Note : alur kecepatan dan mungkin tidak nyambung sama plot yang lain. Jadi berhati-hatilah. Oh! Iya! Berhati-hatilah dalam membaca karena typo selalu berada di manapun. Lol?.

~Happy Reading!~

Tap tap tap tap

Tap tap tap tap

Suara langkah kaki terdengar di rumah tersebut. Langkah kaki yang banyak menandakan bukan hanya satu orang yang sedang berkeliaran di rumah tersebut. Semuanya seperti terburu-buru menyiapkan sesuatu. Oh! Ternyata mereka akan melakukan piknik. Terdengar menyenangkan, apa lagi untuk seorang bocah berumur 7 tahun ini. Dia bernama Jung Taekwoon namja kecil yang selalu di panggil Leo oleh ibunya namun, ayahnya memanggilnya dengan Little Lion nama kecil yang unik... Dia menyukainya. Sangat menyukainya.

Kehidupannya sangatlah menyenangkan dan sangat manis. Bumonim-nya selalu ada untuk dirinya. Tidak pernah sekalipun ayah maupun ibunya tidak ada di sisinya. Pertengkaran kecil atau caci maki tak pernah terdengar di rumah itu. Semuanya masih normal dan Jung kecil ini masih polos untuk mengetahui arti dunia luar.

Bumonimnya sangatlah luar biasa untuknya. Ayahnya seorang pengusaha yang tampan. Dia selalu di puji dan di sukai semua kalangan relasi bisnisnya. Dan ibunya adalah seorang artis papan atas yang sangat cantik dan mempunyai senyuman malaikat di wajahnya. Dia mengkagumi bumonimnya. Menurutnya mereka adalah bumonimnya yang sangat berarti dalam hidupnya. Dia tidak ingin mereka pergi bahkan meninggalkannya sendirian di rumah besar itu. Rumah yang bak istana besarnya. Memiliki lapangan yang sangat luas bahkan lapangan sempak bola pun dapat di buat di sana.

Taekwoon kecil berlarian di dalam rumahnya di ikuti seorang maid yang mengejarnya dan mencoba untuk menangkapnya. dia adalah maid Han sudah lama bekerja dengan keluarga Jung, wajahnya terlihat masih muda dan sehat. dia sangat menyayangi semua anggota keluarga Jung, termasuk para maid yang lain juga.

"Tuan muda... Kau harus mandi agar wangi." Ujar maid Han yang terus mengikutinya.

"Anniii... Leo tidak mau mandi.." Balasnya.

"Benarkah? Tapi, seingat ahjumma tuan besar tidak suka dengan anak yang bau." Ucapn maid Han menutup hidungnya.

"Benarkah? Appa tidak suka Leo bau?." Tanyanya lucu. Kepalanya sedikit miring saat dia bertanya dan mendatangi maid Han dan memegang sedikit pakain maid tersebut dan menariknya pelan.

"Benar sekali." Ucap maid berjongkok menyamakan tinggi mereka.

"Baiklah, Leo mau mandi, ahjumma Han." Ucap Leo melebarkan tangannya minta di gendong.

"Ayo, kita mandi..." Ucapnya senang mengendong Leo di belakang tubuhnya.

~T.B.O.M~

Beberapa menit kemudian...

"Nah, tuan muda sudah wangi sekaliii... Tuan besar pasti akan menciumi pipi tuan muda bertubi-tubi."

"Benarkah? Appa akan senang?." Ucapnya sangat ceria.

"Ne, benar tuan muda."

"Kapan Appa sama Eomma pulang ahjumma Han?." Tanya Leo

"Sebentar lagi sayang." Jawab maid Han

"Yeay! Appa sama Eomma akan pulang!." Ucapnya meloncat-loncat di atas tempat tidurnya.

"Tuan muda jangan melompat." Ucap maid Han mencoba memberitahu sang tuan muda dan menghentikannya.

"Ayo, kita turun tuan muda. Mungkin tuan besar sama nyonya besar sudah menunggu tuan muda sekarang." Ucap maid Han. Mendengarnya membuat Leo menghentikan acara lompat-lompatnya

"Baiklah, ayo, kita turun Ahjumma Han!." Ucapnya senang turun dari kasurnya dan berlari keluar dari kamarnya.

"Tunggu saya tuan muda.." Ucapnya mengejar Leo

~T.B.O.M~

Dan benar saja, tuan Jung dan Nyonya Jung baru saja memasuki rumah mereka. Melihat itu senyuman di wajah Leo mengembang dan Leo kecil berlari ke arah mereka tepatnya ke arah sang ayah.

"Appaaaa.." Teriaknya tangannya sudah dia angkat agar ayahnya dapat mengangkatnya. Di belakangnya maid Han mengikuti.

"Aigoo... Jagoan appa sudah wangi." Ucap Mr. Jung setelah mengangkat Leo kecil dan mengendongnya, di ciuminya pipi kiri Leo yang sedikit tembem.

"Wah... Leo sudah wangi.." Ucap Mrs. Jung mengecup pipi kanan sang anak.

Sedangkan Leo hanya tertawa-tawa kecil atas perlakuan bumonimnya pada pipinya.

"Selamat datang tuan dan nyonya." Ucap Maid Han membungkuk memberi hormat pada tuan rumah tersebut.

"Ne, kami pulang maid Han." Jawab Mrs. Jung.

"Appa.. Eomma.. Kita jadi piknik kan?." Tanya Leo.

"Ne, kita akan piknik hari ini. Leo mau kemana?." Jawab dan tanya Mrs. Jung.

"Ke taman padang rumput Eomma..." Jawab Leo dengan sedikit cengiran andalannya.

"Aigoo... My little lion suka ke sana ne(?)." Ucap Mr. Jung seperti bertanya sambil mereka berjalan memasuki rumah sedangkan maid Han di belakang membawa tas Mr. Jung yang di berikan Mrs. Jung padanya tadi.

"Ne.. Leo johayo..." Ucap Leo dengan senyuman kelincinya.

"Aigoo... My Little Lion lucunyaa..." Ucap Mr. Jung mencubit pelan hidung sang anak dan Leo kembali tertawa kecil karena itu.

Namun, kebahagiaan itu hilang saat mereka mendengar suara ribut-ribut di luar sana.

"Maid Han, tolong bawa Leo ke atas dan sembunyikan dia." Ucap Mr. Jung sedikit terasa nada panik di dalam suaranya. Diturunkannya Leo dan menyerahkan Leo pada maid Han.

"Baiklah, Tuan Besar. Ayo, Tuan Muda kita ke atas." Ucap maid Han.

"Tapi... Appa dan Eomma ngak ikut?." Tanya Leo mempoutkan bibirnya.

"Sayang, Eomma dan Appa nanti akan menyusulmu setelah mengurus sesuatu di luar. Mengerti?." Ucap Mrs. Jung berjongkok menyamakan tingginya dengan sang anak.

"Baiklah... Eomma yakso?." Ucap Leo mengeluarkan jari kelingkingnya di depan sang eomma.

"Ne, Yakso changi." Jawab Mrs. Jung mengaitkan jari kelingking mereka bersama.

"Ayo, Tuam Muda."

"Ne."

Leo kecil merasa ragu akan perasaannya saat ini. Dia merasa Eomma dan Appa tidak akan kembali padanya. Leo kecil masih melihat sang Eomma dan Appanya yang melambaikan tangan padanya. Dia ragu untuk membalas lambaian itu karena Leo kecil takut dia akan di tinggal sendiri oleh bumonimnya di dunia ini.

Maid Han membawanya memasuki kamarnya dan menutup pintunya. Namun, baru saja dia ingin duduk di tempat tidurnya suara gebrakkan pintu yang di tendang kasar terdengar sampai di kamarnya.

Leo kecil menjadi sangat takut hingga dia memeluk maid Han di sampingnya. Karena sebuah teriakkan menyakitkan serta suara tembakkan terdengar setelah pintu tadi terbuka.

"Ahjumma... Apa Appa dan Eomma akan baik-baik saja?." Tanya Leo

"Ahjumma tidak tahu.. Kita berdoa saja ne Leo." Ucap Madi Han.

"Sebelum itu berhenti bersembunyilah di sini dulu Ne? Leo?." Ucap Maid Han membawa memasuki sebuah ruangan kecil di samping tempat tidurnya, ruangan yang belum pernah di lihatnya. Ruangan itu berbentuk segi empat panjang dan pas untuk dirinya.

"Ne. Tapi.. Jangan tinggal Leo sendiri di sini." Ucapnya

"Iya, ahjumma tidak akan meninggalkanmu sendiri. Jadi tunggulah disini dan jangan keluar sampai ahjumma datang yah. Yakso?." Ucap Maid Han memberikan jeri kelingkingnya di depan Leo

"Ne, Yakso." Jawab Leo mengaitkan jari kelingking mereka.

"Jja. ahjumma tutup yah..."

"Ne."

Setelahnya hanya suara kaki maid Han yang di dengarnya keluar dari ruangannya serta pintunya di tutup dan di kunci dari luar. Leo kecil merasa sangat takut dengan situasi sekarang. Situas yang belum pernah di rasakannya.

Deg deg deg

Detak jantungnya berpacu sangat cepat. Mungkin karena dia takut? Atau kan karena perasaannya tentang sang bumonim jadi kenyataan?. Dia tidak tahu. Leo kecil hanya bisa berharap agar bumonimnya baik-baik saja. Itulah harapan seorang anak kecil. Namun, apakah harapannya akan terwujub di saat situasi aneh terjadi di dalam rumahnya?. Apakah Leo kecil bisa menerima kenyataan yang menyakitkan di umurnya yang ke 8 tahun?. Berharaplah.. Jika dia bisa menerimanya.

~T.B.O.M~

BRAK!

Dor Dor Dor Dor

"Hahahaha... Matilah kalian... Rasakan.. Rasakan..." Ucap seseorang berjas hitam dan berkacamata hitam bertenger di hidupnya. Dia datang dengan teman-temannya yang juga langsung menembaki semua orang yang ada di dalam rumah tersebut tak terkecuali Mr. Jung dan Mrs. Jung yang langsung terjatuh di lantai dengan luka tembak di dada dan perut mereka. Mr. Jung menahan sakit yang sangat di jantungnya. Dia masih belum ingin mati... Meninggalkan anaknya seorang diri di dunia ini. Namun, rasa sakit itu seakan mengalahkan keinginannya untuk bertahan sedikit lagi.

"Hahahaha..."

Suara tawa orang tersebut terasa familiar di teliganya. Dia mengenal suara tawa itu. Suara seseorang yang sangat di sayanginya. Dia tidak menyangka seseorang yang sudah di anggapnya sebagai adiknya sendiri tega melakukan ini padanya. Di balikkan badannya dan dengan sisa tenaga yang di milikinya. Dia menulis nama orang tersebut walau sedikit gemetaran dengan tangan yang berlumuran darah. Dia berusaha sebisa mungkin menuliskan namanya di atas lantai. Setelah selesai dia menutupinya dengan kepalanya yang menghadap ke samping secara perlahan matanya tertutup.

"Aarrgg..."

Rasa sakit di jantungnya datang lagi, terasa sangat menyakitkan, dia meremasnya dengan kuat.

"Arrggg..."

'Semoga anakku selamat dan bisa tegar.. Aku memohon padamu..Tuhan' Batinnya berdoa untuk terakhir kalinya.

Secara perlahan nafasnya mulai berkurang dan untuk terakhir kalinya dia merasakan sakit yang sangat menyakitkan menjelang akhir hidupnya yang tragis di tangan orang itu.

'My little lion...'

Untuk terakhir kalinya dia memanggil nama anaknya sebelum tangan itu jatuh dan membuat tubuh itu kosong tanpa jiwa di dalamnya.

Trak!.

Sementara Mrs. Jung berusaha bertahan lebih lama dengan menahan darah yang keluar dari lambungnya. Dengan mata tertutup seolah sudah merengang nyawa Mrs. Jung terlihat sangat pucat sama seperti Mr. Jung yang sudah meregang nyawa duluan dari padanya. Ingat dia adalah artis papan atas dia bisa berakting seolah-olah dia sudah meninggal saat itu juga. Sudah banyak darah yang keluar dari mulutnya. Rasa sakit di lambung dia tahan hanya untuk bertemu dengan anaknya untuk terakhir kalinya. Selama hampir tiga puluh menit lama sekelompok orang berjas dan berkacamata hitam mengintari rumah mereka dan membunuh siapa saja yang mereka lihat termaksud memasuki semua kamar yang ada. Dan setelahnya suara bising pistol dan orang-orang itu sudah menghilang.

'Anakku... Leo..' Batinnya memanggil nama anaknya.

~T.B.O.M~

BRAK!

Deg

Leo kecil, menegang saat mendengar suara pintu kamarnya di dobrak dengan keras.

"Tidak ada siapaun di sini. Ayo, kita pergi." Ucap salah satu dari mereka.

Setelah di rasanya tidak ada lagi suara orang-orang itu Leo kecil perlahan mengeser dinding kamarnya dan keluar dari sana.

Airmata berjatuhan di pipinya. Entah kenapa dia merasa salah satu dari bumonimnya sudah meninggalkannya sendirian di sana.

Kaki kecilnya berlari keluar dari kamarnya, menuruni tangga namun, sesuatu menangkap matanya. Bumonimnya tergeletak di lantai dengan darah di sekitar mereka. Rumahnya hancur bagai kapal pecah yang di terjang badai besar hanya dalam sekejap mata. Dan para maid, pengawal serta penjaga anjing kecilnya mati tergeletak tidak jauh dari tempat bumonimnya berada. Hatinya sakit dan airmata terus turun membasahi pipi chubbynya. Leo kecil dengan tergesa menuruni tangga dan menuju ke bumonimnya. Dia berharap salah satu dari mereka masih bisa bertahan dan selamat.

"Hiks.. Appa... Appa... Hiks... Appa" Panggilnya menguncang tubuh sang Appa pelan namun, panggilannya tidak mendapat respon sedikitpun.

"Leoo..." Panggilan lirih membuatnya dengan cepat mengalihakn atensinya kepada sang Eomma yang tidak jauh dari tubuh sang Appa

"Eomma... Bertahanlah... Hiks.. Aku.. Akan memanggil ambulan... Bertahanlah Eomma..." Ucap Leo kecil akan bangkit namun, tangannya di tahan oleh sang Eomma.

"Sayang... Uhuk.. Dengarkan Eomma... Kau harus bertahan hidup... Uhuk.. Dan balaskan dendam kami... Uhuk! Uhuk!."

"Eomma... Tolong bertahan sebentar... Aku akan memanggil ambulan... Hiks... Bertahanlah..." Ucap Leo mengengam tangan sang Eomma yang menahan tangannya tadi.

"Leo... Kau harus berjanji... Kau akan hidup dengan sehat.. menjadi orang yang bijak dan baik.. Dan Eomma harap.. uhuk.. Kau tetap terus tersenyum... Eomma... Menyukai.. senyumanmu." Ucap sang Eomma sebelum tangan itu terjatuh meninggalkan Leo seorang diri di dunia nyatanya sekarang.

"TIDAK! TIDAK! EOMMA! Jangan tinggalkan Leo sendirian di sini... EOMMMAAA!." Teriaknya memeluk tubuh sang Eomma.

"Tuan muda..." Panggil seseorang dengan pakaian maid. Darah terus mengalir dari pinggir lengannya. Dia hanya sedikit tergores dan syukurnya hanya dialah yang selamat dari pada semua maid di rumah itu.

"Ahjumma Han... Hiks... Eomma.. Appa... "

"Ne, ahjumma tahu..." Ternyata dia adalah maid Han

"Mari kita balaskan dendam mereka." Ucap maid Han mengengam lengan tangannya yang berdarah.

"Ehuem!." Angguk Leo kecil dengan mata menatap penuh dendam.

~T.B.O.M~

Sementara itu di tempat lain. Sebuah keluarga yang baru saja pulang dari jalan-jalan mereka di taman bermain bersama sang anak terlihat sangat lelah dan membutuhkan istrahat secepatnya. Mr. Cha -sang Appa- menguap untuk kesekian kalinya sore itu. Sementara Mrs. Cha -sang Eomma- terlihat capek namun, sebuah senyuman terukir di bibirnya kalah melihat ke dua anaknya tertidur saling membagi kenyamanan. Cha Inguk sang hyung memeluk sang Dongsaeng posesif dari samping dan begitu juga sang Dongsaeng Cha Hakyeon membalas pelukkan sang hyung tidak kalah posesifnya. Mereka sangat menyanyangi satu sama lain. Inguk sangat menyukai Dongsaengnya yang manis dan lucu ini. Dia sangat senang saat sang Eomma memberikannya seorang Dongsaeng yang manis seperti Cha Hakyeon ini. Dia berjanji dalam hatinya bahwa dia akan menjaga sang Dongsaeng apapun yang terjadi. Dia tidak akan melepaskan Dongsaengnya dan membiarkannya tumbuh seorang diri.

Mr. Cha kembali menguap untuk kesekian kalinya. Tanpa di sadari sebuah truk melaju kencang ke arah mobil mereka. Membuat sebuah tabrakkan yang tidak dapat di hindari. Kejadiannya terjadi sangat cepat membuat Inguk yang belum terlalu terlelap dalam tidurnya terbangun dan sepontan memeluk sang Dongsaeng dan melindunginya dengan tubuhnya. Hakyeon yang merasakan guncangan di dalam mobilnya terbangun dan sepontan berteriak di dalam pelukkan hyungnya.

Mobil mereka terbalik tiga kali membuat mobil itu terbalik. Inguk membuka pintu mobilnya dengan susah payah dan membawa Dongsaengnya yang pingsan mungkin karena terbentur atap mobil saat mobil mereka untuk pertama kalinya terbalik tadi membawanya sejauh mungkin dari mobil mereka yang mungkin akan meledak sebentar lagi. Darah juga mengalir dari pelipis matanya. Tidak di pedulikannya darah tersebut. Yang dia pikirkan sekarang adalah membuat bumonim mereka keluar dari mobil itu.

Namun, dia terlambat. Baru beberapa langkah dia ingin kembali menuju mobil mereka mobil itu sudah meledak membakar mobil tersebut berserta bumonim mereka.

Pandangan matanya memudar. Dia berbalik menuju sang Dongsaeng tapi, belum sampai di tempat Dongsaengnya dia sudah terjatuh. Karena pusing itu terus menganggunya dan membuat pandangannya kabur, terakhir kali yang dia lihat adalah tubuh sang adik yang tidak jauh darinya serta suara ambulan yang mendekat ke arah mereka.

"Hey! Ada dua anak kecil di sini!."

Sebuah suara memasuki indra pendengarannya sebelum matanya menutup dengan sempurna menyusul sang Dongsang. Yaitu pingsan.

~T.B.C 'OR' E.N.D.I.N.G~

Cerita baru datang lagi... Lol?. Key sudah terinspirasi dengan Leo di MV depend on me sudah lama banget...

Eh, baru sekarang Key bisa membuatnya. Kkkk... Selamat membaca dan tinggalkan review jika ingin di lanjutkan.

Dan untuk sementara ini untuk FF yang lainnya yang Key tulis Key tunda dulu updatenya... Karena Key ngak ada ide sih sekarang

Sebenarnya Key mau hiatus satu atau dua tahun... Tapi... Yah... Bingung sendiri antara mau hiatus atau ngak.

Kalaupun Key hiatus... Key punya alasan tersendiri buat hiatus.. Bukan masalah LeoN momentnya, sesuatu yang lain..

Oh, iya... Ayo, berteman dengan Key di FB Key 'Jung Hyo Rin' atau mau IG juga bisa 'Jung_Hyorin' tapi, di IG jarang aktif. Kkk...

Semoga kalian tidak benar-benar membunuh Key... Kalau Key di bunuh.. Siapa yang nulis/lanjutin ceritanya?.

Kkkk... Byee... Sampai ketemu lagi di chapter lanjutnya..

Saranghae... (Love Sign)

~Key~