Ganbatte ne!
Sejak kasus pembullyan yang dilakukan Juon Kiku, gerak-gerik Azuki menjadi aneh dan ia terlihat menyembunyikan sesuatu. Matcha sebagai sahabat Azuki pun tak tinggal diam dan mengambil gerak untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. / RnR, minna? / For Minor Chara Paradise!
Disclaimer :
Vocaloid itu punya Crypton Fuji Media Corp. dan Yamaha Inc.
Matcha dan Azuki juga milik SEGA.
Cerita ini milik shiren.
Warning :
Typo, alur kecepetan/kelambatan, tidak menerapkan EYD, ada sedikit gore, ketidaknyambungan(?), maafkan kalo ada kesalahan:3
.
.
"Mat-chan, kau mau?"
"Mat-chan? Hei, jangan mengganti-ganti namaku! Dan... Ya sudah, boleh,"
Tak jauh dari toko es krim, terlihat dua orang perempuan sedang berdiri, hendak membeli es krim tersebut. Dua orang perempuan itu adalah Masaoka Azuki, dan yang satunya lagi bernama Kobayashi Matcha.
Masaoka Azuki, atau singkatnya Azuki, memiliki rambut berwarna merah tua yang disanggul dengan motif bunga-bunga. Sedangkan Kobayashi Matcha, perempuan yang tadi dipanggil 'Mat-chan' oleh Azuki itu, memiliki rambut hijau tua lurus, dan memakai beberapa jepitan bergambar tengkorak.
Matcha memiliki sifat dingin, kalem, dan rada pendiam. Tetapi, di balik sifat dinginnya itu, Matcha merupakan tipe orang yang baik dan cukup perhatian pada orang yang disayanginya. Matcha bisa dikategorikan sebagai perempuan tomboy dan tak kenal takut, sehingga ia terkadang bisa over-protective dan menjadi yandere sesaat. Matcha sering dipanggil dengan julukan 'Hime-Kuudere'. Matcha juga terkadang bisa menjadi tsundere.
Sifat Matcha dan Azuki sangatlah berbeda dan bertolak belakang. Azuki memiliki sifat terbuka dan selalu berpikiran positif. Azuki merupakan perempuan yang ramah dan terkesan feminim. Ia sopan dan sangat menyayangi sahabatnya, Matcha. Azuki merupakan orang yang terang-terangan dan berkata sebelum berpikir.
Azuki sangat tertarik dan kagum pada Matcha yang sifatnya bisa dibilang unik itu. Matcha juga sering membuat fanzine dan doujinshi. Ah ya, Matcha merupakan doujinka yang sangat terkenal meskipun umurnya masih sangat muda, yaitu 15 tahun. Matcha sangat menyukai anime dan mengagumi banyak karakter anime, sehingga ia sering membuat doujinshi dari karakter anime tersebut. Dengan persetujuan, tentunya.
Banyak orang tak mengetahui Matcha adalah seorang penulis, kecuali Azuki, Yuzu, Koume, dan keluarganya. Itu karena Matcha tidak ingin dikerubungi fans-fansnya. Penname Matcha sendiri adalah Mashi Kotcha. Nama tersebut merupakan campuran-campuran dari nama lengkap Matcha, tetapi tidak ada unsur 'baya'nya. Banyak orang tak mengetahui arti di balik itu.
"Mau rasa apa? Cup atau cone?" tanya Azuki.
"Cokelat cup saja," jawab Matcha.
"Kau tunggu di bangku sana saja! Nanti akan kubayar dan aku akan ke sana, oke?" kata Azuki.
"Ha'i," Matcha menuju ke sebuah meja untuk mereka berdua.
Azuki dan Matcha bersekolah di Utayomi Project 575. Bukan sekolah, tapi asrama. Harga di sana termasuk mahal, karena asrama tersebut lebih banyak membebaskan muridnya daripada belajar. Murid yang diperbolehkan masuk hanya murid dengan tingkat kepintaran 'menengah ke atas' dan selalu berkonsentrasi setiap bekerja. Tapi, bulan ini mereka dibebaskan untuk berbuat apa saja, meskipun mereka belum boleh liburan atau pulang di jadwal yang bukan harinya.
Mereka tinggal sekamar di ruangan nomor 7. 1 kamar terdiri dari 2 tempat tidur queen-size. Dan kamarnya termasuk sangat luas. Di kamar itu ada sofa, TV, komputer, rak buku, kamar mandi, meja, dan lain-lainnya.
"Ini," Azuki memberikan es krim cokelat kepada Matcha.
"Arigatou. Tak apa kau yang membayarnya untukku?" tanya Matcha.
Azuki menarik napas. "Tak apa, serius!"
Mereka pun mulai memakan es krim mereka masing-masing dalam keheningan. Azuki sedang melamunkan sesuatu, sedangkan Matcha sedang memikirkan apa yang terjadi dengan Azuki akhir-akhir ini.
Azuki sekarang ini menjadi pendiam dan terlihat menyembunyikan sesuatu. Itu membuat Matcha heran, karena tidak baisanya Azuki seperti ini. Kalau ada pun, berarti sedang terjadi masalah pada Azuki.
Karena Matcha sudah sangat bingung dengan perubahan sifat Azuki yang tadinya ceria menjadi pendiam, Matcha pun memberanikan diri untuk bertanya.
"Azuki." Matcha memanggil Azuki dengan nada tegasnya.
Azuki pun sepertinya tersadar dari lamunannya. "Eh? I-iya, ada apa Mat-chan?"
"Sudah kubilang jangan panggil aku Mat-chan! Aku benci matematika," ucap Matcha yang kata-katanya sedikit tidak nyambung.
"Aku ingin bertanya." Matcha melanjutkan perkataannya.
"Tanya apa?" Azuki mengganti posisi, dari bersender di kursi menjadi duduk tegak.
"Kau.. Kenapa sering melamun?" tanya Matcha.
Azuki diam.
"Azuki. Jawab aku." Azuki tetap diam.
"Azuki!" Matcha berteriak, tapi hasilnya tetap sama.
"Azuki, dengar.. Sejak kau dibully oleh Juon Kiku yang terkenal sebagai cewek berandalan itu, kau menjadi pendiam."
"Aku tahu kau hanya dikata-katai kata yang tak sopan. Tapi, bukankah kau selalu semangat? Kau pernah mendapat hal yang sama, bahkan lebih parah, tapi kau bahkan tak memikirkan mereka sama sekali dan langsung melupakannya!"
Azuki tetap diam. Lama-kelamaan, ia terlihat menunduk.
"Azuki?" Matcha memperhatikan Azuki lebih dekat.
Azuki pun membuka mulut. "A-aku.."
Matcha menengok ke arah Azuki. "Kau kenapa? Ceritakan padaku, dan aku akan berusaha menolongmu,"
"A-aku.. J-juon Kiku.." Matcha diam, mendengarkan Azuki melanjutkan perkataannya.
"D-dia datang ke r-rumahku.." kata Azuki, dengan nada takut.
'Ada apa dengan si Juon itu sampai-sampai ia datang ke rumah Azuki?' batin Matcha.
"Azuki, sepertinya kita harus menunggu hingga kau tenang. Kalau ceritanya seperti ini, aku akan sulit menangkap ceritanya." Matcha memperlihatkan senyumnya, yang sangat jarang dilihat orang-orang.
Mereka pun menunggu sesaat hingga Azuki tak lagi berkata putus-putus seperti tadi.
Azuki melanjutkan ceritanya. "Dia datang ke rumahku. Kau tahu kan, orang tuaku sedang bekerja di luar kota?"
"Iya.." jawab Matcha. Ia mempunyai perasaan yang sangat tidak baik untuk didengar.
"Dan waktu itu aku pernah tak masuk 3 hari karena sakit kan?" Matcha mengangguk.
"Jadi, begini.." Azuki mulai menjelaskan.
Flashback
TENONG(?) (Azuki : suara bel kok kayak gitu?)
"Iya, masuk saja!" teriak Azuki. Dia sedang sendiri di rumah, tak ada siapa-siapa selain dia di rumah itu.
DRAP.
Terdengar suara langkahan masuk seseorang.
DRAP.
Suaranya semakin dekat.
DRAP.
Entah kenapa Azuki merasa sedikit takut.
"Siap–"
"K-kau.." Azuki memandang orang itu dengan perasaan takut.
"Iya, ini aku. Juon Kiku. Perempuan di sekolah yang paling tinggi pangkatnya. Tak ada yang boleh melanggar perkataanku!" teriak Juon Kiku, sampai-sampai suaranya bergema di rumah Azuki.
Azuki meneguk ludah. "A-ada apa, datang ke sini, J-juon-san?"
"Hei! Jangan memanggilku dengan embel-embel san, ingat itu! Panggilku dengan kata –sama. Dan kau bertanya kenapa aku di sini? Tak tahukah kau kesalahan yang telah kau perbuat, hah?!" Kiku membentak Azuki sehingga membuat Azuki terlonjak.
"Gomennasai, Juon-s-sama.. Aku tak tahu apa salahku." Azuki membungkukkan badan.
"Aku sudah memberimu pelajaran di sekolah, dan kau masih tak mengerti kesalahanmu? Huh, anak kecil memang tak tahu diri ya." Kiku melipat tangan di depan dada.
Azuki hanya diam saja. Kiku pun lalu membawa Azuki ke kamarnya, dan di kamar Azuki, ia mencekek sedikit pelan leher Azuki.
"Kau masih tak tahu kesalahanmu?!" kata Kiku.
"J-juon-sama, h-h-hentt...i..k-k..ann.." kata Azuki terputus-putus.
Kiku melepas cengkraman tangannya yang tadi mencekek Azuki. "Aku akan memberi kau pelajaran, lagi."
"Dan kesalahanmu.. KAU TELAH MEMBUAT MUYO, ORANG YANG KUCINTAI, MENINGGALKANKU! IA LALU PERGI KE KAU, DAN IA BILANG BAHWA IA MENCINTAI KAU!" Kiku membenturkan kepala Azuki ke dinding berkali-kali, sampai dinding Azuki terdapat bercak darah.
"A-aku t-tak me-menyukai d–" Sayangnya, Kiku tak mau menanggapi kata-kata Azuki. Ia membenturkan kepala Azuki ke dinding sekuat mungkin, untuk terakhir kalinya.
"Huh? Pingsan? Gitu saja pingsan, hahahah! Dasar anak lemah," kata Kiku. Azuki masih bisa mendengar samar-samar perkataannya.
"Sudah saatnya aku melaksanakan rencana selanjutnya. Aku akan membawanya ke rumah sakit dan berkata bahwa aku menemukannya dalam keadaan seperti ini! Maka aku akan semakin dikenal dan disukai orang-orang, terutama Muyo.." Kiku tertawa licik.
End of Flashback
Detak jantung Matcha memburu. Ia sangat merasa kesal, marah dan bersalah. Kesal dan marah karena Kiku yang seenaknya, egois, dan tak tahu diri. Bersalah karena ia sendiri tak bisa menjaga Azuki yang sudah dititipkan oleh orang tuanya kepada dia.
"T-tapi.. Ada yang lebih p-parah.." Azuki menunduk lagi.
"Lebih parah? Apalagi yang dia lakukan padamu?!" Matcha menggertakan gigi.
"B-bukan.." Suara Azuki terdengar serak.
"Lalu?" tanya Matcha.
Azuki tak menjawab.
"AZUKI?! KAU MENANGIS?!" teriak Matcha. Untung saja, di sekitar sangat sepi, hanya ada penjual dan beberapa hewan saja.
"I-ini.." Azuki mengeluarkan dan menyodorkan sebuah kertas pada Matcha.
Matcha mengambil kertas itu, lalu membacanya pelan dengan suara kecil. "Masaoka Azuki."
"Dinyatakan, terkena penyakit.." Matcha melanjutkan membaca.
Matcha membaca kata-kata selanjutnya. Saat hendak membaca, pupil Matcha mengecil. Tangan Matcha bergetar, ia menjatuhkan kertasnya.
Matcha syok. "K-k-kanker.. O-ot-otak.. S-stadium ti-tiga.."
"W-waktu hi-hidup.." Mata Matcha berkaca-kaca.
"S-s-sa-satu.. Mi-minggu." Matcha menangis pelan.
Azuki menangis semakin kencang, tetapi tidak mengeluarkan suara. Sedangkan Matcha, ia berusaha untuk kuat dan mengendalikan emosinya.
Matcha menunjukkan sorot matanya yang tajam. Ia meremas-remas gelas es krimnya hingga remuk. Ia kehilangan kendali.
"Juon Kiku,"
"Nama yang tak akan termaafkan."
"Kau membuat air mata sahabatku jatuh, padahal ia anak kuat."
Matcha menghembus napas. "Aku mungkin tak akan membunuhmu."
"Tapi aku janji,"
"Kau akan kuberi pelajaran.. sedikit. Atau lebih?" Matcha mengeluarkan suara tawa menyeramkan.
"M-Matcha.. J-jangan.." Azuki menutup mulut. Matcha sudah kehilangan emosi.
"Tapi Azuki, dia–"
"Kau tak boleh membunuhnya. Jangan membuatnya dalam keadaan kritis ataupun koma, aku mohon,"
"Kenapa?"
"Aku tak mau kau dalam bahaya dan kau diberitakan di koran bahwa kau.. Yandere."
"Aku tak peduli. Kau.. Sudah dibuat kanker otak dan hidupmu tak lama! Kau tak sedih?!" Matcha membentak Azuki. Kalau sudah begini, Matcha akan sulit diubah keputusannya.
"Kau boleh mempermainkannya, tapi jangan sampai dia mati.." Azuki memohon.
"Ugh.. Baiklah.. Kuusahakan! Tapi kubuat koma boleh ya?" kata Matcha.
"I-itu.. T-terserah kau.. Tapi.."
"Tapi?"
"Masih ada 1 cara supaya aku bisa sembuh," ucap Azuki.
"Hontou? Apa itu?" kata Matcha.
"Aku bisa operasi, meskipun persentase keselamatannya hanya 10%. Aku hanya.. Butuh dukungan." Azuki tersenyum.
"Un. Ganbatte ne, Azuki." Matcha tersenyum tulus, meski perih masih dirasakan di hatinya.
.
Keesokan harinya
.
7.05
"Hoahm.. Matcha.. Kau sudah bangun?" Azuki menguap. Ia menengok ke arah tempat tidur Matcha.
Azuki terkejut karena tak ada Matcha di situ. "Matcha? Mungkin ia sedang keluar sebentar untuk mengambil udara.."
Tak lama, di luar sana terdengar suara teriakan.
"Di luar ada perdebatan! Perdebatan antara Matcha-san dan Juon-san!" teriak seorang laki-laki.
Azuki tak lagi mengantuk, dan ia langsung pergi ke luar kamar untuk melihat apa yang terjadi.
Di luar, ia melihat Kiku dan Matcha yang saling berhadapan. Muka Kiku menampakkan kemarahan yang besar, sedangkan muka Matcha menampakkan muka kesal dan dendam.
"Kau menantangku?" tanya Kiku.
"Kenapa kau melukai Azuki?" tanya Matcha balik.
"Hei, jawab pertanyaanku! Jangan jadi pengecut. Dan aku melukai Azuki karena dia telah merebut Muyo dariku!" ucap Kiku.
"Aku? Pengecut? Aku tak seperti kau yang tukang memfitnah!" balas Matcha.
"Aku,"
"Menantangmu, Juon-san." kata Matcha mantap.
Semua yang melihat kagum. Selama ini, tak pernah ada yang berani menantang Kiku atau berbuat macam-macam terhadap Kiku, karena Kiku merupakan anak yang istilahnya, tak berperasaan. Semua orang di sana juga membenci Kiku, karena hampir semuanya pernah terlubat dan disakiti Kiku. Guru-guru sendiri pun, juga benci dengan Kiku.
"Matcha-san! Matcha-san! Matcha-san!" teriak mereka semua yang ada di sana, kecuali Kiku, Matcha, dan Azuki. Azuki yang melihatnya hanya bisa tersenyum dan terharu, karena Matcha ternyata menepati kata-katanya.
"Ternyata, kau lumayan pemberani juga ya, Kobayashi-san. Tapi, akan kubuktikan kalau kau hanya omong saja!" Kiku mengeluarkan pisau andalannya.
'Pisau? M-matcha..' batin Azuki. Ia takut kalau Matcha nanti kenapa-kenapa.
Semua yang melihat di sana langsung mundur dan tak berani mendekat. Mereka masuk ke kamar masing-masing. Ada yang membuka TV dan melihat CCTV-nya, dan ada juga yang melihat langsung lewat jendela.
"Jadi, kau menggunakan alat ya? Aku tak takut meski kau menggunakan alat." Matcha menyeringai.
"Benarkah? Coba kita lihat saja!" Kiku melemparkan pisau ke arah Matcha, tetapi Matcha dengan mudah menghindar.
"Kau lumayan juga ya. Tapi, apa kau bisa menghindari ini?" Kiku melempar pisau ke arah Matcha dalam jumlah yang cukup banyak. Matcha sekali lagi dengan mudahnya menghindar.
Raut Kiku berubah menjadi kaget. "A-apa? Kau bisa menghindari itu? B-bagaimana.."
"Kenapa? Kau kehabisan pisau?" Matcha tersenyum bangga. Ia mengambil semua pisau yang tadi Kiku lempar ke arahnya dengan gesit dan cepat.
"Aku masih mempunyai ini!" Kiku mengeluarkan pistol.
'Pistol?' batin Matcha.
Kiku mulai menembak Matcha ke segala arah. Setelah beberapa kali tembakan, ia tak melihat Matcha di manapun, dan akhirnya ia berhenti.
"Ke mana anak itu? Jangan-jangan dia kabur karena taku– KYAA!" Leher Kiku dicekek oleh Matcha dari belakang. Kiku pun terjatuh, dan pistolnya lepas dari tangannya.
Matcha mengambil pistol itu dan menodongkannya pada Kiku. "Kau tak bisa berbuat apa-apa lagi."
"Oh ya? Hahahaha.." Kiku pun tertawa.
Matcha menjadi bingung karena Kiku terus tertawa. Karena bingung, ia pun lengah, sehingga Kiku memanfaatkan saat-saat ini untuk berlari.
Matcha langsung menyadarinya, dan dengan cepat ia pun menembak Kiku tepat di kaki.
"U-ughhh!" Kiku mengerang kesakitan.
Matcha lalu mendekat ke arah Kiku. "Kau lemah karena ini saja?
Kiku diam. Ia masih panik karena sakit yang terasa sangat hebat di kakinya.
"Apa yang telah kau pada Azuki itu jauh lebih parah!" teriak Matcha. Ia ingin menangis karena ini.
"Kau.. Telah menghabisi Azuki di eumahnya sendiri! Kau mencekeknya, kau membenturkan kepalanya di dinding, dan kau membuatnya pingsan.."
"Lalu apa yang kau perbuat? KAU MEMBAWANYA KE RUMAH SAKIT DAN BERKATA ITU BUKAN SALAHMU!"
"SEKARANG LIHAT APA YANG TERJADI! AZUKI MENGALAMI KANKER OTAK STADIUM TIGA DAN HIDUPNYA TINGGAL 1 MINGGU!" Semua orang yang mendengar dan melihat membelalakkan mata, termasuk Kiku.
Matcha membuang muka. Ia lalu menghadap ke arah Kiku lagi.
"Kau. Kau perempuan terbangsat dan perempuan yang paling tak tau diri yang pernah kulihat!" teriak Matcha, dengan penuh emosi dan kekesalan.
"Aku tak akan bermain denganmu. Aku hanya ingin mengotak-ngatik sedikit saja bagian luarmu, karena aku bahkan sudah muak melihatmu." Matcha duduk di lantai dan mengeluarkan pisau-pisau Kiku yang tadi ia ambil.
Sedangkan Kiku, ia mengeluarkan keringat dingin dan ketakutan akan perubahan sifat Matcha yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
"Aku mohon.. Maafkan ak- AKHH!" Matcha menguliti kaki Kiku.
Setelah menguliti kaki Kiku, Matcha menggenggam kakinya dan menatapnya.
"Kaki ini.. Kaki yang membawa kau ke rumah Azuki. Kaki ini tidak pantas berada di sini!" Matcha memotong kedua kaki Kiku dan melemparnya ke sembarang arah.
"Jangan– AAAAAKHHHH!"
"Kau berisik sekali!" Matcha mengambil lakban yang entah kenapa bisa ada di kantongnya, lalu menempelkannya pada mulut Kiku.
Matcha lalu berlanjut ke tangan Kiku.
"Tangan ini. Tangan yang sudah menyakiti Azuki, mencekek Azuki, membenturkan kepala Azuki. Tangan ini juga tak pantas berada di sini!" Matcha tidak memotong tangan Kiku, tapi ia memotong jari-jari Kiku. Jari-jarinya dipotong lagi lebih banyak sehingga darahnya berceceran. Bau darah sangat tercium, tapi tidak dihiraukan oleh Matcha.
Ia lalu berlanjut ke muka Kiku. "Aku lelah. Ini sepertinya yang terakhir."
"Oh ya, aku tak akan membunuhmu. Aku juga ingin menjadi seperti Azuki yang tak mudah membalas dendam dan mudah memaafkan orang." kata Matcha. Ia membuka lakban pada mulut Kiku.
"Minta maaflah pada Azuki!" Kiku menggeleng.
"Kau tak mau?"
"A-apa.. yang.. akan.. kau lak– KYAAAA!" Muka Kiku dicoret-coret oleh Matcha dengan pisau. Muka Kiku menjadi berantakan dan terdapat darah di mana-mana.
"Minta maaf. Pada. Azuki."
"Atau kucabut bola matamu dan kupotong lehermu." Kiku tidak bisa mengelak.
"A-Azuki... A-aku.. Minta maaf.." kata Kiku terputus-putus.
"Nah, begitu. Dan.. Minta maaf jugalah pada semua orang yang telah kau sakiti dan kau lukai!" teriak Matcha.
"Minna.. G-gomennasai.."
"Dengan begini, aku tak akan menyakitimu lagi." Matcha membopong Kiku dan membantu Kiku berdiri.
Semua guru dan murid yang menyaksikan pun keluar dari tempatnya. Mereka senang dengan Kiku yang mau bertobat dan juga terharu dengan Matcha yang mau memaafkan.
Semua pun langsung membantu Kiku dan membawanya ke rumah sakit. Matcha juga tak mendapat omelan satu pun dari guru maupun teman-temannya.
"Matcha-san.. Kau hebat sekali.."
"Aku ingin menjadi yandere, ajarkan aku!"
"Aku ingin kuat seperti kau,"
"Matcha, arigatou." Azuki tersenyum pada Matcha.
"Douitashimashite." Matcha membalas senyumnya.
"Kau harus kuat menghadapi operasimu. Benar kan, teman-teman?" tanya Matcha.
"UN! GANBATTE NE, AZUKI-CHAN!" teriak semua yang di sana.
"Arigatou gozaimasu, minna-san, Mat-chan. Aku akan berusaha, meski persentase selamat cuman 10%."
"Make nai, Azuki." kata Matcha.
"Ganbaruu!" teriak teman dekat Azuki dan Matcha, Yosano Yuzu dan Ono Koume. Yuzu memiliki rambut berwarna honeyblonde sebahu dan berkacamata, sedangkan Koume memiliki rambut berwarna pink muda pendek.
"Aku akan menang. Tenang saja, Mat-chan, Yuzu-chan, Ume-chan!" Azuki memeluk mereka bertiga sekuat mungkin.
"U-ugh.. Deathhug.."
"Eh? Gomennasai!"
~Owari~
.
.
-Omake- XD
"Dia akan selamat.. Dia akan selamat.." Matcha berjalan bolak-balik di depan ruang operasi, dengan muka khawatir.
"Dia pasti selamat Matchacha!" kata Koume.
"Hei, Matchacha? Nama apa itu?!" Matcha tidak terima namanya diubah menjadi seperti itu.
"Nama itu bagus juga, Ume! Aku setuju kalau namamu jadi Matchacha!" dukung Yuzu.
"Yang kita pikirkan sekarang bukan itu!" balas Matcha.
"Tenang Matchacha, pasti dia berhasil~" kata Koume dan Yuzu.
"Benar. Pasti dia berhasil," kata Matcha, dengan muka serius.
"Boo."
"KYAAAAAAAA!" teriak mereka bertiga. Suara mereka sangat kencang, kecuali Matcha yang sepertinya kaget karena teriakan Koume dan Yuzu.
"Azuki?"
"Azuki-chan?"
"Azuki-channnn!"
"Yap, benar. Aku berhasil. Arigatou gozaimasu, ini berkat dukungan kalian semua!" Azuki tersenyum.
Matcha, Koume, dan Yuzu pun meloncat-loncat. Mereka senang karena Azuki berhasil, terutama Matcha yang hatinya kembali menjadi tenang.
.
.
Yap minna, ini cerita buat Minor Chara Paradise!
Sebenernya ada 1 lagi cerita, cuman lagi dalam proses xD
Karena aku kepikiran ide baru lagi, aku pun ngebuat ini /plak
Arigatou udah mau baca! n.n
*note : sifat-sifat karakter di sini, kebanyakan aku ikut dari Vocaloid Wiki-nya, contohnya kayak sifat Matcha yang suka bikin fanzine sama doujinshi, Azuki yang terbuka dan suka berpikir positif, etc.* cx
