi ia cari-cari. Dilihatnya Ryuk tengah duduk diam tanpa melakukan apa-apa.
"Apa?" tanya Ryuk tanpa menoleh sedikitpun.
"Aku bingung."
"Hmm?"
"Aku menjatuhkan Death Note-ku."
"Oh?" Nada bicara Ryuk tiba-tiba berubah. Ia nampak mulai tertarik. "Dimana kau menjatuhkannya?"
"Di dunia manusia. Apa yang harus kulakukan?"
"Heheheheh…" Ryuk terkekeh. "Carilah buku itu sebelum ada yang menemukannya. Tapi kalau kau beruntung, mungkin Death Note-mu akan dipungut oleh seorang manusia yang bisa saja membuat dunianya jadi menarik."
"Hmm… baiklah," ucap shinigami itu singkat sembari melebarkan sayapnya. Ia mulai melayang, bersiap-siap untuk terbang, namun tiba-tiba Ryuk menghentikannya sejenak.
"Hei, Light."
"Apa?"
"Kalau kau kembali nanti, bawakan aku apel dari dunia manusia."
"Baiklah."
Akhirnya shinigami bernama Light itu terbang begitu saja, meninggalkan Ryuk yang masih memperhatikannya sembari terkekeh.
"Heheheheheh… Light."
5 Januari 2013
Hujan.
Ini adalah hujan pertama di tahun 2013. Rasanya dingin sekali dan begitu menusuk. Menusuk-nusuk tubuh mungil Sayu Yagami yang terperangkap di bawah hujan yang tak membiarkannya pulang ke rumah. Sayu merasa sedikit menyesal tidak menuruti perkataan ibunya untuk membawa payung. Dan sekarang akibatnya ia terpaksa harus berteduh di sebuah halte bis karena terjebak hujan lebat.
Tiba-tiba kedua bola mata Sayu menangkap imej sebuah benda hitam tergeletak di pinggir halte. Sebuah benda persegi dengan tebal tak lebih dari satu sentimeter.
Sebuah buku?
Sayu mengambil buku yang dari tadi terus menggoda pandangannya itu. Aneh, bagian dalam buku itu tidak basah sama sekali walaupun sudah terguyur derasnya hujan. Dibaliknya buku itu, dan Sayu dapat melihat dua kata yang terkesan cukup familiar baginya.
DEATH NOTE
"Death Note… Buku Kematian," gumam gadis itu pelan. Sayu membuka halaman pertama buku itu. "The human whose name is written in this note…" Tiba-tiba kalimatnya tersendat. "Hanya orang bodoh yang akan mempercayai lelucon ini."
Sayu menutup kembali buku itu, namun entah mengapa ia seperti tak mau membuang buku yang menurutnya lelucon itu. Ia justru menyimpannya didalam tasnya. Ada sedikit rasa penasaran yang menggerayangi hatinya, seolah menyuruhnya untuk menyimpan buku itu.
Sayu kembali bersandar pada tiang halte, seperti tadi. Selama beberapa menit ia hanya melamun, menunggu hujan reda. Dan akhirnya harapannya terkabul. Perlahan hujan yang tadinya deras mulai mereda. Sayu mulai berjalan lagi ke rumahnya sambil sesekali pikiran tentang Death Note itu melayang di kepalanya.
"Aku pulang," ucap Sayu sesampainya di rumah.
"Sayu! Kau dari mana saja? Ibu khawatir kalau…"
"Aku dari makam kakak, Bu."
Pandangan ibu Sayu berubah seketika. Kerut wajahnya menunjukkan kesedihan. "Sayu…"
"Aku juga mengunjungi makam Ayah," ujar Sayu sembari membereskan sepatunya.
"Sudah lama ya, kita tidak kesana?" Perkataan ibunya membuat Sayu menghentikan kegiatannya. Ia menatap ibunya lekat-lekat. "Bagaimana kalau minggu depan kita mengunjungi ayah dan kakakmu, Sayu?"
"Baiklah," jawab Sayu pelan, hampir tak terdengar.
The human whose name is written in this note shall die.
Sayu membaca kalimat itu dengan seksama. Itulah aturan paling pertama yang tertera di halaman pertama buku itu. Sayu mencoba memahaminya lagi. Tidak mungkin. Tidak mungkin hanya dengan menulis nama seseorang, maka orang itu akan mati, pikirnya. Tetapi rasa penasarannya justru mengalahkan pemikiran logisnya, hingga akhirnya Sayu mengambil sebuah pena dari mejanya dan memutuskan untuk mencoba buku itu.
"Kira-kira siapa ya? Aku tidak mungkin menulis sembarang nama." Sayu berkutat dengan pikirannya sendiri. Namun tiba-tiba terbayang wajah Light di kepalanya. Sang kakak yang telah diketahuinya adalah Kira, pembunuh berantai yang telah menjadi legenda di dunia. Sebuah kenyataan yang memilukan bagi Sayu, mengetahui salah satu orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah seorang pembunuh yang mengatasnamakan sebuah dunia ideal yang hanya berisi orang-orang berhati baik, sementara orang-orang yang berbuat jahat dimusnahkan untuk selama-lamanya.
Sayu segera menghapus pikiran tentang kakaknya itu dari kepalanya dan kembali fokus.
"Kalau aku jadi kakak, aku akan membunuh orang-orang jahat, 'kan?" gumamnya dalam hati. Gadis itu akhirnya menyalakan komputernya dan beberapa saat kemudian Death Note yang dipegangnya telah terisi beberapa nama.
"Kita lihat apa ini akan berhasil."
Hari ini Sayu berangkat ke tempat kerjanya seperti biasa. Satu tahun belakangan ini ia memang sudah berhasil menjadi seorang penyiar di Sakura TV. Stasiun TV itu sudah menjadi jauh lebih baik sejak kepemilikannya diserahkan kepada orang lain setelah tewasnya Demegawa beberapa tahun yang lalu. Dan berkat kerja kerasnya selama ini, Sayu berhasil mendapat kepercayaan untuk menjadi penyiar utama berita pagi dan siang di Sakura TV. Sayu benar-benar bersyukur, terlebih karena ia berhasil menjadi tulang punggung yang member penghidupan bagi dirinya dan ibunya yang sangat ia sayangi. Sungguh, tragedi kematian Light telah melatihnya menjadi seorang wanita yang dewasa dan mandiri.
"Yagami! Hei, Yagami!"
"Eh, i-iya!" Sayu mempercepat langkahnya begitu ia mendengar atasannya memanggilnya.
"Pertukaran jadwal. Kau bawakan berita ini!"
"Ini…" Sayu membaca teks berita itu perlahan. "Kira?"
"Yah, berita itu sudah menjadi headline dimana-mana. Semalam lima orang buronan tewas karena serangan jantung di waktu yang sama. Itu pasti dia! Itu pasti Kira!" ucap pria di hadapan Sayu itu dengan sedikit penekanan yang menurut Sayu berlebihan.
Sayu cukup terkejut. Bagaimana tidak? Lima buronan itu tidak lain adalah lima orang yang namanya ditulis di Death Note oleh Sayu kemarin.
"Yagami? Kau dengar aku tidak?"
"Ah, iya! Maaf."
Sayu melempar dirinya ke kasur. Ia merasa takut. Tentu saja karena ia telah membunuh lima orang sekaligus! Dan tadi siang ia baru saja menyiarkan berita tentang kembalinya Kira. Dan Kira itu tidak lain adalah dirinya. Dirinya yang secara sadar telah menghilangkan nyawa orang.
Lalu? Apa yang harus ia lakukan dengan buku itu?
Membuangnya?
Ya, mungkin dengan membuangnya adalah pilihan yang terbaik, tapi dimana? Bagaimana jika ada yang menemukannya lalu menyalahgunakan buku itu? Bagaimana jika Death Note jatuh ke tangan yang salah?
Sayu menggeleng-gelengkan kepalanya. Lagi-lagi ia teringat pada Light. Inikah hal yang sama yang terjadi pada Light, yang membuatnya menjadi seorang Kira? Pasti Light sama bimbangnya dengan dirinya kala itu.
Jadi… mungkin hanya dirinya yang bisa. Hanya dirinya yang boleh menggunakan buku itu. Daripada buku itu disalahgunakan, lebih baik hanya dirinya yang mengetahui tentang keberadaan dan kekuatan buku itu.
Ya, hanya dirinya! Hanya Sayu Yagami!
Dan buku itu akan ia gunakan untuk memperingatkan dunia agar semuanya menjadi lebih baik. Tentu saja, batin Sayu. Ia tak perlu menjadi Kira. Ia hanya akan memperingatkan dunia ini. Itulah cara yang benar, ujar Sayu dalam hatinya. Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa apapun yang terjadi, buku itu tidak boleh – dan tidak akan jatuh ke tangan yang salah.
Demi Light.
"Amin."
Sayu merapatkan kedua tangannya dan menutup doanya. Nisan bertuliskan 'Light Yagami' dihadapannya nampak asri, dikelilingi oleh rerumputan hijau yang terawatt, membuat siapapun yang melihatnya merasa sejuk.
Keadaan di sekitar Sayu terasa begitu sepi. Mungkin karena ibunya sudah lebih dulu pergi ke makam ayahnya, sementara ia sendiri masih ingin melepas rindu dengan sang kakak. Tak terasa, setitik air mata mengalir perlahan membasahi pipinya.
"Kau nampak sedih."
"Hah?" Sayu tersentak kaget mendengar suara seseorang di belakangnya. Ia berbalik, dan betapa terkejutnya Sayu ketika ia melihat sesosok makhluk menyeramkan tengah menatapnya.
"Kyaaaaaa!" jerit Sayu. Wajahnya terlihat begitu ketakutan. "S-Siapa…"
"Aku adalah shinigami, dewa kematian. Pemilik asli Death Note yang kau pungut itu."
"Dewa… k-kematian?"
"Ya. Aku sudah lama mencari-cari buku itu," katanya sembari menunjuk tas Sayu.
"Apa kau berniat mengambilnya kembali?"
"Tidak, karena menurut peraturan, manusia yang menemukan Death Note akan menjadi pemiliknya."
"Lalu apa yang kau inginkan dariku?"
"Tidak ada. Aku hanya harus mengikutimu, sampai kau mati atau jika buku itu musnah."
"Begitu?" Sayu mulai berdiri lagi. "Boleh aku tahu siapa namamu?"
"Ehh… aku tidak begitu ingat, tapi mereka biasa memanggilku Light."
"Light? Nama yang sama dengan kakakku."
"Benarkah?"
"Penampulanmu bahkan sangat mirip dengannya."
"Eh? Aku tidak tahu kalau manusia bisa berpenampilan seperti dewa kematian."
"Bukan begitu. Maksudku pakaian yang kau kenakan,dasi atau apalah itu yang kau jadikan ikat kepala, lalu gaya bicaramu… entah kenapa semua itu mengingatkanku padanya."
"Hmm…" Light menggaruk-garuk dagunya, sepertinya ia tidak mengerti apa maksud perkataan Sayu.
"Ah, sudahlah. Ayo kita ke makam ayahku, setelah itu kita pulang," ajak Sayu sembari mulai melangkah pergi dari makam kakaknya. Ia berkalan, namun pandangannya kosong. Air mata yang sempat membasahi pipinya pun masih terlihat mengkilat diterpa cahaya senja.
Sayu dan Light sama-sama merasakan akan ada sesuatu yang menarik setelah ini.
To be continued…
Gyeeeh maap kalo gaje. :p
Btw minna-san udah pada liat bentuk shinigami-nya Light belum? Kalo yang udah pasti ya udah bisa menggambarkan sosoknya di fic ini dong? Nah, bagi yang belum mendingan liat dulu deh biar gak bingung. xD Anyway, karena udah baca, minta ripiunya dong. Kritik dan saran diterima, mau di-flame juga saya pasrah aja deh. Sankyuu!
