SOMETHING THAT HEAL YOUR HEART

-Chapter 1-

Disclaimer : Kuroko No Basuke milik Fujimaki Tadoshi

Warn: Typo(s), OOC, Crack Pair (maybe), POV, RnR

Yosh!, minna-san happy reading semoga suka dan semoga tidak mengecewakan hehehe :*

-Momoi POV-

Aku iri dengan mereka yang merasakan kebahagiaan cinta. Sedangkan aku hanya bisa menangis karena cinta. Apa stetment orang orang kalau cinta itu hanya indah diawal itu suatu kenyataan? Yah, bagaimanapun itu terjadi padaku.

Jadi, kalau kau mencintainya kau harus bisa juga melepaskannya? Cinta tak harus memiliki, begitukah? Asalkan orang yang kita cintai bahagia, benarkah? Lucu sekali. Sangat menggelikan. Apa kemudian aku tidak boleh bahagia juga? Mengapa cinta itu malah berbalik menyaktiku? Hebatnya lagi orang yang menyakitiku seakan tidak merasa bersalah.

"Bukankah semua orang memiliki rasa kagumnya tersendiri? Kenapa hanya aku yang disalahkan? Bukankah ini lucu ketika kau berbuat baik kepada seseorang, kemudian orang itu menyangka kau mencintainya. Dia hanya terlalu geer. Makanya jangan salah paham".

'Jangan salah paham' yaa.. aku ingin tertawa rasanya…

Setelah dia datang membawa cinta, kemudian dia pergi meninggalkan luka. Apa itu hobi laki laki?

Aku pernah berharap kalau aku membuat dadanya disesakkan akan rindu, kemudian tidak bisa tidur dimalam hari karena memikirkan ku. Tapi hebatnya kata katanya membakar semua keindahan yang sudah kita lalui. Lalu apa maksud semua ini? Dia membalaskan keseriusan cintaku dengan permainan hati. Aku hanyalah bualan baginya. Cinta itu sakit!. Aku benci dirinya yang membuatku benci akan mencintai


-SMU TEIKO-

"Dai-chan…" Momoi menghampiri Aomine yang sedang tertidur dimejanya. Ini sudah jam istirahat, perut Momoi sudah lapar sekalai. Dia begitu malas pergi sendiri ke kantin. Tapi, Aomine susah sekali dibangunin

"Heeeeh, aku tidak lapar. Pergi saja sendiri Satsuki" katanya sambil menenggelamkan kepalanya didalam lengan berototnya.

"Momoi-saaaaaan!"

"Eh? Ki-chan? Nande?"

Kise menghampiri Momoi yang duduk didepan meja Aomine. Model berambut kuning ini berencanana mengajak Momoi makan siang. "Mau nggak?"

"hmmm.. baiklah"

Mereka mengambil pesanan makan siangnya kemuadian duduk dimeja pojok. Untung masih ada meja yang kosong. Seperti biasa, kantin ramainya bukan main. lambung lambung selalu meronta minta diisi siang siang begini. Kalau yang bawa bekal beberapa ada yang memakannya di atap sekolah. Biasanya kebanyakan orang yang pacaran.

"Memangnya harus makan siang bersama Aominecchi?" Tanya Kise sambil memakan roti isinya.

"Yah, aku satu kelas dengannya, jadi gampang ngajak Dai-chan dari pada yang lain"

"Gampang? Aku rasa gak gitu. Sudahlah, dari pada susah ngajak Aominecchi, mending sama aku aja kan Momoi?" mendengar itu, Momoi diam sejenak.

"Ki-Chan sedikit aneh belakangan ini…" Momoi berhenti menyuapi ramen ke mulutnya. Ekspresi wajahnya heran. Dia menebak nebak maksud Kise. Akhir akhir ini Kise sedikit aneh memang. Dia sedikit lebih perhatian dari biasanya. Dia selalu kekelas Momoi saat jam istirahat. Kalaupun Momoi sudah ke kantin besama Aomine, dia akan cepat menyusulnya dan duduk betiga disana. Dan seperti biasa, mengganggu dengan sikap dan suara berisik khasnya.

"Aneh gimana?" Kise nyengir sambil menyeruput susu kemasannya.

"hmmm" Momoi menaikkan sebelah alisnya. Dia tidak memberikan jawaban yang Kise minta.

Kise menuduk sebentar, ia mengocok ngocok kemasan susunya pelan kemudian tertawa sedikit melihat Momoi, "Apa kau mengira aku menyukaimu?" katanya dengan ekspresi nakal namun tatapanya serius, tapi senyum simpulnya tetap hadir menghiasi wajah model tampan ini.

"EEeehhh?" Momoi salah tingkah. Kemerah merahan pun timbul dibagian pipi atasnya.

"Ah! Ahahahahahahahaha" Kise yang melihat ekspresi wajah malu Momoi sontak tertawa, itupun menyebaban Momoi semakin malu. "Bercanda kok" sambung Kise sambil nyengir lagi.

"Ki-Chan!" Momoi sediit merengek kesal.

Kise meletakan susu kemasan yang sudah habis itu didepannya, mata cantiknya manatap Momoi dengan serius lagi. Dia memposisikan tubuhnya lebih nyaman dari sebelumnya dengan bersandar kepunggung kursi yang didudukinya.

"Kalau aku serius menyukaimu, bagamana Momoi-san?"

"E?"

TINGTOOOOOOOOONG, bel yang menandakan waktu istirahat sudah selasai berbunyi. Momoi menggeser kursinya kebelakang kemudian langsung berpamitan dengan Kise, "A.. ee.. eto.. sudah bel, aku duluan Ki-Chan.. dadaaah" Momoi langsung kabur, meninggalkan Kise yang belum sempat mecegahnya.

"Aaaah….. Momoi-san! Tung…. Aaaahh" Ucapnya kesal.

Saat pelajaran berlangsung Momoi tidak focus mendengarkan guru menjelaskan didepan. Dia mencoret coret buku tulisnya dengan kata kata acak, atau mengambar gambar yang aneh. Aomine yang duduk disebelahnya merasa heran. Biasanya Momoi selalu mendengarkan guru. Aomine yang sedari tadi masih menempelkan kepalanya dilengannya sendiri diatas meja pun perlahan menegakkan punggungnya. Dia menyobek kertas kecil dari buku tulisnya kemudian dibuat seperti bola kecil. Aomine menjentikkan kertas bola kecil itu kearah Momoi dan mengenai pipinya.

"Hem?" Momoi yang sedang melamun, sontak melihat kearah lemparan berasal.

"Kau kenapa Satsuki?" Tanya Aomine penasaran.

"Oh.. hehehe gak apa" Jawab Momoi mengelak.

"Hmmm" Aomine melirik kedepan mejanya, kemudian mengambil jaket dari tasnya. Ia seperti memasukkan sesuatu kedalam jaket club basketnya, membungkus benda itu dengan jaketnya kemudian memberikannya kepada Momoi.

Saat Momoi menerimanya, ada selembar kertas diatasnya bertuliskan 'Penghibur hati yang gundah'. Dengan penasaran Momoi membukanya….

"EEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEHHHHHH?!" itu adalah majalah idola dewasa favorit Aomine.

"Ada apa Momoi-san?" Tanya sensei yang mengajar dikelas.

"e..eto.. maaf sensei, perutku sakit" Sensei yang mendengar jawabannya agak heran, "Kenapa tidak ke UKS?"

"Nggak apa sensei, disini aja"

Sensei kembali menerangkan pelajarannya. Sementara Aomine sibuk menutup mulutnya agar suara gelak tawanya tdak begitu terdengar. Momoi menatap tajam Aomine dengan kesal, "dasar, ahomine!" katanya pelan supaya tidak terdengar sensei.

Malam harinya setelah Momoi selesai mengerjakan PRnya, dia membuka hapenya. Baru sadar kalau ada satu pesan. Momoi membukanya, 'Malam Momoi-san, sedang apa?' bunyi pesan dari model berambut kuning yang sangat dikenalnya,

Momoi membalas pesan dari Kise 'Baru selesai membuat PR, ada apa Ki-Chan?'

Drrrrtt, belom ada 2 menit hape Momoi sudah bergetar. Kise membalas pesannya 'Tidak ada, aku hanya merindukan perempuan berambut pink. Hehehe' membaca itu membuat pipi Momoi kembali merah. Tanpa ia sadari ada senyum yang tersimpul saat membacanya. Kemudian momoi menggelengkan kepalanya. Tidak… tidak… tidak mungkin, batinnya.

Drrrrtt drrrttt drrrtt

"Hah" Momoi kaget karena Kise menelepon. Ia bangkit dari kasurnya, duduk dengan tegap, mengatur napas, tapi beberapa detik kemudian dia heran sendiri dengan kelakuanya. Sambil menatap layar hapenya yang masih bergetar, Momoi menekan tombol hijau berlambangkan ganggang telepon itu.

"Moshi moshi"

"Momoi-san… lama sekali membalas pesanku" protes si rambut kuning dari hapenya.

"Go.. gomen…"

"Hanya itu?"

"Lalu apa lagi memangnya Ki-Chan?"

"Ah, tidak.. apa kau sudah mau tidur?"

"Tentu saja"

"Hmm, baiklah.. oyasumi Momoi-san"

"I..iya"

"Momoi-san?"

"Nande?"

"Aittakata!"

Tut, setelah berkata itu telepon pun terputus. Diatas kasur Momoi masih terpatung dengan hape yang masih tertempel ditelinganya padahal sudah dimatikan sambungan teleponnya oleh kise. Perlahan semburat merah kembali muncul dipipi Momoi. Dia merebahkan badannya dengan kaku kemudian meletakkan hape disampingnya. Momoi menutup matanya dengan lengannya seraya tersenyum, "Oyasumi' katanya pelan, entah apa maksudnya.


Keesokannya, Momoi berjalan lesu sendirian menuju SMU Teiko, saat hamper menuju gerbang, ada suara nyaring yang memanggilnya, "MOooomoiiiii-saaaaaaan"

Momoi menengok kebelakang, tepatnya kesumer suara.

"Ohayou Momoi-san" Sapa Kise dengan semangat, tapi tampaknya Momoi tidak semangat.

"Ohayou Ki-chan"

"Kok lesu? Apa karena Nggak bareng Aominecchi? Mana dia?"

"Entalah.."

"Aku tidak suka Momoi-san" Ucap Kise sambil mengangkat kedua tangannya kebelakang lehernya sambil terus berjalan disamping Momoi

"Eeh?"

"Aku lebih suka cewek berambut pink yang bersemangat tiap hari, dia sangat manis bukan?" kata Kise tanpa melihat kearah Momoi yang lagi lagi sudah salah tingkah. Kise tersenyum kemudian menarik tangan Momoi supaya dia lebih cepat berjalan. Kise menggenggamnya tanpa izin.

"Eeeee… Ki… Ki-chan"

Kise hanya pura pura tidak mendengar dan tetap memegang tangan Momoi.

Setelah sampai didepan dikelas 2-B Kise terus berjalan lurus , sedangkan Momoi belok kekanan untuk masuk kekelasnya itu. Momoi meletakkan tasnya diatas meja kemudian langsung duduk. Tidak lama kemudian Aomine datang tapi dia tidak langsung duduk di kursinya. Aomine duduk didepan meja Momoi, menatapnya sambil berkata, "Hei satsuki, kau pacaran dengan Kise?"

"Ti..tidak kok hehehehe" jawabnya sedikit salah tingkah. Aomine mengangkat sebelah alisnya melihat perubahan ekspresi dari Momoi.

"Pffttt…" Aomine menutup mulutnya supaya tidak tertawa.

"Apa yang kau tertawakan Dai-chan…" Ucapnya dengan nada manja. Momoi sedikit cemberut dan kesal.

"Hahahaha, kau… hahaha Satsuki,kau menyukainya yaaa?" Tebak Aomine iseng.

Blush, semburat merah kembali menghiasa diwajah Satsuki. Dia menunduk agar Aomine tidak melihatnya. Aomine berdiri dari kursi itu kemudian mengusap kepala Momoi.

"Tidak apa apa Satsuki, dia orang yang baik kok. Aku ini temanmu dari kecil ingat? Cerita saja kalau ada sesuatu" kata Aomine kemudian duduk dikursinya, Momoi hanya tersenyum mendengar perkataan sahabat dari kecilnya itu.

Jam istirahat pun tiba, kali ini Momoi membiarkan Aomine yang tidur dan pergi keluar. Baru keluar Momoi sudah melihat Kise yang hendak ke kelasnya. Kise tersenyum menyapa Momi.

"Yosh, Momoi-san, mau ke kantin?" Tanya Kise yang menghadang jalan Momoi. Kemudian matanya memandang ketangan Momoi yang memegang box makanan. Kise sedikit bertanya Tanya, tapi Momoi sudah mengajaknya, "A..aku bosan makan dikantin. Ayo ke atap aja"

Kise tersenyum, "Yees! Ayo ayoo" katanya bersemangat sambil sedikit melompat membalikkan badannya. Mereka pun pergi keatap.

"Haaah, yooosh.. duduk disini saja. Apa yang kau bawa itu Momoi-san?" Tanya Kise bawel seraya duduk sambil bersandar ke tembok.

"e..eto.. ini Bento"

"Waah asyikkkk, buat sendiri?"

Momoi mengangguk. Kise membuka kotak bekalnya kemudian sangat amat terdiam melihat isinya. Dia terus melihat kedalam kotak bekalnya tanpa bergeming sedikitpun. 'Oh tidak… ini bukan bento.. ini suatu kehancuran' batin Kise.

"Ada apa Ki-Chan?"

"Ah… ahahaha tidak ada. Ayo kita makan"

"Aku tidak lapar. Aku sengaja membawakannya untukmu. Silahkan dimakan semoga suka" kata Momoi dengan gembira.

Kise tersenyum hambar, lama lama senyumannya hilang kemudian ia hanya menatap kosong kearah Momoi. "A..aku akan memakannya dengan hati yang gembira" kata Kise dengan senyum mengerikan.

Kise mulai memakan bekal itu. Isinya adalah sosis yag tidak dipotong kecil kecil dan masih berminyak, nori dan nasinya kacau berantakan, pisang yang dipotong dua dan masih ada kulitnya, telur tidak matang, kemudan ada cabai bubuk yang ditebar diatasnya. Kise mamakannya sambil menahan tangis. Ia berharap bel masuk cepat berbunyi dan menyelamatkannya. Tapi apa daya, Momoi memperhatikannya terus sambil tersenyum bangga.

Kreek, pintu yang menjadi tempat masuk dari tangga ke atap itupun terbuka. Masuk gerombolan lelaki dengan rambut mereka yang berwarna warni. Melihat mereka wajah Kise berubah sumringah.

"Ahh, minna-san kochi kochi! Momoi-san membawa bekal.. kalian mau?" sahut Kise yang memanggil mereka.

Nampak dari tempat Kise duduk ia keheranan. Teman temannya itu tiba tiba berhenti. Saling melirik kemudian berebut kembali kepintu dengan ketakutan. Terdengar suara langkah kaki mereka yang menuruni tangga dengan terburu buru. Momoi mngerenyitkan dahinya, lalu melirik ke Kise.

"Mereka kenapa Ki-chan?"

"Oh, me…mereka … mungkin kebelet pipis masal"

"Hmm, yasudah. Habiskan yaa bekalnya Ki-chan"

"Ha… …. aku kenyang, saking kenyannya rasanya ingin mati"

"Tapi Ki-chan baru memakannya 3 suapan"

"Ee.. karna bakalmu ini mengeri… ah maksudku mengenyangkan karena saking enaknya, sungguh rasanya aku ingin mati, ah bukan! Aku ingin beli minum… Momoi-san tidak bawa minumkan?'

"Eh iya"

'Ah syukurlah aku selamat' batin Kise kemudian lekas berdiri dan agak sedikit terhuyung.

"Ki-Chan baik baik saja?" Kise mengangguk dan tersenyum, "ayo pergi".


(SKIP)

Seiring berjalannya waktu Momoi dan Kise semakin dekat. Kise seringkali menggoda Momoi dengan kata kata gombalnya. Setiap digombali Kise, Momoi hanya tersenyum malu malu dan sediit salah tingkah. Tapi lama kelamaan dia sudah terbiasa dan bahkan membalasnya sesekali. Dan saat Momoi membalas perkataan Kise, laki laki berambut kuning inipun senangnya bukan main. dia tersenyum sampai sampai matanya semakin sipit dan tentu saja ada semburat merah dipipinya.

Hari sabtu ini club basket SMA Teiko latihan. Semua tampak hadir tepat waktu dan berlatih sesuai intruksi kapten tim, Akashi. Ke enam pemain inti ini berlatih dengan penuh semangat. Kise dan Aomine melakukan pertandingan one-on-one atas keinginan Kise. Yap! Dia selalu menantangi Aomine. Tapi selalu saja kalah. Walaupun beberapa kali menang, itupun karena Aomine sudah lelah namun kise tetap memaksanya.

Setelah selesai latihan, pandangan Kise berkeliaran kemana mana. Ia melihat keseluruh ruang latihan ini. Mencari cari sosok dengan rambut pink panjang yang biasanya berdiri didekat Akashi tak menampakkan batang hidungnya dari tadi.

"Aominecchi…" Panggil Kise sambil mngelap keringatnyadengan handuk putih polos.

"Apa?"

"Momoi-san mana?"

"Tidak tahu"

"Kalau kau ingin tahu, coba cari kerumahnya Ryota" sahut Akashi yang mendengar percakapan mereka kemudian menghampiri mereka.

"Memangnya ada apa dengan Momoi-san, Akashicchi?"

"Tidak tahu"

"Heummm" kise tampak cemberut dan kesal dengan teman satu tim nya ini.

Keesokan harinya saat jam istiahat sudah hadir, Kise berlari kecil menuju kelas Momoi. Dia berdiri didepan pintu sambil mencari cari sosok berambut pink yang dirinduinya. Tapi yang didapatinya hanyalah lelaki bekulit tan, yang memandanginya sambil menyeringai.

"Cari siapa kau, Kise?"

"Aominecchi, Momoi-san tidak masuk kelas hari ini?" Tanya Kise sambil menghampiri Aomine yang sedang duduk dikursinya. Dia sedikit melirik keatas meja Aomine beberapa kali.

"Tidak.. dia bolos"

Kise tidak menanggapi, dia masih melihat sesuatu ang terbuka diatas meja Aomine.

"Apa yang kau lihat Kise? Ini makan siangku" Kata Aomine sambil menutup majalah 'kesukaan'nya itu.

"Ah.. jadi makan siang Aominecchi idol berdada besar ini"

"Haha, memangnya kau tidak suka? Inikan 'enak' "

"Huh, kalau ada Momo… Ah iya.. kemana Momoi-san tadi katamu?"

"B-O-L-O-S"

"Tidak mungkin"

"Kalau lakilaki yang mengajaknya mungkin saja kan? Dengan sedikit paksaan misalnya" kata Aomine memiringkan senyumannya.

Kise mendadak tidak tenang. Dia kembali ke kelasnya tanpa berpamitan dengan Aomine. Mengambil tasnya kemudi berlari keluar sekolah.

Tut….tut…tut… Kise menelepon Momoi tapi tidak diangkat. Dia terus berlari sambil menelepon Momoi. Setelah lelah mencari, Kise duduk dihalte bis masih mencoba menghubungin Momoi. Namun teleponnya tidak diangkat. Ia menarik napas panjang kemudian mencoba sekali lagi.

"Moshi Moshi" jawab dari seberang telepon suara perempuan yang agak parau.

"Kau dimana Momoi-san?!" Tanya Kise menggebu gebu.

"Eum.. Dirumah…"

"Haaaaaaahhh" Kise membuang napas panjang dan merasa lega.

Tut. Telepon langsung dimatikan oleh Kise. Bis pun sudah dating dia segera menaikinya.

Beberapa menit belalu, si model berambut kuning ini pun sudah tba di depan rumah seseorang. Ia memencet bel kemudian seseorang dengan masker dimulutnya membuakan pintu. Kise langsung memeriksa keadaaan tubuh si rambut pink ini.

"Ada apa Ki-chan?" Tanya Momoi dengan lesu dan heran.

"Kau tidak apa apa?"

"Aku hanya flue dan sedikit demam kok… memangnya kenapa?"

"Ah, Aomnecchi mengatakan yang tidak tidak"

Momoi tertawa kecil kemudian mempersilahkan kise untuk duduk.

"Sudah minum obat?"

Momoi menunduk kemudian menggeleng. Orang tua Momoi berkerja. Sakit sakit begini dia sendirian dirumah. Kise diam. Dia hanya memandangi wajah lesu Momoi yang duduk didepanya.

"Kenapa? Jangan bilang karena pait?" tebak Kise yang membuat Momoi mengangguk.

"Ah, payah… sudahlah. Lagi pula aku punya obat yang manis" kata Kise yag kemudian tersenyum.

"Mana?"

"Momoi-san memintanya sendiri kan?"

"Maksudmu?"

Kise bangkit dari tempat duduknya, mendekati Momoi yang duduk di depannya kemudian badannya menunduk agar kepalanya bisa sejajar dangan wajah Momoi. Kise melepaskan masker yang dari tadi menempel ddepan bibir Momoi. Sambil berbisik, "lekas sembuh" dia memegang lekuk wajah Momoi kemudian mencium bibirnya. Momoi membelalakan matanya tapi Kise menutup mata cantiknya itu. Dia memberikan ciuman manis dan lembut sebgai terapi pengobatan untuk Momoi yang terserang Flue. Selang beberapa detik ia memberi jarak antara wajahnya dengan Momoi. Tampak semburat merah dipipi Momoi. Kise kembali duduk disofa.

"Ki-Chan…" Momoi memegang bibirnya. Kise hanya ternyum.

"Bagaimana kalau Ki-chan tertular flue ku?"

"Yaa… gentian dong hahaha" Canda Kise.

"Ki-chan baka!" Momoi melempar kise dengan kotak tissue yag ada diatas meja.

Kise manangkisnya dengan cepat sambil tertawa melihat respon Momoi.

"Aku tidak suka melihat cewek yang kusuka mukanya jelek karena sakit" Goda Kise.

"Tapi, kau akan jauh lebih jelek dari pada aku kalau sakit. Dan aku tidak suka kalau orang yang kusukai sampai sakit karena diriku" Jawab Momoi tanpa sadar apa yang dia katakan. Kise yang ngeh kemudian terdiam, mulutnya sedikit terbuka karena keget mendengar apa yng momoi katakan. Pipinya sedikit merah.

Momoi yang sadar akan kata katanya kemudian mnutup mulutnya dengan tangannya sendiri. Melihat Kise yang masih diam karena tidak percaya dengan apa yang Momoi katakan membuatnya semkin malu. Momoi mnutup mukanya dengan bantal, kemudan berlari kekamarnya , membanting pintu dengan keras dan menguncinya.

'Apa yang baru saja kukatakan?' bantin Momoi.

.

.

.

.

TBC yah~

Chapter 2 Soon

Arigatou