DISCLAIMER : MASASHI KISHIMOTO
RATING : K - T
WARNING : OUT OF CHARACTER, ALTERNATE UNIVERSE, GAJE, LEBAY
.
.
.
~Tewasnya Mbah Danzou Bag. 1~
Detektif Konan. Tanpa Edogawa apalagi Edo Kondologit. Detektif perawan tua*plak!* paling tersohor seantero dunia. Dunia Ghaib. Eh gak ding, dunia di fic ini saya maksud. Dengan dibantu oleh kesembilan partner-nya*partner kok banyak amat?* yang wataknya macam-macam beraneka ragam, dia siap untuk memecahkan kasus apapun yang diminta. Nyari ayam yang hilang, menyelidiki maling kutang, mengintai tukang nyolong mayat kuburan China, pokoknya semuanyaaahh. Yang penting dapat duit.
Susunan organisasi dari Tim Detektif Konan Jenius Tidak Kuper*ini memang nama asli organisasi dia* adalah sebagai berikut :
XXXXX
Ketua
(Konan)
Tangan Kanan/Asisten
(Pein)
Seksi Interogasi
(Kakuzu & Hidan)
Seksi Barang Bukti
(Sasori & Deidara)
Seksi Keamanan
(Kisame Hoshigaki)
Seksi Forensik
(Uchiha Itachi)
Seksi Pengintaian
(Zetsu)
Pembantu Umum
(Tobi)
XXXXX
~HUOHUOHUOHUOHUO...~
Suara tawa genderuwo yang menggelegar membuat Konan segera bangkit dari duduknya. Diangkatnya hape butut monochrom*super lawas edisi terbatas* yang bergetar di atas meja. Menandakan ada panggilan masuk.
"Halo di sini kantor Detektif Konan Jenius Tidak Kuper. Ada yang bisa saya bantu?" Konan menjawab.
Ngomongnya sih kantor. Padahal aslinya cuma rumah kontrakan peninggalan jaman Belanda yang angker terus disewa dan dijadikan kantor. Harga sewanya per bulan lebih murah daripada harga sewa per jam Orochimaru sang lekong legendaris nan kawakan bin senior.
"Halo, apa betul ini kantornya Detektif Konan Jenius Tidak Freak?" suara dari seberang pulau ups telepon maksud saya.
"Iyaaaaa! Udah dijelasin di awal ini kantor Detektif Konan kok masih nanya lagi. Eh, tidak kuper bu. Bukan tidak freak." jelas Konan rada mangkel.
"Ohh. Begini detektif. Saya mau minta bantuannya dong? Alamat saya ada di jalan Danzou Handsome No. 999 kelurahan Danzou Tamfan, kecamatan Danzou gantheng, kota..."
"...Danzou keren kan?" serobot Konan sok tau pisan.
"Bukan detektif. Kotanya Konoha." ucap si ibu penelepon.
"Grrr. Ngomong ya dari awal alamatnya di Konoha! Itu pasti nama jalan, kelurahan, sama kecamatannya fiktif semua ya?" cecar Konan.
"Nggak-nggak kok detektif. Itu semuanya benar. Oke, terima kasih atas bantuannya. Selamat pagi." jawab ibu yang telepon.
"Woy geblek! Pakai tutup telepon sambil terima kasih segala! Kasus, kasusnya appuuah?!" gentak Konan.
"O ya ya? Hehehe, aku lupa nyonya detektif. Begini, tadi malam romo saya Raden Gusti Kanjeng Danzou Pakukaratan Wilhelmus VII meninggal dunia dengan penuh tanda tanya. Aku yang pertama kali menemukan jenazahnya terbujur kaku di depan televisi di kamar pribadi romo. Aku menduga itu bukan tewas alami melainkan dibunuh. Begitu detektif." jelas si ibu panjang-lebar-tinggi-serong.
Konan mendengus, "Oke-oke bu. Tim kami akan datang satu jam dari sekarang. Awas lho kalau ini telepon main-main. Akan saya kejar sampai nerakanya Hades!"
Hape jebot itu dimatikan. Telunjuk kanan milik Konan menelusuri tembok yang ada di belakang tempat duduknya untuk menekan sebuah tombol merah.
~TUIT TUIT TUIT TUIT TUIT~
Kamar Konan & Asisten :
Video porno hampir saja dimulai. Dengan tampang subok*super bokep*, Pein tidak berkedip sedikitpun demi menyaksikan langsung tayangan yang sudah diidam-idamkannya sejak gajah belum menjadi herbivora. DVD berjudul 'S*X IN THE SOUTH POLE' yang dibintangi oleh aktris ternama Maria Uwawa dibelinya mahal dengan menggadaikan seluruh koleksi cawet baunya.
~TUIT TUIT TUIT TUIT TUIT~
Pein kejengkang. Ubun-ubunnya kejedot tembok. "Wanjrit!"
Segera diambilnya seragam kerja*jubah awan merah gaje itu* dari cantelan pakaian lalu dibukanya pintu kamar sembari misuh-misuh gara-gara gak jadi nonton bokep baru.
Kamar Seksi Interogasi :
"Eiiiiitt ... aaahhh." dengan level CAREFULY yang mendekati 99, Kakuzu selangkah demi selangkah terus menjahit selembar duit seribu ryo yang sobek menjadi delapan bagian.*amit-amit cuma seribu*
Sementara partner-nya yang sama-sama bekerja di seksi yang sama, Hidan, lagi nungging cuma memakai koteka. Katanya sih demi memuluskan jalan menuju surganya Jashin.
"Homina homina homina homina..." mulutnya terus komat-kamit melafalkan mantera ajaib pelancar maksiat*astaga* yang bersumber dari firman Jashin.
~TUIT TUIT TUIT TUIT TUIT~
"WAW!" Saking nunggingnya terus kaget, Hidan sampai roll depan nubruk Kakuzu.
"Amsyong!" Kakuzu sewot. Sobekan duit seribuan perak yang hampir perfect terpaksa harus hancur kembali kaya semula.
Kedua makhluk Tuhan yang tidak terdefinisi ini langsung cekibrot menuju keluar ruangan.
Kamar Seksi Barang Bukti :
"Groook ... un, groookk ... un." Deidara sedang tidur telentang pulas. Ngoroknya syahdu beut.
Sedangkan sang partner, Sasori, tidak ngorok babar blas. Cuma dia tidur dengan posisi nyentrik kaya master shaolin. Kepala menyangga di permukaan lantai*lantai tanah* dengan kedua kakinya di atas.
~TUIT TUIT TUIT TUIT TUIT~
Sasori melek. Deidara berhenti ngorok. Tiga detik kemudian mereka berdua langsung ngambil seragam kerja alias jubah awan merah yang tergeletak di bawah ranjang bobrok terus lari keluar kamar. Apesnya, gara-gara pintu kamar yang sempitnya bak lubang jarum*hiperbolis*, sepasang seniman ini kegencet di tengah-tengah pintu persis.
"Dei, loe minggir gih!" Sasori nyingkirin kepalanya Dei.
"Wadoh, un. Danna aja yang minggir duluan." sewot si pirang gak terima.
Kamar Seksi Keamanan & Forensik :
Tidak seperti kelakuan nista para anggota Tim Detektif Konan Jenius Tidak Kuper yang sebelumnya, kedua anak manusia*yang satunya anak makhluk cryptid, Kisame* ini sudah siap untuk meluncur bekerja. Lengkap dengan seragam gahol itu.
~TUIT TUIT TUIT TUIT TUIT~
Itachi dan Kisame kompak bobo setelah alarm berbunyi. *Woy! Kalian harusnya lekas pergi menerima panggilan. bukannya malah bobok!*
Zetsu? Dia tidak pakai kamar-kamaran segala. Karena sedari tadi malam dia sedang sibuk menjalani aktifitas natural sebagai tumbuhan asli. Menghasilkan karbondioksida dan menghirup oksigen. Letaknya di dekat meja nyonya detektif. *karena gak ada duit buat beli tanaman hias, jadinya si Zetsu suruh nampang. seperti kata pribahasa, tak ada tanaman, Zetsu pun jadi*
Kamar Pembantu Umum :
Bukan kamar. Lebih tepatnya disebut sebagai ... kaanndaang. Tobi yang lebih mirip binatang peliharaan karena harus mau tidur di seonggok kandang ayam ukuran sedang, berusaha untuk keluar mati-matian dari rumahnya*kandang* karena pintunya nyaris gak muat buat dimasuki manusia normal. Tapi karena Tobi tidak termasuk kategori manusia normal maka dia tetap bisa keluar dari situ.
XXXXX
"Kita hari ini mendapatkan job. Ada sebuah kasus yang dicurigai sebagai pembunuhan oleh klien." Konan memulai penjelasan kepada anak buahnya yang kini sudah siap sedia dengan seragam kerja masing-masing. Mereka bersembilan lesehan di atas tikar mendong penuh rayap.
"Klien? Nama yang keren ya senpai-senpai." celetuk Tobi tiba-tiba.
"Guobluok! Klien itu artinnya pelanggan. Bukan nama orang." tukas Itachi yang duduk sila persis di belakang si pembantu umum.
"Alamat?" Kisame mengangkat kaki sebelah kanan.*belajar sopan santun dimana ini siluman?*
"Katanya sih di ... " Konan mengamati seksama kertas kecil yang tadi sempat dia jadikan media untuk menulis alamat klien. " ... Jalan Danzou Handsome No. 999, kelurahan Danzou Tamfan, kecamatan Danzou gantheng, kotanya Konoha." lanjut dia.
Pein tercengang, "Itu alamat kok narsis amat ya? Jangan-jangan di dalam kecamatan, kelurahan, sama jalan satu-satunya rumah cuma milik klien tok."
Konan mengedikkan bahunya, "Yaah, gue juga curiga sama gak percaya awalnya. Tapi gak ada salahnya mencoba. Daripada kita-kita masih harus menahan mental ini untuk mengonsumsi raskin lagi."
Di pojokan ruangan, tergeletak karung beras kucel yang dilalerin sama dikutuin.
"Kalau dapat duit banyak pun gue tetap nyaranin supaya kita bersepuluh tetap memakan beras miskin. Biar irit."
Celotehan memuakkan yang asalnya dari Kakuzu barusan membuat Hidan tak segan untuk mencolok duo mata ijonya.
"Sudah siap alat-alat penyelidikannya?" tanya Konan.
Pein mengacungkan sebuah kaca pembesar. Deidara dan Sasori mengacungkan dua pasang sarung tangan putih. Kisame mengacungkan pentungan satpam, lalu mementungkannya ke kepala Hidan*Hidan ngamuk*. Itachi mengacungkan sebotol serbuk kimia sidik jari. Zetsu mengacungkan sebuah binocular alias nama lainnya keker. Tobi mengacungkan kemaluannya.
"Loe lagi ngapain itu hoy!" tegur Saori kepada Tobi. Tobi cuma nyengir kuda Sumbawa, lalu memasukkan 'itu'nya lagi ke dalam jubah.
"Yosh." sang ketua organisasi mengangguk puas. "Kita berangkaaatt!"
Naik apa?
Sebuah mobil colt bak terbuka berwarna abu-abu yang catnya sudah banyak mengelupas akan mengantarkan mereka bersepuluh ke alam baka*plak!* maksud saya ke alam TKP. Lampu depannya cuma nyala satu, satunya pecah. Wipernya gak ada dua-duanya. Pada kaca mobil tertempel stiker 'Detektif Konan'. Di bodi kanan tertempel stiker 'JENIUS', di kirinya tertempel stiker 'TIDAK KUPER'.
~DRODODODODODODODOT~
Suara mesin mobil yang persis amukan Stegosaurus menandakan bahwa kesepuluh anggota organisasi detektif handal ini akan beraksi. Pein sebagai supir sedangkan Konan duduk di sebelah kirinya. Delapan anggota sisanya harus mau berdesakan layaknya biri-biri atau bandot-bandot yang siap dijadikan hewan kurban.
"Nih buat beli bensin, Pein." si bos menyerahkan dua lembar duit berwarna kuning nominal masing-masing 10.000 ryo. Jadi total 20.000 ryo aja.
"Edan! Segini buat beli bensin cuma dapat tiga liter kembali lima ratus perak." keluh si mata obat nyamuk. Apalagi sekarang lagi santer terdengar kabar bahwa bensin subsidi sedang mengalami kelangkaan. Udah belinya minim, dijamin antre lagi.
"Sampai kok pulang-pergi. Asal loe nyetirnya di bawah kecepatan 10 kilometer per jam." saran dari Konan ini bikin muka Pein pucat.
Jadilah mobil colt bak terbuka nan baheula itu*keluaran '63* melaju di jalan raya yang padat hanya dengan kecepatan ala kecoa jogging dan memakai gigi 1 terus. Udah pelan, bising banget, ngebul dahsyat lagi.
.
.
.
.
.
~DRODODODODODODODOT~
Kecamatan Danzou gantheng, kelurahan Danzou tamfan, jalan Danzou Handsome No. 999 ternyata ada. Namun tepat seperti kata Pein tadi, satu-satunya rumah yang ada di kecamatan, kelurahan, dan jalan itu hanyalah milik keluarga Danzou semata.
"Buset, rumahnya ada di pinggir tebing cuy." komentar Zetsu saat menangkap pemandangan mengerikan tersebut.
Sepasang mata milik Deidara terus melirik kesana-kesini. Mengamati kondisi sekitar. "Kok udah banyak orang di sini?" herannya.
Beberapa karangan bunga berjejer di depan rumah satu lantai tersebut. Tulisan-tulisan yang tertera seperti 'Semoga Masuk Neraka Dengan Sengsara', 'Turut Bersuka Cita Atas Kematian Danzou', 'Telah Berpulang Dengan Nistanya', 'REST IN PAIN RADEN GUSTI KANJENG DANZOU PAKUKARATAN WILHELMUS VII' membuat para anggota Tim Detektif Konan Jenius Tidak Kuper geleng-geleng kepala.
Mobil colt bak terbuka nan rombengan itu berhenti. Orang-orang yang sedang melayat menengok ke arah gerombolan manusia-manusia berjubah awan merah.
"Sepertinya itu adalah mobil jenazahnya. Ayo lekas makamkan jenazah."
"Iya-iya."
Jenzah Danzou Shimura dikeluarkan dari dalam rumah oleh para pria. Kondisinya memprihatinkan. Tidak dikafani dengan layak dan terhormat, malah cuma ditutupi koran-koran bekas persis kucing ketabrak di tengah jalan.
Konan nepuk jidatnya, "Geez, kita ini detektif kok malah disuruh jadi pengurus jenazah."
Pein selaku orang yang paling dipercaya oleh sang nyonya detektif mau tidak mau harus menginformasikan kebenaran yang sebenarnya kepada khalayak. Dibukanya pintu mobil lalu dia keluar.
"Ibu-ibu dan bapak-bapak, mau saya informasikan bahwa kami-kami ini adalah tim detektif swasta dari organisasi Tim Detektif Konan Jenius Tidak Kuper yang sengaja dipanggil oleh tuan rumah untuk menyelidiki kematian korban."
Para pelayat yang jumlahnya tidak seberapa*mungkin karena semasa hidup si Danzou jahat jadinya pada gak mau ngelayat* saling berpandangan satu sama lain.
Sesosok laki-laki berkulit ala mayit dengan tampang flat muncul dari balik pintu. "Tidak benar itu. Saya selaku cucu si mbah sebelumnya telah menghubungi orang-orang itu untuk membantu pengurusan jenazah sampai memakamkannya."
Itachi mangap lebar banget.
Pein sontak kebingungan.
"Hoy, jangan bohong ya pak. Kata Mas Sai anda-anda memang sudah berjanji untuk melaksanakan tugas."
"He'eh. Membantu penguburan jenazah itu dapat pahala loh. Apalagi jenazahnya orang terlaknat, pahalanya makin gedhe."
"Sompret! Siapa tuh yang ngomong mbah gue terlaknat?!" Sai ngamuk-ngamuk gak terima mbahnya dikatain terlaknat.
"Gue gak peduli dapat pahala sekalipun segedhe Gunung Himalaya. Mendingan dapat fuluz ketimbang pahala." bisa ditebak yang ngomong kaya gini siapa.
Gara-gara kekacauan barusan, Konan akhirnya memutuskan untuk memecah tim menjadi dua. Lima anggota menyelidiki TKP dan sisanya menyelidiki tubuh korban dan tentunya sekalian ... jadi tukang gali kubur!
"Gue?!" Pein nunjuk dirinya sendiri.
"Gue yang terbiasa elit ini gak sudi jadi juru kunci eh tukang ngubur. Kisame aja noh." Itachi sewot.
"Un, gue sih mau-mau aja. Soalnya kata sesepuh juragan tembikar tuh tanah kuburan banyak mengandung unsur lempung berkualitas." kata Deidara.
"..." Kakuzu speechless. Berharap dapat money di sana.
"Iyey! Tobi mau membangkitkan zombie-zombie lewat mayat di kuburan." ini orang jadi pengrusuh tok bisanya.
Konan menanggapi protesan dari Itachi, "Chi, loe harus ada di sana soalnya kan loe bertugas di seksi forensik. Menyelidiki kondisi jenazah yang diduga sebagai korban pembunuhan."
Itachi gak protes lagi.
Pein, Itachi, Deidara, Kakuzu, dan Tobi mendapat tugas penyelidikan di kuburan sekaligus memakamkan jenazahnya Danzou yang aslinya di luar kesepakatan.
~DRODODOdodododo ... do ... doo ... oot~
Suara mobil pick-up rongsok itu semakin tidak terdengar seiring dengan menjauhnya mobil dari halaman rumah. Diikuti oleh para pelayat dan juga cucu korban, Sai.
Kini tinggalah Konan beserta empat anggota sisa, Zetsu, Hidan, Kisame, dan terakhir Sasori.
"Silahkan masuk detektif dan anggota timnya." sambut cucu korban yang satunya dengan ramah, Shin.
-TSUZUKU-
Fic ini terkesan asal-asalan kah? Hehe, gak masalah kalau author diprotes. Ini memang author bikin hanya untuk mengisi kebetean di hari yang dingin akibat musim kemarau. Semoga saja sih bisa sampai beberapa chapter.
Terima kasih!
