Kuroko no Basket © Tadatoshi Fujimaki

Pair : KiseKuro

Warning : Shounen Ai. 70% Canon-30% AU (semoga).

Nb : Serpihan canon yang di modif sesuka hati. Hasil melototin Ryouta berbulan-bulan. Maafkan saya :')


PIECES © Faicentt


REUNI

Kise menghentakkan badan, melompat gagah dari podium. Mengabaikan bisik-bisik kepo para pemain Seirin, sepasang hazel miliknya terfokus pada samudera indah yang menawan hati. Ryouta Kise pede berjalan menuju titik pusaran samudera itu.

"Ketika aku mendengar bahwa lawan tanding kami adalah Seirin, aku ingat bahwa Kurokocchi bersekolah disini, jadi aku ingin menyapanya-ssu," si pirang menjelaskan. "Ah, kami berteman baik saat SMP."

Dan Kurokocchi masih imut, seperti yang terakhir kulihat

Kuroko mengerutkan kening, tampak berpikir. Sudah bisa ditebak, apa yang akan dikatakan si mungil selanjutnya. Kise tersenyum dalam hati.

"Itu hanya anggapanmu, Kise-kun."

"Tegaaa~"


SERIUS

Penantangnya kalah.

Menggerutu sebal—cih,membuang waktu—model tampan itu memasukkan tangan ke dalam saku. Ia melangkahkan kaki penuh keyakinan menuju bayangan.

"Setelah mendapatkan hasil yang mengecewakan, aku rasa aku tidak bisa diam begitu saja. Berikan Kurokocchi padaku," katanya mantap.

Para pemain Seirin cengo dibuatnya. Begitu pula Kagami. Apalagi Kuroko.

"Aku bukan barang, Kise-kun."

Kise mengacuhkan protes. "Bergabunglah denganku Kurokocchi." Tangan kanan terulur penuh harap. "Mari bermain basket bersama lagi-ssu. Aku mengakui kehebatanmu saat bermain. Sangat disayangkan kalau kau menyia-nyiakan talentamu disini. Nee, bagaimana?"

Kuroko membungkukkan badan, memberi hormat. Hatinya doki-doki, tapi sayang tertutup rapat oleh wajah tanpa ekspresi. "Aku senang mendengarmu berkata seperti itu, Kise-kun.Tapi maaf, tanpa mengurangi kesopanan, aku menolak tawaranmu."

"Eh? Kenapa-ssu?" Sang ikemen tidak terima rupanya.

Kenapa menolakku?

"Ini tidak seperti Kurokocchi yang aku kenal. Bukankah kemenangan adalah segalanya? Kenapa kau tidak memilih sekolah yang lebih baik?"

Kenapa kau tidak memilih untuk bersamaku?

"Pemikiranku berubah sejak saat itu—" Kuroko memandang tanpa keraguan.

Ha?

"—dan yang terpenting, aku telah membuat perjanjian dengan Kagami-kun. Aku—tidak, kami berjanji untuk mengalahkan kalian, Kiseki no Sedai."

Kise menajamkan pandangan. "Kurokocchi yang kukenal tidak suka bercanda seperti itu-ssu."

"Aku tidak bercanda Kise-kun. Aku serius."

Dilihatnya wajah itu sungguh-sungguh. Untuk pertama kali, dada Ryouta Kise terasa ngilu.


TANTANGAN

Ia melihat helaian biru itu dari kejauhan. Harum vanilla dan dentuman di dada membuat kakinya refleks berlari. Menyambut hangat sosok kesayangan.

"Kurokocchiiii! Sejak kau menolak untuk bergabung denganku siang itu, aku galau setiap malam-ssu~" ucapnya dramatis, dengan tambahan air mata buaya.

Orang-orang disekitar kembali cengo. Cakep, tapi labil. "Apa-apaan dia itu?!"

Ryouta sebodo teuing. "Bahkan cewek-cewek belum pernah menolakku sebelumnya~" Sumpah, dia serius.

Telinga Kagami panas. Begitu juga hatinya. "Brengsek. Oi, Kise!" Cowok itu merangsek maju, mencoba mengalihkan perhatian. Sial, padahal dia sampai tidak tidur semalaman.

Hela nafas terdengar. Kise bisa mencium kuat aroma manis dari nafas pemuda dihadapannya. "Bisakah kau berhenti bersikap sarkas?" Kuroko memandang lurus kedepan. Tepat pada pemilik wajah tampan.

Ho? Kise tertegun. Hanya sepersekian detik. Wajah hangat segera berganti dengan senyuman sinis, Ditolak lagi-ssu.

Si pirang menegakkan tubuh, menguarkan aura persaingan. "Hmm~ Aku tertarik untuk mengetahui lebih dalam, seseorang yang bisa membuat Kurokocchi berkata seperti itu padaku." Membalikkan tubuh, Kise berjalan kearah Kagami, melewatinya.

"Kagami-kun, benar?" Dagu terangkat, Kagami harus tahu siapa Ryouta Kise. "Aku tidak pernah peduli dengan gelar sebagai pemain regular dari Kiseki no Sedai, tapi aku tidak bisa untuk mengindahkan tantangan."

Tantangan untuk merebut Kurokocchi kembali kesampingku.

"Maaf kalau aku akan menghancurkanmu dengan kemampuan yang kumiliki-ssu."

Kagami menyeringai, puas memperoleh perhatian. Ryouta mengangkat salah satu sudut bibir, tersenyum merendahkan.


PENGAKUAN

Kasamatsu-senpai bergerak mendekati Kise. Berkacak pinggang—setelah puas menendang sang model—ia berbisik,"Kau mengerti apa yang terjadi, Kise? Siapa si brengsek bernomor punggung sepuluh itu?

Kise mengaduh, mengelus punggung yang nyeri. "Sepuluh? Oh, Kagami," jawabnya tidak antusias.

"Kagami?" Sepasang alis tebal Kasamatsu terangkat. "Aku belum pernah mendengar nama itu."

Jelas saja, coba yang ditanya Ryouta Kise, pasti pada kenal-ssu.

Kise tertawa, sedikit mendengus. "Hah~ Lupakan dia, senpai. Kau lihat yang mengambil bola darimu? Nomor punggung sebelas?" Wajah tampannya terlihat girang, hidung mancung kembang-kempis bangga. "Dia adalah rekan se-tim ku dari Teiko, Kurokocchi. Bukankah dia hebat? Nee? Neee?"


TITIK LEMAH

"Maaf, maaf." Kagami menghentikan tawa yang menggelegar. Seringai tercetak jelas di wajah maskulin. "Kita baru saja mulai. Bukankah terlalu cepat kalau berkata kau yang akan memenangkan pertandingan?"

Hah?

"Terlebih, terimakasih untukmu, sekarang aku tahu kelemahanmu." Tubuh kekar itu melangkahkan kaki menuju sang partner.

Kelemahanku? Pandangan hazel mengikuti dengan tatapan dingin.

"Aku yakin tidak mudah bagimu untuk mengatakannya sendiri, tapi kali ini, aku mengetahuinya." Tangan itu menyentuh helaian samudera lembut yang amat Kise puja.

Kise melebarkan mata, tidak suka. Kuroko mengerutkan kening, juga tidak suka.

"Kuroko." Kagami tersenyum puas. "Dia adalah kelemahanmu."


CEMBURU

"Seirin! Pergantian pemain!"

Kise tercengang. Segera, ia menoleh ke sisi lapangan. Sosok rapuh itu, begitu yakin berjalan menuju ke dalam arena. Dengan kepala diperban —karena ketidak-sengajaannya— dan langkah lunglai, Kise bahkan tidak yakin ia akan sanggup berlari.

"Hee? Kuroko?" Tim lawan memandang tidak percaya.

"Cih, dia kembali bermain." Kali ini, dari tim-nya sendiri.

Sosok api dan samudera saling berhadapan, dengan tatapan yang intens.

Aku berjanji pada Kagami-kun, aku akan menjadi bayangannya.

Kise getir. Dadanya kembali berdenyut sakit.

"Ayo kita mulai kembali, Kuroko." Kagami memandang tegas partner-nya, tepat di manik mata.

"Ya."

Kurokocchi—

—hati Ryouta Kise pecah berkeping-keping.


AMBANG BATAS

Jangan mempermainkanku, Kurokocchi

Bola direbut cepat.

Dia bertambah kuat?!—Kagami merutuk dalam hati, sedikit kewalahan dengan kecepatan musuhnya.

Jangan mempermainkan perasaanku

"Aku tidak akan kalah." Nada dingin melantun di udara. Ini nada emosi yang pertama kali Kuroko dengar dari seorang Ryouta Kise.

"Tidak pada siapapun. Tidak juga pada Kurokocchi!"


WAKTU

Dentingan lonceng terdengar, seiring dengan pintu kedai yang menutup.

Tetsuya Kuroko menghela nafas, memegang perutnya yang terasa penuh. Padahal tidak lebih dari delapan sendok. Melihat rekan satu tim yang menggelepar tidak sanggup lagi untuk menghabiskan makanan—dan membiarkan Kagami menghabiskan jatah mereka—Kuroko memilih untuk keluar, menghirup udara segar.

Baru satu langkah digerakkan, manik samudera melebar. Pemilik senyum hangat menanti di sisi jalan, bersandar pada tiang besi pembatas jalan. "Kise-kun?"

"Apakah kau ada waktu untuk mengobrol sebentar?"


MAAF

Mereka berjalan bersisian. Kise merindukan masa-masa seperti ini, sungguh.

"Etto…sudah lama kita tidak mengobrol seperti ini, nee? Bagaimana lukamu?" Model tampan memimpin langkah menuju sebuah taman. Sedikit sungkan rasanya, menatap langsung mata lawan bicara.

"Aku baik-baik saja, Kise-kun." Suara halus tanpa emosi merasuk pendengaran. Membuatnya makin kangen saja.

Hening mendominasi setelah itu. Kise melompat, memilih duduk pada sandaran bangku,menghadap langsung sepasang manik samudera biru kesayangan.

"Aku bertemu dengan Midorimacchi," ucapnya, mencoba memulai topik. Dilihatnya Kuroko mengalihkan pandang, sedikit bingung. Kise tersenyum dalam hati.

"Um…jujur, aku tidak terlalu cocok dengan Midorima-kun," aku sang bayangan.

"Sudah kuduga," si pirang tergelak. "Itu, sepertinya ia sengaja datang untuk melihat pertandingan hari ini-ssu."

Kuroko membuka mulut, namun sedetik kemudian ia memilih mengatupkan bibir tipis itu rapat-rapat. Tidak ada respon, Kise memandang kearah langit senja kemerahan—ah, sudah bukan lagi biru, ya?

"Hmm...Beberapa hari lalu, Kurokocchi menolak ajakanku. Kemudian hari ini, kami kalah dalam pertandingan." Hela nafas lelah terdengar, Kise memainkan bola basket diatas kepala. "Segala hal dalam hidupku terasa salah sejak saat itu." Kedua kaki jenjang diangkat, mencoba melayang dengan bertumpu pada tangan.

Manik samudera Kuroko melebar. "Kau bisa jatuh Kise-kun."

Kise mengulum senyum mendengar nada yang sarat akan kekhawatiran. Bolehkan ia kembali menyusun kepingan yang pecah?

"Maaf."

"Aku bercanda-ssu~" Kise tertawa. Geli dan miris jadi satu. "Aku tidak terlalu mengharapkanmu untuk berkata iya—waktu itu, tapi perlu kau tahu, Kurokocchi, aku serius dengan perkataanku."

Kise melompat. Senyum lembut terpancar dari wajah tampan sang model. "Lagi, ada yang ingin kutanyakan—" Bola basket dilemparkan, tangan mungil Kuroko sigap menangkap. "—kenapa kau menghilang, setelah pertandingan championship SMP?"

Tetsuya Kuroko terdiam beberapa saat. Sepasang burung terbang rendah diatas kepala, berkicau pelan, membantu menghilangkan keheningan.

"Um...aku…sendiri tidak tahu."

"He?"

"Setelah pertandingan berakhir, aku merasa ada yang salah dalam permainan basket kita," lanjut Kuroko.

Kise tidak habis pikir. "Kemenangan adalah segalanya dalam olahraga, bukankah begitu?"

"Aku juga berpikir demikian, awalnya." Helaian biru bergoyang tertiup angin, Kuroko merasa kepalanya sedikit pening. "Aku tidak tahu apa yang salah dengan kemenangan kita. Yang aku tahu saat itu…setelah berkali-kali mengalami kemenangan, aku merasa kosong. Begitu kosong, sampai akhirnya aku membenci basket. Tapi, kenyataan seolah menampar, saat aku bertemu dengan Kagami-kun."

Kagami, lagi?

"Dia menyukai basket, dari hatinya yang terdalam. Melalui masa-masa sulit dalam bermain basket, tetapi dia tetap bermain dengan serius, dan semakin berkembang dari waktu ke waktu. Itu membuatku terkesan."

Cih. "Aku tidak mengerti-ssu," Kise mendengus sinis. "Tapi satu hal yang bisa kukatakan padamu, Kurokocchi. Kalau kau memiliki ekspetasi tinggi terhadapnya tentang basket, tetap saja suatu saat kalian berdua—"

Akan kulakukan apapun untuk memisahkan kalian

"—akan berpisah."

Apapun, agar kalian tidak bersama lagi


KONVERSASI

Mereka bertemu lagi, kali ini di kedai makan, seusai pertandingan Seirin melawan Shuutoku. Sepasang hazel untuk kesekian kalinya tenggelam dalam samudera, jantungnya serasa berhenti berdetak saat Kuroko memilih duduk disampingnya.

Kenapa kami harus duduk bersampingan seperti ini-ssu

Bukan salahku harus bertemu Kise-kun disini, pelatih menawarkan kami untuk makan malam di kedai ini

Dan lagi, kenapa harus ada Kagamicchi disini-ssu

Kise-kun sendiri, dua-duaan dengan Kasamatsu-san

Konversasi hanya dalam hati. Tanpa seorangpun tahu, mereka saling berbicara dari hati ke hati.


ATENSI

Tidak ada yang menyadari, Ryouta Kise hampir selalu menghadiri setiap pertandingan Seirin.

Tidak ada yang menyadari, Ryouta Kise rutin mengirimkan pesan 'semoga berhasil-ssu' kepada bayangan, malam hari sebelum pertandingan berlangsung.

Tidak ada yang menyadari, sepasang mata hazel yang menatap penuh harap dari tribun penonton, mendoakan pemuda kesayangannya agar berhasil dalam pertandingannya.

Tidak ada yang menyadari, siapa sosok yang mendatangi Kuroko saat pemuda itu terpuruk, jatuh dalam kekalahan melawan Toou, dan memeluknya erat semalaman tanpa berkata apapun—membiarkan samudera membenamkan tangis pada bahu kokohnya.

Tidak ada yang menyadari, selain Tetsuya Kuroko seorang.


TERBAIK

Waktu istirahat hanya beberapa menit, Kise memilih menghirup udara segar diluar. Dibiarkannya angin musim dingin meniup lembut helaian pirang—ia butuh membekukan isi kepala.

Tidak mudah mengalahkan Aominecchi, aku harus mengatur siasat

Suara langkah kaki seketika memecahkan lamunan, membuat Kise menoleh kearah sumber suara. Mata hazel melebar saat samudera menyejukkan ada dihadapan. Ia mengedip tidak percaya.

Guk!

"KUROKOCCHI?!"

"Ah," Kuroko menghentikan langkah," —doumo, Kise-kun."

"Itu—anjing, dikepalamu?" Kise tercengang, fokus berpindah pada buntalan berbulu yang menatapnya dengan manik bulat menggoda.

"Um, aku menyembunyikannya dalam tas selama menonton pertandingan, jadi aku berpikir untuk mengajaknya menghirup udara segar selama istirahat berlangsung," jelas Kuroko.

"Araa, begitu ya," Kise nyengir. Alaska mini dengan bulu hitam-putih lebat menjulurkan lidah, membuatnya gemas—sama menggemaskannya dengan sang pemilik. "Jadi, apa yang kau lakukan disini, Kurokocchi?"

"Kami berlatih di dekat sini sampai kemarin, jadi kami memutuskan untuk menonton pertandingan Inter-high bersama."

Eh?

"Jadi kau memang tidak datang untuk menonton pertandinganku ya-ssu," Kise kecewa—padahal sudah ngarep.

"Tidak."

"Tega!" Kise menangis dalam hati. Sakit, tapi tidak berdarah.

Sang model terdiam kemudian. Dihirupnya udara banyak-banyak, lalu melepasnya perlahan. Kalau bukan untuk melihatnya, berarti

"Nee, Kurokocchi," mata tajam melirik pada Kuroko. "—omong-omong, antara Aominecchi dan aku, siapa yang akan menang menurutmu?"

Kuroko melebarkan mata, Kise menaikkan salah satu sudut bibir. Mencoba membaca wajah minim ekspresi itu, tetap saja Kise selalu gagal.

Memang tidak bisa dibandingkan. Aku dan Aominecchi jelas berbeda. Sedikit saja Kurokocchi, aku ingin mendengar pilihanmu.

"Aku…tidak tahu."

He? Kise menegakkan punggung. Bukan Aominecchi, jawabannya?

"Selama kau tidak menyerah, apapun dapat terjadi." Kuroko menatap lurus, menghujam mata, sampai ke dalam hati. "Aku tahu kalian berdua tidak akan menyerah begitu saja. Jadi, bukan hal yang aneh kalau salah satu dari kalian akan memenangkan pertandingan ini."

Hangat. Entah kenapa, mendengarnya Kise merasa hangat. Pemuda tampan itu merenggangkan badan, sebelum akhirnya memilih beranjak menuju ruang ganti. "Hmm, kalau begitu, aku akan melakukan yang terbaik," untuk tim, dan untukmu.

Guk!

Kepala pirang sontak menoleh. Ada yang mengajaknya berbicara?

"Ano—" Tetsuya Kuroko maju satu langkah, Kise menunda tujuan.

"Huh? Apa?"

"—tidak. Aku hanya berpikir, kau akan berkata 'Tentu saja aku yang akan menang!'atau semacam itu." Sang bayangan membuka mulut. Bohong kalau ia tidak terkagum-kagum.

"Apa-apaan itu-ssu," Kise tertawa geli. Ia membalikkan badan dan tersenyum. "Yah, memang itu sempat terlintas dalam pikiranku. Tapi jujur, aku juga tidak tahu kenapa. Saat SMP, mungkin hal yang wajar bagi kita untuk menang, hanya saja—aku merasa akan lebih baik kalau kita tidak mengetahui siapa yang menang dan yang kalah."

Yang akan kulakukan adalah berjuang sekeras tenaga.

Kuroko menatap helaian pirang yang tersibak angin. Wajah tampan dan dedikasi tinggi—Kise-kun memang pemain terbaik Kaijou yang pernah Kuroko kenal. Sepasang samudera biru terus mengikuti, sampai punggung tegap itu menghilang masuk kedalam ruang. Ia tersenyum tipis.

Semoga berhasil, Kise-kun


bersambung


Author's note :

Saya penggemar Semua Cintaaa Kuroko, dan Kise-kuro salah satu pair favorit yang agak canon menurut saya. Haha. Maaf rambling gaje :')

Sampai berjumpa lagi-ssu!

Salam,

Faicentt