Shingeki no Kyojin © Hajime Isayama. Penulis tidak mengambil keuntungan material dari karya transformatif ini. Levi/Mikasa.

.

Ada yang berbeda dari cara pandang Levi ketika ia menemukan dirinya begitu merasa kesepian di tengah hamparan bangunan cantik menara Eiffel yang gemerlapan di waktu gulita. Apabila ditanya oleh salah satu kawannya apa yang telah membuatnya merasa kesepian, jawab Levi, aku sendiri juga tidak tahu. Tapi yang jelas, ia merasa kesepian.

Farlan, kawannya yang berprofesi sebagai fotografer tersebut hanya tertawa dan mengacak rambut Levi sembari berkata, kau membutuhkan seorang perempuan, Levi. Lelaki pendek itu hanya mendengus kesal. Bahkan jika ia sedang ingin mengererjai seseorang, ia tidak pernah menyindir segamblang itu.

Levi kembali merenungkan jalan panjang yang telah ditempuhnya demi meraih cita-cita yang selama ini begitu diimpikannya. Menjadi seorang arsitek internasional adalah sebuah bukti kerja keras Levi yang telah terbayar tuntas. Aku pasti bisa mengunjungi Paris, begitu bisikan yang kerap ia tandaskan selepas masa sekolah.

Bukan hanya Eiffel dan Louvre yang sangat ingin Levi lihat secara langsung, melainkan juga penataan kota Paris yang rapi dan sedap dipandang. Miliaran kelap-kelip lampu penerangan seakan mampu membelah kegelapan, seumpama bintang-gemintang yang menghablur di langit kelam.

Levi menghitung kembali usianya. Astaga, sudah 26 tahun. Betapa sudah lama ia hidup di dunia ini, dan betapa tua dirinya. Levi tersenyum mengejek dirinya sendiri sembari menggelengkan kepala, semata-mata mencari kejernihan pikiran.

Dan ia kemudian teringat dengan gurauan Farlan.

Mungkin kawannya itu memang benar. Sudah saatnya Levi pulang, kembali ke kota Skotlandia tercinta, kampung halaman masa kecilnya. Apa kabar tentang Pegunungan Grampian yang dulu sering ia daki? Bagaimana pula keadaan pamannya yang suka sekali memelihara tanaman hias?

Dan, apa kabar tentang Mikasa-nya?

Levi tidak tahan untuk tidak terus tersenyum. Ia harus mengingatkan kepada dirinya sendiri untuk tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada gadis itu, sebab karena dorongan semangat dari Mikasa-lah Levi bisa mencapai posisi ini.

"Ada banyak keindahan di dunia ini, Levi. Dan masing-masing orang memiliki tanggapan yang berbeda-beda dalam menyikapi keindahan. Jadi nikmatilah setiap keindahan yang kauciptakan."

Dan Levi memercayai ucapan Mikasa tersebut. Mikasa percaya bahwa keindahan ia peroleh dari menjelajahi bebatuan di alam. Sebagai seorang geolog, Mikasa adalah perempuan paling tangguh yang pernah Levi kenal. Paman Kenny juga percaya bahwa keindahan ia dapatkan dari menanam berbagai macam bunga di pekarangan rumah. Ibu Levi, dulu semasa ia masih hidup, juga percaya bahwa keindahan didapat dengan menarikan tangannya pada kanvas, mengubahnya menjadi pemandangan yang menakjubkan. Levi sendiri juga percaya, bahwa tangannya turut pula mampu memberi warna keindahan tentang dunia ini.

Sudah saatnya memang; Levi kembali mengulang. Dan Mikasa telah menantinya sejak lama. Sembari berjalan menuju hotel, Levi bertanya-tanya; tempat manakah yang akan ia kunjungi bersama Mikasa saat berbulan madu nanti?

[fin]

Thursday—May, 2nd 2019