Disclaimer: Legend trilogy beserta gambar sampulnya milik Marie Lu. Tak ada keuntungan pribadi yang diambil.

Note: kisah diambil enam bulan setelah epilog Champion

.

.


sepenggal drabble oleh watchfang

di bawah langit yang sama


.

.

Gemerisik earpiece menyapa indra pendengaran Day. Dia menekan tombol untuk menerima panggilan dari siapapun itu yang menghubunginya di tengah malam.

"Day?"

Suara di seberang seketika membuat mata Day membuka seketika. "June?"

"Uh-huh."

Day dapat membayangkan June di seberang sana sedang menganggukkan kepalanya, sambil berusaha mati-matian menahan rona merah yang menjalar. "Kau menghubungiku duluan," kata Day sambil menahan cengirannya.

June mendesah. "Apa aku menganggumu tidur, Day?" dia berhenti sejenak, "ini pukul enam pagi di Los Angeles. Dan pukul satu dini hari di Antartika."

"Tidak, June," sanggah Day. "Aku selalu ada. Kapanpun."

Tak ada balasan dari June. Hanya gemerisik lewat earpiece mereka masing-masing yang menandakan bahwa mereka masih terhubung melalui jaringan nirkabel, meski mereka berbeda benua.

"Aku memimpikanmu, Day." June berkata pada akhirnya. Disertai dengan hembusan napas pelan. "Di jalanan Lake. Kau ingat?"

Jalanan Lake.

Sedikit demi sedikit, Day dapat mengumpulkan kepingan puzzlenya yang hilang tentang June. Cukup sepuluh tahun dia merasakan lubang kosong menganga yang dia sendiri tak tahu itu apa. "Ya. Aku ingat."

"Aku … tak tahu harus mengatakan apa. Tapi aku benci merasakan ini lagi, Day."

"Merasakan apa, June?"

Hembusan napas keras terasa di earpiece Day. "Kau jauh dariku lagi. Rasanya, seperti kau berada di luar jangkauanku."

Day menutup matanya. Membayangkan sosok June di hadapannya. Baru enam bulan dia mengingat June, kini Day harus kembali lagi ke Antartika demi menyelesaikan terapi terakhirnya. Day mengerti seperti apa perasaan June. "June? Kau ingat saat kita pertama kali bertemu, bukan?"

"Ya."

Day bangkit dari tempat tidurnya. Berjalan menuju balkon kamarnya yang terletak di puluhan lantai di gedung apartemen tempatnya tinggal. "Keluarlah, June."

Hening kembali menerpa di antara mereka. "Aku sudah di luar balkon."

Day tersenyum. "Kau ingat June? Malam dimana kita berbagi sebotol anggur murahan kita?"

"Ya."

"Kita di bawah langit malam dan hamparan bintang-bintang," kata Day. Sembari menatap langit malam. Day tak tahu apakah langit Los Angeles masih diselimuti kegelapan atau bahkan matahari itu sendiri sudah tampak.

"Lalu?"

"Meski kau ada di Republik Amerika dan aku ada di Antartika, kita ada di langit yang sama, June," Day berkata lembut, "kita hanya tak melihat satu sama lain. Tapi kita di bawah langit yang sama. Jadi, jangan bersedih."

June terdiam di seberang. Day tahu itu. Hanya hembusan pelan lah yang terdengar melalui sambungannya. "Cepat pulang, Day," katanya sebelum nada yang menandakan sambungan mereka terputus.

.

.

.

A/N:

Akunya lagi keselek lagunya 'Ran-Dekat di Hati'. Coba deh diputar sambil baca ini. Aku sampai mutar berulang-kali sehari ini. Yang terllintas di pikiran cuman Day-June fluff, karena kisahku sendiri sebenernya angst #dorr #curcol Semoga Day-June ga ooc #kaburkeTartarus

Fang.