Cerita ini dibuat dengan cepat pada hari ini juga tanpa di cek errornya, ini cerita juga sama sekali ga ada plotnya bisa dibilang keluar dari kepala bagaikan muntah(?) sama akhirnya setelah hilang dari dunia author fanfiction aku kembali lagi dengan one shot ini sebenarnya ada banyak di draft tapi belum kelar karena ide ga keluaran lagi pula selamat membaca hehehe

Warning: Don't like please Keep read it(?), oke ini agak OOC dari Belarus yang kalian tahu karena ini FF ada ku masukkan headcanon ku tentang Belarus, sama ini gak pakai plot ama belum di cek makanya hancur =_=;;


Musim semi mulai terlihat ketika es di negara kesayangannya itu mulai meleleh, dengan senyum yang tidak mengartikan apapun 'dia' menginjak salju yang mudah mencair itu tak lupa juga ia menyentuh salju yang menghilang begitu saja. Sudah lama perang telah berakhir tetapi luka akibat perang tersebut terus menghantui dirinya dan membuat dia merasa; merasa bahwa dirinya hanyalah boneka yang suatu saat akan mencair seperti salju yang ia pegang.

"Natalya..."

Kenangan pertama 'dia' sebagai nation adalah terakhir kalinya seseorang menyebut namanya dengan kasih sayang, bagikan musim semi yang anginnya kencang tapi membuat perasaan yang gembira, ia tersenyum dikarenakan nama itu; ia dengar dengan kehangatan dan perasaan bahwa dia adalah rumah kesayangan mereka.

Jaman terus berubah, semestinya juga dengan 'dia';'Belarus...,' tetapi selama perubahan tersebut ia tak pernah merasa berubah karena saat ia menyentuh dadanya untuk merasakan nadinya..., mereka terus berdegup lemah bukan kencang seperti yang lainnya. Ia juga belum bisa terbuka dengan keadaan yang ada tanpa ada bimbingan kakak-kakaknya. Terkadang walau ia terlihat tangguh, itu hanyalah kover belaka karena dia sama sekali penakut.

'Penakut' adalah kata yang tepat mengenai dirinya, ia takut dalam semua hal bahkan dalam berinteraksi biasa dengan 'penduduknya', ia tidak bisa luwes karena setiap kali ia mendengar balasan ia akan malu dan mengeluarkan muka masam sambil mencibir balasannya.

Tak kala juga 'Pemberani' adalah kata yang tepat untuk dirinya, karena mungkin dirinya tak merasa. Tetapi, ia berani berdiri untuk dirinya sendiri walau itu dipandang salah di mata orang lain ataupun berbahaya. Karena dia tahu konsekuensinya dan siap menerimanya, dia sangat menyayangi tanah dimana ia tinggal dan lahir, tanah dimana penduduknya berbahagia, bersedih, lahir dan mati.

Ketika tempatnya perang, ia tak bisa berpikir dengan jelas selain menghabisi siapapun yang menyentuh rakyatnya, berbagai cara ia pakai untuk menghabisi mereka;pada akhirnya rakyatnya juga ikut terkena; sehingga ia hanya bisa menutup mata untuk kabur dan melihat dunia lain yang lebih indah. Sayangnya semua itu hanyalah bayangan belaka, karena apa yang didepannya berbeda dengan apa yang ia pikirkan.

Belarus hanya bisa menatap ke arah langit yang berwarna merah darah sebagai bertanda malam akan tiba, air mata yang keluar membasahi pipinya yang terkena darah orang yang tak berdosa selain melakukan tugasnya, pertama kalinya... Ia hanya ingin orang mengatakan namanya dengan kasih sayang seperti waktu pertama kalinya ia menjadi nation.

'Natalya...'

Ketika perang berakhir, ia memutuskan untuk membunuh perasaannya karena jika ia terus mengeluarkan emosi itu hanya membuat dia capek dan ingin berhenti menjadi nation. Menjadi nation adalah kebanggaan kecil Belarus yang sejak awal tak mempunyai apapun, bahkan kedua saudaranya itu hanya muncul saat ia mengetahui tentang warisan Slavik dirinya. Bahkan senyumannya sudah mulai palsu sejak perang pertama kali ada ditanahnya. Semakin banyak emosi di hatinya;semakin juga ia ingin berhenti menjadi negara... Sejak itu juga ja mengunci hatinya.

"Kak..." Kata tersebut keluar saat ia melihat kakaknya Russia yang sedang istirahat, mungkin yang lain melihat dia sebagai orang yang menakutkan yang ingin menikahi kakaknya. Sebenarnya, ia lebih dari itu, "ada apa Natalya...?" Lantas Belarus mendekatinya dan memeluk kakaknya "..." Tanpa kata-kata pun Russia mengetahui maksud adiknya, ia tersenyum pahit dan mengelus rambut adiknya "yang sabar Natalya, sejak awal sejak perang hanya kau yang aku punya da" Belarus mengeratkan pelukanya dan membasahi baju Russia dengan air matanya, "Natalya kau tak tahu bertapa berharganya kau bagi diriku.." Russia mengangkat tubuh adiknya dan menidurkannya diranjang tak lupa ia mengecup keningnya dan mengelus lengannya "selamat malam Natalya.."

Semua orang tak menyadari bahkan kakaknya yang tertua mungkin tak menyadarinya, alasan mengapa ia tetap bersama kakaknya 'Ivan' bukanlah karena cinta sebagai pasangan, melainkan cinta yang ia rasakan ketika ia melihat anak kecil, Ivan di matanya seperti anak kecil yang berada di tubuh yang besar, polos tidak tahu apa-apa dan tatapan yang penuh rasa ingin tahu itu;membuat dirinya ingin berada disamping Ivan, kakaknya. Semua ajakannikah yang ia lakukan adalah bagian dari permainan kecil mereka dimana Russia akan berpura-pura takut dan kabur sedangkan dia' Belarus menjadi yang jahat, buat Ivan mungkin itu adalah mainan, buat Natalya itu adalah hal yang baik karena itu, Ivan yang semulanya malu bisa berinteraksi dengan mereka yang takut padanya. Diakhir permainan itu, Ivan mentraktir dirinya Vodka dan menceritakan interaksi dia dengan lainnya, canda dan tawa dapat terdengar dari mereka berdua.

Saat memikirkan nikah, ia terpikir bahwa dulu ia pernah menikah dengan Lithuania bersamaan dengan kakaknya Olga menikah dengan Poland, jujur hubungan mereka rukun sampai sekarang tetapi terkadang Lithuania membuatnya malu sehingga secara tak sengaja ia mematahkan jarinya Lithuania. Meskipun tak mengatakannya lima ia tahu kalau Natalya merasa salah sehingga ia terus memaafkannya, jika ia tidak memaafkannya, buat apa mereka dulu menjadi sepasang suami istri?

Saat memikirkan mereka dulu Natalya hanya bisa tertawa kecil karena semua itu berbeda dengan sifatnya yang sekarang, mungkin jika bosa kembali ia ingin kembali lagi seperti dulu, bukan waktu ia menikah dengan Lithuania, melainkan saat dia belum menjadi nation. Ia hanya bisa mengeluarkan nafas panjang karena apa yang terjadi tak bisa ditarik ulang. '!' Ia dapat merasakan ada seseorang yang mendekatinya.

"Ternyata kalau kau tertawa sangat manis ya" di langit yang senja, ia melihatnya yang mendatangi dirinya, dengan senyumannya yang khas ia duduk di sebelahnya, "kau tahu senja ini sangat cantik tetapi, ketika mendengar tawa kau walau kecil itu membuat senja ini menjadi sangat cantik seperti kedua bola matamu yang memandangku dengan rasa ingin tahu, kau tersenyum indah dengan tatapan itu.." Lantas kata-katanya yang memiliki godaan tersebut membuat rona merah muncul di pipinya sehingga ia menatap kebawah, ia ingin membalas omongnya dengan terima kasih tetapi kata-kata itu susah keluar dari mulutnya.

Dia yang melihat tingkah laku Natalya hanya tersenyum, "sama-sama" eh..? Kini ia;Natalya kembali melihat ke arah pria itu yang hanya tersenyum lembut, apakah dia bisa mengerti apa yang dia ingin katakan? Ah.. Entahlah, tetapi saat Natalya menatap wajahnya itu;ia tahu bahwa orang itu bisa mengerti dirinya.

"Kita belum berkenalan secara informal, namaku...

Kini pria itu berdiri dan mengulurkan tanganya kepada Natalya, dia lantas menggapai tanganya tak lupa memberikan senyumannya yang lama hilang kepada dirinya..

Christensen Andersen.."

Kini Christensen meninggalkan rona merah diwajahnya saya melihat senyuman Natalya, dan degupan yang kencang terhadapnya...

"Natalya Arlovskaya..."

Mungkin kini ia bisa mendengar namanya disebut dengan penuh kasih sayang dan kehangatan karena ia kembali menemukan rumahnya di hati..

"Salam kenal Christensen...