A/N- Mwahahaha, setelah sekian lama berkutat dengan one-shot, akhirnya saya bisa menghasilkan cerita berseri juga. Yaay! *lempar-lempar pom-pom*
Cerita ini udah dibikin sekitar setahun yang lalu, singkatnya, lamaaaaa banget. Kalo mau jujur sebenarnya ini juga cerita one-shot, tapi entah kenapa jadi kepanjangan dan nggak bisa dihentikan. Cerita yang makan waktu. OOC? Pasti. Tapi saya usaha sebisa mungkin nggak (usaha doang). AU? Jelas. Biar nggak bingung, sekedar ngasih tau doang, kayak biasa, ini High School fic.
Karena ini cerita berseri pertama saya, jadinya agak spesial. Saya juga mau bikin judul yang agak spesial. Judulnya It Is You.Biasa banget ya. Tapi ini bersambung di setiap judul chapternya. Jadi untuk contohnya, arti chapter satu itu 'It is you,the loser one'
Eeh? Pernah liat yang mirip? Selamat, ingatan anda masih bagus. Idenya kepikir pas baca 'Ikigai' dari Lanse. Tapi saya nggak se-kreatif dia *hiks* Baca karyanya deh, bagus-bagus. Udah ah, cape celoteh terus. Enjoy.
Disclaimer : Bukan saya yang punya Naruto! Bener kok! Gambar aja nggak becus apalagi bikin komik.
It is you
-The Loser One-
Hari itu seperti biasa setelah bel tanda istirahat berbunyi Hinata diminta bantuannya oleh Ino menggantikan tugas piketnya, yaitu mengumpulkan PR sekelas ke ruang guru. Menjadi Hinata berarti menjadi orang yang tidak bisa menolak permintaan orang lain, karena itulah ia tengah berada dalam perjalanan menuju ruang guru dengan tumpukkan buku di tangannya.
Sampai saat ini semua berjalan seperti biasa. Ia hanya mengumpulkan tugas dan… matanya terbelalak melihat sesosok pemuda di ruang guru tersebut. Uchiha Sasuke. Sasuke Uchiha. Si jenius yang sering dielu-elukan namanya oleh para guru. Si seksi yang selalu dipuja-puja dan disembah oleh cewe-cewe seantero. Kulitnya yang putih halus, rambutnya yang lembut, matanya yang hitam gelap bagaikan ingin menelan siapapun yang melihat ke dalamnya. Bibirnya yang… Aah, lupakan!
Balik ke asal.
Kenapa si penakluk hati seluruh cewe di sekolah —sekitar 95%, Hinata termasuk 5 persennya— ada di ruang guru dengan Kurenai-sensei? Penghargaan apalagi yang dia dapat? Melukis tingkat nasional? Karate tingkat nasional? Atletik tingkat nasional? Dasar jenius! Semuanya tingkat nasional. Tunggu aja sampai tingkat internasional. Pasti nyampe kok.
"Ah, Hyuuga, kebetulan sekali. Kemarilah sebentar." Kebetulan? Kebetulan petaka! Kenapa dia ikut-ikutan dipanggil? Mau apa Kurenai-sensei itu? Dengan sedikit terpaksa dan ragu-ragu, juga takut—Hinata nggak benci Sasuke, tapi dia masuk kelompok 5 % karena dia takut pada anak bungsu keluarga Uchiha tersebut— ia menghampiri mereka.
"Uchiha, aku benar-benar tidak mengerti bagaimana lagi untuk mengajarimu. Kau bahkan tidak mengerti tangga nada." Uph! Seorang Uchiha tidak mengerti tangga nada? Nggak mungkin. Pasti ada yang salah di sini. Tapi nggak mungkin Kurenai-sensei bohong 'kan?
Antara menahan rasa kaget dan rasa ingin ketawa, akhirnya Hinata tidak bisa memberi respon. Si jenius pun tidak memberi respon. Wajahnya datar seperti biasa.
"Sebenarnya aku ingin membantumu, tetapi aku juga punya banyak pekerjaan. Karena itulah…" Dia berpaling pada Hinata. "Hyuuga, aku minta bantuanmu untuk mengajari Uchiha untuk tes dua minggu lagi."
Apaaa? Bohong?Kenapa harus dia? 'kan banyak cewe lain yang masih mau ngajarin cowo ini. "Dan Uchiha, aku mengharapkan hasil yang terbaik darimu. Kalau kau tidak lulus tes itu, kau tahu 'kan konsekuensinya?"
"Baik." Apa? Kenapa dia tidak melawan?
"Baiklah, kalian berdua boleh keluar."
Hinata mematung di tempat.
.
.
.
Apa hari ini dunia runtuh? Apa hari ini dunia kiamat? Kapan langit runtuh? Sepertinya bukan hari ini. Tapi bagi Hinata itu semua sudah terjadi hari ini.
Mengajar seorang Uchiha Sasuke? Dalam mimpipun nggak pernah dia bayangin! Mungkin buat cewe-cewe lain, ini sesuatu yang bisa membuat mereka terbang sampai langit ke-7. Tapi untuk Hinata, ini hal yang bisa membuatnya turun sampai neraka tingkat 18! Loh, kok kayak Sun Go Kong?
Apa sih yang membuat Kurenai-sensei memilih dia untuk mengajar Sasuke? Dan kenapa si jenius itu buta nada? Oke, dia harus mengakui alasan dia dipilih karena nilai kelas musiknya termasuk yang tertinggi di kelas.
Menjadi seorang Hyuuga memang harus memiliki minimal 1 nilai yang lebih menonjol dari orang lain, seperti Neji, kakak sepupunya yang bersinar di bidang karate. Dia sudah mendapat sabuk hitam dan banyak memenangkan pertandingan antar sekolah. Dengan itu pula dia berhasil menakuti seluruh cowo di sekolah yang mencoba mendekati Hinata dan tentu saja tanpa sepengetahuan Hinata— dia bahkan tidak tahu ada yang mau mendekatinya.
Lupakan tentang Neji dan kembali ke Uchiha. Kenapa dia bisa buta nada?
Menurut informasi dari Ino, si warta gosip, Itachi yang tidak lain dan tidak bukan adalah kakak Sasuke merupakan anggota dari band terkenal Akatsuki yang pastinya tidak buta nada. Jadi, KENAPAdia harus mengajari Sasuke sementara dia punya kakak yang hebat dalam musik? Hal-hal ini terus berputar-putar di kepala Hinata sehingga membuatnya stress.
*bruk*
Tidak sengaja Hinata menabrak seseorang saat di koridor karena sedang berpikir macam-macam dan tidak melihat jalan. Dalam keadaan seperti ini tidak salah jika ia diteriaki 'Kalau jalan lihat-lihat!' Tapi daripada mendengar teriakan macam itu, ia malah mendapat permintaan maaf diselingi tawa dari… orang yang disukainyaaa!
"Na-Na-Na-Na-Naruto-k-kun…" wajahnya memerah. Dilihatnya si pirang yang sudah sejak lama diam-diam disukainya.
"Aww… Hinata-chan. Maaf ya. Aku sedang terburu-buru lari dari Iruka-sensei." Senyum tetap melekat di wajahnya.
"Eh, ti-tidak, aku yang…" belum selesai Hinata bicara, terdengar teriakan di belakang Naruto.
"Hey, Naruto! Kemari kau! Urusanmu denganku belum selesai."
"Ah, kelihatannya aku harus segera pergi. Bye, Hinata-chan!" Diapun segera berlalu diikuti dengan Iruka-sensei yang tengah kehabisan napas karena sudah sejak tadi mengejar Naruto.
Hinata hanya bisa memandangnya yang semakin menjauh dan mengucapkan sepatah kata dengan senyuman dan suara kecil, "Bye-bye." Mungkin hari ini bukan hari yang terlalu buruk.
"Oi, Hyuuga. Temui aku di ruang musik sepulang sekolah," dan Uchihalah yang berhasil membuat harinya buruk.
.
.
.
"Umm… Jadi, a-apa yang mau kau pelajari?" tanyanya ragu-ragu.
"Apa yang akan keluar pada tes," jawabnya enteng.
Setelah bel pulang, banyak anak-anak yang meninggalkan sekolah tentunya, membuat sekolah kelihatan lebih sepi dan... luas. Tapi seberapa luasnya pun, berdua saja dengan seorang Uchiha Sasuke tetap membuat Hinata seperti tidak bisa bernapas. Sesak luar biasa.
Bukan karena Sasuke bernapas sehingga akan membuat seluruh oksigen di ruangan itu habis — percayalah, Sasuke tidak akan pernah seperti itu— melainkan karena Hinata terlalu memusatkan pikirannya akan betapa menakutkannya Sasuke sehingga ia lupa caranya bernapas. Ia masih tidak mengerti kenapa banyak cewe yang mau bersama Sasuke berdua saja.
"Se-sejauh ini… a-apa yang kau bisa?" Dia tidak merespon.
"A-apa kau bisa me-membaca not balok?" Tidak ada jawaban. Hinata mulai bingung.
"Te-terakhir… Apa kau bisa, umm…" pertanyaan ini yang terakhir, "…membedakan solmisasi…?"
"…"
Hancur sudah prodigy Uchiha. Dia benar-benar buta sama sekali tentang nada.
"Umm… U-Uchiha-san, ba-bagaimana kalau kita… belajar solmisasi dasar saja?" sarannya bingung, "C-coba kita tes je-jenis su-suaramu… Mulai saja d-dari do-re-mi…"
Si Uchiha melotot. "Do~re~mi~fa~sol~la~si~do~"
Pfttt! Hahahahahaha! Parah! Parah banget! Suaranya sih nggak sumbang, cuma datar bangeeetttt! Dari nada do ke si gak ada bedanya! Lebih parah dari anak SD! Hinata berusaha untuk tidak tertawa dengan menutup mulut dengan tangannya, badannya gemetar menahan tawa.
Sasuke tentu saja tidak senang melihat hal ini. Biasanya dia selalu dipuja-puja dan disanjung-sanjung oleh seluruh sekolah, baik yang cewek maupun cowok. Bahkan Orochimaru si guru kimia kepincut sama dia. Huh! Dasar lelaki penuh dosa!
Harga diri seorang Uchiha tidak akan membiarkan dia ditertawakan oleh seorang cewek biasa hanya karena musik sial ini. Siapa yang mewajibkan untuk harus bisa menyanyi? Tanpa bisa menyanyi selama 15 tahun ini dia masih bisa hidup, makan, dan bernapas.
"Sudah, beritahukan saja cara nyanyinya lalu kita usaikan semua ini!" Suaranya yang keras menggema di seluruh ruangan. Hinata harusnya takut akan hal ini, tapi dia masih harus berusaha keras menahan tawa.
"Ta-tapi Uchiha-san…" Dia geli sendiri, "Ki-kita harus be-belajar dari awal. Semua nada yang k-kau sebutkan t-tadi t-tidak ada bedanya." Baiklah, Hinata memang tidak mau menyakiti orang lain, tetapi ini terlalu sulit untuk tidak ditertawakan!
Sasuke memang tidak banyak bicara. Tapi siapa sangka dia tidak bisa menyanyi? Harus diragukan bagaimana dia bisa sampai ke SMA dan melewati kelas musik tingkat SD dan SMP dengan kemampuan seperti itu.
Mata onyx-nya yang hitam melotot lebih tajam, alisnya mengerut lebih dalam, namun masih tidak bisa membuat Hinata berhenti tertawa. Wajahnya yang memerah malah membuat Hinata semakin geli.
Merasa terhina, Sasuke bangkit dari tempat duduknya dan mengambil tasnya, bersiap untuk pergi. "Sudahlah, persetan dengan musik dan segala isinya!"
Tck
Kali ini dia berhasil membuat Hinata berhenti tertawa. "Uchiha-san, rasanya tidak baik bebicara seperti itu." Sasuke kaget karena suara gadis itu tidak gemetar dan tidak tergagap. Dia bahkan menatap Sasuke dengan tatapan yang lurus dan tajam.
"Mungkin kau memang tidak bisa membedakan nada, tetapi kau tidak berhak menghina musik seperti itu." Ucapannya mengejutkan Sasuke.
Mungkin Hinata memang 'dipaksa' oleh keluarganya untuk mendalami musik, tetapi dia menyukai musik melebihi pelajaran yang lain dan dia menghabiskan lebih dari seperenam waktu yang dimilikinya untuk belajar musik dan segala isinya. Mulai dari menyanyi, piano, seruling, saxofon, biola, dan lainnya.
Dan satu hal yang pasti, dia tidak suka ada orang yang menghina 'musiknya' meskipun orang itu adalah si penakluk hati semua wanita di sekolah, Uchiha Sasuke.
"Ini semua tidak ada hubungannya denganmu 'kan? Kurenai-sensei hanya akan marah padaku. Tenang saja, kau tak akan dimarahi." Dia tidak menghiraukan Hinata.
'Diam kau pecundang! Udah gak bisa belagu lagi! Memangnya siapa yang peduli dengan nilaimu?' Kalau dia adalah Temari, mungkin dia akan berteriak seperti itu pada Sasuke dan mengacungkan tanda-tanda yang tidak pantas ditunjukkan dengan tangan.
Namun karena Hinata telah dididik dengan baik oleh Hiashi-sama yang sangat keras mengenai sopan santun, dan Hinata mengingat semua itu dengan seluruh otak dan tubuhnya, ia tidak akan melakukan hal seperti itu.
Sasuke tetap berjalan keluar kelas sampai saat ada suara yang memanggilnya, "U-Uchiha-san, tunggu dulu! Kau tidak bisa pergi begitu saja…" tapi dia tetap berjalan keluar.
Melihat Sasuke tidak menghiraukannya, ia mulai kehilangan kesabaran. "Uchiha, kau tidak bisa lari! Akan kubuat kau menyukai musik dan menyesal dengan apa yang kau katakan!"
Mendengar itu, Sasuke melihat ke arah Hinata yang berada di belakangnya "Make me," dan dia pun berlalu.
Setelah Sasuke pergi, dia baru sadar apa yang telah dikatakannya. Kakinya lemas sehingga langsung terduduk di lantai. Dia mengangkat tangan untuk menutupi wajahnya. "A-apa yang kukatakan…?"
Game Start!
.
.
.
To Be Continued
.:27 Desember 2010:.
.
.
.
.
.
Begitulah. Misi saya adalah untuk menulis humor dan membuat pembaca tertawa. Beritahukan apakah misi saya berhasil lewat review. Happy reading ^^
Dan satu lagi, fic ini dipublish hari ini karena: Hari ini ulang tahun Hinata loh!
Senang sekali bisa mengucapkan hal ini.
