"Sasuke mau kemana? Jangan pergi..." hanya itu yang bisa keluar dari mulut pemuda berambut pirang tersebut. Sudah berulang kali dia mencoba mengejar, terjatuh lalu bangkit lagi sambil memanggil "Sasuke".
"Sasuke! Demi apapun! Jangan pergi! Jangan pergi! Tolong! Kumohon!" pemuda itu menangisi kepergian Sasuke yang tanpa sedikitpun berbalik menghadapnya. Berbalik menghadap pemuda yang terus menangis. "Demi tuhan, Sasuke! Langkahkan kakimu selangkah lagi, aku nggak akan pernah mengganggapmu ada! Sasuke!" terus dan terus memanggil dan terus mengejar tanpa diperdulikannya lutut dan tangannya yang berdarah dan terasa perih.
"Maaf, anda tidak boleh masuk." Kata penjaga pintu keberangkatan bandara.
"DEMI TUHAN, SASUKE! KATAKAN PADAKU APA YANG SALAH! TOLONG!" teriaknya sambil terus memaksa menerobos kedua penjaga itu. "SASUKE! SASUKE!" teriaknya saat tubuh pemuda berambut kelam itu hilang ditikungan. Pemuda berambut pirang itu terduduk lemah. Tak berdaya. Sungguh ini bukan yang dia inginkan. Yang dia inginkan hanya membangun masa depan dengan pemuda dingin tadi.
"Don't go, don't go, please..." ucapnya lemah, sebelum kegelapan mengambil alih penglihatannya.
oOo
I tried to call you, every time… Every second of my life
But you never turned around to see me…
oOo
Naruto POV
"Um…" aku membuka mataku. Bau rumah sakit menusuk hidungku. Aku mengerjapkan mataku. Berharap ini hanya mimpi. Tapi semua itu segera aku tepis, saat aku melihat orang-orang disekelilingku. Ah… Rasanya benar-benar ingin mati.
"Naruto…" Sakura memecah keheningan. Sungguh aku benci sekali dengan suara itu. Ingin sekali aku memaki-maki semua orang yang ada di ruangan ini. Tapi tubuhku tak cukup kuat untuk marah. "Maafkan kami…"
Aku memalingkan kepalaku ke arah tembok, diam dan tak mau menjawab pernyataan itu… This is nonsense… Fucking bullshit. Detik ini juga aku berharap mereka lenyap, hancur menjadi debu atau atom sekalian biar aku nggak perlu lihat mereka lagi!
"Naruto… Dengar…"
"Cukup, Sai. Aku nggak butuh semua omong kosong ini. Aku juga nggak butuh Sasuke. Aku nggak butuh kalian. Aku nggak butuh apa-apa lagi. Semua sudah berakhir. Bahkan aku juga sudah nggak butuh hidup lagi…" aku berkata dengan nada datar. Mencoba menahan air mata. "Tolong hormati keputusanku, mulai sekarang… Aku nggak butuh semua omong kosong kalian. Jadi, Silahkan kalian kembali pada Sasuke." Air mataku sudah tak bisa terbendung. Aku menangis perlahan dalam diam. Tak ingin orang-orang ini menganggapku lemah. Aku Naruto! Bukan Sasuke atau siapapun tukang omong kosong itu.
"Kami melakukannya bukan tanpa sengaja…"
"Lalu apa, Shika? Kalian bertaruh 'kan? Bertaruh kalau Sasuke bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan? Ya, kalian memang teman-teman yang baik… entah kenapa saat ini aku berharap kalau aku bisa membenci apa yang dinamakan kebahagiaan. Aku muak dengan kebahagiaan semu yang kalian dan orang-orang yang berduit itu lakukan terhadap orang-orang miskin sepertiku. Aku muak!"
"Nar…"
"Jangan sebut namaku. Kalian dan Sasuke… semua sama aja. Atau aku yang ketinggian berharap orang miskin sepertiku bisa menjadi kaya? Bukan… kami semua, mahluk yang kalian anggap menjijikan ini hanya ingin mempunyai masa depan yang bahagia. Berharap ada yang benar-benar tulus membawa kami keluar dari jurang kemiskinan. Tunggu… aku sudah tidak perlu masa depan. Semuanya sudah hancur. Nggak berbentuk. Sekarang semua ini hanya mimpi yang nggak akan pernah terkabul… imajinasi…" kataku. Tak tahan lagi menahan tangis, kubiarkan tangisku pecah diantara mereka. Agar mereka bisa melihat betapa hancurnya aku. Agar mereka puas.
Aku meringkih, sesekali sesegukan. Aku bahkan sekarang sudah tak percaya apapun, termasuk Tuhan. Seluruh dunia terasa gelap. Dan aku tak tau apa yang terjadi.
End Naruto Pov
oOo
Look! I was ruined
Congrats! Congrats to me!
oOo
Sakura POV
Sungguh ini bukan mau kami! Ya memang awalnya kami bertaruh, tapi sungguh kami tidak menyuruh Sasuke untuk menghancurkanmu, Naruto. Awalnya memang aku sangat membencimu karena tingkahmu yang tidak sopan kepadaku. Tapi itu dulu! Awal kita bertemu! Tidak sekarang! Sekarang kamu adalah sahabatku. Aku sudah nggak perduli dengan perbedaan status kita ataupun sifat tidak sopanmu. Karena itu sifatmu! Bukan karena kamu membenciku atau mereka.
oOo
Hari ini sudah seminggu semenjak Sasuke pergi meninggalkan Naruto. Sekolah ini rasanya begitu luas tanpa keributan yang biasanya Naruto buat karena Sasuke yang cuek padanya. Ya, dulu rasanya benar-benar nggak monoton seperti pagi ini.
Kulihat Naruto memasuki gerbang sekolah. Aku mencoba mendekatinya. Pandangan kami bertemu, awalnya dia tampak terkejut. Lalu dia membuang pandangan dan berjalan dengan cepat.
"Naruto…" aku memanggilnya lembut, semoga pemuda yang terkenal temperamental ini tidak ngamuk saat aku menarik sedikit jasnya. "Aku ingin bicara sebentar… Aku menunggumu diatap…"
"Aku nggak akan datang… nggak usah menungguku…" katanya dengan suara parau. Aku tau dia masih menangisi Sasuke walaupun dengan terang-terangan dia mengatakan dia nggak butuh Sasuke.
"Tolonglah… Hanya sebentar aja…" kataku memohon. Dia tampak berpikir sejenak. Lalu mengangguk tanda setuju. "Terima kasih…" kataku sambil tersenyum.
END SAKURA POV
oOo
If I could spend this with you and tell the truth
Would you forgive me?
oOo
Normal POV
Sakura tampak begitu gelisah menunggu kedatangan Naruto. Semenit menunggu serasa seabad baginya. Entah apa yang membuatnya begitu.
"Nee… Sakura-chan…" Sai tampak datang menghadiri acara rapat dadakan itu. "Apa Shikamaru sudah datang?" tanyanya.
Sakura menggeleng. "Belum… Tampaknya karena tugas osis menumpuk, mungkin dia datang terlambat."
"Dan… Naruto?" Tanya Sai, yang diikuti dengan gelengan kepala Sakura. "I see…"
oOo
Setengah jam Sakura dan Sai menunggu. Keduanya membisu, saling menjaga jarak dan memikirkan apa yang akan dikatakan pada Naruto nanti.
KREEEKKK…
Terdengar pintu terbuka, keduanya menatap ke arah pintu. Ah, jantung mereka mau copot rasanya saat rambut pirang itu mendekat ke arah mereka.
"Aku buru-buru, nggak bisa terlalu lama disini." Katanya dengan suara datar dan tampak tanpa emosi. Keduanya saling bertatapan lalu mengangguk.
"Baiklah, ada hal yang ingin kami sampaikan. Sebenarnya saat itu kami sudah memutuskan untuk tidak bertaruh. Tapi, Sasuke… dia…" Sakura menghentikan bicaranya. Seperti terkunci, tak mampu melanjutkan.
"Apa yang ingin kau katakan? Cepat, aku tidak punya banyak waktu."
"Dia…"
"Dia mengatakan pada kami, dengan atau tidak tanpa taruhan. Dia akan membuatmu hancur dan bertekuk lutut dikakinya." Sai memotong Sakura. Diikuti dengan tatapan kosong Naruto. "Kami sudah berhenti. Tapi kau tau Sasuke kan? Apapun bisa dia lakukan, termasuk membuat kami terasa di Checkmate." Kata Sai dengan suara datar terkesan seperti tidak ada emosi.
Naruto menatap keduanya, mencari sinar kebohongan diantara mereka. Tak sedikitpun didapatnya sinar itu. Tapi Naruto tak bisa begitu saja percaya keduanya, apalagi mereka adalah teman Sasuke yang pernah bertaruh untuk menjatuhkannya. "Hanya itu yang ingin kalian biacarakan? Kalau tidak ada lagi aku pergi…" katanya lalu membalikkan badannya.
"Nggak usah di tahan… nangis aja." Shikamaru berkata. Mengejutkan semua yang ada disana. "Percuma ditahan. Lihat lingkaran hitam di mata Sakura, Sai dan aku? Kami bukannya ingin lari dari tanggung jawab, justru kami ingin memperbaiki kesalahan yang kami buat. Sungguh waktu itu awalnya kami hanya main-main, lalu mendengar ide gila Sasuke, kami bertiga mundur secara serentak. Tapi, Sasuke… Dia memang dari awal hanya bermaksud bermain-main. Bahkan kami sudah memperingatkannya dengan tidak ikut campur dengan apapun yang akan terjadi. Lalu dia mengeluarkan ponselnya dan berkata, 'Wanna bet? Atau kalian ingin perusahaan orang tua kalian bangkrut?'. Dan… kami tak bisa berbuat apa-apa… Checkmate." Shikamaru tampak memijat batang hidungnya. Terlalu rumit dan pusing tentang masalah uang dan politik, apalagi Sasuke terkenal dengan orang yang tanpa belas kasihan. Dia akan melakukan apapun agar tercapai semua keinginannya.
"Kami benar-benar menyesal, Naruto. Kami hanya ingin seperti dulu… tertawa bersamamu…" Sakura berkata lalu memeluk Naruto, diikuti dengan tangis pecah Naruto dan senyuman hangat dari Sai dan Shikamaru.
oOo
Your tears is my tears
Let share together
oOo
1 tahun kemudian…
"HAAAIIIII~~ MINNNAAAA~~~ SEMUA BERKUMPUL DI LAPANGAN YAA…" tampak Sakura berteriak-teriak sama saat upacara penerimaan siswa dan siswi baru. Ya, sekarang mereka sudah kelas 2 SMA. Sakura mengambil alih sebagai ketua osis (entah dimana Shikamaru berada), tampaknya kali ini Sakura benar-benar dibikin kualahan.
"Sakura semangat sekali… HAHAHAHA!" Naruto tampak tertawa melihat penampilan Sakura yang biasanya rapi itu kini tampak seperti ibu-ibu rumah tangga yang sibuk mengurusi anak-anaknya. Tapi dia segera menelan ludah ketika tampak Sakura menatapnya dengan tatapan tajam. Dia tau artinya… kematian…
"Err… Sebaiknya kau pergi Naruto, sebelum macan itu mengamuk." Kata Sai setengah berbisik. Tampaknya apa yang di katakan Sai ada benarnya. Buru-buru dia kabur sejauh mungkin dan bersembunyi dari kejaran si penjaga neraka. Ya, tampaknya memang itu sebutan yang cocok untuk Sakura kalau dia sedang marah…
=O=
[Lapangan Olahraga]
"Murid-murid sekalian, nanti malam sekolah akan mengadakan kumpul bersama agar mempererat tali silahturahmi antar siswa baru dan angkatan sebelumnya. Dan… bla… bla…"
Naruto tampak suntuk menunggu acara ini selesai. Sebosan-bosannya acara ibu-ibu arisan RT di rumahnya, ini adalah acara yang bisa membuatnya galau tingkat tujuh. Beberapa kali terlihat ia mengatup-atupkan kakinya tanda kesal. Damt it!
"kalau kau terus mengatupkan kakimu seperti itu, bisa-bisa nanti kakimu besar sebelah loh kayak tom and jerry…" Sai berkata pada Naruto, sedangkan yang diajaknya bicara hanya menatapnya tajam. "kan ga lucu itu kakinya, Nar… kayak apaan gitu…" katanya sambil nyengir nggak jelas.
"Apaan sih, nggak jelas banget kamu. Kesel banget nih aku, duduk terus. Pinggangku sakit!" jawab Naruto sekenanya. Sedangkan Sai masih nyengir nggak jelas. "Nyengir melulu, ga lama rontok tuh gigi." Katanya ketus sambil memajukan bibirnya.
"Selanjutnya kita persilahkan wakil dari OSIS untuk memberikan sambutan. Naruto Uzumaki…"
JEDERRRR!
Bagaikan petir di siang hari, Naruto langsung terkejut mendengarnya. Ia memandang ke arah Sai, sedangkan yang di liriknya sudah hilang sejak tadi.
'Oh, god! Bencana! Sakura kemana sih!' ucapnya dalam hati. 'Sai juga nggak guna! Disaat begini dia malah kabur! Zzz!' Naruto terus menerus bergumam tak jelas sambil berjalan maju ke arah panggung. 'Sialan! Ini kan nggak ada dalam naskah! Tunggu…' ucapannya terpotong mengingat kejadian yang mungkin membuat seseorang marah. 'Ow, shit…' ucapnya ketika ia teringat kejadian tadi pagi. 'Tamat riwayatku…' katanya sambil meratapi nasibnya.
"Silahkan, Naruto…" ucap Kiba. Sedangkan Naruto hanya mengangguk pasrah.
"Ehem…" ucapnya didepan microfon. "Err… jadi… hm… a… etto…" Naruto tampak berpikir. Semua mata memandangnya, menambah rasa gugup. 'mati aku…' katanya dalam hati sambil menyorotkan pandangannya ke semua penjuru lapangan. Got you! Rambut pink yang sedang tertawa terbahak-bahak melihat Naruto, rambut hitam yang sejak tadi memukul-mukul tembok dan si nanas yang… tidur? Hah… Naruto hanya bisa membuang nafas melihat tingkah kekanakan teman-temannya.
"Etto… Selamat datang… Jaa~" katanya santai lalu turun dari panggung diikuti dengan pandangan dari murid-murid disana. 'Selamat tinggal masa mudaku.' Katanya melebay dikit.
Nggak apa kok, Nar. Lebay dikit kan nggak masalah asal nggak ng-alay kayak Sakura… *ditendang
oOo
[Ruang OSIS]
"BRUAKAKAKAKAKA!" terdengar suara riuh orang tertawa. "RASAIN! WAKAKAKAKA!" entah sejak kapan Sakura jadi OOT dengan tertawa seperti itu. Sedangkan kedua temannya hanya menatapnya sweatdrop. "Aku boss disini! Yang berani menertawakanku harus dihukum!" kata Sakura bangga.
"Apaanya yang boss? Jahat sekali kau, Saku." Kata Naruto memanyunkan sedikit mulutnya. Sedangkan sakura hanya tertawa terus-menerus nggak berhenti. Awas sakura—nanti kemasukan lalat!
"Ha—ah… bosan sekali…" Naruto meletakkan wajahnya di meja. "Nggak ada yang menarik ya?" katanya sambil menatap luar jendela.
"Ada kok…" kata Sai yang langsung di tatap Naruto. "Bakar aja satu sekolah, pasti seru." Katanya yang langsung mendapatkan jitakan mulus dari Sakura dan Naruto.
"Ba—ka… yang namanya baka itu nggak akan bisa jadi jenius…" kata Sakura. "Cih…" katanya bedecak kesal.
"Biar aja baka ini nggak jadi jenius, tapi kau suka kan?" kata Sai yang ngegombalin Sakura. Diikuti dengan semburat merah di wajahnya.
"Ih— sayang ah… I love you…" kata Sakura yang langsung memeluk Sai.
"I love you too, dear…" Sai berkata lalu mengecup kening Sakura. Sedangkan Naruto hanya sweatdrop ngeliat adegan sinetron didepannya. Lalu Shikamaru… Lupakan, pasti kalian tau jawabannya…
oOo
Karena bosan, akhirnya Naruto memutuskan untuk berkeliling sekolah. Siapa tau ada murid baru yang bohai dan cantik.
"Lumayan bisa cuci mata, khihihihi…" katanya dengan ketawa mesumnya. Belum lama ia berjalan, tiba-tiba matanya tertuju pada segerombolan murid-murid perempuan yang berteriak-teriak histeris. "Huh? Apaan sih?" katanya yang sedikit penasaran.
"KYAAAA! Cuervo-sama!" teriak mereka.
"Cuervo? Siapa? Baru dengar…" kata Naruto yang semakin mendekati gerombolan itu. "Paling artis baru. Tapi ngapain ke sekolah jelek begini?" kata Naruto. Hei… hei… jelek-jelek begini sekolahmu juga, Nar…
"Astajim… susah banget sih liatnya! Kalau begini sih, nggak bakal bisa liat 'Cuervo' itu." Katanya yang akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan ponselnya lalu mencari nama 'Sakura'.
TUUUTTT… PRETT…
"Oi kenapa, Nar?" kata Sakura menyahut.
"Eh, Saku… Cuervo itu siapa? Kayaknya terkenal banget." Kata Naruto. Jelaslah dia sedikit ketinggalan berita. Teve dirumahpun ga ada, computer dan internet juga, ponsel aja masih layar hitam putih untuk membeli pulsa pun hanya dibatasi sepuluh ribu sebulan. Berterima kasihlah karena ada paket hemat nelpon seribu rupiah ke sesama simcard. Dan authorpun dicincang karena membuat scenario Naruto miskin di cerita ini.
"Cuervo? Oh! Artis yang lagi naik daun. Artis youtube sih, tapi katanya setiap dia upload video, pasti viewernya nyampe satu milyar. Entah apanya yang menarik, tapi buatku dia agak sedikit aneh. Semua isi videonya mengenakan topeng serigala. Mungkin wajahnya jelek, tapi KYAAAAAAAAAAAAA! AKU CINTA MATI SAMA DIAA! DIAMANA DIAAAAA?!" kata Sakura histeris sendiri.
"Nih, lantai bawah." Kata Naruto
"KYAAAAAAAAAA! CUERVO-SAMAAAA!" terlihat sakura yang langsung lompat entah dari lantai berapa dengan mengenakan sebuah parasut (?) kecil.
"ASDSFGHHJGJFSFSDA! SINTING!" teriak Naruto spontan yang entah bagaimana dia merapalkan ketikan author saat ia terkejut. "Bahkan Sakura pun yang selalu mengatakan tak ada pria yang lebih cakep dari Sai, terpesona sama Cuervo? Benar-benar menakutkan." Kata Naruto yang melihat Sakura membabi buta menghambur kerumunan. "Haaahh— sudahlah… aku tidak tertarik lagi…" katanya lalu melanjutkan perjalanan untuk menghilangkan kebosanan tingkat akutnya.
oOo
Sudah satu jam Naruto mengelilingi sekolah, tak ada satupun yang membuatnya tertarik. Bahkan cewek paling bohay macam Tsunade pun tak membuatnya tertarik.
"Pegal…" katanya. Lalu memutuskan untuk duduk di bawah pohon terdekat. Matanya tertuju pada pohon tersebut. Mencari sesuatu yang ada disana. "Masih ada ternyata… Aku kira hilang…" katanya saat melihat tulisan 'I never lied to Naruto'. "Cih…" katanya mendengus. Lalu ia duduk sambil menatap langit. Lalu ia memejamkan matanya, mencoba menikmati angin sepoy yang menerpa wajahnya. Tak lama kemudian terdengar suara dengkuran halus dari Naruto. Tertidur. Naruto tidak menyadari sejak tadi ada yang mengawasinya dari atas pohon. Pemuda yang mengenakan jubah hitam dan mengenakan topeng serigala.
"Benar-benar sangat ceroboh… kau akan masuk angin jika tiduran lama disini… Dobe…" katanya lalu melepas jubahnya dan meletakkan ditubuh pemuda pirang yang tidur tersebut.
"Sa… Suke… *snore" kata Naruto yang masih tertidur. Pria itu menatapnya lekat lalu tersenyum dan meninggalkan Naruto.
'Sebentar lagi…' katanya dalam hati dengan senyuman dibalik topengnya.
oOo
As I first gather the present, I seem to first throw away the past
In this limited memory, within time
The only thing left there my existence
Slowly, from your memories, it, will, fade
oOo
