Shingeki no Kyojin belong to Isayama Hajime

Saya tidak mendapatkan keuntungan apapun dari pembuatan fanfiksi ini.

Warning: OOC, AU, fail humor, typo(s), etc

Chapter 1; Andogini by Hime Hoshina

.

…*…

.

Androgini

Sosok yang merupakan perpaduan antara feminin dan maskulin sekaligus.

Levi sudah terlalu banyak menemukan orang-orang seperti itu di sekitarnya. Mulai dari kejadian amatasi sinetron Gender yang Tertukar kedua muridnya, Ymir dan Armin. Gender tak tertebak rekannya sesama guru, Nanaba. Atau bahkan kejadian astral macam Café Crossdress yang dibawakan kelasnya saat festival sekolah (Dan sialnya dia harus mengakui jika beberapa muridnya tampak cocok. Sebut saja sepupunya, Mikasa Ackerman, dan calon kekasih sepupunya, Eren Jeager, sebagai dua makhluk yang sukses nge-trap selama acara.).

Dan dia tak akan mempermasalahkannya, andai saja Hanji Zoe, guru kimia yang menjadi pusat atensinya kini, bukan salah satu di dalamnya.

Ambiguous Gender.

Julukan itu resmi melekat pada sosok berkacamata yang memiliki kegilaan pada titan hampir sama gilanya seperti dirinya sendiri.

Sungguh, Levi benar-benar belum ingin orang tuanya menangis dan mengutuknya jadi batu jika ternyata dia membawakan seorang calon menantu dengan gender laki-laki.

Maka dari itu Levi memutuskan untuk menanyakannya pada setiap orang yang tampaknya tahu.

Orang pertama yang ia tanya adalah Mikasa Ackerman, sepupunya yang memiliki wajah dan ekspresi sedatar miliknya. Gadis itu pernah menjadi korban pelukan erat Hanji saat mendapatkan nilai tertinggi di pelajaran kimia (sebenarnya di semua mata pelajaran) tahun lalu. Dia pasti tahu gender asli si hermaprodit satu itu.

"Selangkangannya rata."

Jawaban singkat yang rasanya berhasil membuat Levi terbang ke surga.

"Tapi dadanya juga rata."

Dan menghempaskannya ke neraka.

Lupakan jawaban ambigu sepupunya. Gadis itu mungkin masih mendendam gara-gara maraknya gosip sedap—bagi kalangan fujoshi tentunya—soal Levi yang pacaran dengan Eren di sekolah. Satu kebohongan besar, tentu saja. Dan Levi bersumpah akan mengenalkan wajah sang pelaku dengan telapak sepatunya jika sampai dia menemukannya.

Mari move on dari Mikasa, kita langsung ke orang kedua saja. Eren Jeager. Sebenarnya Levi malas bertemu dengannya. Alasannya? Silakan lihat paragraf atas. Tapi mengingat Eren adalah salah satu dari lima murid kesayangan Hanji berjulukan Titan Shifters—jangan tanya apa maksudnya, mungkin saja bocah itu tahu jawabannya.

"Missir Hanji?"

Oke, nama panggilan macam apa lagi itu?

"Dia bilang, dia itu keturunan amoeba. Jadi tidak memiliki gender."

Levi benar-benar lupa kalau bocah itu punya tingkat kepolosan di atas rata-rata. Pasti otaknya mudah sekali tercemar oleh jawaban nge-troll Hanji. Dan tolong, jangan bilang juga kalau Eren juga percaya jika Hanji bereproduksi dengan membelah diri.

Armin Arlert adalah pilihan ketiga. Meski sama-sama mendapat gelar androgini, dia yakin Armin pasti akan memberikan jawaban yang masuk akal. Setengah tahun penuh pemuda manis itu menghabiskan waktu di bawah bimbingan Hanji untuk olimpiade kimia, mungkin dia tahu.

"Saya rasa dia perempuan, Sir."

Jawaban memuaskan memang selalu datang dari orang cerdas. Tapi ingat, masih ada kata 'saya rasa' di dalamnya.

"Tapi, kebanyakan murid yakin jika Miss Hanji adalah laki-laki. Empat puluh persen tepatnya. Sementara yang yakin dia perempuan ada tiga puluh persen. Dua puluh persen yakin dia adalah hermaprodit sementara sepuluh persen lainnya yakin jika dia tidak memiliki gender. Jadi, kesimpulannya, kami sepakat jika gender Miss Hanji akan berubah sesuai dengan pikiran kita. Bukankah kata orang apa yang kita pikirkan adalah yang hal yang nyata bagi kita?"

Filsafat tidak pernah jadi daftar mata kuliah Levi. Dia lebih suka berhubungan dengan sesuatu yang pasti—angka misalnya, daripada konsep pemikiran abstrak. Terlalu cerdas kadang dapat berbahaya memang.

Lupakan saja jawaban dari tiga remaja di atas. Daripada bertanya pada murid-muridnya yang kian lama kian memberi jawaban absurd. Mungkin ada baiknya dia bertanya pada rekan sesama guru. Mike adalah pilihan pertamanya. Hidung besarnya itu bukan hanya pajangan semata, kalau kau ingin tahu.

"Hanji? Hm, aku mencium aroma darah padanya tiap bulan."

Levi berjanji akan menghormati hidung Mike lebih dari biasanya.

"Tapi, kadang ada juga pagi di mana aku mencium aroma tubuhnya seperi aroma pria yang baru saja orgasme."

Atau mungkin akan mematahkannya sekarang juga.

Nanaba mungkin opsi berikutnya yang cocok. Bagaimanapun juga dia adalah sahabat paling dekat Hanji sebagai sesama guru.

"Dia sama denganku—"

Perempu…

"—androgini."

Mungkin Petra? Bukankah seorang perawat biasanya dapat membedakan gender dengan mudah?

"Gender Hanji? Aku tak tahu. Bahkan golongan darahnya saja tak teridentifikasi sebagai darah manusia."

Kembali ke kesimpulan amoeba.

Dan ngomong-ngomong, Levi tak tahu jika malam ini dia sudah membuat seorang wanita menangis patah hati secara tidak langsung.

Auruo?

"Gender Miss Han… BLEH!"

Darah muncrat ke mana-mana.

Erd? Gunther?

"Kupikir dia perempuan."

"Ah, masa. Bentuk tubuhnya lebih mendekati laki-laki dibandingkan perempuan deh."

Ilse?

"Ma-maaf, aku harus pergi. A-aku…a …a… aaaaaaaaa…"

… apa-apaan reaksi itu?

Levi nyaris bunuh diri saat semua orang memberikan jawaban yang sama sekali tak menjawab pertanyaannya. Satu-satunya jalan terakhir yang dimilikinya hanyalah menemui kepala sekolah. Orang itu pasti menyimpan segala data pribadi guru dan siswa.

Dan keberuntungan besar, sang kepala sekolahnya juga merupakan sahabat baiknya sejak kuliah, Erwin Smith.

"Tak kusangka kau serius pada Hanji, Levi."

Si muka rata hanya mendecih tak senang. "Usiaku sudah kepala empat, Erwin. Sudah saatnya aku serius memilih pasangan hidup."

"Lalu kenapa Hanji?"

"Memangnya salah jika aku memilihnya?"

"Tidak, hanya saja…" Erwin mengeluarkan map data pribadi berlabel Hanji Zoe dari dalam laci mejanya dan membukanya. Ditunjukkannya benda itu pada Levi, tepat pada kolom jenis kelamin yang terdapat pilihan laki-laki atau perempuan. Tentunya dengan keterangan coret salah satunya.

Dan Hanji mencoret pada bagian…

…dua-duanya.

"Apa ini?" tanya Levi tak mengerti.

"Sampai sekarang masih belum ada yang tahu apa gender sesungguhnya Hanji. Bahkan saat aku bertanya sekalipun, dia hanya tertawa dan mengatakan jika dia adalah amoeba tak bergender." Erwin menggelengkan kepalanya lelah. "Sudah berkali-kali aku meminta keterangan darinya untuk mengisi data pribadi guru, dan dia selalu mengelak."

Levi memandang datar pada atasannya. Padahal sebenarnya hatinya ketar-ketir galau memikirkan gender sebenarnya Hanji.

Mungkin dia harus menerima kenyataan jika kelak calon istri—atau suami—nya memang memiliki kemampuan membelah diri. Atau lebih buruk lagi, anak mereka mungkin akan memiliki fisik setengah amoeba.

Papa, Mama, maafin Levi ya. Mungkin Levi nggak bisa kasih kalian cucu…

Tunggu dulu! Kalau Hanji memang memiliki kemampuan membelah diri maka…

Ah, sepertinya jiwa pria haus dibelai Levi bangkit lagi.

…END…

Ini gaje banget. Gaje segaje gajenya. Aku tahu aku memang selalu gagal bikin humor, tapi aku ingin berlatih… jadi, maafin aku ya. Makasih sudah baca, dan… Aggee… maaf aku mengecewakanmu. Chapter 2 kupasrahkan sepenuhnya padamu #heh

Hime Hoshina. Wonosobo, 28 Juli 2014

…OMAKE…

Malam itu, di salah satu kamar sebuah apartemen mewah, terdengar sebuah isak tangis pelan.

Tidak, sepertinya itu bukan kuntilanak atau Sadako yang muncul di sana. Lagipula pendiri apartemen juga bersumpah jika tak pernah ada yang terbunuh di kamar itu.

"Kenapa aku tak bisa tegas… kenapa… seharusnya aku tak boleh kedahuluan oleh si cebol itu dulu… Hanji… hiks… Hanji…"

Drama King.

Sepertinya Petra bukan satu-satunya orang yang menangis malam ini.

…OMAKE END…