©sachimalff

standard disclaimer applied

oh sehun – lu han

friendship – slice of life – cliche – fluff

o—o—

babies

Mrs Lu tidak bisa mengontrol mulutnya yang selalu mengomel tentang betapa ia sudah sangat sibuk, rumah yang masih kotor, cucian belum kering, tetangga yang akan selalu berteriak ketika mendengar Luhan kecil menangis, dan sekarang—oke, Luhan memang menangis di gendongannya. For God's sake, Luhan yang menangis adalah salah satu kelemahan Mrs Lu yang takkan bisa ia tangani dalam waktu sekejap.

Oh tentu saja. Bagaimana ia bisa menangani mata bening yang bersinar cerah itu berlinang air mata? Bahkan ketika si kecil Luhan berteriak dalam suara nyaring dan memanggil—"mama! Mama!", Mrs Lu tak bisa melakukan apa-apa kecuali menggendongnya dan menjerit dalam hati.

Mempunyai anak manis memang menyusahkan—pikirnya.

"Oke, Luhan. Mama menyerah. Kau tahu kalau ayahmu pasti akan marah kalau tahu rumah berantakan seperti ini ketika dia pulang, dan karena kita tidak bisa menyewa pembantu, maka mama harus menyelesaikannya sendiri. Kau tahu mama tidak bisa menangani ini semua jika kau terus saja merengek seperti ini dan tak mau lepas dari gendongan mama asdfghjkl—"

"MAMA~~~~~"

"Oke-oke. Astaga Luhan!"

Dan Luhan mengeluarkan jurus puppy eyes miliknya untuk menatap sang ibu.

Mrs Lu mendesah mengetahui bahwa inilah kekalahan yang harus ia pikul. "Kau ingin apa?"

Luhan masih terisak kecil dan ia mengusap air mata yang menggenang di ujung matanya. Dengan suara lirih dan terbata-bata khas anak bayi, ia berseloroh—"Hun..."

Mrs Lu memutar matanya bosan, harusnya ia sudah tahu hal itu.

.

.

.

Tok tok.

Tok tok tok.

"Sebentar."

Tok tok tok tok tok tok tok tok!

"IYA SEBENTAR!"

Mrs Oh menggerutu sambil berlari kecil menuju pintu depan rumahnya, mengabaikan celemek yang masih bertengger di tubuhnya.

Tok tok tok tok—

Cklek—dan pintu terbuka.

Menampilkan sosok Mrs Lu yang sedang nyengir nista dengan anaknya—Luhan, dalam gendongan, sedang memegang mainan yang sudah basah terkena air liurnya sendiri.

Mrs Oh memutar matanya bosan. "Aku bisa mendengar ketukanmu, Mrs Lu."

"Oh—bukan aku yang mengetuk, tapi Luhan yang membenturkan mainannya ke pintumu, Mrs Oh."

Mrs Oh memutar matanya bosan ketika ia melihat pintunya yang sudah terkena basahan air liur Luhan, kemudian menghela napas pelan. Sejurus kemudian, ia membuka pintunya lebar-lebar, kemudian mempersilakan mereka masuk ke dalam.

"Wow, rumahmu rapi sekali." Mrs Lu berjalan pelan sembari mengamati seisi ruangan di sana. Mrs Oh mengikuti dari belakang dengan senyum bangga.

"Tentu saja."

Mrs Lu mendesah kecewa ketika ia melihat Luhan dalam gendongannya. "Jika saja Luhan setenang Sehun dan tidak menangis semenit sekali, aku pasti juga bisa membereskan rumah."

Mrs Oh mendengus meremehkan di belakangnya, mengetahui bahwa menyuruh Luhan diam adalah hal yang mustahil di lakukan.

"Ada apa kalian kemari?"

Mrs Lu berhenti berjalan, kemudian berbalik dengan cengiran yang membuat Mrs Oh jengah.

"Luhan merindukan Sehun."

Wanita yang satunya mengeluarkan dengusan kentara, kemudian mengibaskan tangannya ke udara. "Jangan terlalu dekat dengan Sehun, dia sudah kujodohkan dengan bayi perempuan lain," katanya sambil menyeret tangan Mrs Lu untuk mengikutinya ke kamar Sehun.

Ibu Luhan mendecih sebal. "Anakku juga akan tumbuh menjadi pemuda tampan yang akan segera menjadi rebutan wanita-wanita di sekolahnya."

Mrs Oh berhenti sebentar, kemudian menoleh menatap Luhan yang anteng memainkan mainan joroknya. Ia meneliti wajah mungil Luhan, bagaimana ia mengerjap lucu dan tertawa, memperlihatkan bibir mungil dan satu buah gigi yang hampir tumbuh. Melihatnya, membuat Mrs Oh hampir saja memujinya.

"Kupikir dia itu imut."

"Manly."

Mrs Oh memutar bola matanya bosan, mendengar bagaimana Mrs Lu ngotot menyebut anaknya akan menjadi manly dengan muka lucu seperti itu.

Mrs Oh lanjut berjalan, mengitari tangga dan ketika mereka sampai pada sebuah pintu kamar, Mrs Oh membukanya perlahan.

Di dalam sana, mereka melihat sesosok bayi mungil yang sedang duduk anteng di atas karpet cokelat tebal dengan mainan boneka kayu kecil dengan tokoh teletubbies. Tokoh Lala sedang ia benturkan pada tokoh Dipsy dan sosok Sehun itu mengeluarkan geraman kecil.

Luhan langsung melonjak-lonjak riang di dalam gendongan ibunya, memekik keras—"Hun! Hun!"

Dan hal itu membuat Sehun, yang semulanya tenang dengan mainannya, menoleh ke arah pintu masuk dan memasang wajah datarnya seperti biasa sepersekian detik, kemudian beberapa detik kemudian, ia baru menyadari bahwa di sana, ada Luhan dalam gendongan sang ibu.

Tangan Sehun menggapai-gapai ke arah Luhan, sambil berteriak, "Han!"

Mrs Oh mengeluarkan helaan napas seperti biasa, dan Mrs Lu langsung melepas gendongannya pada Luhan, membiarkan sang anak merangkak ke arah Sehun.

Kedua ibu itu melihat dengan mata yang berbinar bagaimana si kecil Luhan merangkak ke arah Sehun, dan Sehun yang mencoba menggapai-gapai udara, memberi sinyal untuk Luhan agar merangkak lebih cepat.

Ketika si kecil Luhan berada tepat di depan Sehun, ia segera meraih tubuh kecil Sehun dan menangkapnya erat, memeluknya dalam sekali tarik.

Sehun dan Luhan tekekeh imut ketika salah satu dari mereka menarik baju yang lain, lalu menggoyang-goyangkan tubuh yang lain. Sehun langsung menyambar boneka kayu Tingkywingki dan Po-nya untuk diserahkan kepada Luhan.

"Luhan menangis lagi dan menginginkan Sehun. Mungkin aku akan meninggalkannya di sini beberapa saat. Kau tak keberatan, kan?"

"Sebenarnya keberatan."

Mrs Lu menatap lawan bicaranya malas. "Memangnya Sehun tak pernah mencari Luhan?"

"Mencari, sih," jawab Mrs Oh sembari menggaruk tengkuknya dan nyengir kecil. "Tapi karena Mrs Do kesini, aku langsung membawa anaknya untuk bermain bersama Sehun."

Mrs Lu tak bisa menahan matanya untuk tak terbelalak besar. "Anak Mrs Do? Bocah bermata besar yang selalu berliur itu? Siapa namanya? Kyuna? Kyengsa? Kyu—"

"Kyungsoo," koreksi Mrs Oh.

"Kau tega membiarkan bocah itu menjadi orang ketiga?"

"Oh, Mrs Lu, kau berlebihan."

"Lihat," kata Mrs Lu sambil memegang kepala Mrs Oh untuk di arahkan ke tempat di mana Sehun dan Luhan sedang bermain boneka kayu minimalis. "Bukankah mereka manis?"

Mrs Oh sudah tahu jika Sehun dan Luhan adalah anak-anak yang manis, dan ia juga tak keberatan dengan kedekatan dua bayi itu. Sehun nampak sangat senang ketika Luhan berada di sampingnya, begitupula sebaliknya.

Mrs Oh mendesah pasrah ketika bahkan ia juga menyadari bahwa Luhan dan Sehun sangat manis.

"Padahal aku masih ingin menimang cucu."

"Kalau begitu, berikan Sehun adik perempuan, bukankah itu adil?" jawab Mrs Lu spontan sambil menaik-turunkan alisnya, menggoda wanita yang lain.

Mrs Oh merona mendengarnya, kemudian menggeram rendah sambil berbalik dan berjalan kembali ke dapur, mengabaikan Mrs Lu yang berteriak memanggilnya dan melupakan dua sosok bayi yang tengah asyik bermain di dalam kamar Sehun.

.

.

.

tbc

a/n : terispirasi dari fanfiksi nana di fandom anime sebelah. Bercerita tentang bagaimana Sehun dan Luhan menjalin hubungan friendship hingga (maybe) romance kekeke~ chap satu perkenalan dulu ya sama ibu-ibu somplak itu~ chap selanjutnya mungkin ketika mereka toddler. Dan selanjutnya ketika mereka masuk fase sekolah, dll~ kesinambungan cerita dan gaps nya berada dalam tiap chap, maksudnya, di tiap chap, mereka udah berkembang dan berganti umur. Saya ingin membuat fanfiksi yang fluff dan bisa menjadi pengobat bagi semua yang kangen mereka /nangis/ makanya saya mencoba buat ini. semoga bisa end dan gak gantung. Berhubung sekarang saya punya tiga hari libur di tiap minggunya, saya akan berusaha untuk melanjutkannya! Yosh!