Chrome Shelled Indonesian fic kan? :D *bangga mode on**dtendang Felli*
Warning :Drabble, Second POV, Mellow *maybe*, so siap2 sapu tangan sebelum baca, semiOOC, Canon, typo, rada acak-acakan, dll
So, I waiting for your review
Met Baca! ^^
"Winter Sakura"
Disclaimer : Shusuke Amagi
Pairing : Felli X Layfon
Ia berjongkok, melindungimu
Meski tubuhnya tak henti-hentinya mengalirkan darah
Sementara kau hanya terdiam, seakan membeku
Hingga satu kedipanpun tak ada di mata abu-abu mu
Ia tersenyum padamu, di atas deritanya sendiri
Tangannya gemetar, membelai lembut wajahmu
Menyapu tetes-tetes darahnya yang menodai pipi putihmu
"Fon-Fon..."
Hanya panggilan itu yang mampu kau ucapkan, diantara kata-kata lain yang tercekat di kerongkonganmu
"A-aku se...nang kau ba-ba...ik saja, Felli..."
Ia tersenyum padamu, sekali lagi. Senyuman sehangat mentari, meski kehangatannya tak mampu mencapai hatimu.
Lalu ia roboh, dalam pelukanmu yang tetap dingin
Tanpa hembusan nafas...
Dia pergi...
Meninggalkanmu...
Meninggalkan semuanya...
Sebelum mengetahui segalanya...
Segala perasaan yang terpendam dalam hatimu
Untuknya...
Lalu siapa yang harus bertanggung jawab atas kepergiannya?
XXXX
Semuanya
Berbalut kaos hitam di tubuh mereka
Tertunduk penuh duka cita
Berkumpul, di depan peti matinya
Bersiap melepas kepergiannya
Sementara kau tetap terdiam
Tanpa ekspresi dan emosi
Keadaan yang berbeda dari semuanya
Tiba-tiba kau tersentak
Ketika tanah mulai menutupi tempat tidurnya
Semuanya, memandangmu
Memandangmu dengan pandangan yang tak bisa kau artikan, namun menyiratkan makna yang cukup mampu membuatmu tertampar
"Kau pembunuh..."
"Dia mati karena dirimu..."
"Andai ia tak bersamamu..."
"Bukan aku..."
"Bukan aku..."
Andai kau bisa berteriak, mungkin dua kata itu cukup membuatmu lega
Tapi kau tidak bisa
Kau membeku, bagai Sakura yang terkubur salju di musim dingin
Perasaan yang kau tanggung, lebih berat dari mereka
Hingga tak dapat kau ungkapkan
Kau merasa bersalah...
Meski bukan kau yang bersalah
Kau merasa sedih...
Meski kau tak inginkan ia yang di sana memandangmu lirih
"Andai nyawaku bisa kuberikan padamu, aku kan berikan
Asal kau tetap hidup bahagia, dan tetap tersenyum
Aku bahagia"
XXXX
Kau adalah Sakura yang tak berbunga di musim semi, namun berbunga di musim dingin
Lalu membeku bersama tumpukan salju di dahanmu
Senangkah kau dengan keadaan itu?
Tidak. Mungkin itulah jawabanmu
Kau mengharapkan matahari datang ke musimmu
Walau kau tak mau ia mencairkan saljumu, setidaknya kau ingin dia menghangatkanmu
Pada suatu hari, ia datang
Mentari yang kau harapkan telah datang
Awalnya kau membencinya, karena kehadirannya mencairkan saljumu
Namun lama-kelamaan, kau menyukainya.
Kehangatannya tidak hanya mampu mencairkan saljumu, tapi juga mampu menghangatkan relung hatimu
Membuatmu membutuhkannya setiap saat.
Namun sekarang, ia telah hilang, ditelan kelam.
Sirna sudah harapanmu padanya.
Semua telah berakhir, bagai detik jarum waktu yang berhenti
Untuk selamanya
XXXX
Sekarang, semuanya telah pergi
Tinggal kau sendiri
Di depan pusaranya
Entah kenapa kau enggan meninggalkannya
Hanya kau yang belum mampu melepasnya pergi
Semuanya terlalu cepat bagimu
Hingga mengingatkanmu pada saat pertama bertemu
Yang seolah baru terjadi kemarin
Kau inginkan waktu berputar, kembali ke hari itu
Kau tertawa dalam hati, menertawakan dirimu sendiri
"Bodoh, itu takkan terjadi"
Tanganmu membelai bingkai foto di atas pusaranya
Fikiran geli mulai menggeranyangi dirimu akan kenangan itu
Di mana pada saat kau mencoba menyentuh wajahnya
Dan sekarang kau melakukannya, meski hanya gambar yang mewakili dirinya
XXXX
Sekarang, giliran Sang Langit yang berduka
Ia menangis, air matanya jatuh, membasahi semuanya, termasuk dirimu
Tapi kau enggan beranjak dari sana
Ya, kau hanya tak ingin meninggalkannya sendirian
Kau ingin selalu di sisinya, bersamanya
Tak peduli apapun yang terjadi
XXXX
"Ayo pulang, Felli-chan!" ajak seorang pria yang mempunyai mata dan rambut mirip denganmu.
Kau hanya menggeleng lemah
"Kau bisa sakit kalau tetap berada di sini!" katanya lagi
"Nii-san saja yang pulang, kau bisa sakit jika menungguku di sini!"
Kau berkata tanpa memikirkannya yang mengkhawatirkan dirimu
"Aku tahu kau mencintainya. Aku bisa maklum. Tapi aku tak bisa membiarkanmu menyiksa dirimu sendiri seperti ini, Felli-chan..."
"Kalau itu bisa membayar semuanya, kenapa tidak?" balasmu tanpa ragu "Dia jadi seperti ini karena aku, nii-san!"
Rasa bersalah kian menyesak di dadamu
"Rasanya aku juga ingin mati!"
"Kalau ini caramu membayarnya, kau salah besar!"
"Memang ada cara lain?"
"Ada. Hidup dan berbahagialah. Itu yang ia inginkan padamu. Apa arti pengorbanannya bila kau mati?"
Kau tersadar, bagai terbangun dari lamunan panjang
Memang benar katanya. Di mana harga nyawanya yang melayang untukmu, sementara nyawa yang ia selamatkan menghilang?"
Tapi kau tetap sedih
Tak ada di sisinya membuat hatimu terasa perih
Pria itu maju memelukmu.
"Menangislah jika kau ingin menangis. Tumpahkan segala kesedihanmu. Menangislah hingga kau lelah, lalu tidurlah!"
Kata-katanya bagai hipnotis, memprovokasimu. Kau menurut
Kau benar-benar menangis dalam pelukkannya, mengalirkan air mata yang tak pernah lagi membasahi pipimu sejak menjadi kei mengendalikan emosinya
"Anggap semua yang terjadi adalah mimpi. Dan ketika terbangun, kau akan melihatnya dalam wujud lain di hatimu. Ia kan kembali hidup, sebagai semangat hidupmu!"
Dan lagi, kau turuti kata-katanya
Lalu, kau benar-benar tertidur
XXXX
SECOND POV END
XXXX
"Felli, Felli-senpai..."
Layfon memanggil nama gadis berambut perak yang terbaring dengan tubuh basah kuyup serta penuh luka itu, mengharapkan sang gadis membuka kelopak matanya.
"Fon-Fon..." gumam gadis itu di alam bawah sadarnya, "Aku mendengar suaramu.."
"Felli-senpai, kau baik-baik saja kan?"
Kali ini Layfon mencoba mengangkat kepalanya dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menahan punggungnya.
"Wajahnya pucat, bibirnya bergetar, dan matanya...membasah?"
Pemuda itu terkejut bukan main. Gadis Operator Nen-I itu, yang terkenal dingin itu, menangis. Air itu mengalir dari matanya yang masih tertutup. Tapi kenapa?
Gadis ini sudah pingsan selama 1 jam, dan belum sadar hingga bercampur bingung kini memenuhi isi kepala Layfon. Belum lagi dengan keadaan tempat mereka sekarang ; di dasar jurang yang cukup terjal dan sulit dijangkau. Tidak ada satu pun benda yang bisa diandalkannya, karena dite berbentuk tali cahaya itu hancur saat mereka jatuh.
"Felli..." Layfon mencoba menyadarkannya lagi.
"Ukh!"
"Felli..." seru Layfon lega melihat wajah gadis itu bereaksi.
"Fon-Fon, kau baik-baik saja?" tangan gadis itu meraba dahinya, kalau-kalau ada darah di sana seperti dalam mimpinya barusan.
"Y-ya, tapi..."
"Karena aku kau terbunuh, gomen nasai..."
"Felli, apa yang kau bicarakan? Aku masih hidup, kau lihat?"
"Tapi tanganmu dingin..." gumamnya "Pergilah ke tempatmu, jangan mencoba mengiburku!"
"Aku masih hidup!" jawabnya lagi mencoba meyakinkannya.
"BOHONG!" seru gadis itu bangkit. Ia duduk di hadapan pemuda yang tengah duduk berjongkok.
"Mungkin sekarang kau adalah roh yang ingin menuntut balas padaku. Kalau begitu lakukanlah, lagi pula tak ada gunanya hidup menanggung rasa bersalah!"
Kini Layfon tahu apa yang terjadi dengan gadis ini. Ia baru sadar dari tidur panjangnya selama satu jam tadi. Mungkin kepalanya terbentur saat mereka jatuh berguling-guling dari atas.
"Dia bangun dari tidurnya, namun belum bangun dari mimpi buruknya..." batin laki-laki itu.
"Sejujurnya saja, aku mencintaimu... Fon-Fon. Gomen... Tapi, sepertinya aku terlambat. Aku yakin kau tidak akan memaafkanku..."
Wajah Layfon memerah.
"Aku terlalu egois, mengerjakan misi ini berdua denganmu dan melarang anggota peleton kita ikut membantu. Dan pada akhirnya, kau mati. Kau mati karena keegoisanku..."
"..."
"Gomen nasai!"
"Felli, tolong lihat aku!" pemuda itu memegangi kedua pipinya. "Yang kau lihat ini adalah aku, bukan roh atau semacamnya. AKU MASIH HIDUP!"
"Bagaimana aku bisa percaya. Tanganmu dingin..." gumamnya tersenyum pahit, melepaskan tangan pemuda itu dari pipinya, lalu memalingkan wajahnya ke arah lain
"Tolong lihat aku sekali lagi!" kali ini pemuda itu menggunakan tenaganya, memaksa gadis itu untuk menatap wajahnya. Kemudian...
"Cup!"
XXXX
Di ruangan Presiden Dewan Pelajar.
"Apa mereka belum ditemukan?"
Yang ditanya menggeleng.
"Kita harus menunggu Nen-I Felli. Itu harapan terakhir kita!"
Tak lama kemudian, sebuah benda mirip kelopak bunga masuk ke ruang itu.
"Nii-san. Kami selamat, tapi kami butuh evakuasi dari sini. Dite milik Layfon hancur, kami terjebak di jurang kedalaman 15 meter, dan tidak bisa keluar karena badai pasir!" ujar suara dari benda itu.
"Baik, kami akan segera ke sana!" jawab laki-laki berambut perak itu.
XXXX
Kembali ke tempat Felli dan Layfon.
"Aku sudah mengirimkan Nen-I pada mereka. Kita tinggal menunggu!" ujar Felli.
"Yosh. Kalau begitu ayo!" tanggap Layfon mengulurkan tangannya. Gadis itu menyambut ulurannya dan mencoba bangkit berdiri. Tapi...
"Krak!"
"Ukh!" gadis itu kembali duduk, merasakan kesakitan yang luar biasa di kakinya.
"Felli, kakimu patah!"
Tiba-tiba Layfon membungkuk, meletakkan kedua tangannya di di punggung dan di belakang lututnya, kemudian mengangkat tubuhnya.
Wajah mereka memerah saat saling bertatapan.
"Arigato, Felli. Kumaafkan kenaifanmu hari ini!" gumamnya.
"Arigato. Tapi aku takkan memaafkan apa yang kau lakukan tadi, Fon-Fon!" jawab Felli.
"Eh. Ta-tapi, tidak ada cara lain, kan. Makanya..."
Pandangannya teralih oleh benda berbentuk benang cahaya itu melayang ke tempat mereka.
"Mereka datang..." gumam Felli.
"Kalau begitu, ayo!" ucap Layfon meraih benang itu. Sementara itu, Felli memeluk lehernya dengan bantuan tangan Layfon di punggungnya agar tidak jatuh.
"Pegangan yang erat!" perintah Layfon.
Gadis itu memandangi Layfon dengan wajah bersemu merah
"Syukurlah hanya mimpi..." batinnya lega
Benang itu kemudian menarik mereka ke atas, mengeluarkan mereka dari jurang itu.
XXXX
Sementara itu, di tepi jurang.
"Wah wah, lihat. Ada yang marah melihat kemesraan mereka!" ujar laki-laki bernama Sharnid itu memegangi sebuah dite, melihat ke gadis ketua peleton, Nina.
"Berisik!" serunya jengkel.
THE END
Mind to R&R?
Onegai? ^^
