Romance and full of drama *
M *
ChanBaek *
BL *
IF YOU HATE BL OR SOMETHING LIKE THAT YOU SHOULD TAP CLOSE .
DON'T BASH, PLAGIAT AND FLAME IT .
ENJOY READ IT .
.
~PART 1~ FOR THE FIRST TIME .
Jepang,
(Chanyeol)
Ponsel terus saja bergetar di dalam saku tapi Chanyeol tidak bisa menghentikan rapat begitu saja untuk menjawab telephone yang sudah ia duga. Untuk kali ini saja, Chanyeol berharap kekasihnya ini bisa pengertian terhadapnya sedikit. Bawahannya tampak tidak nyaman dengan kebisingan yang ditimbulkan ponselnya itu. Pada akhirnya Chanyeol memutuskan untuk mengangkat panggilan itu setelah berjalan cukup menjauh.
"Oppa, Kau dimana? Filmnya sudah mulai dan aku masih menunggumu di depan teater."
Ya ampun! Soal janji kencan hari ini, Chanyeol hampir lupa. Bawahannya tetap setia menunggu meeting berlanjut tetapi sepertinya meeting sudah tidak bisa dilanjutkan lagi. "Disini sedang macet tapi sebentar lagi akan sampai. Kau tetap tunggu di depan. Jangan matikan telephonennya."
Memeriksa penampilannya sedikit, kelihatannya celana puntung yang dikenakannya sangat tidak singkron untuk kencannya. Chanyeol memberi kode pada Yesung untuk memberikan celana yang dikenalakannya. Ini gila tapi kedudukannya sangat membantu untuk mengancam Yesung yang sempat tidak setuju dengannya tadi.
Pegawai wanita yang ada disitu hanya melogo dan menyoraki mereka berdua saat saling bertukar celana didepan umum. Diujung telephone, Joy—kekasihnya—tetap mengoceh tidak jelas yang intinya terus memarahinya karena telat datang. Pekerjaan membuat pikiran Chanyeol terlalu fokus hingga melupakan janjinya pada Joy.
Melesat pergi meninggalkan gedung kantornya dengan berlari tanpa menimbulkan deru napas yang mencurigakan. Masuk kedalam mobil dan langsung saja tancap gas tanpa mempedulikan klakson mobil yang hampir ditabrak olehnya.
Jalan kota malam ini cukup ramai tapi tidak menghalangi Chanyeol untuk terus menambah kecepatan mobilnya menembus keramaian. "Sebenarnya kau dimana Oppa? Filmnya pasti bagus dan kita sudah sangat tertinggal."
"Tinggal satu belokan lagi sayang. Kau pakai baju apa?" hampir saja sebuah mobil menghantap kap mobilnya dari arah berlawan tapi beruntung Chanyeol dapat mengatasinya dengan baik. Sumpah serapah terus didapatkannya tapi untuk saat ini ia tidak peduli.
"Aku persis di depan teater."
"Terlalu banyak wanita disana. Aku tidak bisa melihatmu."
Terdengar deru napas kesal. Chanyeol tahu Joy pasti sudah sangat bad mood. "Disini hanya ada aku saja. Sebenarnya kau sudah ada dimana sih?!"
Tepat saat itu, mobil Chanyeol terparkir dengan cukup baik andai saja tong sampah itu tidak diletakkan persis ditempatnya parkir. Melompat turun dari mobil lalu merapikan sedikit tampilan acakan akibat atap mobil yang sengaja terbuka. Kekasihnya hanya menggeleng-geleng mentap tidak percaya dengan keterlambatannya sambil bertolak pinggang.
Sebelum Joy kabur karena marah, Chanyeol menahannya lalu tersenyum kikuk. Memohon maaf hanya dengan senyuman biasanya ampun untuk membuat Joy luluh dan memaafkannya.
"Lepaskan."
"Hei sayang, ada apa denganmu?" Chanyeol tidak menyangka dengan respon dari kekasihnya itu.
"Kita putus saja."
"Apa?"
"Ya, Kita putus."
Perlu beberapa detik untuk Chanyeol mencerna ucapan Joy yang baru saja terlontar untuknya. Apa yang selama ini ia lakukan, Chanyeol mencoba mengingat kesalahan apa yang pernah ia buat hingga Joy memutuskannya begitu saja. "Tapi kenapa?"
"Tidak ada alasan lain. Hanya saja aku sudah bosan." Chanyeol terperanjat mendengar jawaban itu.
"Sunggu tidak terduga. Kau membuatku sangat shock."
"Memang begitu adanya."
"Apa yang membuatmu terpikir untuk memutuskanku begitu saja. Kita sudah berkencan beberapa bulan dan kurasa hubungan kita baik-baik saja."
"Kau tahu, aku sudah menemukan kekasih baru. Dan dia lebih baik darimu." Terasa serangan jantung menghujamnya. Matanya melotot kaget akibat perkataan Joy barusan.
"DASAR WANITA JALANG!" teriak Chanyeol murka. Tangannya tertahan diudara saat ingin menghantam wajah Joy. Hampir saja ia memukul seorang wanita.
"Terserah kau saja. Aku tidak peduli." Ingin sekali Chanyeol menghantam wajah Joy yang nampak tanpa beban setelah mengatakan semua ucapannya tadi tanpa beban sedikitpun. Sial! Selama ini ia hanya diporoti dan dipermainkan saja. Padalah ia sudah mencoba untuk serius tapi pada akhirnya kembali terulang terus menerus.
Sebelum Joy pergi, wanita itu menghantam bahu dan mendorong tubuhnya kebelakang hingga hampir terjungkal. Ternyata lelaki selingkuhannya itu sudah menunggu tidak jauh dari tempatnya sekarang. Pria itu berdiri sambil merokok lalu melambai kearahnya seolah habis menang lotre.
"Kubawa dia pergi ya! Kau baik-baiklah."
"PERGILAH KALIAN KE NERAKA! DASAR WANITA SIALAN!" teriakan Chanyeol rupanya mengundang tatapan orang-orang yang berlalu lalang. Hampir saja air matanya jatuh tapi untung saja dapat tertahan dengan baik. Tong sampah tak bersalah tadi kembali ditendang olehnya menjauh hingga sampahnya berhamburan diatas badan trotoar. Dadanya kembang kempis mengatus napas darahnya yang tadi sudah berada dipucuk kepala ingin meledak.
.
Seoul,
(Baekhyun)
Sudah seminggu sejak hari laknat itu, Chanyeol tidak bisa menyingkirkan kejadian itu dari pikirannya. Terus saja hinggap begitu saja yang berakhir pada ledakan amarahnya yang terus tersalurkan kepada pegawainya. Akhir-akhir ini emosinya tidak bisa terkontrol karena wanita sialan itu.
Beberapa map sudah diperiksanya tapi terlihat sama saja. Map yang tadinya dipegang kembali dilempar ke atas meja yang penuh dengan kertas coretan. Menghantam meja dan berteriak sekuat tenaga untuk menetralkan suasana hatinya tapi sia-sia. Suara tadi menarik perhatian pegawainya dibalik kaca pembatas ruangan.
Hampir saja Chanyeol kembali membentak orang yang berani menginterupsinya tapi keinginannya itu cair begitu melihat Chen—Karyakan teladannya—melambaikan sebuah surat bersampul resmi. "Kita dapat surat dari Korea dan ini ditujukan untukmu."
Sebuah amplop diletakkan manis didepannya sebelum ia ingin bertanya kembali, Cen sudah keluar dari ruangannya.
Setelah merobek surat itu pada salah satu sudut, beberapa lembar kertas keluar yang berisikan banyak tulisan. Inti dari isi kertas itu adalah salah satu Majalah terkenal di Eropa mengajaknya bergabung dan menawarkan posisi strategis. Hampir saja ia berteriak girang, tapi sirna begitu saja saat sadar akan tanggung jawabnya untuk perusahan editor kecilnya ini.
Walaupun pekerjaan yang ditawarkan itu sangat menjanjikan tapi tetap saja Chanyeol tidak bisa begitu saja meninggalkan perusahaan yang sudah dirintisnya. Terlalu banyak pekerjaan disini dan ia tidak bisa memberikan tanggung jawabnya pada orang yang salah.
Pintu ruangannya kembali terbuka. Ternyata Chen masuk dan membawakannya secangkir kopi. Melihat wajah Chen yang tampak seperti orang baik pada umumnya, Chanyeol mendapatkan sebuah ide lalu menyuruh Chen duduk sebelum kembali pergi. "Ada apa?"
"Kau sudah cukup lama ya bekerja disini."
"Tepat saat kau mencari pegawai pertamamu."
"Ya, kita membangun perusahaan ini bersama. Dan tempat ini sudah cukup berkembang berkatmu."
Pujian itu membangkitkan tawa Chen yang mengejek. "Tadi kau hampir mematahkan meja, tapi sekarang kau mencoba mematahkan seleraku dengan semua pujianmu itu. Ada apa dengamu kawan?"
"Apa kau penasaran dengan isi surat tadi?"
"Lumayan. Tapi itu bukan urasanku."
"Ya, memang. Bagaimana menurutmu jika kau bekerja pada ELLE Korea?"
"Gila! Mereka sunggu-sungguh merekrutmu? Aku sungguh tidak percaya! Itu luar biasa." Ucap Chen bersemangat dengan mata yang berbinar-binar. Apa artinya itu?
"Kupikir itu memang luar biasa. Tapi bagaimana..."
"Kau tidak perlu khawatir. Aku dan team yang lain akan membantumu mengurusi perusahaan selama kau disana."
Bangkit dari singgasananya, Chanyeol menarik Chen lalu memeluknya erat. Saling menepuk punggung memberi semangat. "Kupercayakan perusahan ini padamu. Sobat."
.
Rasanya baru kemarin tapi Baekhyun tidak dapat melupakan kejadian itu. Menemukan kekasihnya bercumbu mesra dengan pria lain di dalam apartemennya cukup membuatnya pingsan seketika.
Setelah perang dingin yang cukup menguras perasaan hati, akhirnya Baekhyun memutuskan untuk mengakhiri semuanya tepat seminggu lalu. Untung saja perasaannya tidak begitu terhanyut begitu dalam tapi rasa jijik tetap saja menggerogoti saat masuk ke dalam kamarnya dan menampakkan sisa-sisa memori lelaki peselingkuh itu.
Tepat malam ia memutuskan Siwon, Kyungso datang dan menjemputnya pulang dengan deraian air mata yang tidak berhenti. Mendengarkan keluh kesahnya yang terus membeo seperti kakak tua Kyungsoo pasti sudah menyiapkan dirinya untuk itu semua. Tapi, hari ini Baekhyun tidak punya waktu untuk sekedar memikirkan reka ulang semua runtutan kejadian itu. Ia sudah terlalu terlambat untuk menjemput seorang yang penting di bandara.
Di dalam taxi pun, Baekhyun masih mengenakan pakaian tidur yang sama seperti semalam walaupun ia sudah menggosok gigi sebelumnya. Tapi, kesempatannya ini digunakan untuk mengganti pakaiannya sekarang dengan kemeja resmi. Sial! Tatapan supur taxi itu terus saja memantaunya dari spion tengah.
"Tuan kau tidak berpikir untuk menculik lalu memerkosaku, kan?"
"Tentu saja tidak nona."
"Heh, Pak tua. Aku ini pria. Jadi menyetirlah dengan baik dan tetap fokus pada jalanan itu." gertakan galak dari Baekhyun rupaya cukup membuat supir taxi itu bergidik ngeri.
"Aku mengerti."
Dengan gerakan secepat mungkin, Baekhyun mengganti pakaiannya yang sudah berubah dengan kemeja dan dasi yang menggantung berantakan. Lagi-lagi tatapan sopir taxi itu seakan menelanjanginya seperti anak gadis senior high school.
Setelah sampai, Baekhyun membayar argo dengan memberikan uang pas. Jemari supir taxi itu menggenggam erat tangannya. Tatapan menjijikan itu membuat Baekhyun muak seakan ingin meludah. "Tolong lepaskan tanganku, Pak!"
"Aku masih tidak percaya kau ini seorang pria."
"Lepaskan tanganku sebelum tanganku yang lain melayang pada kedua matamu."
"Galak sekali. Baiklah. Hati-hati cantik." Teriakan supir taxi itu begitu keras hingga masih dapat terdengar walaupun Baekhyun sudah berjalan cukup jauh.
Mengecek kedatangan, ternyata pesawat yang tamunya tumpangi sudah landing sejak tadi. Mencari kertas dan spidol ternyata ia lupa meletakkannya di dalam tas semalam. Melihat keadaan bandara yang sangat ramai, pasti akan sulit menemukan tamunya itu.
Kertas dan spidol seorang pria disampingnya terlihat menggoda. Baru saja membisiki sedikit, pria itu tersipu lalu memberikannya kertas dan spidol itu dengan suka rela. Wajah cantiknya benar-benar berguna disaat seperti ini. Baru saja selesai menuliskan nama 'Park Chanyeol' kertas itu lepas dari pegangannya dan tertiup akibat pendingin ruangan yang di setting cukup kencang.
Terbang melintas diatas jalur bagasi penumpang. Kertas itu satu satunya harapan untuknya dan apapun yang terjadi ia harus mendapat kertas itu kembali. Naik keatas jalur bersama koper-koper ia pun lakukan. Mengejar kertas itu dan sesekali membantu penumpang lain untuk mengambilkan koper mereka. Untung saja seseorang yang baik rela menangkap kertas itu untuknya.
"Terima kasih tuan, tapi kertas itu milikku." Ucap Baekhyun sambil mengatur napas.
"Namaku ada disini. Kurasa penjemputku sudah ada disekitar sini."
"Tapi aku sedang menjemput seseorang bernama Park Chanyeol."
"Itu aku."
Berpikir sejenak, akhirnya Baekhyun tertawa dan meminta tangan Chanyeol untuk membantunya turun dari rel berisikan koper. Melompat turun lalu menyeka sedikit pelu yang menggenang di dahinya. "senang bertemu dengan anda, tuan Park. Welcome to Seoul."
.
.
.
TBC .
Terima kasih Hai, gimana storynya? Garingkah? Maklum matiran.
Kalo mau lanjut ya reviewnya gitu. Hehe.
KLO penasaran sih ya. klo nggak ya kacangin aja :(
LadyPrim
