Hermione duduk di kursinya sambil mengaduk-aduk jus jeruk yang di pesannya, sesekali dia mengedarkan pandangan ke sekeliling dan berlama-lama saat memandang jendela lalu dia akan mengecek arloji dan menghela napas kesal. Sudah satu jam berlalu dengan tiga gelas jus jeruk sudah dia pesan tapi sosok yang dia tunggu belum menunjukkan tanda-tanda kehadirannya sama sekali. Hermione baru menimbang-nimbang untuk meninggalkan tempat itu saat sosok pemuda berambut hitam berantakan masuk ke ruangan dengan tergesa-gesa, mengedarkan pandangan dan langsung menghampiri Hermione.
" Harry! Kau membuatku menunggu satu jam penuh!" sembur Hermione sebelum Harry menarik napas untuk bicara.
" M-Merlin..Hermione…" Harry mulai bicara dengan terengah " A-Aku benar-benar minta maaf" dia menambahkan lalu duduk di hadapan sahabatnya itu.
" Berikan aku alasan yang pantas untuk membuatku menunggu satu jam, Harry" kata Hermione yang masih kesal
" Aku mendapat panggilan mendadak tadi" jelas Harry, mengenyakkan diri di kursi di hadapan Hermione " Ada penjahat yang kabur dan butuh lima Auror untuk menangkapnya"
" Kenapa butuh sebanyak itu?" Hermione menyipitkan mata, curiga.
" Karena dia punya sandera" jawab Harry " Butuh nyaris satu jam menyelamatkan sandera itu sebelum kami memberinya Mantra Bius" dia menambahkan " Well, satu jam menegangkan karena penyihir itu mempunyai pisau Muggle yang ujungnya dia tempelkan di leher sandera jadi kami tak punya banyak ruang bergerak"
Hermione mendengus tanpa keriangan dan kembali menyedot jus jeruknya, mempunyai sahabat seorang Auror yang sangat di unggulkan benar-benar merepotkan. Rasanya Harry selalu di turunkan untuk menangani macam-macam kasus, mulai dari yang berat hingga yang rasanya terlalu mudah bahkan bisa dikerjakan anak kelas tiga Hogwarts.
" Kau marah padaku?" tanya Harry, memandang Hermione dengan tatapan yang merasa bersalah " Aku benar-benar minta maaf, aku tak bermaksud membuatmu lama-lama menunggu"
Hermione menghela napas kecil dan memandang Harry, melihat bahwa mata hijau emerald itu sungguh-sungguh memancarkan rasa bersalah dan minta maaf mampu membuatnya luluh juga. Gadis itu tersenyum kecil pada Harry dan mengangguk mengerti, membuat Harry menghela napas lega.
" Waktu aku masuk, kupikir kau pasti sudah pergi" kata Harry, pelan " ternyata kau masih menungguku"
" Well, jika kau telat semenit saja mungkin aku memang benar-benar pergi"
" Merlin masih baik padaku kalau begitu" kekeh Harry, tersenyum ringan.
Hermione memandang penampilan Harry dan baru sadar bahwa pemuda itu nampak sangat berantakan. Masih ada debu di wajah dan jubahnya, ujung jubahnya nampak masih ada lumpur kering dan itu membuat Hermione terkekeh pelan.
" Apa yang lucu?" Harry mengangkat alis
" Merlin, Harry, penampilanmu" kekeh Hermione " Jangan bilang kau langsung kemari setelah menangkap penjahat itu sebelum membersihkan dirimu sendiri" dia menambahkan
" Tentu saja aku tak sempat membersihkan diri kalau mengingat aku bisa di bunuh oleh sahabatku jika lebih telat lagi dari ini"
Mereka tertawa pelan, Harry menggumamkan Mantra Pembersih dan seketika penampilan jauh lebih bersih dari sebelumnya.
" Aku bosan di sini" gumam Harry " Jalan-jalan?"
" Oh, baiklah, Mr Potter" Hermione tersenyum kecil dan bangkit berdiri.
Harry membantunya memakai mantel lalu mereka berjalan keluar dari rumah minum itu. Jalanan Diagon Alley sudah mulai di tutupi salju dan banyak penyihir yang lalu lalalng. Hermione bisa merasakan tangan Harry yang mengenggam tangannya erat, membuatnya merasa nyaman.
" Harry!" tiba-tiba terdengar suara seseorang
Sontak Harry dan Hermione menoleh dan seketika gesture tubuh Hermione agak menegang melihat sosok gadis berambut hitam yang tersenyum pada Harry. Cho Chang, mantan kekasih Harry. Cho nampak masih sangat cantik dengan wajah agak oriental dan rambut hitam serta kulit mulus, dia tersenyum manis pada Harry.
" Cho! Lama sekali aku tidak melihatmu" kata Harry, balas tersenyum ketika gadis itu menghampiri mereka.
" Ya, aku sekarang di Irlandia dan mendaftar ke The Tonados, aku di terima jadi manager The Tornados sekarang" jelas Cho " Oh, hai, Granger"
" Chang" Hermione mengangguk dan tersenyum kecil pada senior mereka dari Ravenclaw semasa Hogwarts itu.
" Kalian pacaran?" Cho mengangkat alis melihat tangan Harry dan Hermione yang bertautan itu.
" Tidak" kata Harry dan Hermione dengan cepat sementara semburat merah merona di pipi kedua insan ini.
" Oh, aku mengerti" Cho mengangguk dan tersenyum lagi " Kapan-kapan boleh aku berkunjung ke tempatmu, Harry? Kudengar kau jadi Auror"
" Begitulah, silakan berkunjung" Harry tersenyum pada gadis itu dan entah kenapa Hermione merasa ada sesuatu yang berat di hatinya.
" Sampai jumpa kalau begitu" Cho mendekat dan mengecup pipi Harry sebelum pergi ke gang dan ber-Apparate.
" Dia masih sangat cantik ya?" kata Hermione, melepas genggaman Harry lalu berjalan lebih dulu menelusuri jalanan Diagon Alley, meninggalkan pemuda berkacamata itu.
" Hermione, tunggu aku" kata Harry sambil buru-buru mengejar gadis itu.
Hermione mendengus tanpa keriangan saat Harry dengan agak terengah berhasil menyusul dan berjalan disampingnya.
" Ada apa, Mione? Kau tidak biasanya seperti ini" komentar Harry
" Harry, aku baru ingat ada laporan yang belum ku urus" gumam Hermione " Aku pulang duluan" dia menambahkan sambil masuk di gang terdekat.
" Mau ku temani?" Harry meraih lengan Hermione dengan cepat.
" Tidak usah, aku bisa sendiri" Hermoine hanya tersenyum kecil tapi Harry masih belum melepas cengkramannya.
Harry memandang mata coklat hazel Hermione lalu Hermione merasa ada kecupan hangat mendarat di pipinya sebelum Harry melepas cengkramannya.
" Hati-hati" kata Harry, pelan
Hermione yang merasa wajahnya memanas hanya mengangguk sebelum ber-Apparate menghilang dari jalanan Diagon Alley itu. Hermione langsung muncul di ruang kerja sahabatnya, Vanessa Roother, yang bekerja sebagai Detektif di Dapartemen Misteri. Kemunculan mendadak Hermione sukses membuat Vanessa nyaris menumpahkan Butterbear yang diminumnya.
" Hermione! Merlin, kau membuatku kaget!" kata Vanessa yang tersentak melihat Hermione tiba-tiba muncul di depan meja kerjanya.
Hermione tidak mengubris sahabatnya itu lalu mengenyakan diri di sofa dan memejamkan mata seperti orang yang sangat kelelahan. Rasanya dia benar-benar tidak senang melihat Cho tadi muncul saat dia sedang jalan-jalan dengan Harry, dia tidak suka cara Cho tersenyum manis pada Harry dan mengecup pipi pemuda itu.
" Ada apa? Harry tidak datang?" tanya Vanessa saat Hermione membuka matanya.
" Dia datang" gumam Hermione, pelan
" Lalu apa masalahnya?" tanya Vanessa " Dia membuatmu sebal?"
" Yeah" Hermione mengangguk " Tadi kami bertemu Cho Chang"
" Chang?" Vanessa mengangkat alis " Lalu apa yang terjadi?"
" Dia mengobrol dengan Harry lalu mengatakan dia akan mengunjungi Harry dan dia mengucapkan sampai jumpa dengan mengecup pipi Harry" gerutu Hermione " Maksudku, ada aku disana dan dia hanya mengucapkan hai padaku sementara dia bermanis-manis pada Harry, benar-benar cewek menyebalkan dan –"
" Jadi, kau cemburu?" Vanessa tersenyum iseng pada sahabatnya itu.
" Apa? Cemburu? Tentu saja tidak!" kata Hermione dengan wajah memerah " Harry hanya sahabatku, bukan kekasihku"
" Oh, Hermione" Vanessa menutup laporannya lalu duduk di samping gadis itu " Kau dan Harry itu benar-benar tidak peka" dia menggeleng-geleng.
" Apa maksudmu?" kata Hermione
" Kau cemburu, Hermione, kau cemburu melihat Cho dengan Harry" kata Vanessa " dan kau takut Cho merebut Harry, kan? Kau bahkan langsung ber-Apparate ke sini dan menceritakannya padaku setelah melihat Cho mengecup pipi Harry, kau sedang cemburu"
" A-Aku tidak…"
" Ya, Hermione, kau cemburu pada Harry" tegas Vanessa
" Tidak, aku –"
" dan kau tidak bisa menyangkal"
" Van –"
" Oh, aku tahu kau –"
" Aku bukan kekasihnya, Van" potong Hermione " Dia sahabatku"
" Hermione, aku sering memperhatikan kau dengan Harry" kata Vanessa " Cara kalian bicara, cara kalian memandang dan cara kalian mempedulikan satu sama lain itu bukan hanya sekedar ikatan persahabatan, aku yakin kalian mulai jatuh cinta satu sama lain" dia menambahkan.
" Aku tak yakin, Van" gumam Hermione, menggigit bibirnya pelan " Aku akui, kurasa aku punya perasaan lebih pada Harry" dia menghela napas sementara Vanessa tersenyum " tapi aku tak yakin Harry punya perasaan yang sama padaku"
" Aku yakin Harry juga jatuh cinta padamu, Hermione" balas Vanessa ringan " hanya saja kalian tidak menyadari perasaan itu tumbuh diantara kalian berdua" dia menambahkan
" Vanessa, Cho jauh lebih cantik ketimbang diriku, maksudku, Harry bahkan pernah kencan dan ciuman dengannya!" kata Hermione lagi.
" Lebih cantik?" Vanessa mendengus lalu bangkit dan menarik Hermione bangkit.
Hermione melihat Vanessa membuka lemari mantel yang di baliknya ada cermin besar.
" Sekarang lihat" Vanessa menunjuk pantulan diri Hermione " Hermione, kau cantik, kau punya rambut coklat bergelombang dan mata coklat hazel yang indah, kulitmu putih bersih dan yang terpenting adalah kau sangat menyenangkan setiap orang yang bersamamu, itu lebih dari cukup untuk menjelaskan alasan Harry jatuh hati padamu!"
" Van, kau tidak mengerti" gumam Hermione " Maksudku, aku takut apa yang kurasakan ini malah merusak persahabatan kami" dia menambahkan
" Oh, ayolah, Mione" Vanessa melipat kedua tangannya di dada " Lalu kau pikir bagaimana kau dengan Victor Krum? Kalian masih bersahabat meskipun sudah putus, kan?" dia mengangkat alis.
" Tapi Harry sahabat terdekatku selain kau dan Ron, Victor masih tidak sedekat diriku dengan kalian bertiga" gumam Hermione, pelan.
" Kau terlalu banyak memikirkan hal yang seharusnya tidak perlu kau cemaskan" gerutu Vanessa "
" Well, maaf jika aku selalu berpikir sebelum bertindak" Hermione memutar bola mata.
" Aku tahu kau tidak mau salah langkah, tapi ayolah, kita berbicara soal kau dan Harry" kata Vanessa, frustasi " Kalian akan jadi pasangan yang manis, Hermione"
" Sudah ku bilang, dia sahabatku" Hermione melipat tangannya.
" Baiklah kalau kau bilang begitu" Vanessa ikut melipat tangannya " Biar aku tanya padamu, apa warna mata Ronald?"
" Ron? Biru" jawab Hermione, singkat.
" Victor?"
" Um…kurasa hitam" gumam Hermione, berusaha mengingat-ingat " Yah, hitam"
" Harry?"
" Hijau terang tapi aku selalu merasa seperti melihat batu zamrud, dia punya hijau yang sangat cemerlang namun jika kau melihatnya baik-baik maka kau bisa melihat pinggiran dengan hijau yang sedikit lebih gelap" Hermione tersenyum sambil terus menjelaskan " oh, dan matanya lebih bersinar setiap kali kami membicarakan hal yang dia sukai seperti Quidditch"
" O…kay" Vanessa tersenyum penuh arti
" Kenapa kau tersenyum seperti itu?" Hermione menyipitkan matanya. " kau menyimpulkannya hanya dari warna mata? Kau benar-benar detektif handal" Hermione, cemberut sementara Vanessa mengangkat alisnya.
" Apa kau menantangku, Granger?" Vanessa menyeringai
" Van, kau tidak membantu" rengek Hermione " Kau membuatku semakin pusing"
" Kau hanya perlu mengaku kalau kau jatuh cinta pada sahabatmu. Selesai"
" Huh" Hermione kembali menjatuhkan dirinya di sofa sementara Vanessa tertawa pelan melihat sahabatnya itu " Yah, tertawalah sementara aku disini merana"
" Hermione, kau terlalu banyak berpikir" Vanessa mengetuk kepala gadis itu
" Apa maksudmu?"
" Kau jatuh cinta pada Harry Potter, Hermione" Hermione terdiam dan menelan ludah.
