Saya sebenernya mau bikin AU soal Spamano tapi... jadinya kayak gini. Ya udah, deh lanjutin aja kali, ya?

ABC to XYZ about Spamano

By: Nanami-Kun

Hetalia(c)Hidekaz Himaruya

(part 1)

Enjoy!

.


.

A for Antonym

"Bastard,"

"Honey,"

"Diam,"

"Ramai,"

"Sial,"

"Mujur,"

"Antonioooo!"

"Lovinoooo~"

Pria Spanyol itu terkekeh saat melihat wajah sang pemuda Italia di depannya itu memerah seketika.

"Gantian! Biar aku yang menjawab!" ujar seorang Lovino Vargas dengan sebal. Antonio nyengir.

"Baiklah Lovi. Sekarang aku duluan yang mulai~ Kalau `Kau' kebalikannya?"

"Aku, bastard,"

"Benci?"

"Cintalah!"

"Aku?"

"Kamu!"

Antonio tersenyum senang mendengar semua jawaban Lovino.

"Kalau semua jawabanmu disambungkan?"

Lovino termenung.

"A…aku cinta kamu…?"

Antonio kembali tersenyum manis.

"Aku juga mencintaimu Lovi!"

.


B for Best

Lovino tahu kalau Antonio adalah orang yang sangat ia benci. Lovino tahu kalau Antonio adalah seorang yang sangat berambisi pada sayur atau buah yang biasa kita sebut sebagai tomat. Lovino tahu kalau Antonio itu terlalu lemot dan penurut. Lovino tahu kalau Antonio itu akan jadi mimpi buruk baginya. Tapi Lovino juga tahu kalau hidupnya akan sunyi tanpa Antonio.

Maka Lovino selalu tahu kalau Antonio adalah karunia terindah dan terbaik dalam hidupnya.

.


C for Creativity

"Lovi~ Lihatlah boneka yang kubuat khusus untukmu!"

Dari jauh terlihat Antonio membawa sebuah boneka berbentuk Lovino yang terjahit rapi sambil membawa sebuah jantung hati bertuliskan nama Antonio sendiri. Tak lupa senyum terukir di wajah boneka itu.

"Ah, aku juga bawa boneka buat kau, kok, bastard. Nih."

Jarum, paku, pisau kecil, tak lupa tertancap di sekujur tubuh boneka berbentuk Antonio. Mata boneka yang terbuat dari kancing itu pun sudah hilang satu.

Respon Antonio? Sudah pasti sweatdrop di tempat.

.


D for Dinner

Mereka duduk berhadapan.

Mereka saling memandang satu sama lain.

Dahi mereka sudah penuh oleh peluh.

Desahan keluar dari mulut mereka.

Tiba – tiba mereka tersenyum licik satu sama lain.

Makan malam terakhir bulan ini: ikan teri. Siapa cepat, dia dapat.

.


E for End

Lovino sudah tak bisa lagi melirik ke belakang. Itu merupakan sebuah masa lalu yang sudah cukup untuk membuatnya bungkam.

Lovino tahu kalau ia sudah tak bisa lagi menjadi bagian dari hidup Antonio.

Kecelakaan yang membuat sang kekasih menjadi buta itu sudah cukup menjadi pelajaran yang sangat berarti bagi sang pemuda Italia.

Ia tak kuat melihat keadaan Antonio yang sangat memprihatinkan.

Jerit dan isak tangis Antonio selalu membuatnya merasa tak tega untuk meninggalkannya. Selalu memanggil namanya, selalu mengharapkan keberadaannya.

Lovino sungguh ingat ketika ia mencaci maki Antonio. Bahkan dengan umpatan terkasarnya pun, Antonio masih memberikannya senyuman penuh kasih. Semua kejahatan Lovino selalu dibalas dengan rasa cinta dari lubuk hati yang terdalam.

Semua sudah selesai di sini. Semua dosa dan kesalahan yang Lovino emban sudah cukup mengajarkan padanya bahwa ia sudah tak layak hadir dalam setiap detik kehidupan sang pria Spanyol.

Lovino sudah tak peduli lagi.

Semuanya sudah selesai.

Hubungan mereka memang sudah selesai sebelum dimulai.

.


F for Feel

"Lovi~ Kamu sedih kalau aku sedang apa?"

"Sedang bahagia."

"Kamu benci kalau aku sedang apa?"

"Sedang senang."

"Terus kamu senang kalau aku sedang apa, dong?"

Lovino nyengir.

"…Tersiksa."

.


G for Glasses

Antonio: A

Lovino: L

Q: Menurut Antonio, Lovino cocoknya pakai kacamata yang seperti apa?

A: Kacamata kayak mafia, dong! Pasti kereeeen!

Q: Kalau menurut Lovino, Antonio cocoknya pakai kacamata seperti apa?

L: Kayak professor.

Q: Kenapa?

L:…Biar keliatan pinter.

A: J…jadi menurutmu aku bodoh, ya, Lovi? Huweee~ Lovi kejaaam!

L: Gue`kan gak ngomong elo bego! Syukur deh kalo elo nyadar! Sana pergi! Syuh, syuh! Ngerepotin aja!

A: Loviiiiii~

L: Pergi! Gue bilang pergi ya pergi! Rese amat, sih loe?

.


H for Hug

Lovino menatap Antonio lekat - lekat. Peluh berjatuhan di dahi pemuda Spanyol itu, namun senyum cerah selalu terukir di wajahnya. Antonio mengepalkan kedua tangannya dan mengangkatnya ke udara. Ia sangat bahagia.

Lovino harus mengakui kekalahan timnya. Mungkin di Stadion San Siro, AC Milan dapat menahan imbang 0-0 Barcelona. Namun sekarang? Di Stadion Camp Nou ini? Mereka sudah kalah.

3-1.

Lovino beranjak dari tempat awal ia berpijak, menjauhi selebrasi tim Catalan itu. Meninggalkan Antonio dalam kebahagiaan. Ia berjalan menuju ruang ganti pemain diiringi desah nafas rekan – rekannya.

Lovino melirik ke arah Antonio lagi. Dia terlihat sangat senang. Ia tertawa terbahak – bahak di tengah lapangan itu. Dahi Lovino berkerut. Mungkin bagi Antonio hanya kurang satu hal lagi yang akan melengkapi kebahagiaannya.

Segera Lovino berlari menuju pria Spanyol itu, merengkuhnya dalam sebuah pelukan.

Antonio tercekat ketika sadar ia dipeluk dari belakang oleh seorang Lovino Vargas. Lovino mendesah terus menerus, berusaha mengatakan sesuatu yang dirasa berat sekali. Ia menarik nafas panjang dan bibirnya mulai bergerak, mengucapkan sebuah kata yang nyaris tak terdengar,

"Selamat,"

Kata yang membuat Antonio terbang ke langit, tertelan lautan samudera yang mengumandangkan nama timnya, tertelan segala asa dan peluh kebahagiaan. Tertelan segala selebrasi yang diperlihatkan.

Antonio tak peduli lagi akan semua itu. Antonio merasa terharu.

Baginya, satu kata yang nyaris tak terdengar dari seorang Italia itu mengalahkan ratusan dentum dan jerit kebahagiaan.

.


I for Illusion

"Hei! Ini hanya ilusi`kan? Iya`kan? Jawab, Lovi!" jerit Antonio ketakutan.

Tepat di depannya jasad Lovino tergantung. Matanya menghunus tajam ke arah Antonio, membuat pria itu ambruk dan tak bergerak lagi dalam sekejap.

.


J for Jealous

Antonio x Belgie

"Belgie, aku mencintaimu," ujar pria Spanyol itu sambil tersenyum lembut. Tangannya mengelus pelan kulit putih gadis Belgia itu.

Wajah Belgie memerah, namun matanya tak usai menatap mata Antonio.

Disaksikan para bintang ia tersenyum bahagia.

"Aku juga mencintaimu,"

Mereka saling berpelukan.

Lovino tertunduk lesu di belakang pilar yang berdiri tegak tak jauh dari mereka. Musnah sudah angan – angan untuk menjadi kekasihnya.

Lovino x Belgie

"Lovino! Jangan pergi!" jerit gadis itu pedih. Pria Italia itu mendengus kesal.

"Untuk apa? Untuk menyaksikanmu bersama idiot itu? Lupakan saja! Aku tak sudi! Lepaskan tanganku! Aku mau pergi!" balas Lovino tanpa menatap wajah Belgie. Ia takut ia akan luluh karena tatapan minta dikasihani gadis itu.

" Lovi! Demi segala yang hidup, aku mencintaimu! Aku mencintaimu melebihi segalanya yang aku tahu! Lovi, kemba—"

Dengan satu gerakan tangkas, sang Italiano memeluk erat tubuh gadis berambut pirang tersebut. Setelah beberapa detik berlalu, mereka saling melepaskan satu sama lain. Tangan Lovino membelai rambut Belgie lalu menyentuh pipinya. Ia mendongkakkan wajah gadis itu. Terlihat air mata masih memenuhi pelupuk mata Belgie.

Lovino menempelkan dahinya pada dahi Belgie.

"Jangan katakan apapun lagi," ujar Lovino lembut.

"Jangan menangis lagi…

"Ti amo. Jadi jangan menangis lagi."

Mendengarnya, Antonio tersenyum trenyuh.

Antonio x Lovino

"Menyingkir dari tubuhku, dasar idiota! Pedo! Tomato bastaaaaard!" jerit Lovino jengkel ketika tubuhnya dipeluk erat oleh Antonio.

"Ung~ Rugi deh kalau aku melepaskan Lovi!" balas Antonio sambil terkekeh – kekeh melihat reaksi Lovino yang keras kepala.

Di dapur terlihat Belgie sedang asyik – asyiknya merekam kejadian itu.

"Kirim ke Eliza, ah~"

.


K for Kiss

Antonio menatap Lovino dengan lembut. Sang pemuda Italia itu menutupi wajahnya, takut jika rona merah di pipinya terlihat. Antonio segera menyentuh halus pipi Lovino dan mengarahkan wajah Italiano itu untuk bertatapan dengannya.

"Te amo, Lovi."

Lovino tertegun sejenak dan membalas,

"T…Ti amo… bastard,"

Dan mereka saling mentautkan bibir satu sama lain dengan lembut.

.


L for Look

"Ve~ Fratello! Lihat gadis yang di sana! Ia terlihat cantik bukan?" tanya Feliciano ketika ia bertemu dengan kakaknya di sebuah café.

"Hmm, aku tak berpikir begitu…," ujar Lovino sambil mengambil gelas berisi cokelat panasnya.

"Benarkah? Lalu yang mana yang kau sukai?" Tanya adiknya lagi. Lovino mendengus sejenak karena belum sempat menyeruput minumannya.

"Yang di pojokan," jawab Lovino jengkel sambil mengembalikan gelasnya lagi ke meja setelah berhasil menyeduhnya. Feliciano berusaha menebak.

"Di pojokan?"

"Ya,"

"Berambut cokelat?"

"Yep,"

"Bermata hijau?"

Lovino menangguk.

Feliciano terdiam sejenak.

"B… bukankah itu… Anto… nio?"

Dan muncratlah seluruh cairan dalam mulut Lovino.

.


M for Mine

"Antonio itu memang tampan," ujar Belgie sambil tersenyum senang.

"Dia juga baik~" balas Elizaveta tersenyum riang sembari membaca doujin R 18.

"Dia sangat imuuuut!" timpal Yekaterina merasa gemas pada pria satu itu.

Tiba – tiba terlihat Lovino berjalan mendekati mereka dengan muka merah padam.

"DIA MILIKKU!"

.


.

Okeeee, ini masih chapter 1... ntar ada chapter 2!

Sebelum USUK, saya udah nge-ship ini duluan, sih... cuma bingung mau nulis apaan buat Spamano dan dengan sangat gilanya ide - ide saya mengalir buat USUK... tapi gak apa, saya cinta kedua pairing itu.

Chapter 2 menyusul, yo

~Review~