Ya~ Ha~ Ugly Doll ™ here! Ini fic kedua saya!!!!! Anywey, yang udah review di fic abal nan gajhe sebelumnya, terimakasih ya! Semoga kalian semua bisa masuk surga. Amiin. (halah) Nih fic saya dapatkan setelah tidur siang panjang habis pulang sekolah. Tiba-tiba aja waktu bangun tidur udah kepikir, "TAKERU!" Yaudah, buat ajalah jadi fic.
Olrait, langsung aja deh dilahap. Semoga berkenan dihati readers semua. (lebay mode : ON) Happy reading!
WARNING : aneh, abal, gaje, bikin stress, bikin bt, bikin ilfeel. –saya udah warning loh :)-
----o0o----
Feeling, baby
Just feel it
Don't think
Love wouldn't come when you think about it
Just feel it
Like you smell this autumn wind
----o0o----
Ugly Doll™ Present
Towards One Thousand Night
Charapter 1
Two Boy, Two Love, One Girl
An Eyeshield 21 Fanfiction
Hiruma Youichi-Anezaki Mamori-Yamato Takeru's
Triangle Love Story
~Mamori POV~
Aku menguap lebar-lebar. Clubhouse Univ. Kyoto hari ini sangat dingin. Apalagi mengingat hari ini adalah 2 bulan sebelum Natal. Aku segera membereskan strategy card yang dipesan Hiruma. Strategy card sejumlah 150 buah ini aku kerjakan dari kemarin karena kalau tidak kutumpuk hari ini juga, Hiruma-kun pasti akan marah besar. Tapi walaupun begitu, aku belum tidur semalaman. Tentu saja karena sibuk mengerjakan 'pekerjaan' yang diberikan Hiruma-kun kepadaku.
"Bip-bip… bip-bip… You've got a mail!!" tiba-tiba HP-ku berdering menandakan aku mendapat e-mail. Aku meraih HP-ku yang agak jauh dari posisiku berada saat ini. Ah, benar yang kuduga. Mail dari Hiruma-kun.
"Kutunggu didepan gedung fakultas bahasa jam 10. Jangan sampai terlambat." Aku tersenyum melihat mail dari Hiruma. Bukannya aku senang mendapatkan mail dari Hiruma. Bukan. Aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Yang membuatku senang adalah karena masih ada 2 jam sebelum jam 10. Aku bisa tidur 2 jam! Memikirkan kalau aku bisa tidur saja membuatku senang.
Aku menguap lagi lebar-lebar dan mulai tidur. Walaupun hanya dimeja, tapi rasanya menyenangkan bisa tidur walau hanya sebentar.
~End of Mamori POV~
___o0o___
~Takeru POV~
Dingin sekali hari ini. Benar-benar dingin. Aku sebenarnya tidak ingin latihan, tapi mengingat Rice Bowl tinggal 2 bulan lagi, aku tidak bisa libur latihan satu jam pun. Aku merapatkan jaketku agar lebih hangat sambil berjalan menuju clubhouse.
Saat hampir sampai, ternyata pintu clubhouse sudah tidak dikunci. Mungkin sudah ada orang yang datang lebih dulu dari aku. Ah, kalau begitu, itu lebih baik. Berarti aku tidak sendirian di clubhouse.
Aku menggeser pintu clubhouse dengan hati-hati karena sepertinya masih sepi. Saat aku masuk, yang aku lihat hanyalah sosok seorang wanita yang sedang duduk dengan kepala tertunduk dimeja. Aku tersenyum melihat sosok wanita berambut coklat itu. Siapa lagi kalau bukan primadona sekolah, nona Anezaki?
Aku akui, dia memang sangat cantik. Rambutnya yang wangi, lembut, dan tergerai indah, mata birunya yang indah, kulit putih mulusnya yang bagai mutiara dan… ah.. ha ha. Mungkin penjelasan yang terlalu detail seperti itu sangat memalukan.
Aku mendekati Anezaki dengan hati-hati. Aku bertanya-tanya dalam hati apa yang sedang dia lakukan. Jika wanita duduk dengan posisi seperti itu, ada dua pilihan. Kalau tidak sedang menangis, pasti sedang tidur. Saat aku menegok wajahnya, matanya terpejam dan terdengar suara dengkuran lembut dari mulutnya. Ah, ternyata dia sedang tidur.
Aku melihat sekeliling clubhouse. Sudah bersih dan wangi wipol. Bukan hanya itu, sudah tersedia 20 gelas hot chocolate diatas meja yang pasti dibuat oleh Anezaki-san untuk anggota klub Amefuto. Dan… oh. Ada kartu strategi rahasia yang ditugaskan Hiruma-shi untuk Anezaki-san.
Begitu ya. Dia tertidur di clubhouse karena kelelahan. Belum lagi dia harus menyelesaikan proposalnya untuk semester ini. Dia memang pekerja keras. Dan itu salah satu alasan mengapa aku mengaguminya. Kupikir, tidak sopan meninggalkan gadis secantik dan segiat Anezaki-san sendirian tanpa suatu imbalan apapun. Jadi, kuputuskan untuk membuat hot chocolate keahlianku. Lagipula, minuman musim seoerti ini memang yang paling enak adalah Hot Chocolate a la Yamato.
Setelah selesai membuat hot chocolate dan meletakkan cream puff sisa kemarin, aku menyelimuti Anezaki-san dengan jaketku. Yah, walau tak akan sehangat selimut, tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali.
Aku sekali lagi melongok wajah manis Anezaki-san. Entah kenapa, wajahku terasa memerah. Setelah dilihat dari dekat, wajah Anezaki-san sangat sangat cantik. Wajahnya sudah bukan seperti makhluk dari bumi. Dia seperti malaikat. . .
Jantungku berdegup kencang. Lebih kencang daripada rekor lari 4.1 detik/ 40 yard. Aku menggenggam tangan Anezaki-san yang bebas. Perlahan aku mendekatkan wajahku pada wajah Anezaki-san. Jantungku makin berdetak tak beraturan saat bibir atasku bersentuhan dengan bibir atas Anezaki-san. Dalam hati, aku bersorak gembira bisa mencium gadis yang sangat aku sukai. Ayo, Takeru. Tinggal sedikit lagi. . . . .
Saat hendak mencium Anezaki-san dengan segenap keberanianku, aku memutuskan untuk menarik wajahku hampir 15 cm jauhnya dari wajah Anezaki-san. Mungkin itu hanya igauan, tapi bagaimanapun juga, aku merasa tak enak.
Aku melepaskan genggaman tanganku dari tangan Anezaki-san. Aku membelai rambutnya dan mengecup keningnya. Haah. Aku ternyata melakukan hal yang sia-sia.
~End of Yamato POV~
___o0o___
~Hiruma POV~
Yap. Jam 10 tepat. Oke, kalau Manager sialan itu belum muncul didepan gedung ini, akan kubunuh dia. Aku sudah menunggu kartu itu sejak kemarin, tapi dia tidak juga menyelesaikannya. Aku berjalan menuju kafetaria untuk membeli minuman hangat. Akhir-akhir ini, Kansai menjadi sangat dingin. Aku memesan 1 kopi panas dan 1 cappuccino. Jangan tanya mengapa aku membeli 2 minuman. Karena alasannya sangat memalukan.
Aku duduk menunggu didepan gedung fakultas bahasa seperti janji. Tapi walaupun kutunggu selama 15 menit, gadis itu tidak datang juga. Dasar sialan. Menghabiskan waktu sialan-ku saja. Aku mencoba meneleponnya lewat HP, tapi tidak diangkat juga sama gadis sialan itu. Oke, sekarang aku mulai curiga. (baca : khawatir) Biasanya dia tepat waktu dan tidak akan tidak mengangkat telepon dariku. Tapi. . .
Aku segera berlari menuju clubhouse. Jangan-jangan ada apa-apa disana. Kalau dia sampai mengalami hal-hal yang tidak-tidak, aku tak akan pernah memaafkan diriku sendiri. Dengan kasar, aku membuka pintu geser clubhouse dan berteriak sekeras-kerasnya. Meneriakkan apa? Namanya tentu saja.
"ANEZAKI!" saat aku berteriak, tenggorokanku rasanya seret. Tapi, hatiku tenang melihat pemandangan di clubhouse baik-baik saja. Aku melihat sekeliling dan menemukan gadis itu. Anezaki duduk dengan kepala tertunduk. Hm. Manager sialan ini pasti sedang tidur. Aku tahu dari jaket Yamato yang menyelimutinya.
Hmm… Yamato? Jangan-jangan dia sudah datang duluan. Aku mendekati Anezaki. Ha! Benar dia sedang tertidur. Didepan Anezaki juga sudah ada hot chocolate dan cream puff. Sudah pasti ada orang yang datang sebelum aku. Dan orang itu Yamato. Tapi, apa-apaan ini. Dia tidur dimeja, padahal sofa empuk saja ada. Apa dia bodoh? Memangnya meja itu lebih nyaman daripada sofa yang kubeli?
Perlahan aku memindahkan tubuhnya yang berat dari kursi ke sofa. Aku tak bisa membiarkan dia pegal-pegal karena tidur di meja. Siapa yang akan mengurusi anak-anak sialan itu? Setelah dia sampai dengan selamat disofa, aku menyelimutinya kembali dengan jaket Yamato yang. . well. . lebih wangi dan lebih hangat dari punyaku. Tapi, sepertinya kalau hanya jaket tidak terlalu hangat. Jadi aku menyelimutinya dengan syal rajutan-ku.
Aku tersenyum melihat wajahnya yang polos. Dasar manager sialan. Seharusnya kau bilang kalau kau tidak sanggup menyelesaikannya sendirian. Aku kan bisa membantumu. Jadi kau tidak akan mati kelelahan seperti ini. Dasar bodoh.
Aku mengacak-acak rambut coklatnya. Wangi sekali rambutnya. Aku berjongkok untuk melihat wajah polosnya dari dekat. Tapi, kenapa tiba-tiba aku blushing? Wajahnya memang cantik, tapi aku sudah terbiasa dengan wajah cantiknya. Lagipula aku kan sudah 4 tahun kenal dengan dia. Ah, dasar jantung sialan. Jangan berdetak kencang-kencang! Aku jadi nervous sendiri, jadi kutinggalkan saja dia. Lagipula dia tidak akan bangun dalam waktu 10 menit, jadi apa gunanya aku menungguinya? Seperti dia mau mati saja.
Saat aku mulai beranjak, aku merasakan ada yang menarik lengan jaket sialan-ku. Dasar gadis sialan. Ternyata dia yang menarik lengan jaket sialan-ku. Sepertinya dia ngigau. Aku mendekatinya sekali lagi. Mendengarkan apa yang dia igau.
Aku merasakan wajahku memerah saat mendengarkan apa yang dia igau. Aah dasar jantung sialan. Berhentilah berdetak sekencang ini! Tanganku bergetar hebat mendengarkan igauan gadis cantik itu. Aku menyentuh pipinya pelan-pelan. Aku mendekatkan wajahku pada wajahnya. Sialan. Jantungku benar-benar tidak berirama saat ini.
Aku tahu ini curang, yah, tapi aku memang selalu curang. Perlahan, aku menyentuh bibirnya dan menciumnya. Bibirnya licin dan rasanya seperti stroberi. Setelah sekitar satu setengah menit aku menempelkan bibirku pada bibirnya, aku melepaskannya dan meninggalkannya.
Aku menyeringai kecil mengingat apa yang dia igau tadi. Haah. Dasar konyol.
~End of Hiruma POV~
___o0o___
~Mamori POV again~
Mataku terbuka begitu saja. Kurasa tadi ada menyentuh tanganku. Dan, lagipula mengapa aku ada di sofa? Perasaan tadi aku tidur di meja deh. Lalu, apalagi jaket dan syal yang aku pakai? Apa sih sebenarnya yang terjadi saat aku tidur?? Kaaaaaahhh… aku tidak mengerti!
Aku beranjak dari sofa sambil masih memakai jaket putih dan syal hitam rajutan misterius yang tiba-tiba menempel padaku. Aku duduk kembali dimeja. Lagi-lagi aneh. Perasaan tadi aku membuat hot chocolate untuk 20 orang, tapi mengapa sekarang ada hot chocolate untukku ditambah cream puff? Ah sudahlah. Pasti tadi ada orang yang masuk kemari. Paling-paling kalau tidak Yamato-kun ya Hiruma-kun. Eh, tunggu. Yamato-kun dan Hiruma-kun?
Aku kembali melihat jaket yang kupakai dan syal yang juga menempel. Dan aku berteriak kencang. Aduh, bukankah jaket putih bersih nan hangat yang wangi musk ini milik Yamato-kun? Dan syal hitam rajutan yang wangi mint ini milik Hiruma-kun? Berarti, mereka melihat wajahku saat aku tidur? How embarrassing!
Aku melipat jaket Yamato-kun dan memasukkannya dalam lokernya. Aku menulis pada secarik kertas ucapan terimakasih atas jaketnya. Aku segera membereskan kartu strategi dan melihat jam. Aku tidak tahu sekarang jam berapa dan . . . astaga! Ini hampir jam 11! Aku bisa dibunuh Hiruma-kun! Aku bergegas menemuinya didepan fakultas bahasa. Aduuuh. Aku tak bisa memikirkan bagaimana wajahnya karena menunggu aku. Aduuuh…
~End of Mamori POV~
___o0o___
To be continued. . .
Hmm… gaje kah? Ending yang nggantung… segera diupdate. Tunggu saja. xD
Ngomong-ngomong, apa yang diigau Mamori sehingga membuat kedua cowok ganteng itu salting?
Case 1. Saat Yamato hendak mencium Mamori
"H. . . Hiruma. . .kun. . ."
Case 2. Saat Hiruma hendak meninggalkan Mamori
"H. . . Hiruma. . . kun. . . jangan pergi. . ."
ABAAALLL~~!! (Pundung)
Review please?
